Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku Melalui Dating Apps dan On the Spot Hunting

Paramita

Kita lanjutkan cerita ini setelah kisah sebelumnya dengan Suci. Namun demikian kisah dengan Suci belum berakhir, nanti akan ada sisipan, eh sebenarnya bukan sisipan juga, tapi emang belum selesai kisahnya. Paramita, demikian nama yang tercantum di akun tagged nya. Selama beberapa bulan sejak ada di friend list tidak ada cerita atau chat yang istimewa. Hanya sekedar greeting dan kemudian terlupakan lagi, greeting lagi dan diam lagi. Dari foto profil, perawakannya biasa saja, tinggi sekitar 155 cm, bentuk badan proporsional, rambut pendek dan ukuran dada 34 b. Suatu ketika ada tugas negara yang membuatku harus ke Ibukota. Kontak beberapa female member tagged membuat janji untuk ketemu, ada beberapa yang respon tapi dengan catatan “liat sikon”. Salah satu yang merespon adalah Paramita. Info domisili yang dibagikan adalah di Kelapa Gading, tanpa menyebut lebih spesifik lagi.

Setelah pekerjaan selesai, masih ada waktu untuk janji temu dengan para penggemar dari tagged. Yang terkonfirmasi untuk bisa ketemu hanya Paramita. Ternyata tinggal di sebuah Apartemen di area Kelapa Gading. Jam 5 sore, sesuai janji yang disepakati aku sudah berada di lobby apartemen yang ditinggalinya. Nah waktu itu aku sudah menggunakan beri hitam dengan aplikasi pesan yang sangat populer di masanya. Tidak ada pembicaraan tentang perwikwikan atau deal apapun, tapi mengajak ketemu di apartemennya sepertinya menjanjikan sesuatu.
Kukirim BBM :
(A : Aku ; P : Paramita)
A : Sore Mita, aku sudah di lobby tower *
P : Ooh ok, coba berdiri menghadap kamera dan tekan no unitku
Kulakukan apa yang disuruhnya.
A : OK, terkonfirmasi
Akses terbuka dan aku naik lift menuju unitnya. Pintunya agak terbuka dan ternyata ada teman yang membawa anaknya juga sedang bermain ke sana. Kuketok pintunya…
“Masuk saja Mas,” katanya
Aku masuk dan berjabat tangan dengan Paramita dan temannya.
“Kalau mukanya sama, hanya lebih gelap saja kulitnya… hahaha”, katanya sambil menyalamiku.
“Hehehe… maklum namanya pekerja lapangan,” jawabku santai. Tidak perlu diambil hati karena dari nadanya aku tahu ia hanya bercanda. Kedua anak temannya keluar dari unit dan berlarian di koridornya.
Mamanya berteriak,”EEh mau kemana kalian?”
Anaknya menjawab,”Mau ke bawah mama, mau beli jajan”.
Tinggallah kami bertiga di dalam unit apartemennya. Tipe apartemennya 2 BR, luasnya standar apartemen biasa, bukan yang mahal.

Kami bertiga ngobrol hal-hal umum saja. Beberapa saat akhirnya temannya pamitan mau pulang.
“Mas, mau kubikinkan minum tapi ga ada teh dan gulanya,” katanya.
“Santai saja, air putih saja ga apa-apa kok,” jawabku.
“Hehehehe… maksudku aku minta belikan sembako,” katanya agak malu-malu.
“Emang habis sama sekali?”
“Gula, kopi, teh ada sih, beras, minyak, mie tinggal dikit. Belikan yaa,” pintanya.
“Ayuk. Kita turun. Tadi di bawah kulihat ada Betamart”.
“Ga usah, aku telp aja tar dianter kemari”.
“Ya udah, apa aja sih?”
Dia sebutkan apa yang mau dibelinya. Kuhitung sekilas sekitar 2 Red dan kuiyakan.
“Beli bir sekalian mau mas?”
“Bolehhh, buat teman ngobrol sekalian”.
“ Asekkkk…. Aku telp ke Betamart dulu yaa…”.
Kami melanjutkan obrolan.

Dari obrolan kami ternyata Mita, aku sebut demikian saja yaaa, seorang istri siri, sepertinya istri muda atau malahan simpanan. Entahlah bukan urusanku juga. Suaminya punya usaha dan jarang pulang. Mita sendiri bekerja serabutan, kadang ikut terlibat jadi EO ata WO, kadang urus dokumen, kadang juga re-seller apa saja yang bisa ia tawarkan dan jual. Punya anak ikut mantan suaminya.
“Ehh ga apa-apa nih. Tar tiba-tiba laki lu pulang berabe,” kataku agak was-was juga.
“Gaa, kalau pulang dia pasti nanya apa yang kuperlukan untuk sekalian dibelikan”.
Dia mengambil hp nya dan menelepon. Dari pembicaraannya sepertinya ke Betamart menanyakan pesanannya.
“Nanya pesananku tadi, udah berangkat yang antar barangnya,” katanya setelah menutup teleponnya.
“Mana uangnya Mas?” lanjutnya.
“Berapa?”
“Sekian saja Mas”.
Aku berikan sejumlah uang dengan pembulatan lima puluh ribu ke atas…. Malah belajar matematika. Diterimanya uangku,”Lebihnya buat tip yang anterin yaa Mas!”
‘OK,” jawabku.
Ga lama barang pesanannya datang dan diletakkan di area kitchen nya.
“Mau dibuka sekarang bir nya?” tanyanya
“Ga, tahun depan saja aku kesini lagi,” jawabku sambil meleletkan lidah.
“Hahahaha…. Marahhhh”.
Iapun segera membuka bir dan menuangkan ke dalam gelas. Kelihatannya udah biasa minum dari cara menuangnya.”Pakai es batu gak Mas?” tanyanya.
“Ga usah, itu udah dingin kan?”
“Iyaa, tadi aku emang pesan yang dingin”.
Kamipun minum bir perlahan-lahan. Satu gelas masing-masing udah masuk ke tenggorokan kami.
“Mas tadi udah mandi?”
“Udah, tadi dari hotel sebelum kesini udah mandi dong. Mau ngajak mandi sama-sama”.
“Hehehe,” dia hanya ketawa tanpa menjawab apa-apa lagi.

Mita bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar tidur utama. Aku masih duduk menunggu apa yang akan terjadi.
“Mas kesini!” Ia memanggilku dari dalam kamar.
Tanpa menunggu lama akupun segera masuk ke kamarnya. Sudah terbayang apa yang akan terjadi. Mita berbaring di ranjang dan memberikan isyarat agar aku berbaring di sebelahnya. Aku menuruti saja permintaannya. Lah masa disuruh baring di sebelah perempuan mau menolak.
Dan akhirnya terjadilah ciuman dalam dan lama. Dari lembut akhirnya berubah menjadi ciuman ganas. Sambil bercumbu kami saling melepas pakaian dan tertumpuk di sudut ranjang.

Aku terus menciumi dan memainkan payudaranya. Seperti tebakanku, tocil 34 B namun masih cukup kencang. Mita hanya mendesah-desah ketika kukulum putingnya dan kumainkan dalam mulutku dengan lidahku.
“Ssshhhhhh…..aiisshhhhh”.
Tangannya meremas, mengurut dan mengocok penisku. Setelah penisku cukup keras ia melepaskan tubuhnya dari pelukanku dan mengambil sesuatu dari laci kecil di samping ranjang. Sebuah benda yang sangat familiar ada di tangannya.
“Pakai ini mas,” katanya sambil membuka sebuah bungkusan kecil dan memasangkan pada penisku.
Hmmmm….. player rupanya. Baiklah kalau begitu.
Setelah karet tipis terpasang di penisku, dikocoknya sebentar dan ia duduk di atas pinggangku. Tak berapa lama penis yang diselubungi karet tipis masuk ke dalam vaginanya.
Untuk sesi ini tidak ada yang istimewa, semua standar. Woman on Top, Doggy Style dan berakhir di Man On Top. Tidak ada BJ, Jilmek dan lain-lain. Makanya ga terlalu penting dituliskan kali yaa…. Hehehe. Suhu-suhu disini pasti lebih jago mengeksekusi dan termasuk berimajinasi dalam hal wikwik.
Selesai satu ronde, hpnya berdering.
“Mandi sana Mas. Temanku cewek sebentar lagi kesini”.
Hah….teman cewek? Apakah akan ada pengalaman baru buat aku?
Aku segera mandi dan kembali berpakaian rapi. Mita mandi setelah aku selesai dan duduk di sofa. Kutuang kembali bir ke dalam gelas.
“Mitttt.. Ada es batu ga?”
“Di freezer mas. Ambil saja,” jawabnya dari kamar mandi.
Aku ambil es batu secukupnya dan meletakkannya ke dalam gelas.
Tak lama ada suara ketukan di pintu. Aku membuka pintu dan ada sesosok wanita cantik di depan pintu langsung masuk sebelum aku sempat berkata apa-apa.
“Kak Mita mana?” tanyanya.
“Aku lagi mandi Lia,” Mita menyahut.

Rupanya namanya Lia. Tingginya 165 cm dengan badan sedikit montok, dada lebih besar dari Mita, taksiranku 36 C, rambut di hi-light pirang, mengenakan kaus hitam dan celana jeans ketat. Pantatnya kliatan menonjol. Hmmm… otakku sudah travelling dan berharap bisa menikmati tubuhnya, baik 1 on 1 ataupun 3S dengan Mita… hahaha. Ia mengintip ke kamar dari balik pintu. Aku ingat kamar masih berantakan dan bungkus permen karet (Kebetulan aromanya strawberry…hehehe) tadi belum dibuang oleh Mita. Lia menatapku sebentar dan tersenyum simpul, kemudian duduk di sofa di dekatku.
“Eh ada pesta toh,” katanya sambil langsung menyambar gelasku di atas meja.
Masih ada dua botol besar bir putih dan sebotol bir hitam yang belum dibuka.
“Ehhh…. Bukan lah. Hanya minuman teman ngobrol saja,” sahutku.
“Ngobrol apa ngobrol. Kok sampai bed cover berantakan gitu, ada bungkus permen karetnya lagi…. Hihihih,” katanya menggodaku.
Aku hanya bisa garuk-garuk kepala saja.
“Birnya buka lagi ya Bang,” katanya.
“Iya buka saja,” kataku.

Ia membuka sebotol bir putih dan bir hitam yang tersisa dan mencampurkannya ke dalam gelas. Yang bikin aku agak takjub, ini anak minum bir kayak minum air putih saja, maen glek..glek…glek saja. Ga lama isi gelasnya sudah kosong. Eh isi gelasku deng, kan itu tadi aku yang minum duluan.
“Haus Non?” tanyaku sambil menyindirnya.
“Hahahaha…. Enak Bang. Tau gitu dari tadi aku kemari”.
“Kalau tadi kamu udah disini aku ga lama-lama disini…,” kataku sambil tertawa.
“Abang bisa saja”.
Dengan agak berbisik dia berkata,”Eh Bang bagi pin Abang boleh ga?”
Kusebutkan pin BBMku dan kemudian ada notif di HPku. Aku confirm,”Dah confirm tuh”.
“Makasih ya Bang. Tar aku BBM Abang yaaaa”.
Hmmm rupanya ini tipe tukang telikung teman. Tapi dengan penampakan seperti itu mana mampu aku menolaknya.

Mita keluar dari kamar mandi sudah berpakaian lengkap.
“Kak, napa kamar berantakan gitu. Mana ada bungkus permen karetnya ga dibuang lagi,” kata Lia ke Mita.
“Ahhh lu kayak ga pernah aja. Lagian lu ngedadak kemari. Untung udah kelar, kalau belum ga kuangkat panggilan lu,” jawab Mita sedikit sewot.
“Yaelah kak, nyantai. Ga usah sewot gitu napa”.
Mita masuk ke kamarnya, merapikan bekas pergulatan kami tadi. Kemudian keluar dan duduk di sofa.
“Lu dari mana Ya?” tanya Mita ke Lia.
“Tadi ketemu temen di tower sebelah. Mumpung udah nyampai disini sekalian aja mampir kemari deh,” jawab Lia.
“Temen lu yang pramugara itu?”
“Bukan kak. Udah ga kontak lagi ama dia”.
“Jadi?”
“Kemaren kenal di Sarinah pas gua jalan kesono”.
“Owwhhh… kamu ati-ati kalau dapat kenalan. Ga kapok kejadian tahun lalu?”
“Ahhh udah lewat Kak. Selalu ada resiko dalam hidup”.
Otakku mulai menganalisis seperti apa Lia ini. Sementara yang bisa kusimpulkan dia hidup bebas, belum jelas apakah bispak, bisyar atau memang pro player. Memikirkan ini nafsuku ke Lia mulai lenyap.
Botol bir yang tersisa sudah kosong.

“Bang, beli bir lagi dong,” rengek Lia.
Aku memandang ke arah Mita. Mita hanya diam dan mengangkat bahunya.
“Udah pesen 2 stel lagi,” jawabku.
“Kak, telpon ke Beta dong. Gua ga punya nomornya”.
Mita memencet keypad hpnya dan terdengar nada sibuk. Beberapa kali diulang dan masih tetap terdengar nada sibuk.
“Udah sono lu ke bawah aja,” kata Mita ke Lia.
“Sebentar atau lama, Kak?” tanya Lia ke Mita sambil mengerdipkan mata ke arahku.
“Terserah lu, kan lu yang minta ke Mas Anto dan lu yang mau ke bawah,’ jawab Mita.
“Hehehe… ya kirain aja kakak masih mau …eehmmm”.
“Udah…udah sono berangkat”.
Lia segera berdiri setelah kuberikan sejumlah uang.

Setelah Lia keluar dari unit apartemen,“Hmmm Lia…Lia,” kata Mita sambil menggelengkan kepalanya.
“Kenapa?” tanyaku.
“Masih juga liar anak itu. Dia dari keluarga broken home, sejak kenal sudah aku anggap sebagai adikku sendiri, meskipun sampai sekarang badung gitu. Dulu kenalnya ga sengaja di sebuah acara. Dia pernah nikah anak 1, lalu pisah. Setahun yang lalu dia bermasalah sampai hampir jadi urusan polisi. Ga jauh dari urusan asmara gelap,” Mitha bercerita panjang lebar tentang Lia.
“Mit…,” bisikku.
“Napa Mas?”
“Lagi yukk,” ajakku.
“Hmmm waktunya ga pas. Lia pasti segera balik. Aku tau sifatnya. Selalu kepo dengan teman priaku. Dulu pernah pacarku digodanya dan hampir terjadi hubungan badan di antara mereka. Aku ga bisa marah ke Lia, akhirnya aku yang ribut dengan pacarku dan putus”.
Apa yang dikatakan Mita sepertinya benar, buktinya tadi dia sudah minta pin BBM ku. Sebelum aku menjawab pintu sudah terbuka. Lia masuk tanpa mengetuk pintu.
“Uangnya kurang dikit Bang,” Kata Lia sambil mengacungkan tangannya padaku.
“Udah ahhh, lu tambahin aja,” kata Mita sambil melotot kepadanya.
“Hehehe… iya deh Kak”.
Kali ini Lia ikut apa kata Mita. Mita masih menikmati bir nya ketika aku berpamitan pulang.
“Aku pulang ya Mit”.
“Ya udah ati-ati Mas, kontak-kontakan yaa. Terima kasih untuk sembako dan bantuannya mengacak-acak bed cover,” ia berbisik sambil mencium pipiku.
“Lia, aku pulang”.
“Iya Bang. Makasih bir nya dan…. Pi..eehh”.
Aku tahu ia mau bilang pin. Mita hanya geleng kepala saja melihat kelakuan adik angkatnya itu.

Note : Sempat naik jadi FR di forum yg udah game over, diledekin para suhu, ekse bayar pake sembako…hahahahaha.

***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd