Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Apa yang kita cari? (Perjalanan mencari jati diriku)

Terulang kembali


Dea Ananda Mikola

Elvira Sagita Mawarni

Nara Trisha Krishnan
Peluh keringat membanjiri tubuh kami. Seharian tadi kami memainkan beberapa permainan. Dimulai dari melewati rintangan sampai lomba semacam lomba Agustusan. Kami mengikuti bermacam macam game dengan gelak tawa.

Sedangkan Andri selalu melakukan gerakan joget-joget nya ketika tim nya menang. Membuat beberapa musuhnya agak kesal.

Namun, kebanyakan mereka tertawa dengan kelakuan Andri. Tak terkecuali Dea, meskipun ia tak bisa mengikuti kegiatan outbond karena dengkulnya yang terluka tak membuat dia murung. Dea berteriak teriak untuk menyemangati kami.

Hingga ketika sore menjelang malam ini semua Maba mengistirahatkan diri sekaligus berunding tentang malam keakraban nanti malam.
Karena tiap kelompok diwajibkan mempersembahkan satu penampilan dan kabar menggembirakan bagi kami. Acara ini akan di hadiri oleh band lokal terkenal di daerah sini.


"Nah, adakah diantara kalian yang secara sukarela menyumbang penampilan?". Tanya kak Nara di depan kami semua yang duduk memutar.

"Reza kak, dia tadi cerita ke aku. Katanya dia udah nyiapin sesuatu yang hebat". Harun menyarankan aku.

Aku yang sedang sibuk dengan daun yang ku sobek sobek tak karuan dengan kedua tanganku seketika menghentikan kegiatan ku dan menoleh kedepan.
"Hah? Kenapa kok tadi manggil aku?". "Gimana Reza, udah siap?". Tanya kak Nara lagi. Lah? Siap untuk apa sih? Akupun menunjukkan wajah kebingungan didepan teman kelompokku. Ya karena aku emang kebingungan. Bukan pura pura.

"Tuh, liat kak kalau muka nya Reza seperti itu. Maksudnya Reza itu dia mau". Lah? Si Andri ngaco banget deh. Sejak kapan orang bingung bermaksud untuk bilang iya. Duh, mana gaada ide lagi.
"Enggak kak, saya gapunya ide apa apa". Aku melakukan pembelaan.

"Gapapa, yang penting kamu siap dulu. Nanti masalah pertunjukannya aku bantu mikirin".
Hemmm, kalo begini sudah tidak bisa menolak. "Nah, kalo diem tandanya kamu setuju". Lanjut kak Nara kemudian menunggu reaksiku. Setelah reaksi ku tetap diam kak Nara menutup perkumpulan ini dan membuyarkannya.

"Baiklah adek adek.sekarang sudah jam 5. Setelah ini istirahat. Yang mau membersihkan diri silahkan. Yang mau makan di kantin silahkan. Nanti pukul 7 berkumpul di lapangan untuk malam keakraban. Kecuali Reza, nanti pukul 6 harus menemui saya di ruang panitia, paham?".
"Pahaam kaakk". Jawab kami serempak. "Yasudah kalau paham kalian boleh bubar". Semua orang pun bubar.
Kecuali aku, Harun, Andri, dan Vira. Kami berunding dan memutuskan untuk makan dulu. Karena perutlah yang utama. Bau badan itu urusan belakang. Hahahaha.

Kami berempat pun menuju kantin dan membeli makanan. Kulihat Dea sendirian sedang memesan makanannya. Aku datangi dia dengan niat mengajaknya bergabung dengan kami.
"Hai Dea". Sapa ku. "Oh Reza, ada apa nih? Mau jatuhin gue lagi?". "Yee kamu tuh ya. Negatif thinking aja sama aku".

"Lah terus mau ngapain?". Tanya Dea dengan tidak sabar. "Jadi gini, aku lihat kamu kan sendirian. Kamu mau nggak makan bareng aku?". Mendengar tawaranku Dea melihat tubuhku dari atas sampai bawah. "Boleh". Jawab Dea

"yaudah, ayo kita ke temen temenku sekalian aku kenalkan". Kamipun berjalan menuju teman temanku yang ternyata sudah selesai memesan dan makan di gazebo kantin.
"Wihh, Reza udah bawa cewek aja, kenalin dong sama kita kita". Goda Vira kepadaku setelah melihat kedatanganku bersama Dea.
"Buat gua boleh nggak za?". Canda Andri.
Dengan santainya aku menjawab "tanya aja orangnya mau apa nggak sama kamu ndri". Sedangkan Dea hanya diam.
Kemudian tiba tiba Dea berdehem. "Eheem" aku yang mendengarnya langsung mengerti maksud Dea.

"Vir, ndri, Har, kenalin ini Dea. Orang yang aku tabrak tadi waktu didorong Andri". Andri hanya cengengesan dan mengulurkan tangan duluan. Mereka bersalaman satu persatu. "Gue Andri, maaf ya tadi gue bercandanya keterlaluan". "Nama gue Dea. Gapapa kok tadi Reza juga udah minta maaf ke gue".
"Vira" "Dea" "Harun" "Dea" setelah semua bersalaman aku dan Dea duduk dan makan bareng mereka semua. "Za, lu nanti jadi nampilin apa?". Harun membuka obrolan sore ini dengan pertanyaan yang langsung membebani pikiranku.

"Saran gue jangan nyanyi, udah biasa malam keakraban nampilin nyanyi". Saran Vira.
"Lu tau darimana kalau nyanyi udah mainstream?" Tanya Harun lagi. "yah, pokoknya gitu. Udah biasa. Gaada wow nya. Apalagi suara lu ga bagus bagus amat". Jawab Vira.
"Yaudah, yang udah biasa itu kasih sesuatu yang nggak biasa aja" Dea nimbrung dalam obrolan kami setelah tadi hanya diam menyimak.
Sedangkan Andri menyibukkan dirinya dengan nasi dan soto ayam yang barusan ia pesan. "Maksudnya gimana?". Vira bertanya ke Dea.
Sedangkan Dea menaikkan dua bahunya tanda tidak mengerti.

Kami semua pun tenggelam dalam kenikmatan makanan yang kami santap. Setelah makanan dan minuman kami tandas. Kamipun memutuskan untuk membersihkan diri aku, Harun, dan Andri pergi ke kamar mandi laki laki. Sedangkan Vira dan Dea kearah kamar mandi cewek. dan kembali kumpul ke lapangan setelah itu.
Aku, Harun dan Andri berjalan beriringan dengan badan segar.
Kami memutuskan mandi setelah keadaan memungkinkan, karena kamar mandinya cukup sepi. Jadi kami banyak waktu untuk mandi. Kami memakai sabun cair secara bergantian. Untung Harun bawa peralatan mandi.


Sesampainya ditengah lapangan Vira dan Dea sedang asyik mengobrol. Harun dan Andri bergabung dengan mereka. Sedangkan aku pamit untuk menemui kak Nara di ruang panitia.


"Permisi kak, saya ingin bertemu dengan kak Nara". Dengan sopan aku berkata kepada kakak seniorku yang sedang duduk di depan ruang panitia.

"Sebentar ya dek. Saya panggilkan dulu kak Nara nya". Akupun menunggu dengan keadaan masih berdiri. Tak lama kemudian kak Nara keluar dan langsung menemui ku. "Eh Reza, sudah tau atau belum mau menampilkan apa?". "Belum mbak". Jawabku apa adanya "yasudah kita cari tempat tenang dulu ya. Biar enak nanti kita mikirnya". Akupun mengekor dibelakang kak Nara.

Kami menaiki tangga menuju lantai 3. di sana kami berhenti didepan salah satu ruang kelas. "Duduk sini za". Ucap kak Nara sambil menepuk nepuk tempat duduk disamping kanannya. "Kamu mau nyanyi nggak? Sambil pake gitar gitu?". Akupun memikirkan sejenak saran kak Nara "emm gimana ya kak, aku nggak begitu bisa main gitar. Lagian kata temen temenku tadi nyanyi itu udah biasa".
"Emang yang luar biasa yang kayak gimana?".
"Bentar kak, aku ingat tadi Dea ngomong kalau biasa itu bisa di jadikan sesuatu yang tidak biasa. Kayaknya kalau mengikuti kata dia. Nanti hasilnya bakal luar biasa deh". Saranku ke kak Nara. "Nah itu, masalahnya susah".
"Iya sih kak, kalau kita terlalu terbiasa dengan sesuatu dan harus merubahnya menjadi sesuatu yang tidak biasa. Pasti sulit". Kak Nara hanya diam dan memandang wajahku. Ia tatap dalam dalam kedua mataku. Ada gelagat aneh. Tubuhnya sedikit tidak tenang. Tiba tiba ia menyeret tanganku menuju pintu kelas disamping kami. Ternyata pintunya dikunci.
Kak Nara melanjutkan jalannya kearah pintu kelas sebelahnya. Setelah dicoba. Kak Nara berhasil membuka pintu tersebut.
Ia pun menyeretku kedalam kelas. Sesampainya di kelas aku didorong kearah dinding. Kemudian kak Nara membuka resleting celana ku dan mengeluarkan Dede kecil yang masih tertidur. Aku yang masih mencoba mencerna apa yang terjadi pun seketika paham saat kak Nara jongkok didepanku.

Ia kemudian meludahi dan mengocok Dede yang sedang tertidur. "Kok diludahi sih kak?". Protesku kepadanya. Dengan muka aneh nya (yang belakangan ini kuketahui itu muka orang lagi horny). Kak Nara tersenyum nakal dan menjawab protesku. "Biar Dede ga males bangunnya".
Benar saja, dalam hitungan detik dede-ku berdiri dan mengeras sekeras batu karang. Masih dalam keadaan dede-ku keluar dari lubang resleting. Kak Nara mengulum seluruh bagian tubuh Dede.
Ia memaju mundurkan mulutnya. Sesekali kak Nara mengisap isap seakan ia menghisap sedotan yang buntu. Rasanya jauh lebih enak ketimbang kuluman mbak Miya kemarin.

2 menit ia melakukan gerakan itu. Ia kemudian menambah variasi kulumannya. Ia kulum pucuk Dede dan mengocok dibagian ujung batang ku. Setiap 5 kali kocokan. Ia telan semua bagian dede-ku ke dalam mulutnya.

walaupun tak tertelan semua bagian dedeku namun pucuk Dede sudah Mentok ke tenggorokan kak Nara.

Mendapat perlakuan seperti itu, aku hanya bertahan sekitar 4 menit. Tiba tiba rasa ingin pipis yang pernah kurasakan ketika bersama mbak Miya kembali kurasakan.

Aku yang akan orgasme pun dengan reflek menahan kepala kak Nara ketika ia menelan batang Dede. Akhirnya semua spermaku muncrat di dalam tenggorokan kak Nara. Terlihat kak Nara sulit untuk bernafas. Melihat hal itu akupun melepaskan pegangan tanganku di kepala kak Nara.

"Ih Reza gak kasih aba aba dulu. Kan jadi gaada persiapan akunya". Tutur lembut dari kak Nara. Akupun hanya ngos ngos an akibat orgasme tadi.

Akan tetapi Dede ku masih tegang maksimal. Setelah itu kak Nara melorotkan celana dan seragam panitia yang dipakainya. Kak Nara mengusap usap vaginanya sendiri. Ia pun beranjak ke arah meja dosen dan merebahkan tubuhnya disana.
Dengan rasa was was aku menghampiri kak Nara. Kubuka lebar lebar paha kak Nara dan bersiap memasukkan Dede ku ke arah vagina kak Nara. Setelah berjarak sekitar 2 centi antara Dede dan vaginanya. Kak Nara menahan perutku.

"Kamu jilati dulu dek. Vagina-ku". Pinta kak Nara. "Gimana caranya kak?". "Hah? Kamu gatau? Pertama kalinya ginian ya?". Tanya kak Nara heran sekaligus terlukis diwajahnya sebuah penyesalan. "Udah kedua kali ini kok kak, tapi aku masih belum bisa yang kakak suruh tadi". Eh, hihihi. Jilatin dulu. Nanti juga bakal bisa kok".

Akupun mendekatkan kepalaku kearah vagina kak Nara. Bau harum dan sedikit bau menyengat yang nikmat bercampur menjadi sebuah bau yang membuatku candu. Akupun menjilati vagina kak Nara. "Shhh, ahhh. Enak banget za. Pinter banget kamu jilatinnya" Tak terkecuali biji kecil yang terletak dibagian atas vagina kak Nara.

Ketika lidahku menyapu didaerah sana. Kak Nara mengerang lebih keras dari sebelumnya. "Ahhhhhhhhh" akupun menghentikan aktivitas ku. Karena takut ketahuan akibat jeritan kak Nara yang menurutku terlalu kencang itu.

"Jangan kencang kencang kak, nanti ketahuan" ucapku panik. " Ups.Hihihi, laki laki kok takut banget. Ga macho, hihihi". Ia tertawa sambil menutup mulutnya. "Masukin za. Memekku udah gatel". Wow, frontal sekali kak Nara ngomongnya.

Tanpa menunggu lama aku segera mengandangkan Dede ku di sarangnya. "Aihhh, ukuran berapa za kontolmu itu. Mulut sama vaginaku kok sampe gak muat". Ucap kak Nara sambil meringis. "Gatauh kakkhh" sempitnya vagina kak Nara membuat aku ingin terus terusan mendesah. Kudiamkan beberapa saat Dede ku didalam vagina kak Nara.

Setelah merasa cukup licin. Aku menggenjot tubuh kak Nara dengan posisi men on top. Sambil sesekali kupindahkan bibirku bergantian antara mencium kak Nara dan mencium susunya. "Shhh ahhh, iyahhh, zahhh. Cabut dulu. Gantihhh posisiihh zaahh".

Akupun mencabut Dede ku. Kemudian kak Nara menungging dengan tangan diatas meja sebagai penyangga. Pantatnya tepat berada di depanku. "Masukin cepet za. Dari belakang".

Akupun mencoba mencari lubang vaginanya. Setelah menurutku itu lubang vagina ku masukkan dedeku. Kok tiba tiba sulit masuknya ya?

"Itu lubang pantat zaa, hihihi". Pantas saja sulit. "Polos banget sih kamu. Ihhhh hufft. Udah yang kedua kalinya loh. Masih aja sesak". Ucap kak Nara menggerutu setelah memasukkan dedeku kearah yang benar.

Kali ini aku masih mengatur nafasku. Sedangkan kak Nara yang tidak sabar. Memaju mundurkan tubuhnya sendiri. "Shhh, ahhh. Enakkhhh zahh. Ohhh pukul pantat ku zaahh" rengeknya. Akupun menuruti permintaan kak Nara.
Plakkkk. Suara tamparanku dipantatnya." Lebihhh kerasshhh zaaahhh". Plakkkkk aku menambah tenagaku.

Kemudian aku ikut membantu kak Nara agar sama sama mencapai puncak kenikmatan. "Ahhh, zaahhh akhuu mauuhhh keluarrrrr". Desah kak Nara setelah lama diposisi doggy style ini.
Ia kemudian mengejan dan berkelojotan akibat orgasmenya. Setelah agak tenang kak Nara berkata "hosh hosh, lanjutin aja za. Sampe kamu juga nyampe". Mendengar perintah kak Nara akupun melanjutkan perjalanan menuju puncak kenikmatan.

3 menit berlalu akupun merasa tanda tanda ingin keluar. "Kaakk, aku mau keluarr". "Iyahhh zaahh, cabut gihhh". Akupun mencabut dedeku.

Kemudian kak Nara langsung berjongkok didepanku dan kembali men deep-throat dedeku. Pucuk penisku terasa mentok di tenggorokannya. Aku mengeluarkan sperma ku untuk kedua kalinya. Kali ini spermaku tidak sebanyak pertama tadi. Namun kelegaannya membuat aku ngilu ketika kak Nara menjilati sisa sisa sperma yang ada di batang ku.

"Eh, disini toh ternyata kamu". Ucap kak Anto pembinaku yang satunya. "Iya ini aku lagi bantu Reza mikirin penampilan nanti". Untungnya kami berdua sudah berpakaian. "Kok sampe ngos ngos an gitu?". Kak Anto menanyai kami dengan curiga. "Tadi kami sempat ada ide buat akting kak. Jadinya gini deh. Ngos ngos an". Jawabku sekenanya. Karena melihat kak Nara agak panik.

"Yaudah yuk Beb, turun. 5 menit lagi mulai loh". Ajak kak Anto. What? Berarti kak Nara pacarnya kak Anto? Untung. Timing nya pas. Andai lebih cepat lagi. Pasti bakal ketahuan tadi.

Kak Anto dan kak Nara pun meninggalkan kelas. Sedangkan aku memikirkan bagaimana nanti penampilanku. Sebuah ide muncul didalam benakku. Akupun bergegas turun untuk menyiapkan keperluan untuk penampilanku nanti. Termasuk berkoordinasi dengan penyelenggara acara. Setelah meyakinkan panitia acara. Ia pun menyetujui ku.


Satu persatu kelompok menampilkan aksi terbaik mereka. Ada yang bernyanyi, ada yang berpuisi, ada yang akting, ada yang stand up comedy, dan ada juga yang hanya diam berdiri diatas panggung.

Sampai pada akhirnya puncak acara yang diisi oleh band lokal. Mereka menyanyikan beberapa lagu terkenal. Semua penonton bernyanyi. Aku yang duduk dibelakang panggung di hampiri oleh kak Nara. Dengan panik ia bertanya.

"Kamu kok belum tampil za?". Ia bertanya kepadaku, aku rasa pertanyaan itu mewakili kalian juga kan? Aku hanya tersenyum kepada nya. "Seriusan zaa". Didepan panggung setelah 1 lagu andalan mereka selesai sang vokalis menyapa penonton. "Bagaimana? Lanjut?". "Lanjuuuutttt" seloroh para penonton.

"Kali ini spesial saya akan mendatangkan seorang penyanyi yang belum memiliki judul lagu sama sekali. Mari kita sambut orang itu dengan tepukan yang meriahhh" teriak sang vokalis. Mendengar hal itu aku menuju keatas panggung. Para penonton terheran heran melihatku.

Terdengar beberapa orang berbisik "siapa dia?". "Ihh, manisnya" "woii zaaa, lu ngapain? Mau ngelawak lu?". Kalimat terakhir itu diteriakkan oleh Andri.

Dengan cueknya aku memulai penampilanku. Iya, aku berencana tampil dengan diiringi band lokal. Menyanyi itu biasa kan? Diiringi oleh band lokal ini yang luar biasa. Hahahaha.

"Selamat malam kawan kawan tercintaku. Pertama aku ucapkan i love you kepada kalian semua. Kedua silahkan ucapkan i love you too". Aku memberi jeda kepada mereka untuk menjawab "i love you tooooo" teriak mereka bersama sama.

"Yang ketiga, akan kubawa kan sebuah lagu dari sang legenda. Iwan fals yang berjudul kumenanti seorang kekasih".


Jrengggg vokalis memulai menggenjreng gitarnya. Karena belum bisa meniru cara bermain gitar seperti sang legenda. Kumulai bait per bait pelan tapi pasti.
Kumenanti seorang kekasih

Bila mentari bersinar lagi
Hatiku pun ceria kembali (asyik)
Kutatap mega tiada yang hitam
Betapa indah hari ini

'Ku menanti seorang kekasih
Yang tercantik yang datang di hari ini
Adakah dia 'kan selalu setia
Bersanding hidup penuh pesona?
Harapanku

Jangan kau tak menepati janji
Datanglah dengan kasihmu
Andai kau tak datang kali ini
Punah harapanku

Kutatap mega tiada yang hitam
Betapa indah hari ini

'Ku menanti seorang kekasih
Yang tercantik yang datang di hari ini
Adakah dia 'kan selalu setia
Bersanding hidup penuh pesona?
Harapanku
Jangan kau tak menepati janji
Datanglah dengan kasihmu
Andai kau tak datang kali ini
Punah harapanku.

Sepanjang lagu mereka semua bernyanyi mengikuti suaraku. "Terima kasih untuk kalian semua. Sebelum saya turun saya akan melemparkan satu bunga. Bagi mereka yang mendapatkannya. Kupastikan dia akan menjadi jodohku". Ucapku menutup penampilanku.

Kemudian aku melemparkan satu bunga lengkap dengan tangkainya. Aku mencabutnya di taman kantin. Kemudian dengan cueknya aku turun.
Diiringi tepuk tangan seluruh orang yang ada dilapangan ini.

Aku tidak berniat sungguhan dengan perkataanku barusan. Hanya sebagai pemanis diujung penampilanku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd