Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Apa yang kita cari? (Perjalanan mencari jati diriku)

STARTED

Seribu langkah dalam hidupmu, pasti selalu dimulai dengan satu langkah kakimu.


Aku bediri dengan gagah disamping tempat parkir. Hari ini adalah hari pertama kegiatan perkuliahan dimulai. Dimana ini adalah pertama kalinya aku akan bertemu dengan teman teman satu kelasku.

Tas berisi buku buku menempel dipundakku, bawahan celana Levis dan atasan kaos yang dibalut dengan kemeja lengan pendek. Aku memperhatikan sekelilingku yang menyuguhkan suasana baru. Suasana yang benar benar berbeda dengan ketika aku masih SMA.

Banyak mahasiswa yang datang bersama pasangannya. Ada yang diperlakukan layaknya seorang tuan putri. Seperti si cowok membukakan pintu mobil, atau si cowok membawakan buku buku tebal milik ceweknya. Ada juga yang saling berbagi canda gurauan. Ada yang hanya berjalan beriringan, semua itu dilakukan dengan pasangan mereka masing masing.

Tapi bukan berarti tidak ada orang sepertiku. Akan tetapi semua mahasiswa yang berjalan sendiri cenderung mempercepat langkah mereka. Mungkin saja karena mereka tidak percaya diri berjalan sendirian, atau bahkan mereka tidak tahan dengan kenyataan bahwa mereka sendiri dan tidak memiliki pasangan. Hahahahaha.


Setelah puas memandangi mahasiswa yang berlalu lalang. Aku mengayunkan kakiku untuk melangkah menuju gedung fakultas ekonomi, tepatnya ke papan pusat informasi yang tertempel didepan ruang administrasi Fakultas ekonomi, untuk mengetahui aku akan diletakkan di kelas berapa, dan dimana kelas itu berada.


Kerumunan mahasiswa baru mengerubuti papan pusat informasi, beberapa dari mereka fokus mencari nama mereka.
Sisanya hanya duduk santai, ngerumpi dengan teman baru mereka.
Aku yang tepat berada di tengah tengah kerumunan ini tanpa harus bersusah payah, telah berhasil menemukan nama dan letak kelas ku. Dikarenakan aku masuk kelas A jurusan manajemen keuangan. Namaku berada di daftar teratas.
Bukan apa apa, hanya saja karena namaku lengkapku yang berawalan huruf "A". Jadi tidak perlu aku capek capek. Akupun segera keluar dari kerumunan ini dan naik ke lantai tiga.


Setelah sampai dilantai tiga seseorang memanggilku."Woi za, lu di kelas mana?". Akupun menoleh ke sumber suara itu.
Di sisi selatan lantai tiga ini Harun, dan Andri sedang duduk santai di pinggir pagar. Segera aku mendatangi kedua temanku ini. "Tadi di pengumuman namaku ada di kelas A jurusan manajemen keuangan". Jawabku sambil salaman dengan mereka.
"Sama dong, dengan kita kita". Tambah Harun.
"Lah, lu siapa Har? Main anggep anggep aja". Sambil berkata demikian Andri menampakkan wajah merendahkan.
"Za, lu kenal dia kah?". Lanjut Andri mengerjai Harun.
"Kagak, lah bukannya dia hewan peliharaanmu ndri?". Tanyaku setelah tau niat Andri untuk mengerjai Harun.
"Guk, Guk, Guk". Dengan kesal Harun pun menirukan suara anjing. Mendengar itu aku dan Andri pun tertawa terbahak bahak.
"Sialan lu pada. Jadi selama ini kalian nganggep gua anjing?". Tanya Harun dengan wajah kesal.
"Aku enggak tuh, gatau kalo Andri". Elakku sambil ngeloyor masuk ke dalam kelas. Harun pun mengalihkan pandangannya kepada Andri.
Setelah beberapa langkah kaki ku. Aku menoleh kebelakang, di tempat kami bertiga tadi berdiri Andri dan Harun saling tumpang tindih. 'nih anak berdua udah kayak kucing waktu bercanda aja' ucapku dalam hati sambil mengelus dada dan gelengkan kepala. Hahahahaha.

Aku mengambil tempat duduk baris ketiga dari depan paling pojok kanan. Sedangkan Harun di sampingku. Andri dan Vira duduk disebelah bangku kami berdua.

Percaya atau tidak. Andri dan Harun baru saja berhenti dari acara tumpang tindih didepan kelas tadi setelah dosen datang. Dengan wajah malu mereka berdua masuk kedalam kelas.
Karena hari ini adalah hari pertama maka kegiatan dikelasku hanyalah perkenalan dengan sesama teman dan dosen pengajar.
Tidak lupa juga kami merundingkan "kontrak forum" didalam kontrak forum tersebut terdapat pernjanjian antara hak dan kewajiban mahasiswa, Batas toleransi keterlambatan, dan lain sebagainya demi kelancaran perkuliahan.
Bagian yang paling seru adalah ketika merundingkan Hak Hak mahasiswa.
Dengan percaya diri Harun mengajukan poin poin ngawur nya. Antara lain : boleh tidur dikelas ketika ngantuk, mahasiswa mendapatkan satu gelas kopi di setiap satu mata kuliah, dan mahasiswa berhak mendapatkan pasangan hidup.

Tidak sedikit dari kami tertawa dengan pengajuan yang dilakukan oleh Harun. Tentu saja, tuntutan yang diminta Harun ditolak mentah mentah oleh dosen kami. Dosen mana yang mau menuruti permintaan ngawur seperti itu. Pasti hanyalah dosen yang sama ngawur nya dengan Harun. Hahaha.

Aku yang duduk disampingnya tak kuasa menampakkan muka ku. Malu se malu malu nya aku punya teman seperti Harun ini. Tapi bukan berarti aku tidak berteman lagi dengan dia. Karena sepengetahuan ku orang seperti Harun ini adalah tipe orang yang setia kawan.

Aku, Dea, Vira, Harun, dan Andre.

Elvira Sagita Mawarni

Dea Ananda Mikola

Formasi duduk kami yang melingkar di salah satu gazebo kantin setelah mata kuliah yang hanya di isi kontrak forum tadi. "Gila tadi aku malu banget duduk samping Harun". Ucapku membuka obrolan.
"Emang ada apa sih tadi?". Tanya Dea.
"Jadi gini de, di kelasmu tadi ada kontrak forum nggak?". Tanyaku mencoba menjelaskan apa yang terjadi.
"Iya, ada. Kan emang semua kelas pasti ada. Terus?". Jawab Dea sambil menunggu penjelasan dari ku.
"Nah waktu pengajuan Hak mahasiswa tadi dia mintanya aneh aneh. Bayangin dia minta boleh tidur dikelas, mahasiswa mendapatkan kopi setiap mata kuliah berlangsung, dan dia minta pendamping hidup katanya". Aku mencoba menjelaskan semirip mungkin dengan kejadian tadi.
Sontak, mendengar penjelasan ku Dea yang sedang minum es pesanannya pun tersedak. Dea terbatuk batuk, ditengah batuk nya yang entah keberapa kali keluar lah ingus dari hidungnya.
Setelah batuk batuk Dea tertawa terpingkal pingkal sambil memeluk lenganku. Sialan, aku baru tersadar ternyata Dea membersihkan ingusnya dengan menempelkan hidung ke lenganku.
Andre dan Vira pun ikut tertawa. Entah karena menertawai kejadian kontrak forum. Ataukah menertawai ingus Dea.
Aku pun ikut tertawa.
Setelah semua agak tenang. Dea membuka tas dan merogoh isinya. Ia mengeluarkan beberapa lembar tissue dan memberikannya kepada ku.
"Maaf ya za, terbawa suasana tadi. Ga sengaja ingus ku di bahumu. Nih aku kasih tissue".
"Bersihin dong. Masa gamau tanggung jawab sih kamu". Isengku mengerjai Dea.
Dengan wajah manyun terpaksa Dea membersihkan ingusnya di bahuku.
"Ewwwwwhhh," Vira yang melihat ingus Dea bergidik jijik. Melihat hal itu Dea pun melempar tissue bekas ingusnya tepat mengenai baju Vira. Vira pun seperti orang kebakaran jenggot.
Andri yang ada disebelah Vira segera mengambil tissue itu dan melemparnya ke tempat sampah di samping gazebo.

Harun yang dari tadi diam kemudian bertanya kepada kami. " Habis ini mau kemana kalian semua?".
Kami pun saling memandang tanpa ada ucapan sama sekali.
"Gimana kalo habis ini kita ke cafe gitu?". Saran Harun lagi.
Kami masih tetap saling pandang tanpa berkata apa-apa.
"Nanti di cafe kita main kartu. Gua udah bawa kartu Remi". Kami tetap saja diam.
"Terus nanti kita main truth or dare. Gimana?". Harun terus saja mengoceh.
Namun, kami semua masih diam tidak bergeming. Kami hanya saling lirik. Dengan nafas agak berat Harun kemudian terpaksa berkata "Tenang, nanti Andre yang bayarin".
"Nah, itu yang dari tadi kita tunggu. Eh, bentar bentar. Hah? Gua yang bayar nih?". Perubahan mimik wajah Andre dari bahagia ke cemberut begitu cepat setelah mencerna kata kata dari Harun.
Sontak kami semua dengan kompak berteriak "setuju!".
Dengan terpaksa mau tak mau Andri pun mengiyakan hal itu. "Cafe mana nih?". Tanya Andri.
Dea kemudian memberi saran "cafe yang desainnya kaya tempo dulu di depan mini market itu enak deh kayaknya".
"Lu tau kan jalannya?". Tanyaku. "Ya taulah, masak ngasih saran tapi gatau tempatnya". Jawab Dea.
"Yaudah tunggu apalagi? Gass lah sekarang". Ajak Harun.

Kami semua pun segera menuju kendaraan masing masing. Andri, Harun dan Vira menaiki mobil Andre. Sedangkan aku mengendarai siblack kesayangan dengan ditemani oleh Dea. Kami berada didepan sebagai penunjuk jalan dan diikuti oleh mobil Andri dibelakang.

Ditengah perjalanan tiba tiba Dea berbicara "za, lu ada minat nggak sama dunia per-akting-an?".
"Hah? Gimana gimana?" Ucapku sambil memelankan laju siblack. Suara Dea sama sekali tidak terdengar karena tadi aku ngebut.
"LU ADA MINAT NGGAK SAMA DUNIA PER-AKTING-AN?". teriak Dea menaikkan volume suaranya keras keras. Buset, akupun menjauhkan kepala ku dari Dea. Bisa bisa tuli aku nanti.
"Pelan pelan dong kalo ngomong, tuli nih telingaku nanti". Ucapku.
"Habisnya gue ngomong pelan lu nggak kedengaran. Jadi gimana?". Tanya Dea "hmm, dunia per-akting-an ya? Menarik deh kayaknya". Ucapku menanggapi Dea.
Kemudian dengan hati berbunga bunga. Dea berkata kepada aku. "Yaudah besok ikut gua. Kita ikut latihan teater".
"Siap Deh, nanti kamu chat aku aja kelanjutannya gimana".
Karena percakapan ku bersama Dea, tak terasa tiba tiba kami sudah sampai di cafe tujuan.
Setelah memesan minum kami masing masing. Aku, Harun dan Andri menyulut rokok masing masing.
Sedangkan Dea dan Vira berpamitan ke toilet sedari tadi.

"Dimulai dong mainnya. Ya kali nongkrong kok pada diem dieman gini". Ucap Vira setelah dia selesai dari toilet.
"Main apaan dulu nih?" Tanya Harun menggoda.
Dengan jutek Vira berkata "Main kartu remi lah. Ya kali main boneka Barbie".
"Ah, itu mah mainan cewek'. Jawab Harun dengan cueknya.
"Lu juga main kali Har. Ngaku aja lu". Sergah Andri.
Sambil membagi bagikan kartu dengan santai Harun menjawab "emang, kan gua banci".
"Hah? Seruisan lu har?" Tanya Dea setengah tidak percaya.
"Ah, elu mah. Harun kok ditanggepin serius. Sejak kapan Harun bisa serius". Ucap Vira.
Setelah selesai membagikan kartu kami pun mengambil bagian kami masing masing. "Kalau gua serius mah, udah gua nikahin lu vir" jawab Harun.
"Yeee, gua sih ogah". Jawab Vira
"siapa juga yang mau serius". Kami berbincang bincang sambil sesekali melempar kartu ketika giliran kami bermain.
Permainan yang kami main kan ini biasa disebut spades (jika kalian tidak tau. Bisa di search di internet ya).
Setelah beberapa saat bermain. Harun lah yang keluar sebagai yang kalah. Kami semua kompak menanyai nya "truth or dare?". Harun pun memilih untuk "dare" kami semua memikirkan kira kira tantangan apa yang pas.
Tiba tiba Vira berseloroh "gimana kalo Harun nyanyi, mengelilingi seluruh cafe ini. Dari lantai satu sampai lantai dua".
"Ide bagus tuh" ucapku menyetujui saran Vira.
"Mampus lu har". Ejek Andri.
"Eits, tapi gua gak mau kalo harus nyanyi sendiri". Ucap Harun memberi syarat
"Yaudah kita main lagi. Lu liat aja jangan ikut main" jawab ku.
Kamipun bermain lagi untuk mencari pendamping Harun. Setelah beberapa waktu. Akhirnya Vira yang kalah. Gila, mereka semua jago sekali dalam bermain.
Hampir saja aku kalah. Untung sekali kartu yang kubawa bagus bagus.
Harun dan Vira pun bernyanyi sambil berjoget dari meja satu ke meja lain. Bahkan ada bapak bapak yang memberi uang kepada Harun. Dikiranya pengamen mungkin. Hahahahaha.

Setelah berputar putar tak karuan Harun dan Vira kembali ke meja kami dan melanjutkan permainan.
Kartu dibagikan. Ku buka kartu punyaku. Sial sekali kartunya benar benar jelek.
Dapat ditebak hasilnya. Aku kalah telak dari teman temanku.
Daripada nanti aku ditanyai aneh aneh kalau memilih truth. Lebih baik aku memilih dare saja.
Namun saat aku memilih dare. Andri menampakkan mimik muka yang mencurigakan. Sambil tersenyum licik Andri memberiku tantangan.
Ia menyuruh kami agak merapat. Kemudian Andri berbicara sambil berbisik "lu liat kan cewe yang duduk dipojok belakang gue ini".
Kami pun serempak menoleh ke arah yang ditunjuk Andri. "Udah jangan lama lama liatnya. Lu samperin dia. Ajak dia kenalan. Terus minta nomer ke dia". Lanjut Andri.
Glek, aku menelan ludah. Aku minder. Sebuah kemustahilan jika aku berhasil. Melihat model dan wajahnya saja dia sangat cantik sekali. Benar benar sesuai dengan tipe ku.
Namun fakta bahwa cewek itu sesuai dengan tipe ku. Membuat aku agak rendah diri. Disisi lain, aku sangat bersemangat sekali. Semoga saja aku berhasil.

Akupun berdiri tetapi sebelum aku melangkah Dea merapikan baju milikku dan menyuruhku untuk menyisir rambut.
"Rapiin dulu. Biar ceweknya klepek klepek". Saran Dea. Setelah selesai aku melangkah menuju meja cewek tersebut. Agak ragu sebenarnya. Di setiap jengkal langkah ku tak lupa aku kumpulkan keberanian dan berdoa kepada Tuhan agar diberi keberhasilan. Hufft, kenapa jadi serius begini sih. Batinku.

Jarak Antara aku dan wanita itu hanya sekitar 1 meter. Akan tetapi wanita tersebut belum menyadari keberadaan ku.
Akupun berdehem kecil untuk menarik perhatian wanita tersebut.
Seketika itu ia pun menoleh ke arahku.
Dengan senyum yang ramah ia bertanya kepadaku. "Ada yang bisa aku bantu?".
Uhh, senyumnya seakan akan membuat seluruh alam semesta berhenti sejenak karena terpesona oleh nya. Tak terkecuali diriku, aku hanya berdiri dengan wajah terpana dan mulut menganga.

Sungguh, jika aku diberi kesempatan untuk bertemu tuhan. Akan kutanyakan bagaimana Tuhan menciptakan wanita sempurna ini. Walaupun jika aku bertemu tuhan itu berarti aku harus mati. Aku rela. Hehehe

"Ehem, mas. Mas. Masnya masih disana?". Wanita itu melambai lambaikan tangannya ke arahku.
"Eh, iya mbak saya masih berdiri disini. Tapi pikiran saya agak melayang layang tadi". Ucapku dengan jujur. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Emm, namaku Alamsyah Reza. Mbak nya namanya siapa?". Tanyaku agak gugup.
Wanita itu menjulurkan tangannya mengajakku bersalaman. Ku sambut tangannya dengan tangan gemetarku. "Keisha Lavina zaida. Panggil aja Keisha". Ohh, namanya Keisha.

Keisha Lavina zaida

" Mbak nya masih kuliah atau sudah kerja?". Tanyaku.
"Aku masih mahasiswa semester satu jurusan sastra Indonesia di universitas padu damai". Jawabnya tetap dengan senyumnya yang ramah.
"Wah seumuran dong mbak. Aku juga semester satu. Jurusan manajemen keuangan universitas Garuda Muda".
"Eh, masnya tadi manggil kenapa ya?". Ditanya begitu. Akupun kelimpungan menjawabnya.
"Eh, begini mbak. Buat nambah teman saja. Boleh kan mbak? Sekalian saya minta nomer nya". Kataku mencoba setenang mungkin.
Sambil kusodorkan smartphone ku. "Ah, boleh mas". Dengan jari lentiknya. Keisha menulis nomor di smartphone ku.
"Makasih ya kei, nanti aku chat kamu nya. Mau gabung nggak sama temen temenku?". Tawarku kepada Keisha.
"Ah, Ndak usah mas. Kapan kapan saja. Saya sedang sibuk". Tolak Keisha dengan halus.
Akupun berpamitan kepada Keisha dan berjalan kearah teman temanku.

"Weh weh, pake jampi jampi (mantra) apa lu. Gampang banget dapat nya". Kata Harun.
Kok teman temanku udah tau? Kan aku belum memberi tahu mereka kalau aku sudah dapat nomornya. Ah, mungkin mereka semua nguping.
"Yeee. Dikira kayak lu Har. Wajarlah Reza dikasih. Siapa yang nggak meleleh lihat wajah Reza?" Bela Vira menanggapi ucapan Harun.
Kamipun melanjutkan sesi permainan kami. Beruntung banget aku dapet nomer cewek itu. Sepanjang permainan aku sering bengong.
Mengandaikan bahwa aku dan Keisha bersama. Menjalani kehidupan yang fana. Bersama sama sampai menua.
Namun berkali kali juga teman temanku mengomel karena aku yang sering bengong.
Aku dengar kan celotehan mereka sambil masih berangan angan. Akhirnya teman teman ku putus asa dalam mengomeli dan memutuskan untuk bermain tanpa ku.

Beginilah jatuh cinta. Dunia seakan milik bertiga. Aku, angan anganku, dan Keisha ku. Hahahaha.
Apakah ini awal dari perjalanan kisah cinta ku?
Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd