Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Berbagi Kisah mungkin bisa jadi obat untuk Kehidupan sup ayam [copas]

Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
reserved by MR

[spoiler='Daftar Cerita]
Pengorbanan Berbalas Duka
Menghargai Orang Lain
Kisah Pencuri Arthur Berry
Kekuatan sebuah Harapan
Berawal dari sebuah Sapaan
Harga sebuah pakaian
Cerita papan nama
Kisah gadis dengan setangkai mawar
kau tak akan tahu
kisah sipenebang pohon
kisah cinta dari china
inikah yang dinamakan keadilan
seorang pramugari
semangkuk bakmi panas
mertua vs menantu
mau jadi apa
Hidup kita hanya Tuhan & kita sendiri yg menentukan
satu jam bersama ayah
begitu sempurna istriku
kisah 2 negro dlm lift
karean kamu adalah tulang rusuku
kepingin kembar
wanita bahagia
cerita cinta yg tak pernah padam
lupa makan permen
penyesalan suami terhadap mantan istrinya
cerita 2 srigala
sebuah pilihan yg sulit
aku pernah datang aku sangat patuh
nilai seikat kembang



[/spoiler]
 
Terakhir diubah:
Cerita I

[spoiler='Pengorbanan Berbalas Duka]

Cerita ini mengisahkan perjalanan sepasang kekasih yang berakhir dengan duka.
Si pria sebut saja Anton dan wanitanya sebut saja Intan.
Anton adalah seorang pria yg menjadi buta karena sebuah kecelakaan.
Sejak ia menjadi buta, ia merasa terasing dari lingkungannya.
Ia merasa tidak ada seorang pun yg memperhatikan atau menyayanginya.
Hingga kemudian hadirlah Intan dalam hidupnya.
Intan sangat sayang dan perhatian pada Anton.
Ia tidak pernah mempermasalahkan kebutaan Anton sebagai suatu kekurangan yg berarti.
Ia sungguh-sungguh mencintai Anton dengan tulus.

Suatu hari Anton bertanya kepada Intan, "Mengapa kamu begitu menyayangiku?"
"Hmmm..entahlah..aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu,
yg aku tahu..aku benar-benar tulus menyayangimu." jawab Intan dengan senyum manisnya.
"Tapi..aku kan buta..apa yg bisa aku perbuat untukmu..?
apa yg bisa aku berikan buatmu..?" tanya Anton untuk meyakinkan.
Dengan lembutnya Intan merabahkan kepalanya di dada Anton,
"Ton..aku tidak mengharap apapun darimu..buatku..
kamu bisa ceria setiap hari dan menyayangiku dengan tulus itu sudah cukup.
Aku senang ketika kau merasa senang."

Mendengar jawaban seperti itu Anton merasa terharu,
"Belum pernah ada orang yg begitu menyayangi aku yg buta seperti ini."
ucap Anton seraya memeluk tubuh gadis yg dicintainya itu sambil membelai rambutnya yang panjang,
"Intan kalo sampai suatu saat nanti aku bisa melihat lagi..aku pasti akan menikahimu.
Karena hanya kamulah satu-satunya orang yang dengan tulus menyayangiku."
Benarkah..?" tanya Intan dengan raut muka ceria
Dengan penuh kasih sayang Anton meyakinkan hati Intan,
"Aku janji..kalau suatu saat nanti aku bisa melihat, PASTI aku akan menikahimu."
Lalu kedua pasang kekasih itu semakin erat berpelukan,
dengan bayangan indahnya masing-masing tentang masa depan yang indah.
Tentang pernikahan yang telah dinantikan dengan penuh kebahagiaan.

Hari-haripun berjalan, sepasang kekasih inipun semakin erat dan saling menyayangi.
Sampai saat yang dinantikan telah tiba,
Anton melakukan operasi cangkok mata dan berhasil..ia mampu melihat lagi..
Ia pun tidak sabar untuk segera menemui kekasihnya Intan.
Pergilah ia mencari Intan, sampai ia berhasil menemukannya.
Namun alangkah terkejutnya ia mengetahui bahwa ternyata Intan adalah seorang gadis buta..
Ia tidak bisa menerimanya..Ia pun menolak Intan.
Anton telah lupa akan semua janjinya...

Melihat kenyataan itu hati Intan menjadi hancur, hatinya menangis,
sambil meraba dia berusaha menghampiri kekasihnya Anton,
"Bukankah kamu sudah berjanji akan menikah denganku..?" tanya Intan mengingatkan kekasihnya kembali.
Tapi dengan sekenanya Anton menjawabnya dengan ketus dan sedikit bimbang,
"Emmm.... ya memang aku pernah berkata begitu..tapi tidak dengan keadaanmu yg seperti ini.
Maaf Intan, aku tidak bisa menikah dengan gadis buta sepertimu.
Keinginanku untuk sembuh agar aku bisa jadi orang normal kembali,
jika orang-orang tahu bahwa istriku nanti adalah orang buta, lalu apa kata mereka nanti?"
Antonpun pergi meninggalkan Intan yang dirundung kedukaan
dan kekecewaan akan kenyataan yang telah menimpa dirinya.
Tidak kuat menerima perlakuan Anton yang telah menghianatinya,
dia bertekad mengakhiri hidupnya dengan menyayat urat nadinya dengan silet.

Saat ia ditemukan meninggal..ada sepucuk surat digengngamannya yang ditujukan untuk kekasihnya Anton.

"Dear Anton.....
Memang tidak banyak yg bisa aku berikan padamu..
tidak banyak yg bisa aku lakukan untukmu...
Namun..aku sungguh-sungguh tulus menyayangimu...
Semoga kedua mataku itu bisa berguna bagimu..
bisa membawakan terang dan keceriaan dalam hidupmu kembali.."
Membaca surat itu, Anton merasa sangat menyesal.
Dia tidak tahu bahwa orang yang dengan rela memberikan mata untuk dirinya adalah kekasih
yang selama ini mencintainya, menyayanginya dan menjaganya dengan tulus.
Namun penyesalan hanya tinggal penyesalan. Intan yang telah rela berkorban untuk dirinyapun telah pergi.
Yang tersisa hanyalah perasaan bersalah yang akan tersimpan sampai mati."


~Kadang kala kita tidak boleh melihat sesuatu hanya dengan mata...
melainkan juga dengan hati kita..
Mata itu bisa menipu..namun hati tidak..
kata hati slalu merupakan kejujuran terdalam dalam hidup manusia~


[/spoiler]
 
Cerita II


[spoiler='Menghargai ORang Lain]

Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur.
Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan
dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas,
kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan.
Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan
kemudian dibacakan di acara tersebut,
yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut,
"Yang terhormat Pak Direktur.
Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "tolong",
setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya.
Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "maaf",
saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat
karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih"
kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.
Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya
sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan.
Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya.
Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin."

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu,
serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.
Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya,
terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan,
yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja,
ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut.
Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan,
karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan
dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.

Pembaca Yang Budiman,

Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana
tetapi mempunyai dampak yang positif.
Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan?
Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban
dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya.
Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

[/spoiler]
 
Cerita III

[spoiler='Kisah seorang Pencuri Arthur Barry]

Pencuri ini bernama Arthur Barry.
Dia adalah seorang pencuri yang luar biasa dan spesialisasinya adalah mencuri perhiasan.
Barry mendapat reputasi internasional sebagai salah satu pencuri paling terkemuka sepanjang masa.
Dia bukan hanya seorang pencuri perhiasan yang sukses, dia juga seorang penilai barang seni.
Bahkan dia menjadi orang yang tinggi hati dan tidak bersedia mencuri dari sembarang orang.

Para "prospek"-nya bukan hanya harus mempunyai uang dan perhiasan untuk bisa memancingnya berkunjung,
tetapi nama mereka juga harus terdaftar di eselon atas masyarakat.
Kurang lebih menjadi lambang status bila mereka dikunjungi dan dirampok oleh "pencuri ksatria" ini.
Perasaan ini menyebabkan kepolisian sangat malu.

Suatu malam, Barry tertangkap ketika sedang merampok dan ditembak tiga kali.
Dengan peluru bersarang di tubuhnya, pecahan kaca di matanya, dan menderita rasa sakit yang luar biasa,
dia membuat pernyataan yang tidak terlalu di luar dugaan, "Saya tidak akan melakukannya lagi."

Tidak lama setelah dipenjara, dia berhasil meloloskan diri, dan selama tiga tahun berikutnya hidup bebas di luar penjara.
Kemudian seorang wanita yang cemburu melaporkannya dan Barry menjalani hukuman penjara selama delapan belas tahun.
Setelah dibebaskan, Barry memenuhi janjinya.
Dia tidak pernah menjadi pencuri perhiasan lagi.
Bahkan dia menetap di sebuah kota kecil di New England dan menjalani kehidupan sebagai warga teladan.
Warga kota setempat menghormatinya dan menjadikannya ketua organisasi veteran lokal.

Walau demikian, akhirnya bocor berita bahwa Arthur Barry,
pencuri permata yang terkenal itu, berada di tengah-tengah mereka.
Wartawan dari seluruh negeri berdatangan ke kota kecil itu untuk mewawancarainya.

Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan dan akhirnya seorang wartawan muda mendapatkan inti persoalan
ketika dia mengajukan pertanyaan yang paling dalam,
"Pak Barry," dia bertanya, "Anda mencuri dari banyak orang kaya selama tahun-tahun kehidupan Anda sebagai pencuri,
tetapi saya ingin tahu apakah Anda masih ingat siapa yang paling banyak Anda curi?"

Tanpa keraguan sedikitpun, Barry menjawab,
"Itu mudah. Dengan bakat dan kepandaian yang saya miliki,
seharusnya saya menjadi usahawan yang sukses, seorang baron di Wall Street,
dan warga masyarakat yang berjasa memberikan banyak sumbangan,
tetapi sebaiknya saya memilih kehidupan sebagai pencuri
dan melewatkan dua pertiga masa dewasa saya di balik terali besi penjara.
Ya, orang yang paling banyak saya curi adalah diri saya sendiri!"

Apakah kita adalah
"Arthur Barry" yang lain, yang "salah" memanfaatkan bakat dan kemampuan kita
dan menghabiskan sebagian besar masa produktif kita dalam "terali besi" yang kita ciptakan sendiri?....
Yg bisa menjawabnya adalah diri kita sendiri

[/spoiler]
 
Cerita IV

[spoiler='Kekuatan Sebuah Harapan]

Dahulu, ada seorang pengusaha yang cukup berhasil di kota ini.
Ketika sang suami jatuh sakit yg cukup parah,
satu per satu pabrik mereka dijual.
Harta mereka terkuras untuk berbagai biaya pengobatan dan biaya hidup,
karena sang pencari nafkah sedang terbaring tak berdaya.
Hingga akhirnya mereka harus pindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana.
Sang suami pun telah tiada.

Beberapa tahun kemudian,
rumah makan itu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil sebelah pasar.

Setelah lama tak mendengar kabarnya,
kini setiap malam tampak sang ibu tua dibantu oleh anak dan menantunya
menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota.

"Cucunya sudah beberapa bu", tanya orang-orang yg masih mengenal masa lalunya yang berkelimpahan.
Namun, ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli.

Lalu seorang pembeli yg mengetahui kisah ibu penjual nasi itu memberanikan diri utk bertanya
"Wahai ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?"

Si ibu tersenyum ramah lalu menjawab
"Harapan nak! Jangan kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar,
karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya.
Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita tak kan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian.
Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia".
Ibarat sebuah kendaraan...
Harapan adalah bahan bakar dalam kehidupan kita.
Kendaraan akan mati dan tidak bisa berjalan normal jika bahan bakarnya habis,
begitupun kita jika kehilangan sebuah harapan.
Semakin besar harapan seseorang, maka semakin kuatlah keyakinannya dalam melangkah.


[/spoiler]
 
Cerita V

[spoiler='Berawal dari Sebuah Sapaan]

"Ga usah"
jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus
itu terus terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku
"kenapa dia tidak mau menerima ongkos itu ?". Turun di terminal,
sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru, menghampiri gerobak pedagang air tebu.

Bapak itu buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya,
padahal dia belum meminta.
Rupanya si bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh.
Bukan hari ini saja, seakan-akan setiap hari selalu ada orang baik untuknya.

Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam istirahat,
seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok kelas kuliah memanggilnya.
Dengan gembira dia kembali, "nih satu buat kamu" sambil membawa dua bungkus tahu isi,
"dikasih si Ibu" lanjutnya sambil tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.

Belum lagi, minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke tangannya.
Aku berusaha sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya.
Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu berprestasi.
Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain.
Ya.. aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku.

Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan.
Anehnya, dia tidak pernah kehabisan bahan.
Dari terminal sampai kampus, sang kenek seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol.
Begitu juga wajah pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya.
Aha ! aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya.

Karena sifatnya yang ramah,
dia tidak saja punya teman sesama fakultas, tapi juga dari fakultas lainnya.
Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli dagangan si ibu.

Masih dengan rasa penasaran,
kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu memberi gratisan kepadanya "ga rugi tuh ?".
Sungguh terperanjat aku mendengar jawaban knek itu
"Wah, ga sebanding mba dengan jajan yang selalu diberinya untukku".

Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu,
karena aku sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang guru
"Orang mendapatkan bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya."
Barang siapa yg suka menabur kebaikan,
maka diapun akan mendapatkannya di kemudian hari... begitupun sebaliknya.
Keramahtamahan dan kemuliaan budi seseorang langsung dibalas oleh Tuhan lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya yang lain.
Semuanya berawal dari sebuah "sapaan".



[/spoiler]
 
"..aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu,
yg aku tahu..aku benar-benar tulus menyayangimu..
" I LOVE THIS STATEMENT... :beer:
 
Terima Kasih pak Momod. atas hikmah yang bisa. di ambil. dari kisah di atas.
 
"..aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu,
yg aku tahu..aku benar-benar tulus menyayangimu..
" I LOVE THIS STATEMENT... :beer:

Terima Kasih pak Momod. atas hikmah yang bisa. di ambil. dari kisah di atas.

makasih dah mampir suhu ...indahnya berbagi :rose:
 
Cerita VI

[spoiler='Harga Sebuah Pakaian]

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang,
turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.
Mereka meminta janji. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung,
udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut.
"Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat.
"Kami akan menunggu," jawab sang Wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka,
dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi.
Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,"
katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk.
Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.
Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya,
rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.

Sang wanita berkata padanya,
"Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard.
Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan.
Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkah?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah.
Dia tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar,
"Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal.
Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan."

"Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat,
"Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya.
Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak,
"Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung?!
Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."
Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang.
Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.

Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan,"
Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas,
mengapa tidak kita buat sendiri saja?" Suaminya mengangguk.

Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.
Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi,
melakukan perjalanan ke Palo Alto, California,
di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka,
sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.
Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.


Kita..... mungkin seperti pimpinan Harvard itu yg acap silau oleh baju dan lalai.
Padahal baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak
ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena pakaian dan penampilan seseorang acap menipu.

[/spoiler]
 
Cerita VII

[spoiler='Cerita Papan Nama]

Berbagi Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar.
Ia memasang papan pengumuman bertuliskan
"Di sini Jual Ikan Segar"

Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.

"Mengapa kau tuliskan kata DISINI ?
Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?"

"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.

"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tahu kalau
yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?

"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN"

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya :
"Mengapa kau tulis kata JUAL? bukankah semua orang sudah tau kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?

Benar juga pikir si penjual ikan,, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN"

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya
: "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua
orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging?

"Benar juga" pikir sipenjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Apa makna cerita diatas????

Dalam hidup ini kadang kala kita merasa bimbang utk memutuskan sesuatu,
kita berusaha mengambil sebuah tindakan tapi takut salah.
Ato kita sudah memutuskan sesuatu, namun kadang keputusan
kita sering berubah krn ada org yg meragukan keputusan kita.
Kita tidak mungkin bisa memuaskan semua orang....
krn bila kita ingin memuaskan mereka semua, kita takkan mendapatkan apa-apa



[/spoiler]
 
Update terus suhu..

bagus2 kisah nya.. ijin copas n buat story telling..
 
Cerita VIII

[spoiler='Kisah Gadis dengan setangkai Mawar]

John Blanford berdiri tegak dari bangku di Stasiun Kereta Api sambil melihat ke arah jarum jam,
pukul 6 kurang 6 menit. John sedang menunggu seorang gadis yang dekat dalam hatinya
tetapi tidak mengenal wajahnya, seorang gadis dengan setangkai mawar.

Lebih dari setahun yang lalu John membaca buku yang dipinjam dari Perpustakaan.
Rasa ingin tahunya terpancing saat ia melihat coretan tangan yang halus di buku tersebut.
Pemilik terdahulu buku tersebut adalah seorang gadis bernama Hollis Molleon.
Hollis tinggal di New York dan John di Florida John mencoba menghubungi sang gadis
dan mengajaknya untuk saling bersurat. Beberapa hari kemudian,
John dikirim ke medan perang, Perang Dunia II.
Mereka terus saling menyurati selama hampir 1 tahun.
Setiap surat seperti layaknya bibit yang jatuh di tanah yang subur dalam hati masing2 dan jalinan cinta merekapun tumbuh.

John berkali-kali meminta agar Hollis mengirimkannya sebuah foto.
Tetapi sang gadis selalu menolak,
kata sang gadis "Kalau perasaan cintamu tulus John, bagaimanapun rupaku tidak akan merubah perasaan itu,
kalau saya cantik selama hidup saya akan
bertanya-tanya apakah mungkin perasaanmu itu hanya karena saya cantik saja,
kalau saya biasa2 atau cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis hanya karena kesepian
dan tidak ada orang lain lagi dimana kamu bisa mengadu.
Jadi sebaiknya kamu tidak usah tahu bagaimana rupa saya.
Sekembalinya kamu ke New York nanti kita akan bertemu muka.
Pada saat itu kita akan bebas untuk menentukan apa yang akan kita lakukan.

"Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun Pusat di New York pukul 6 sore setelah perang usai.
"Kamu akan mengenali saya, John,
karena saya akan menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kera bajuku", kata Nona Hollis.

Pukul 6 kurang 1 menit sang perwira muda semakin gelisah, tiba2 jantungnya hampir copot,
dilihatnya seorang gadis yang sangat cantik berbaju hijau lewat di depannya,
tubuhnya ramping, rambutnya pirang bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa cantiknya....
Sang perwira mulai menyusul sang gadis,
dia bahkan tidak menghiraukan kenyataan bahwa sang gadis tidak mengenakan bunga mawar
seperti yang telah disepakati.
Hanya tinggal 1 langkah lagi kemudian John melihat seorang wanita berusia 40 tahun
mengenakan sekumtum mawar merah di kerahya.
"O.... itu Hollis!!!!"

Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk.
Gadis berbaju hijau hampir menghilang.
Perasaan sang perwira mulai terasa terbagi 2 ingin lari mengejar sang gadis cantik
tetapi pada sisi lain tidak ingin menghianati Hollis yang lembut dan telah setia menemaninya selama perang.
Tanpa berpikir panjang, John berjalan menghampiri wanita yang berusia setengah baya itu dan menyapanya
"Nama saya John Blanford, anda tentu saja Nona Hollis, bahagia sekali bisa bertemu dengan anda,
maukah anda makan malam bersama saya?
" Sang wanita tersenyum ramah dan berkata "Anak muda,
saya tidak tahu apa artinya semua ini,
tetapi seorang gadis yang berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya untuk mengenakan bunga mawar ini
dan dia mengatakan kalau anda mengajak saya makan maka saya diminta untuk memberitahu anda
bahwa dia menunggu anda di restoran di ujung jalan ini, katanya semua ini hanya ingin menguji anda." (NN)

Pernahkah terpikir oleh anda sekalian, bahwa si pemuda bernama John Blanford di atas
akan menarik semua perkataan-perkataan cinta romantis yang pernah di tulis dalam surat- suratnya apabila,
katakanlah memang benar ternyata Nona Hollis hanyalah seorang wanita gemuk dengan rambut hampir beruban.
Untunglah John seorang yang sangat cerdas dan berhikmat.
Dia bisa saja berpikir pasti dapat mengeluarkan sebuah alasan lain untuk mengagalkan lamarannya.
Dan tentunya jika itu terjadi, maka cerita ini pasti tidak akan ada.

[/spoiler]
 
Cerita IX

[spoiler='Kau tak akan tahu]


Alkisah di suatu negeri burung, tinggallah bermacam-macam keluarga burung.
Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang bersuara lembut hingga yang bersuara menggelegar.
Mereka tinggal di suatu pulau nun jauh di balik bukit pegunungan.

Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di sana.
Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok burung.
Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai, burung Kondor,
burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang bertugas melindungi dan
menjaga keselamatan penghung negeri burung.

Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur.
Kicau mereka selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan gesekan daun.
Burung-burung berbulu warna warni, pemberi keindahan.

Mereka bertugas bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni
bulunya terlihat semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan.
Dan rasa gembira bisa menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang.

Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya.
Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya,
di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 3 anak elang yang
nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari
cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah.

Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk calon anak yang tak jadi.
Perlahan-lahan sang induk memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anak-anak elang.
Kejam...? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan
jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang
hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan.

Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang berbentuk jelek karena tak berbulu,
kini mulai menampakkan keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing.
Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna.

Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak
ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak
jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon.

Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang jantan menjaga sarang.
Salah seekor anak elang bertanya:
"Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?"

Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan berkata:
"Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba,
makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat". Usai sang elang jantan berkata,
induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkan kuat-kuat.

Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang.
Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan.
Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang jantan.

Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim semi.
Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan.
Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.

Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi bulu-bulu kasar.
Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi sarang,
ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi sarang sehingga
ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati
sang anak seraya berkata: "Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat!"

Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak
mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh
dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah.
Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang.

Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak.
Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak.
Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan.
Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak
kembali ke sarang.

Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang.
Jangankan berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap.
Berdiri di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang dalam jarak pendek.
Hal pertama yang diajarkan induk dan elang dan elang jantan
adalah berusaha agar tidak mendarat keras di dataran.

Lama berselang setelah melihat ke dua saudaranya berlatih, si elang yang pernah jatuh bertanya pada ibunya:
"Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?"
"Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!" jawab si induk elang dengan penuh kasih.
"Tapi aku takut!' ujar si anak
"Kami tahu, karenanya kami ta memaksa." Jawab si induk elang lagi.
"Lalu apa yang harus kulakukan agar aku berani?" tanya si anak
"Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!"
"Bagaimana caranya?"
"Percayalah pada kami!" Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di tepi sarang.

Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak elang bertanya lagi.
"Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?"
Dengan tenang si elang jantan berkata: "Anakku kalau kau tak pernah merentangkan dan mengepakkan sayapmu,
kami tidak pernah tahu, apakah kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!"

Lalu si induk elang menambahkan: "Mulailah dari sekarang, karena langkah kecilmu
akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari langkah awal, anakku
!"

Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang jantan.
Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya sendiri.
Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan.

Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji akan berlatih dan mencoba.
Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung,
maka tahulah ia,
bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun untuk melangkah.
Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad.
Tapi tekad itu harus diwujudan dengan tindakan nyata walau di mulai
dari langkah yang kecil.

[/spoiler]
 
Cerita X

[spoiler='Kisah si Penebang Pohon]

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya.
Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik,
sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan
dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang,
sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus,
"Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu.
Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi,
tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon.
Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan.
Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan.
"Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku.
Bagaimana aku dapat mempertanggungjawab kan hasil kerjaku kepada majikan?"
pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa.

Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai
dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"

"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu.
Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga," kata si penebang.

"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah,
maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama,
menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun.
Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu,
agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan.

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih,
si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

"Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu"

Istirahat bukan berarti berhenti.

"Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu"

Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.

[/spoiler]
 
Cerita XI

[spoiler='Kisah Cinta dari China]

Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia.

Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua,
yang melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.

Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga
dengan tangannya untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia
di dalam goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.

50 tahun yang lalu, Liu Guojiang,
pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama Xu Chaoqin ...

Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare,
teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka
dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....

Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua.....
Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya,
pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin,
di sebelah selatan Chong Qing.

Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa,
tidak ada listrik atau pun makanan.
Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu.
Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.

Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan ia berulang-kali bertanya,
"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab,
"Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik".

Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu,
Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah.
Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.

Setengah abad kemudian, di tahun 2001,
sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu.
Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.

Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan,
"Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun
dan tak pernah berpisah sehari pun.
Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku,
walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.

Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun.
Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya.
Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya.
Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.

"Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai aku meninggal,
sekarang kau telah mendahuluikun, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?"

Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini
sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.

Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China,
yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly.

Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu,
dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus.



[/spoiler]
 
Cerita Ke XII
my favorite


[spoiler='Inikah yang Dinamakan Keadilan]

Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian kriminal di LP,
pengalaman kali ini adalah pengalaman saya ngobrol langsung dengan seorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.
Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang megira gambaran orang yang akan saya temui.

Well,, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas,
salah satu supir membawa seorang anak menghadap saya. Yup, benar seorang anak berumur 12 tahun.
Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu.
Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh supirnya itu. Sebelum masuk penjara,
ternyata ia adalah juara kelas disekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, jaura mengaji dan azan ditingkat kanak-kanak,
kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah,
didalam penjarapun nilainya sekolahnya tercatat kedua terbesar tinggkat provinsi.
Lantas kenapa ia sampai membunuh ? dengan rencana pula ?

Kasus ini terjadi ketika arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia 11 tahun.
Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah be*** , dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu.
Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi.
Berita ini rupanya sampai ditelinga arif.
Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat preman mangkal tersebut.
Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.

"Siapa yang membunuh ayah saya ?" Teriaknya kepada orang yang ada ditempat itu.
"Gue, trus kenapa ?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa dibelakangnya.
Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menusukkan pisau keperut si preman.
Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah.
Arif pun langsung lari pulang kerumah setelahnya.
Akhirnya seleseai sholat subuh esok paginya ia dibawa kekantor polisi.

"Arif nih bikin repot petugas di lapas !"
ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum.
Ternyata sejak dipenjara 2 tahun lalu, anak ini sudah 3 kali melarikan diri dari selnya.
Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.

Pelarian pertama dilakukan dengan cara yang tak terpikirkan oleh siapapun.
Setiap pagi sampah-sampah dari lapas itu dijemput oleh mobil kebersihan.
Sadar akan hal ini, diam-diam arif menyelinap kedalam salah satu kantung sampah.
Hasilnya 1-0 untuk arif. Ia berhasil keluar dari penjara.

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape.
(ingat loh waktu wawancara usianya baru 12 tahun).
Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawa panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras.
Kebetulan pula dilapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu.
Setiap disediakan uli arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkan kedinding tembok sel tahanannya.
Hasilnya setelah 4 bulan tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat.
Satu bulan lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke 2 kalinya.

Pelarian ketiganya dilakukan ala mission imposible.
Arif yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai solusi.
Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu disampingnya didalam kamarnya.
Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat,
Arif memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.
Ruang kepala lapas menjadi pilihannya.
Alasannya jelas karena tidak pernah satupun penjaga berani memeriksa ruangan ini.
Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok.
Jangan tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tau-tau ia sudah di luar. 3-0 untuk arif.

Lantas kenapa ia masih tertangkap lagi ? Rupanya kepintaran itu masih ada berada disebuah kepala bocah.
Pelarian-pelariannya didorong dari rasa kangennya terhadap Ibunya.
Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang Ibunda tercinta.
Jadi dari lepas tangerang ia menumpang-numpang mobil omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan 1 tujuan 'pulang'.

Karena itu pula pada pelarian ketiga,
kepala lapas yang juga seorang Ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput arif.
Hasilnya dua hari kemudian arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala lapas yang ditulisnya sendiri.

"Ibu kepala Lapas , arif minta maaf .. tapi arif kangen sama Ibu arif" tulisannya singkat.

Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara.
Tapi saya tidak lantas berfikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan.
Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang.
Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, Polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah
(secepat polisi menangkap arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada ditempat seperti ini.
Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.
sayangnya si arif itu cuma anak pedagang sayur miskin,
sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib.
Apa itu yang namanya KEADILAN ?!

Bayangkan ... dengan begitu hebatnya si arif keluar dari penjara hanya untuk menemui Ibunya tersayang..
Makanya gan..suhu.. bro.. sis.. khususnya yg jauh dari orang tua,
apa salahnya kalo kita sering pulang ke hum untuk menengok sang Ibu tercinta,
meskipun banyak makan waktu dan biaya.


[/spoiler]
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd