Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Berbagi Kisah mungkin bisa jadi obat untuk Kehidupan sup ayam [copas]

Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Bimabet
CERITA XIII

[spoiler='Seorang Pramugari]

Saya adalah seorang pramugari biasa dari china Airline.
Karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun
dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan,
setiap harinya hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 17 juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya
terhadap pekerjaan maupun hidup saya.
Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari shanghai menuju peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua,
dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang.
Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju,
seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum,
ketika melewati baris 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut,
dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakan mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak,
kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya,
lalu kami membiarkan duduk dengan tenang,
menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya,
kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit,
dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ketoilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarang,
takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya
dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ketoilet,
pada saat menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat dia melirik kepenumpang sebelahnya dan menelan ludah,
dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia.
Ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah,
kami mengatakan engkau sudah haus minumlah,
pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami,
kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara,
merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir.
Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil,
karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan
itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh,
kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.
Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik,
putra sulung sudah bekerja dikota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking.
Anak sulung yang bekerja dikota menjemput kedua orangtuanya untuk tinggal bersama dikota
tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa,
sekali ini orangtua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking.
Anak sulungnya tidak tega orangtua tersebut naik mobil megitu jauh,
sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama – sama ke Peking,
tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri.
Akhirnya dengan terpaksa disetujui dengan anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya,
ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara,
dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri,
katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur,
akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut diatas bagasi tempat duduk,
akhirnya dia bersedia dengan hati – hati dia meletakkan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya,
dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan,
meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar,
saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil ?
dan meminta saya meletakkan makanannya dikantong tersebut.
Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak,
dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.
Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya,
dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang
ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut,
tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami,
dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri ,
perbuatan yang tulus tersebut benar – benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah berlalu,
tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat,
dia yang terakhir berada di pesawat.
Kami membantunya keluar dari pintu pesawat,
sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya,
yaitu dia berlutut menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi – tubi,
dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai,
kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak.
Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik,
saya tidak tau bagaimana mengucap terima kasih kepada kalian.

Semoga tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis
dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan
menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam – beragam penumpang saya sudah jumpai,
yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain – lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami,
kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan,
hanya menyajikan minuman dan makanan,
tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih,
sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta,
dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya,
perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.

Janganlah kalian memandang orang dari penampilan luar, tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat

[/spoiler]
 
CERITA XIV

[spoiler='Semangkuk Bakmi Panas]


Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan,
ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.
Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata
"Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" " Ya, tetapi, aku tdk membawa uang"
jawab Ana dengan malu-malu "Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai.
"Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
"Ada apa nona?" Tanya si pemilik kedai.
"tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !,
tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah
dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah"
"Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri"
katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana,
menarik nafas panjang dan berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini,
aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu.
Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini,
mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya"

Ana, terhenyak mendengar hal tsb. "Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb?
Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih,
tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun,
aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.
Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.
Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.
Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah

"Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur,
makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang".
Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil
yang diberikan kepada kita. Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita,
kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup Kita. terutama. ibu kita.
selamat hari ibu :rose:

[/spoiler]
 
Terakhir diubah:
CERITA XV

[spoiler='Mertua VS Menantu]

Seorang gadis Cina bernama Li-Li menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua.
Semenjak itu, Li-Li menyadari bahwa dia tidak dapat menyesuaikan diri dengan ibu mertuanya dalam semua perkara.
Sikap dan prinsip mereka berbeda dan Li-Li sangat marah dan tidak begitu menyenangi ibu mertuanya.
Li-Li juga sering dikritik ibu mertuanya. Hari demi hari, minggu
demi minggu, Li-Li dan ibu mertua tidak pernah berhenti berleter dan bertengkar.
Keadaan menjadi bertambah buruk, kerana berdasarkan tradisi Cina,
Li-Li harus taat kepada setiap permintaan ibu mertua.
Semua ketegangan dan pertengkaran di dalam rumah menyebabkan si suami yang miskin itu berada didalam tekanan.
Akhirnya, Li-Li tidak tahan lagi dengan sikap panas baran dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Li-Li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr. Huang, yang menjual herba ubatan Cina.

Li-Li menceritakan segala masalah yang dialaminya dan meminta Mr.Huang
memberinya sejumlah racun supaya masalahnya dapat diselesaikan.
Mr. Huang berfikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata,
Li-Li, saya akan menolong kamu, tapi kamu harus dengar dengan teliti
dan melakukan apa yang saya suruh
Li-Li menjawab, Baik, saya akan melakukan apa saja yang pakcik minta.
Mr. Huang mencari-cari sesuatu di dalam sebuah bilik dan kembali
beberapa menit kemudian dengan membawa sejumlah herba.
Dia memberitahu Li-Li, Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bertindak-balas cepat untuk
membunuh ibu mertuamu, kerana nanti akan menyebabkan orang berasa curiga.
Oleh sebab itu saya memberi kamu sejumlah herba yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu.

Setiap hari masakkan daging atau ayam dan kemudian campurkan sedikit herba ini.
Untuk memastikan bahawa tidak ada orang yang mencurigaimu, kamu harus berhati-hati dan berbuat baik dengan ibu mertuamu.
Jadikan dia sebagai sahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan layani dia seumpama seorang ratu.
Li-Li berasa sangat senang. Dia kembali ke rumah dan mula merancang pembunuhan ibu mertuanya.
Minggu demi minggu berlalu, bulan berganti bulan, dan setiap hari, Li-Li
memasakkan ibu mertuanya dengan masakan yang dibuat secara khusus.
Li-Li ingat segala pesanan Mr. Huang. Untuk mengelakkan sebarang kecurigaan,
Li-Li berhati-hati mengawal emosinya, mentaati ibu mertuanya,
melayan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri dan bersahabat.
Setelah enam bulan berlalu, suasana rumah berubah menjadi ceria.
Li-Li telah belajar mengawal emosinya
dengan baik sehingga hampir tidak pernah meledak dalam amarah atau
kekecewaan. Dia tidak bertengkar sekalipun dengan ibu mertuanya,
yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah bersahabat.

Sikap ibu mertua terhadap Li-Li juga berubah. Dia mula menyayangi Li-Li seperti anaknya sendiri.
Dia semakin senang memberitahu teman-teman dan kenalannya
bahwa Li-Li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya.
Li- Li dan ibu mertuanya sekarang sangat rapat di antara satu sama lain.
Suami Li-Li turut gembira melihat perubahan yang berlaku.
Suatu hari,Li-Li datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi.
Dia berkata,Mr. Huang, tolonglah saya untuk
mencegah racun itu membunuh ibu mertua saya.
Dia telah berubah menjadi seorang wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri.
Saya tidak ingin dia mati kerana racun yang saya berikan.

Mr. Huang tersenyum dan mengangkat kepalanya. Li-Li, tidak usah bimbang.
Saya tidak pernah memberimu racun.
Herbal yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya.
Satu2nya racun yang pernah ada ialah di dalam fikiran dan sikapmu terhadapnya,
tapi semuanya sudah lenyap dibersihkan oleh kasih sayang dan perhatian yang kamu
berikan padanya




[/spoiler]
 
Om mod, Rafi..
Boleh nyumbang cerpen original ane (No Copas) yg pernah ane share di sf cerpen kemarin sblm forum maintenence. skarang udah ke deleted. Tapi masih ada backupannya. Share di thread ini aja ya, Om?.

:rose:
 
*catatan: Cerita ini adalah sebuah kisah nyata yang ditulis dan dialami langsung oleh mahasiswa tua di semester tua
[spoiler='cerita]
Saat kamu merasa gak mampu, saat itu lah kamu dianggap mampu oleh Tuhan untuk melaluinya

Kutipan diatas adalah sebuah motivasi yang pernah gue baca di timeline-nya Om Mario Teguh. Saat Om Mario nulis itu, sebenernya gue dalam keadaaan baik-baik saja, gak ada masalah apa-apa. Tapi, ternyata setelah gue baca lagi sekarang dengan hati yang lagi patah, kalimat tsb jadi keliatan seperti omong kosong.

Ya, udah pukul 3 sore dan gue belum makan sama sekali. Gimana mau makan coba kalo hati lagi kacau beliau gini?!

Saat ini gue lagi kangen banget sama Cherry. Ini adalah hari kedua yang gue lalui tanpa dia. Hal yang bisa menggambarkan susana hati gue adalah hampa, kesepian, kosong, hancur, berhamburan, berserakan kayak jeroannya binatang.

Gue bener-bener sedih tanpa Cherry. Gue kira, bisa semudah itu ngelupain dia. Tapi nyatanya..bekas luka yang ditinggalin Cherry sudah melekat dan susah dihilangin, hati gue hancur, hati gue patah jadi limabelas.

Waktu lagi sedang larut dalam kesedihan yang mendalam, tiba-tiba handphone gue bunyi, ada SMS dari Hekal (buat yang udah sering baca thread gue, pasti tau sahabat gue yang namanya Hekal):

"Lo nggak apa-apa kan Ren? Tumben nggak ke kampus hari ini?"​

Gue lempar handphone gue ke kasur, gue abaikan SMS ga penting dari Hekal. Gue emang udah nggak ada kuliah lagi. Satu-satunya tanggung jawab gue adalah skripsi keparat yang tak pernah berakhir. Tahun ini udah semester yang kesekian kalinya gue ngambil skripsi, mungkin banyak orang bilang harusnya sedang panas-panasnya alias semangat-semangatnya gue harus nyelesein skripsi biar gak terlalu tua di kampus. Cuma gue rasa, mesin gue yang sempet panas udah mendingin sekarang ini. Gue sama sekali nggak berhasrat ke kampus, ketemu dosen pembimbing, atau apapun itu. Cih!

Ya lagi-lagi semua disebabkan oleh Cherry. Semua karna Cherry!

Apa bedanya lo sama tiang listrik, kalo Move On aja susah!

Gue inget banget waktu pertama kali ketemu Cherry. Saat itu gue, gue lagi jalan-jalan di sebuah Mall sama sahabat gue yang satu lagi, Pepeng. Penampilan Cherry sungguh-sungguh mempesona, bikin gue sumringah, dan gak bisa berkata apa-apa. Waktu itu, gue sama Pepeng saling sikut ngasih kode. Temen gue yang satu ini, tau kalo gue udah kepincut sama Cherry, terus Pepeng ngomong gini, "Udah hajar, Ren! Kapan lagi? keburu direbut orang laen nanti nyesel lo".

Ucapan Pepeng bikin gue termotivasi buat memiliki Cherry seutuhnya. Usaha gue buat ngedapetin Cherry, juga gak main-main. Selama dua bulan penuh, gue bekerja keras buat ngedapetinnya. Ini semua demi Cherry, gue bener-bener naksir sama dia. Sampai akhirnya usaha keras gue membuahkan hasil: Cherry jatuh ke pelukan gue.

Mendapatkan hal yang diidam-idamkan dengan perjuangan sendiri, emang bikin bangga sekaligus bahagia. Empat bulan lebih gue menghabiskan hari-hari gue bersama Cherry, gue begitu menjaganya dengan perhatian, memanjakan Cherry, mengenalkannnya pada temen-temen kuliah gue, pokonya gue bangga banget punya Cherry disamping gue. Mungkin, itu adalah momen terindah dalam hidup gue. Cuma, waktu itu gue nggak pernah membayangkan akan cepat kehilangan Cherry dan patah hati kayak gini. Kalo tau kayak gini, gue nggak bakal ngikutin saran Pepeng.

Hal yang paling kita sayangi adalah hal yang paling membuat kita menderita saat kehilangannya.

Gue setuju dengan quote diatas. Gue sangat menderita gara-gara kehilangan Cherry.

Hekal dan Pepeng belum tahu masalah yang gue alami. Gue emang sengaja belum cerita ke mereka. Dua hari ini gue juga nggak komunikasi sama mereka. Pepeng dan Hekal kelihatannya belum curiga sama kelakuan gue yang nggak biasa belakangan ini. Mungkin sebentar lagi mereka bakal tau kenapa gue jarang ngumpul bareng mereka.
Waktu lagi larut dalam flashback kebersamaan gue bareng Cherry, tiba-tiba perut gue kesemutan eh keroncongan maksud gue. Gue ngelirik jam. Oh, ternyata udah seharusnya gue makan. Tapi tetep aja, gue gak berselera buat makan karna Cherry masih memenuhi pikiran gue. Gue coba mengganjel perut gue dengan persediaan Mie Gelas di kosan. Baru beberapa suap aja, rasanya hambar. Gue udah nggak kepengen makan lagi. Mungkin suatu saat gue mesti stok infus di kosan, buat jaga-jaga aja, ya kalo-kalo ada musibah kayak gini lagi.

Belum ada dua jam setelah Hekal SMS gue, handphone cina gue bunyi lagi. Ada panggilan masuk dari orang yang gue gak gue harapkan bawa kabar tentang Cherry. Gue angkat telpon: 'Crut!'

"Mas Ren H ya?" tanya penelpon misterius tersebut.

"Iya.. Memangnya ini siapa ya?" gue tanya balik soalnya gue penasaran.

"Ini mas saya dari Acer Centre. Kira-kira seminggu lagi lah laptopnya jadi, untungnya kerusakannya ga terlalu parah-parah banget"

Alhamdulillah mendengar kabar dari seberang tadi bikin gue kayak pengelana di tengah gurun sahara yang ngelihat oase. Tuhan sepertinya gak tega ngeliat gue menderita terus. Akhirnya, Dia mengirimkan seorang penyelamat Cherry dan ngasih gue kesempatan untuk bisa bersama Cherry lagi. Sumpah kala itu gue bagaikan orang yang gak sengaja memenangkan undian dari minuman Ale-ale. Ya gue seneng banget, pengen salto dua kali rasanya.

Maaf..gue lupa bilang sebelumnya, Cherry itu laptop gue, nama aslinya sih Acer, tapi entah kenapa gue lebih seneng manggil dia Cherry. Dua hari yang lalu keyboad Cherry nggak bisa dipake buat ngetik, terus tiba-tiba doi sakaratul maut, dan akhirnya mati total. Gue yang ilmu pengetahuan komputernya cuma seujung Upil Koala alias masih sedikit sekali, otomatis langsung panik ngeliat laptop kesayangan gue gak berfungsi lagi. Gue juga sedih mengingat perjuangan gue buat beli tuh laptop sangat berat, mulai dari kerja part time, dagang softek keliling, dan sedikit ngerayu orang tua buat ngasih tambahan uang, Begitu Cherry rusak, gue langsung membawanya ke Acer Centre.

"Kira-kira hari apa saya bisa ambil laptopnya Ya, Mas?" lanjut gue bertanya dipercakapan telpon

"Wah.. Untuk hari H nya saya belum bisa pastiin. Biar saya cek lagi takut ada lagi kerusakan dari internal laptopnya." ibarat dokter yang belum bisa mendiagnosis penyakit yang diderita pasiennya, tukang servis laptop gue masih ngasih jawaban yang pimplan, sepertinya dia labil.

"Bisa hidup lagi gak laptopnya, Mas?"

"Saya belum tau juga, Mas. Berharap yang terbaik aja, saya usahakan. Terima kasih." Jawab tukang servis tsb sambil mengakhiri telpon.
Kalimat tersebut seakan menyuruh gue buat mengikhlaskan apapun yang terjadi sama Cherry nanti. Gue menaruh harapan besar pada sang tukang servis laptop, agar Cherry kembali seperti semula. Semoga gue nggak jadi korban PHP. Cuma masalahnya, seminggu ini gue harus gimana tanpa Cherry?

**​

Hari itu gue di kos, gue ketemu Hekal yang baru balik kuliah. Gue cerita semua tentang Cherry ke dia. Nggak jauh beda sama cowok yang lagi cerita tentang pacarnya yang lagi ngambek, ke temennya.

"Jadi laptop lo rusak, Ren?"

"Iya, Kal. Padahal masih banyak revisi yang harus gue kerjain buat bimbingan lagi. Kampretlah!

"Yaudah, lo kerjain di komputer gue aja Ren, nggak apa-apa woles sama gue." Sepasang sayap dan lingkaran putih seolah muncul dari tubuh Hekal.

"Owh, malaikatku.."

"NAJIS!"

Gue dengan antusias, memanfaatkan kebaikan Hekal dengan ngerjain Revisi yang harus gue selesein minggu ini. Baru 10 menit ngetik, Hekal yang saat itu lagi sibuk mainin gadget androidnya, tiba-tiba nanya ke gue: "Eh, Fringe Season yang terbaru udah keluar lho, Ren."

"Serius lo? Lo emang udah punya, Kal?"

"Ada. Kemarin gue baru beli, tapi belum sempet gue tonton. Kurang seru kayaknya kalo gue nonton sendirian."

Berhubung gue baru nonton episode 1 sampai 4, dan gue salah satu penggemar film tersebut, gue penasaran banget dengan kelanjutannya. Kebetulan Hekal emang orang yang selalu rajin updating film terbaru. Moment yang gak boleh gue lewatkan. Akhirnya gue putuskan, nonton film tersebut.

Pukul 11 malam, gue sama Hekal masih nonton film di kamarnya. Dari tadi gue belum makan saking asyiknya nonton. Kayaknya besok-besok kalo gue gak punya duit buat beli makan, gue nonton film aja sampe kenyang.

"Lah Ren, revisi lo udah selesai belum?" Tanpa perasaan bedosa sama sekali, Hekal dengan bijaksananya ngingetin gue.

"Belom, kampret! Tadi ada setan yang ngajakin gue nonton." Saat itu juga gue rasanya pengen cukur gundul kepala Hekal. Ini manusia, sama sekali nggak nyadar udah nyesatin temannya yang berniat ngejain skripsi. Hiks..

**​

Keesokan harinya gue gagal bimbingan lagi gara-gara revisi semalam belum selesai.Hekal bener-bener setan, semalam gue baru selesai nonton sampai jam 2 pagi. Stamina gue udah terkuras buat nonton film. Siang ini, kayaknya gue harus ngebut nyelesein skripsi gue. Tekad gue udah bulat. Tapi, semua berubah saat gue ketemu Hekal lagi di kosan.

You've already know the ending

"Ren, gue barusan donwload Chuck epidode baru nih. Anjir keren banget, animasinya.." Saat itu juga yang gue lihat kepala Hekal udah mulai tumbuh tanduk, gigi taring memanjang, serta kuping berubah jadi lancip.

Ya Tuhan... Jauhkanlah aku dari godaan syaithon yang terkutuk!

Setelah berhasil menjauhkan diri dari godaan setan selama tiga jam, gue balik ke kamar kemudian gue ke jamban, maklum perut gue mules. Di jamban gue merenung dan 'plung'. Gue seperti mendapat bisikan, gue nggak boleh begini terus kalau nggak mau kelak berakhir jadi peninggalan bersejarah di kampus. Sepertinya, ngerjain skripsi di komputer Hekal bukan solusi yang bagus. Gue mencoba cari alternatif lain dan gue harus menjauh dari setan berkedok malaikat macam Hekal ini.

Akhirnya, gue mutusin buat minta bantuan sama temen gue lagi: Pepeng.

"Yaudah, Ren. Lo pake laptop gue aja. Gue mah gampang skripsi gue tinggal penutup ini." Pepeng dengan baik hati ngasih laptopnya ke gue. Kami bertiga, emang merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang habis-habisan menaklukan skripsi. tapi diantara kami bertiga gue yang selalu terbelakang. Skripsi Pepeng dan Hekal hampir selesai. Sedangkan skripsi gue di bab 1 aja masih terkatung-katung. Ya ini semua karna berbagai hambatan yang gue alami, misalnya dapat dosbing yang kejam dan pelit waktu, judul skripsi yang sering ditolak, jomblo, ditambah persoalan Cherry. Sepertinya semua berkonspirasi supaya gue gak cepet-cepet make toga. Kala ini gue cuma butuh support dari sahabat-sahabat gue.

Setelah berhasil mendapat pinjaman laptop dari Pepeng. Gue berharap bisa ngerjain revisi skripsi gue dengan lancar, sementara Cherry masih diopname. Gue dengan semnagat yang menggebu-gebu mulai ngetik kembali skripsi gue yang sempet ternoda. Literature udah gue siapain sebagai bahan-bahan dari revisi. Selama beberapa jam, gue berkerja keras menyelesaikan revisi ini. Beberapa kalimat pembuka serta paragraf-paragraf yang harus gue perbaiki, udah gue selesaikan hampir kelar. Sepertinya besok gue bisa bimbingan, dan kalo aja mood gue kayak gini terus buat nyelesein skripsi, nyokap bokap gue nggak bakal menunggu lama buat ngelihat anaknya ngegeser pita kiri ke kanan.

Nggak terasa udah malam hari gue ngerjain skripsi gue. Kayaknya gue udah mulai lelah, otak gue udah mulai penuh cache dan cookies akibat banyaknya revisi. Ya gue butuh refreshing untuk meringankan beban otak gue. Gue butuh main game. Tapi sialnya, laptop Pepeng adalah laptop standar dengan spesifikasi browsing bukan gaming. Gue coba nyari harta karun yang ada di laptop ini. Gue yakin Pepeng bukan cowok alim, yang gue tau iman Pepeng Cuma se-selaput dara: tipis banget. Gue coba buka file explorer dari laptopnya. Saat gue lihat beberapa folder dengan nama misterius, gue udah curiga.

Tapi yang bikin gue penasaran, cuma folder skripsinya Pepeng. Kayak apa ya skripsi dia? Saat gue klik folder tsb, gue malah terdirect sampai ke new folder beberapa kali. Sed dah! Skripsi aja sampe disembunyiin kayak gini. Lalu sampai akhirnya di new folder yang ke limabelas. Rasa penasaran gue terjawab. Jeng.. jeng..

Foto-foto tidak senonoh terpampang dengan jelas dengan pemeran utama yang ada dalam foto tsb, Pepeng dengan Arisa yang notabene ceweknya sendiri yang udah dia pacarin selama beberapa bulan. Mereka berpose bagaikan tampil dimajalah playboy. Gue cuma senyam senyum ngeliatnya. Setelah gue ngeliat semua foto mereka, sepertinya otak gue kembali fresh dan crot! Gue dengan niat becanda kemudian SMS Pepeng,

Peng.. Folder skripsi lo tentang hubungan biologi lo sama cewek lo ya? Nice FR, GAN! Cendol Sent!

Bangsat! Balikin Laptop gue malam ini juga, Nyet!

Brrrrrrrrrrrrrbb

**

Hari ini, gue milih ngerjain revisi skripsi di tempat rental komputer. Di tempat yang nggak terlalu luas itu, gue ditemenin seorang penjaga rental dan dua orang lainnya yang juga lagi serius ngetik.

Baru lima belas menit ngetik, gue ngerasa ada yang janggal. "Ini bau apa ya?" Gue ngebiarin hidung gue menghirup aroma asing ini dan ngelanjutin pekerjaan gue sebagai penulis...skripsi yang gak selesai-selesai. Tapi pada akhirnya, hidung gue udah gak mampu lagi menahan bau yang gak karuan itu, karna aromanya udah masuk tahap merusak indra penciuman. Buseet bau banget, bro! Sumpah!

Gue ngelirik ke arah dua orang yang duduk di samping gue. Mereka masih konsen ngetik. Kayaknya sumber bau ini bukan dari mereka. Bau tadi mulai hilang. Gue lanjutin lagi ngetik dan browsing bahan-bahan revisi skripsi gue. Baru lima menit, tiba-tiba bau menyengat itu merusak konsentrasi gue lagi.

Lagi-lagi gue ngelihat ke arah dua orang yang ada di samping gue lagi. Tapi, kali ini dengan pandangan "ini orang hidungnya udah mati rasa ya?!" Akhirnya gue mutusin buat pulang. Kalo gue berada disana sepuluh menit lebih lama, gue akan berpotensi kehilangan selera makan selama satu minggu.

Ah sial! udah 25menit gue disini tapi gak ngehasilin apa, kata gue dalam hati. Setelah itu, guepun segera menuju ke penjaga rental yang duduk nggak jauh dari gue buat bayar billing time selama main tadi.

"Mas, udah selesai. Berapa biayanya?" si Penjaga Rental yang tadinya berkutat dengan di depan komputer pun nengok ke arah gue dan seketika itu juga, gue nyium lagi bau berabahaya tadi. Kali ini lebih menyengat aromanya.

"Cepet banget, Mas. Udah selesai ya?" tanggap si Penjaga Renttal.

Ternyata, sumber mata bau tadi adalah orang yang ada dihadapan gue sekarang ini, Gue nggak tahu, apakah ini orang nggak pernah mandi selama dua bulan penuh? Atau ini orang hobi makan bangkai tikus? Yang jelas bau tadi bikin mood gue hilang buat ngerjain skripsi. Setelah gue nyodorin uang buat bayar sewa warnet, si Penjaga Rental ini dengan muka tanpa bersalah, ngasih gue uang kembalian sambil bilang: "Makasih Mas. Kalo mau ngetik atau ngeprint kesini lagi aja, ya!"

Gue masih sayang idung

Gue pulang ke kosan dengan badan pegel-pegel dan indra penciuman yang setengah rusak. Ternyata efek nggak ada cherry bener-bener segini parahnya ke gue. Gue Cuma bisa berdoa, semoga Cherry bisa segera sembuh. Dan gue nggak tahu lagi gimana harus nyelesein revisi ini. Pasrah! Gue pun mutusin untuk libur nulis revisi selama 2 hari. Gue udah menyerah nyari pinjeman laptop dan ke tempat rental komputer atau apapun alternatif lain buat nyelesein skripsi. Yang gue pengen Cuma ketemu Cherry, Cuma Cherry yang melekat di hati.


***​

Hampir seminggu gue melalui hari tanpa Cherry. Gue semakin galau gulana. Sampai pada suatu siang, masih ditengah kegundahan hati, handphone gue berdering, ada SMS masuk: "Mas, ini laptopnya udah selesai bisa diambil sekarang"

YaTuhan Yang Maha Mendengar doa hamba-Nya yang ganteng ngizinin Cherry selesai lebih cepat dari perkiraan semula. Akhirnya, gue bisa ketemu Cherry lagi dalam waktu yang seksama dan tempo yang tidak sesingkat-singkatnya. Begitu ngelihat Cherry udah kembali sehat, gue jadi kayak seorag cowok yang ketemu pacarya yang udah setahun kuliah di Zimbabwe.

Setelah dicek sama tukang servis, ternyata ada beberapa bagian laptop gue yang konslet karna frekuensi pemakaian gue yang nggak biasa. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah overheat. Akhirnya laptop gue di intsall ulang kembali. Meskipun biaya yang dikeluarin nggak sedikit dan bisa buat makan dua anak kos selama seminggu, gue cukup lega. Berita bahagia ini tentu aja nggak gue simpen sendiri. Gue proklamirkan ke dua sahabat gue.

Gue kirim SMS ke Hekal: "Sob, laptop gue udah beres lagi"

Balas Hekal: "Alhamdulillah yh sesuatu.. Eh Ren, film The Conjuring udah ada nih baru aja beli gue, nobar yuk! Sekalian test drive laptop lo!"
Dasar setan!

Gue juga nggak lupa SMS Pepeng: "Peng.. thanks yah, buat pinjeman laptopnya kemarin. Laptop gue si Cherry udah jadi. Btw, gue minta folder skripsi lo dong!"

"Fuck lu, Ren! Bodo amat!"

Dengan kembalinya Cherry gue yakin bisa ngelanjutin revisi dengan lancar. Tapi belum lama gue ngerasain kelegaan itu,tiba-tiba gue ngerasain sesuatu yang nggak wajar.

FLASHDISK GUE HILANG! Flashdisk ini isinya file-file skipsi yang gue kerjain selama Cherry di rumah sakit. Otomatis setelah Cherry di install ulang, gue nggak bisa apa-apa tanpa back up dari flasdisk gue. Kalo flashdisk gue hilang, kerja keras gue selama beberapa bulan buat ngerjain skripsi selama ini sia-sia. Andai aja flashdisk bisa di misscall.

Gue mencoba mengingat-ngingat tempat terakhir gue naruh flashdisk. Gue geledah isi kantong celana jeans dan gue cek setiap laci serta sudut yang di kamar kos gue satu per satu. Hasilnya nihil. Tiba-tiba, gue kepikiran di mana terakhir kali membawa flashdisk.

Gue segera menuju ke warnet tempat gue main kemarin, dan menanyai si Penjaga Rental perihal flashdisk gue. Bener aja, dia pernah ngelihat flashdisk gue yang ketinggalan di sana.

"Oalah.. saya kira nggak ada yang punya, Mas. Ada kok flashdisknya. Cuma sudah saya format flashdisknya. Habis kemarin komputernya kena virus dari pelanggan lain. Buat jaga-jaga aja, supaya flashsdisk ini ga kena virusnya."

Ekspresi muka gue nggak karuan mendengar kata-kata si Penjaga Rental barusan. Mungkin mirip kayak ekspresi orang tua yang ngelihat titit anaknya nggak sengaja kesunat abis sampai nggak tersisa, sementara si tukang sunat yang sama sekali nggak merasa bersalah cuma ngomong "Nanti juga tumbuh lagi kok." Karna sudah terjadi, sang orang tua pun cuma pasrah menerima kenyataan itu.

Gue pulang membawa flashdisk dengan size 0 kb dari tempat rental komputer yang berbau radiasi dengan lesu. Sambil meratapi musibah yang baru saja gue alami, gue jadi teringat kutipan Mario Teguh kembali: " Saat kamu merasa gak mampu, saat itu lah kamu dianggap mampu oleh Tuhan untuk melaluinya". Dan pada akhirnya gue nggak yakin dengan apa yang dikatakan beliau.
[/spoiler]
REN H, PERJALANAN SKRIPSIMU MASIH SANGAT PANJANG!
[END]
 
Terakhir diubah oleh moderator:
Tiba2 :pusing: baca cerpen si Ren.
cherry oh cherry :ha:
btw share foto2 si pepeng yg indehoy dunk :D :ha:
 
CERITA XVI


[spoiler='Mau Jadi APA..???]

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan bertanya mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya.
Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hamper menyerah.
Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali suatu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya diatas api.
Setelah air dalam panci tersebut mendidih ia menaruh wortel didalam panci pertama,
telur dipanci kedua dan kopi dipanci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata sepatah katapun.
Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan ayahnya.

Setelah 20 menit berlalu, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di sebuah mangkuk, dan menuangkan telur disebuah dimangkuk,
serta menuangkan bubuk kopi disebuah mangkuk juga.
Lalu ia berkata kepada anaknya "apa yang kau lihat, nak ?"
"wortel, telur dan kopi, jawab sang anak"

Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu terasa lunak.
Sang ayah lalu memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya.
Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi.
Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.
"Apa arti semua ini, ayah ?"

Sang ayah menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama yaitu perebusan,
tapi masing-masing menunjukkan reaksi berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan, tapi setelah direbus menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah, cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan.
Tetapi setelah direbus isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik, setelah berada didalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

"kamu termasuk yang mana ?" Tanya ayahnya,
"ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kamu menghadapinya?
Apakah kamu wortel, telur ataukah kopi? "
"Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras tapi dengan adanya pernderitaan dan kesulitan kamu menyerah,
melunak dan menghilangkan kekuatanmu."

"Apakah kamu telur, yang awalnya memiliki hati yang lembut dengan jiwa yang dinamis,
namun setelah didera kesulitan menjadi keras dan kaku."

"ataukah kamu adalah bubuk kopi ? bubuk kopi merubah air panas,
ketika air mencapai suhu terpanas, kopi teras semakin nikmat.

Jadilah engkau bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk disekitarmu juga turut membaik,
bahkan mampu member warna dan aroma yang sedap bagi lingkungan.


[/spoiler]
 
CERITA XVII


[spoiler='Hidup kita hanya Tuhan & Kita sendiri yang menentukan...]

Ada sebuah cerita: Di sebuah desa hiduplah seorang tua dengan seorang anaknya.
Desa itu sudah lama kekeringan dan menjadi tandus, sehingga banyak daaari penduduk desa yang pindah.
Kehidupan mereka sangat miskin, hanya sebuah gubuk reot dan seekor keledai harta yang mereka miliki.
Setiap hari mereka hanya mengandalkan keledai yang mereka miliki untuk bekerja.
Pada suatu hari sang ayah berkata kepada anaknya bahwa mereka harus pergi ke tempat lain
utk mendapatkan pekerjaan agar kehidupan mereka bisa layak,
karena hampir tidak ada yg bisa dikerjakan di tempat itu utk mendapat makan.
Pagi harinya mereka berangkat dengan membawa seekor keledai,
karena hanya itulah yang bisa dijadikan sebagai tunggangan. Saat hendak berangkat, sang ayah berkata:
"Nak kamu aja yang naik keledainya, biar ayah yang jalan kaki sambil menuntun".
Lalu berangkatlah mereka ke desa lain dg sang anak naik keledai sementara ayahnya berjalan.
Ditengah jalan, mereka melewati sekumpulan orang. Melihat ayah dan anak tsb, sekumpulan org itu berbisik:
"Hei teman2..lihatlah!! ada seorang anak yang tidak berbakti kpd orang tuanya.
Masa ayahnya dibiarkan jalan kaki sementara dia enak2-an naik keledai. Anak macam apa itu???".

Mendengar itu si anak merasa tidak enak, lalu mempersilahkan sang ayah yang naik diatas keledai sementara dia jalan kaki.
Setelah bertukar tempat, mereka kembali meneruskan perjalanan. Tidak jauh berjalan.
mereka bertemu sekumpulan orang lagi. Lalu orang2 tsb berbisik:
"Teman2 coba lihat, didepan kita ada orang tua yg memperbudak anaknya.
Masa anaknya dibiarkan jalan kaki sementara ayahnya enak2-an naik keledai. Ayah macam apa itu??".
Mendengar hal itu, ganti sang ayah yang merasa tidak enak lalu menyuruh anaknya utk naik bersama.
Belum jauh ayah dan anak itu melanjutkan perjalanan dg naik keledai bersama,
bertemulah kembali dg sekumpulan orang lagi. Dan orang2 itupun juga berbisik:

"Wah..wah...ternyata di depan kita ini ada orang suka menyiksa binatang.
Masa keledai sekecil itu ditumpangi berdua. Orang macam apa mereka??".
Mendengar hal itupun sang ayah dan anaknya juga merasa tidak enak.
Akhirnya mereka turun dari atas keledai dan melanjutkan perjalanan dg berjalan kaki bersama sambil menuntun keledai.
Di tengah jalan, sekali lagi mereka bertemu dg sekumpulan orang. Orang2 itupun berbisik juga kepada yg lainnya:
"Lihat kawan2. ada 2 orang yang gila. Masa ada keledai tapi mereka justru jalan kaki.
Kalau begitu buat apa keledai itu dibawa??" Mendengar gunjingan itu, akhirnya sang ayah dan si anak berhenti.
Lalu sang ayah berkata kepada anaknya:
"Nak, gimana ini? Kok kayaknya kita salah terus? Kamu yg naik keledai salah, ayah yg naik keledai salah,
dinaiki berdua juga salah dan keledai itu tidak dinaiki-pun masih salah.
Mending kita kembali aja ke rumah dan biar kita tidak digunjing oleh orang lagi,
lebih baik keledai kita ini kita gendong aja".
Akhirnya mereka berduapun kemballi ke rumah dengan menggendong keledai bersama2.
Lucu ya...??!! Kira2 apa yg tersirat dari cerita diatas???

Dalam hidup ini terkadang kita tidak bisa memuaskan semua orang di sekeliling kita.
Ada sebagian orang yg suka dan senang dg apa yg kita lakukan,
namun juga ada sebagian orang yg justru tidak menyukainya. Hal itu wajar terjadi,
karena sebaik apapun yg kita kerjakan, masih akan ada sebagian orang yg merasa tidak puas.
Lalu apa yang mestinya kita lakukan? Bukannya tidak menghiraukan orang lain,
namun dalam mangambil keputusan terlebih utk kehidupan kita sendiri maka kita-lah orang yg pantas utk memutuskannya
(selagi keputusan itu tidak melanggar norma2 yang ada).
Hidup kita...hanyalah Tuhan dan kita sendiri-lah yang bisa menentukan.
Karena apapun keputusan yang kita ambil, kita sendiri-lah yang akan menanggung akibatnya (bukanlah orang lain). Yakini Hatimu


[/spoiler]
 
CERITA XVIII

[spoiler='Satu Jam Bersama Ayah]

Ayah yang terlalu sibuk adalah seorang ayah
yang sangat larut dalam pekerjaannya.
Setiap hari ia berangkat sebelum anak-anaknya
bangun dan pulang setelah anak2nya
tertidur lelap.

Suatu hari anaknya yang berumur 5 tahun menunggunya sampe larut malam. Saat
melihat ayahnya pulang anak tersebut
langsung menghampiri ayahnya dan
bertanya,
"Ayah bolehkah saya bertanya sesuatu ?" mendapat pertanyaan tersebut
ayahnya segera menjawab,
"Tentu saja, ada apa nak ?"
"Berapa penghasilan ayah per jam..?" tanya si anak.
Si ayah pun bertanya dengan penuh
keheranan, "Kenapa kau tanya sesuatu yang
tidak ada hubungannya denganmu ?"
Anak itu tak menjawab, tapi mendesak ayahnya dengan pertanyaan yang sama,
setelah dipaksa beberapa kali, akhirnya sang
ayah pun menjawab bahwa penghasilannya
perjam adalah seratus ribu rupiah. Si anak
pun bertanya kembali, "Bolehkah saya
minta uang lima puluh ribu rupiah dari ayah ?" dengan nada memohon.
Awal mulanya sang ayah keberatan, tapi
karena didesak terus menerus akhirnya sang
ayah memberikan juga uang tersebut kepada
anaknya sesuai dengan yang diminta.
Anak itu sangat senang dan mengucapkan terima kasih kepada ayahnya. Kemudian ia
pergi mengambil celengannya dan
mengeluarkan uang yang ada didalamnya.
Setelah dihitung seluruhnya berjumlah
seratus ribu rupiah, pas.
Kemudian anak itu berkata kepada ayahnnya, "Bolehkah saya membeli waktu
ayah satu jam ?" Dengan mata berkaca-kaca
ia melanjutkan, "Bisakah ayah besok pulang
lebih cepat dan menemani saya makan
malam ?" Nada anak itu sangat memilukan
dan menyentuh hati ayahnya yang paling dalam...

By : Michaelson Sudahkah anda meluangkan waktu untuk
anak anda hari ini ?? Ingatlah bahwa anak
anda memerlukan 'anda' bukan cuma uang
anda.





[/spoiler]
 
“Hmmm..entahlah..aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu,
yg aku tahu..aku benar-benar tulus menyayangimu.”

Yah ampun gan, statement diatas keren banget.

Kebetulan I feel the same to wife yang udah menceraikan ane. Jadi sedih :(

Thanks for great posting om momod :beer:
 
CERITA XIX


[spoiler='Begitu Sempurnanya Istriku]


Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah.
Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut.
Suatu acara yang luar biasa mengesankan.
Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah.
Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya,
"Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan,"
katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.
"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita.

Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia"
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya
mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama.

Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya.
Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman.

Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya,
ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir.
"Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya.
"Oh tidak, lanjutkan" jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar,
lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia
"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata
"Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu.
Engkau adalah dirimu sendiri.
Engkau cantik dan baik bagiku.
Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang"


Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya.
Bahwa suaminya menerimanya apa adanya,
Ia menunduk dan menangis.

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati.
Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut.
Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.
Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk,
mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal
yang indah di sekeliling kita?
Kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.
Cinta tak pernah memandang kekurangan orang yang kita sayangi dan kita cintai.

Cinta hanya akan membawa kebahagian dan saling berbagi untuk memahami kekurangan masing-masing. mencintai dengan apa adanya.

Cinta tak pernah menyakiti, yang sebenarnya adalah menambah kedewasaan dan cara berpikir kita untuk memandang hidup, sebagai kasih karunia Tuhan yang terbaik. Cintailah semua makhluk dengan harapan semua berbahagia


[/spoiler]
 
CERITA XX


[spoiler='Kisah 2 Negro dalam Lift]


Baru-baru ini di Atlantic City – AS, seorang wanita memenangkan sekeranjang koin dari mesin judi. Kemudian ia bermaksud makan malam bersama suaminya. Namun, sebelum itu ia hendak menurunkan sekeranjang koin tersebut di kamarnya. Maka ia pun menuju lift.

Waktu ia masuk lift sudah ada 2 orang hitam di dalamnya.
Salah satunya sangat besar . . . Besaaaarrrr sekali. Wanita itu terpana.
Ia berpikir, "Dua orang ini akan merampokku."
Tapi pikirnya lagi, "Jangan menuduh, mereka sepertinya baik dan ramah."

Tapi rasa rasialnya lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya.
Ia berdiri sambil memelototi kedua orang tersebut. Dia sangat ketakutan dan malu.
Ia berharap keduanya tidak dapat membaca pikirannya, tapi Tuhan, mereka harus tahu yang saya pikirkan!

Untuk menghindari kontak mata, ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup.
Sedetik . . . dua detik . . . dan seterusnya. Ketakutannya bertambah! Lift tidak bergerak! Ia makin panik!
Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan merampok saya. Jantungnya berdebar, keringat dingin mulai bercucuran.

Lalu, salah satu dari mereka berkata, "Hit the floor" (Tekan Lantainya).
Saking paniknya, wanita itu tiarap di lantai lift dan membuat koin berhamburan dari keranjangnya.
Dia berdoa, ambillah uang saya dan biarkanlah saya hidup.

Beberapa detik berlalu. Kemudian dia mendengar salah seorang berkata dengan sopan,
"Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan tombolnya."
Pria tersebut agak sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena menahan diri untuk tertawa.

Wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang tersebut.
Merekapun menolong wanita tersebut berdiri.
"Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan tombol lift dan bukannya menyuruh Anda untuk tiarap di lantai lift,"
kata seorang yang bertubuh sedang.

Ia merapatkan bibirnya berusaha untuk tidak tertawa. Wanita itu berpikir ,
"Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada mereka karena saya menyangka mereka akan merampokku."
Mereka bertiga mengumpulkan kembali koin-koin itu ke dalam keranjangnya.

Ketika lift tiba di lantai yang dituju wanita itu,
mereka berniat untuk mengantar wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di sepanjang koridor.
Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan selamat malam,
dan wanita itu mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya sepanjang jalan kembali ke lift.

Wanita itu kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.

Esok paginya bunga mawar dikirim ke kamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.

Pada kartunya tertulis:
"Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah kita lakukan selama ini."

Tertanda:
> Eddie Murphy
> Michael Jordan


Mungkin sekilas cerita diatas terkesan lucu ya?
Tapi sebetulnya itupun kadang terjadi pada diri kita.
Setiap melihat sesuatu hal yang menurut kita buruk,
pasti yang terbesit adalah pikiran-pikiran buruk pula yang menghantui otak kita.
Sehingga kita tidak bisa melakukan pekerjaan kita dengan tenang hanya karena terlalu memikirkan hal-hal yang negatif.
Curiga itu perlu... tapi kalau semua kita sikapi dengan pikiran yang negatif, malah akan menghambat seluruh aktivitas yang akan kita kerjakan.

So...... mari kita belajar untuk selalu berpikir positif

[/spoiler]
 
CERITA XXI


[spoiler=' Karena kamu adalah Tulang Rusuk ku]

Dada ini longar bila tanpa penyangga,
dada ini akan terasa terhimpit bila tulang yang ada tak mampu menopang desah nafas. Itulah tulang rusuk,
tulang rusuk suami ada pada istri dan istri sebagai penopang kehidupan suami.
Tak lantas beramarah bila rusuk itu kemudian susah untuk diluruskan,
dan tak harus jenggah bila suami tak jua segera meluruskan.
Yang dibutuhkan adalah pengertian, kesabaran dan saling memberi waktu untuk mengerti.
Itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri

Karena Kamu Tulang Rusukku
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut.
Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih?
Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat,
beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian.
Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,

"Kamu nggak cinta lagi sama aku!" Raka sangat membenci ketidak dewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,
"Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!"
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam ,
Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah.
Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah,
ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata,
Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.
"Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."
Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara.
Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula.
Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa,
karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya.
Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan,
mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?
Dara : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita,
belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
"Good bye...."
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati.
Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya.
Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

"Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal""


[/spoiler]
 
CERITA XXII

[spoiler='Kepingan Kembar]

Pada suatu zaman di Tiongkok, hiduplah seorang jenderal besar yang selalu menang dalam setiap pertempuran.
Karena itulah, ia dijuluki "Sang Jenderal Penakluk" oleh rakyat.
Suatu ketika, dalam sebuah pertempuran,
ia dan pasukannya terdesak oleh pasukan lawan yang berkali lipat lebih banyak.
Mereka melarikan diri, namun terangsak sampai ke pinggir jurang.
Pada saat itu para prajurit Sang Jenderal menjadi putus asa dan ingin menyerah kepada musuh saja.
Sang Jenderal segera mengambil inisiatif,

"Wahai seluruh pasukan, menang-kalah sudah ditakdirkan oleh dewa-dewa.
Kita akan menanyakan kepada para dewa, apakah hari ini kita harus kalah atau akan menang.

" Saya akan melakukan tos dengan keping keberuntungan ini! Jika sisi gambar yang muncul, kita akan menang.
Jika sisi angka yang muncul, kita akan kalah! Biarlah dewa-dewa yang menentukan!"
seru Sang Jenderal sambil melemparkan kepingnya untuk tos... Ternyata sisi gambar yang muncul!

Keadaan itu disambut histeris oleh pasukan Sang Jenderal,
"Hahaha... dewa-dewa di pihak kita! Kita sudah pasti menang!!!" Dengan semangat membara,
bagaikan kesetanan mereka berbalik menggempur balik pasukan lawan.
Akhirnya, mereka benar-benar berhasil menunggang-langgangkan lawan yang berlipat-lipat banyaknya.

Pada senja pasca-kemenangan, seorang prajurit berkata kepada Sang Jenderal,
"Kemenangan kita telah ditentukan dari langit, dewa-dewa begitu baik terhadap kita."
Sang Jenderal menukas, "Apa iya sih?" sembari melemparkan keping keberuntungannya kepada prajurit itu.
Si prajurit memeriksa kedua sisi keping itu, dan dia hanya bisa melongo ketika mendapati bahwa ternyata kedua sisinya adalah gambar...

Memang dalam hidup ini ada banyak hal eksternal yang tidak bisa kita ubah;
banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak kita.
Namun demikian, pada dasarnya dan pada akhirnya,
kita tetap bisa mengubah pikiran atau sisi internal kita sendiri:
Berhenti untuk menunggu Kekalahan... ato Melangkah untuk menjemput Kemenangan

"The most proactive thing we can do is to 'be happy'," begitu kata Stephen R. Covey dalam buku 7 Habits-nya.



[/spoiler]
 
CERITA XXIII

[spoiler='Wanita Bahagia]


"Setelah aku menikah dengannya,
Ahmad mengusulkan agar selama beberapa tahun aku dan dirinya tinggal di rumah ayah dan ibunya.
Tapi aku menolak, "Tidakkah engkau khawatir bakal terjadi pertengkaran ?"
" Benar apa yang kau katakan.
Tapi supaya aku punya tabungan untuk membeli rumah yang kita inginkan,
sebaiknya untuk beberapa waktu kita tinggal di rumah ayah ibu.
" Sebelum bermusyawarah dengan keluargaku, aku menerima usulan itu.
Tapi ketika aku membicarakannya dengan ibu dan saudari – saudariku,
dengan serta merta mereka berkata, "Putriku! Apakah engkau sudah kehilangan akal sehatmu?
Bagaimana mungkin engkau hidup bersama di rumah mertua ?"
" Apa salahnya ?" Jawabku sekenanya.
"Apakah engkau tak pernah mendengar pepatah yang mengatakan,
'Menantu wanita dan mertua masing – masing punya selera berbeda, '" sergah ibuku.
Lalu saudariku menambahkan, "Kalau engkau tidak merasa terganggu, dia yang akan merasa terganggu !"
Mendengar penjelasan itu, aku berkata pada Ahmad,
"Ahmad, aku tak akan tinggal di sini." Ahmad yang mengetahui dari mana pendapatku berasal,
lalu berkata, "Tak masalah. Tapi kita tinggal di sini dulu untuk beberapa lama, lalu pindah.
" "Kalau begitu, apa bedanya ?" tanyaku.
"Kalau dengan pola pikirmu itu engkau enggan tinggal bersama ayah ibuku,
engkau sama sekali tak akan mengenyahkan pola pikir yang keliru itu dari benakmu, " jawab Ahmad.

Selama beberapa bulan kami tinggal di rumah ayah ibunya.
Pasti Anda akan bertanya – tanya tentang apakah aku menghadapi berbagai persoalan atau tidak.
Harus kukatakan sejujurnya bahwa aku memang menghadapi banyak persoalan dan kesulitan.
Tapi kami mampu menyelesaikannya dengan mudah. Sebagai contoh, Ahmad bersikap tegas dan bijaksana.
Dia tak mengizinkanku mengadukan sikap ibunya kepadanya.
Dia juga tidak membolehkan ibunya mengadu kepadanya tentang sikapku.
Dia meminta kami menyelesaikan sendiri persoalan masing – masing.
Ahmad sangat menjaga kehormatan dan kemuliaan ibunya dan diriku.
Sikapnya yang bijaksana itu membuatku berharap mampu mengajarkan sikap tersebut kepada anak – anakku.
Aku masih ingat hari – hari pertama aku mengeluhkan berbagai persoalan yang sebenarnya membebani dirinya.
Namun dengan penuh sabar, dia mendengar keluhanku.
Lalu kami duduk berjam – jam untuk saling mengungkapkan beberapa argumen dan bukti;
bahwa sekiranya aku mampu mengubah sikap dan pola pikirku,
aku akan meraih keberhasilan dalam kehidupan rumah tanggaku.

Suatu hari, sebelum suamiku pulang. Pikiranku disibukkan dengan suatu masalah.
Aku merasa bahwa akar persoalan ini berasal dari Ahmad. Karena itu,
ketika Ahmad pulang aku bersikap dingin dan tidak menyambut kedatangannya seperti biasa.
Dengan lembut dia berkata,
"Istriku, kenapa engkau tampak murung ?" Kupalingkan wajahku sambil berkata ketus,
"Engkau telah menipu orang lain dengan mulut manismu. Sampai detik ini aku tertipu rayuanmu !"
Setelah mengucapkan kalimat itu,
aku mendadak kalap dan melontarkan kata – kata kasar kepada Ahmad yang memandangku dengan lembut dan suci.
"Aku sudah capek hidup denganmu !"
Dengan kalem, Ahmad duduk di hadapanku, menundukkan kepala, dan sabar menanti sampai aku selesai mengumpat.
Setelah aku terdiam, dia merasa keadaanku sudah tenang.
Dia lalu meminta izin keluar rumah. Setengah jam kemudian,
dia pulang dengan membawa sekotak kue tart dan dua gelas es krim,
"Setelah engkau menguras tenaga karena marah, kue tart dan es krim ini kiranya dapat mengembalikan energimu yang hilang!"
Aku tetap terdiam menanti reaksi Ahmad.
Tapi dengan tenang dia mengunyah kue tart dan es krim yang dibawanya itu.
Aku pun ikut – ikutan mengunyahnya.
Ahmad berkata,
"Engkau keliru menilai diriku. Jelas itu bukan masalah penting.
Sebab, boleh jadi aku sendiri sering melakukan kesalahan semacam itu. "
Lalu dia memberikan penjelasan yang membuktikan bahwa aku salah dalam menilainya.
Setelah merasa tenang, aku berkata pada Ahmad,
"Bagaimana caranya engkau memiliki sikap setenang itu ?" Ahmad menjawab,
"Aku tak beda dengan yang lain. Aku bukan seperti yang kau bayangkan. " Kujawab,
"Tidak, itu tidak benar! Engkau begitu tenang dan sabar, tidak gampang marah, menghormati orang lain;
jarang ada orang yang punya sifat sepertimu.
" Dia menjawab, "Boleh jadi kata – katamu itu benar adanya.
" Lalu dia menatap ke sudut ruangan sambil berkata,
"Sewaktu aku masih kuliah, terdapat dua orang dosen yang amat kuhormati dan keduanya orang baik.
Mereka berdua adalah suami istri yang berwawasan luas serta punya perikemanusiaan yang sangat tinggi.
Sama sekali tak pernah terlintas dalam benakku kalau suatu hari kedua insan itu bersitegang dan bertengkar;
nyatanya itu memang benar – benar terjadi.
Pada hari itu, aku sedang berada di ruang bapak dosenku.
Ketika sibuk menjawab berbagai pertanyaanku,
tiba – tiba istrinya datang dalam keadaan marah.
Aku tak tahu apa yang terjadi. Namun bapak dosenku berusaha tidak menampakkan amarahnya di hadapanku.
Melihat suasana yang kurang menyenangkan itu, aku segera minta izin kepadanya untuk keluar.
Tapi dia tak mengizinkan dan aku pun tetap duduk di situ. Mulailah keduanya saling bantah.
Ketika nada suara mereka berdua makin tinggi,
tiba – tiba aku mendengar suara tamparan bapak dosen ke telinga istrinya!
Tamparan itu membuat sang istri terdiam dan berhenti bicara.
Tapi aku menganggap perbuatan itu justru telah menjatuhkan kewibawaan suaminya.
Dia menunjukkan sikap yang tak patut dilakukan seorang lelaki.
Semestinya dia mencari cara lain dalam menghadapi perangai buruk istrinya.
Dari peristiwa itu aku mengambil pelajaran bahwa aku tak akan melakukan apa yang terlanjur dilakukannya.
Sejak itulah aku berusaha untuk menjaga kehormatan dan harga diriku dan orang lain,
dengan senantiasa bersikap tenang ketika sedang marah.
" Oh Ahmad, engkau memang penyabar dan suami ideal.
Hidup bersamamu, membuatku merasakan kebahagiaan yang sempurna. Engkau benar – benar lelaki sejati !"



[/spoiler]
 
CERITA XXIV

[spoiler='Cerita Cinta yang tak pernah padam]

Ketika aku berjalan kaki pulang ke rumah di suatu hari yang dingin,
kakiku tersandung sebuah dompet yang tampaknya terjatuh tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Aku memungut dan melihat isi dompet itu kalau-kalau aku bisa menghubungi pemiliknya.
Tapi, dompet itu hanya berisi uang sejumlah tiga Dollar dan selembar surat kusut
yang sepertinya sudah bertahun-tahun tersimpan di dalamnya.
Satu-satunya yang tertera pada amplop surat itu adalah alamat si pengirim.
Aku membuka isinya sambil berharap bisa menemukan petunjuk.

Lalu aku baca tahun "1924″. Ternyata surat itu ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu.
Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang anggun di atas kertas biru lembut
yang berhiaskan bunga-bunga kecil di sudut kirinya.
Tertulis di sana, "Sayangku Michael", yang menunjukkan kepada siapa surat itu ditulis yang ternyata bernama Michael.
Penulis surat itu menyatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya lagi karena ibu telah melarangnya.
Tapi, meski begitu ia masih tetap mencintainya. Surat itu ditandatangani oleh Hannah. Surat itu begitu indah.

tetapi tetap saja aku tidak bisa menemukan siapa nama pemilik dompet itu.
Mungkin bila aku menelepon bagian penerangan mereka bisa memberitahu nomor telepon alamat yang ada pada amplop itu.
"Operator," kataku pada bagian peneragan, "Saya mempunyai permintaan yang agak tidak biasa.
sedang berusaha mencari tahu pemiliki dompet yang saya temukan di jalan.
Barangkali anda bisa membantu saya memberikan nomor telepon atas alamat yang ada pada surat yang saya temukan dalam dompet tersebut?"

Operator itu menyarankan agar aku berbicara dengan atasannya,
yang tampaknya tidak begitu suka dengan pekerjaan tambahan ini.
Kemudian ia berkata, "Kami mempunyai nomor telepon alamat tersebut,
namun kami tidak bisa memberitahukannya pada anda." Demi kesopanan, katanya, ia akan menghubungi nomor tersebut,
menjelaskan apa yang saya temukan dan menanyakan apakah mereka berkenan untuk berbicara denganku.
Aku menunggu beberapa menit.

Tak berapa lama ia menghubungiku, katanya,
"Ada orang yang ingin berbicara dengan anda."
Lalu aku tanyakan pada wanita yang ada di ujung telepon sana,
apakah ia mengetahui seseorang bernama Hannah.
Ia menarik nafas,
"Oh, kami membeli rumah ini dari keluarga yang memiliki anak perempuan bernama Hannah.
Tapi, itu 30 tahun yang lalu!"
"Apakah anda tahu dimana keluarga itu berada sekarang?" tanyaku.
"Yang aku ingat, Hannah telah menitipkan ibunya di sebuah panti jompo beberapa tahun lalu," kata wanita itu.
"Mungkin, bila anda menghubunginya mereka bisa mencaritahu dimana anak mereka, Hannah, berada."
Lalu ia memberiku nama panti jompo tersebut. Ketika aku menelepon ke sana,
mereka mengatakan bahwa wanita, ibu Hannah, yang aku maksud sudah lama meninggal dunia.
Tapi mereka masih menyimpan nomor telepon rumah dimana anak wanita itu tinggal.
Aku mengucapkan terima kasih dan menelepon nomor yang mereka berikan.
Kemudian, di ujung telepon sana, seorang wanita mengatakan bahwa Hannah sekarang tinggal di sebuah panti jompo.

"Semua ini tampaknya konyol," kataku pada diriku sendiri.
Mengapa pula aku mau repot-repot menemukan pemilik dompet yang hanya berisi tiga Dollar dan surat yang ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu?
Tapi, bagaimana pun aku menelepon panti jompo tempat Hannah sekarang berada.
Seorang pria yang menerima teleponku mengatakan, "Ya, Hannah memang tinggal bersama kami."
Meski waktu itu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku meminta agar bisa menemui Hannah.
"Ok," kata pria itu agak bersungut-sungut, "bila anda mau, mungkin ia sekarang sedang menonton TV di ruang tengah."

Aku mengucapkan terima kasih dan segera berkendara ke panti jompo tersebut.
Gedung panti jompo itu sangat besar. Penjaga dan perawat yang berdinas malam menyambutku di pintu.
Lalu, kami naik ke lantai tiga. Di ruang tengah, perawat itu memperkenalkan aku dengan Hannah.
Ia tampak manis, rambut ubannya keperak-perakan, senyumnya hangat dan matanya bersinar-sinar.
Aku menceritakan padanya mengenai dompet yang aku temukan.
Aku pun menunjukkan padanya surat yang ditulisnya.
Ketika ia melihat amplop surat berwarna biru lembut dengan bunga-bunga kecil di sudut kiri,
ia menarik nafas dalam-dalam dan berkata,
"Anak muda, surat ini adalah hubunganku yang terakhir dengan Michael." Matanya memandang jauh,
merenung dalam-dalam. Katanya dengan lembut,
"Aku amat-amat mencintainya. Saat itu aku baru berusia 16 tahun, dan ibuku menganggap aku masih terlalu kecil.
Oh, Ia sangat tampan. Ia seperti Sean Connery, si aktor itu." "Ya," lanjutnya. Michael Goldstein adalah pria yang luar biasa. "Bila kau bertemu dengannya, katakan bahwa aku selalu memikirkannya, Dan,......."

Ia ragu untuk melanjutkan, sambil menggigit bibir ia berkata, ......katakan, aku masih mencintainya.
Tahukah kau, anak muda," katanya sambil tersenyum. Kini air matanya mengalir,
"aku tidak pernah menikah selama ini. Aku pikir, tak ada seorang pun yang bisa menyamai Michael."
Aku berterima kasih pada Hannah dan mengucapkan selamat tinggal.
Aku menuruni tangga ke lantai bawah. Ketika melangkah keluar pintu, penjaga di sana menyapa,
"Apakah wanita tua itu bisa membantu anda?" Aku sampaikan bahwa Hannah hanya memberikan sebuah petunjuk,
"Aku hanya mendapatkan nama belakang pemilik dompet ini. Aku pikir, aku biarkan sajalah dompet ini untuk sejenak.
Aku sudah menghabiskan hampir seluruh hariku untuk menemukan pemilik dompet ini."
Aku keluarkan dompet itu, dompat kulit dengan benang merah disisi-sisinya.
Ketika penjaga itu melihatnya, ia berseru, "Hei, tunggu dulu. Itu adalah dompet Pak Goldstein!
Aku tahu persis dompet dengan benang merah terang itu.Ia selalu kehilangan dompet itu.
Aku sendiri pernah menemukannya dompet itu tiga kali di dalam gedung ini."

"Siapakah Pak Goldstein itu?" tanyaku. Tanganku mulai gemetar.
"Ia adalah penghuni lama gedung ini. Ia tinggal di lantai delapan. Aku tahu pasti, itu adalah dompet Mike Goldstein.
Ia pasti menjatuhkannya ketika sedang berjalan-jalan di luar."
Aku berterima kasih pada penjaga itu dan segera lari ke kantor perawat.
Aku ceritakan pada perawat di sana apa yang telah dikatakan oleh si penjaga.
Lalu, kami kembali ke tangga dan bergegas ke lantai delapan. Aku berharap Pak Goldstein masih belum tertidur.
Ketika sampai di lantai delapan, perawat berkata, "Aku pikir ia masih berada di ruang tengah. Ia suka membaca di malam hari.
Ia adalah Pak tua yang menyenangkan." Kami menuju ke satu-satunya ruangan yang lampunya masih menyala.
Di sana duduklah seorang pria membaca buku. Perawat mendekati pria itu dan menanyakan apakah ia telah kehilangan dompet.
Pak Goldstein memandang dengan terkejut. Ia lalu meraba saku belakangnya dan berkata,
"Oh ya, dompetku hilang!" Perawat itu berkata, "Tuan muda yang baik ini telah menemukan sebuah dompet. Mungkin dompet anda?"
Aku menyerahkan dompet itu pada Pak Goldstein. Ia tersenyum gembira. Katanya,
"Ya, ini dompetku! Pasti terjatuh tadi sore. Aku akan memberimu hadiah."
"Ah tak usah," kataku. "Tapi aku harus menceritakan sesuatu pada anda.
Aku telah membaca surat yang ada di dalam dompet itu dengan harap aku mengetahui siapakah pemilik dompet ini."

Senyumnya langsung menghilang.
"Kamu membaca surat ini?" "Bukan hanya membaca, aku kira aku tahu dimana Hannah sekarang."
Wajahnya tiba-tiba pucat. "Hannah? Kau tahu dimana ia sekarang? Bagaimana kabarnya? Apakah ia masih secantik dulu?
Katakan, katakan padaku," ia memohon.
"Ia baik-baik saja, dan masih tetap secantik seperti saat anda mengenalnya," kataku lembut.
Lelaki tua itu tersenyum dan meminta,
"Maukah anda mengatakan padaku dimana ia sekarang? Aku akan meneleponnya esok." Ia menggenggam tanganku,
"Tahukah kau anak muda, aku masih mencintainya. Dan saat surat itu datang hidupku terasa berhenti.
Aku belum pernah menikah, aku selalu mencintainya."

"Michael," kataku, "Ayo ikuti aku." Lalu kami menuruni tangga ke lantai tiga.
Lorong-lorong gedung itu sudah gelap.
Hanya satu atau dua lampu kecil menyala menerangi jalan kami menuju ruang tengah di mana Hannah masih duduk sendiri menonton TV.
Perawat mendekatinya perlahan.

"Hannah," kata perawat itu lembut. Ia menunjuk ke arah Michael yang sedang berdiri di sampingku di pintu masuk.
"Apakah anda tahu pria ini?" Hannah membetulkan kacamatanya, melihat sejenak, dan terdiam tidak mengucapkan sepatah katapun.
Michael berkata pelan, hampir-hampir berbisik, "Hannah, ini aku, Michael. Apakah kau masih ingat padaku?" Hannah gemetar,
"Michael! Aku tak percaya. Michael! Kau! Michaelku!" Michael berjalan perlahan ke arah Hannah.
Mereka lalu berpelukan. Perawat dan aku meninggalkan mereka dengan air mata menitik di wajah kami.
"Lihatlah," kataku. "Lihatlah, bagaimana Tuhan berkehendak. Bila Ia berkehendak, maka jadilah."

Sekitar tiga minggu kemudian, di kantor aku mendapat telepon dari rumah panti jompo itu.
"Apakah anda berkenan untuk hadir di sebuah pesta perkimpoian di hari Minggu mendatang?
Michael dan Hannah akan menikah!" Dan pernikahan itu, pernikahan yang indah.
Semua orang di panti jompo itu mengenakan pakaian terbaik mereka untuk ikut merayakan pesta.
Hannah mengenakan pakaian abu-abu terang dan tampak cantik.
Sedangkan Michael mengenakan jas hitam dan berdiri tegak. Mereka menjadikan aku sebagai wali mereka.
Rumah panti jompo memberi hadiah kamar bagi mereka.

Kita tak pernah tahu kapan cinta itu datang dan pergi
Namun Tuhan selalu tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya
Dia akan selalu memberikan yg terbaik utk hamba-Nya yg terpilih
Tersediah hadiah yg sangat besar bagi semua insan yg mampu melewati semua batu ujian yg diberikan padanya.

Karena Tuhan Maha Pengasih....lagi Maha Penyayang


[/spoiler]
 
Bimabet
CERITA XXV

[spoiler='Lupa Makan Permen]

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang
beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat ba nyak permen lollipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yangterlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan Bob dan Bib untukmengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangat kegirangan melihat ba nyak nyapermen lolipop yang bisa diambil.
Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat
jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat
sangat ba nyak didepannya. Bobmengumpulkan sangat ba nyak permenlolipop
yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak
pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua
permen yang dilihatnya.
Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
Dia melihat gerbang bertuliskan “Selamat Jalan”.
Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduksekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, “Bagaimana perjalanan kamu di lembahpermen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih
menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat.” Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.
Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu ba nyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas ranselnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya
merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu,
“Permennya? saya lupa makan!”
Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permenlolipop.
“Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya
memanggil-manggil kamu tapi
kamu sudah sangat jauh di depan saya.”
“Kenapa kamu memanggil saya?” tanya Bob.
“Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!”
Bib bercerita panjang lebar kepada Bob.
“Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangatkelelahan. Saya temani dia
berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami
makan bersama dan dia ba nyak menceritakan hal-hal yang lucu.
Kami tertawa bersama.” Bib menambahkan.
Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa ba nyak hal yang telah ia
lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.
Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu,sehingga ia sampai lupa memakannya
dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk
memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.
Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadarisuatu hal
dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, “Ternyata ini bukan tentang
berapa ba nyak permen yang telah sayakumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia.
” Ia pun berkata dalam hati, “Waktu tidak bisa diputar kembali.”
Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bobpun harus melanjutkan kembali perjalanannya.
Dalam kehidupan kita, ba nyak halyang ternyata kita lewati begitu saja.
Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.
Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibukmengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.
Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
Jika saya ta nyak an pertanyaan tersebut kepada teman-teman saya,
biasanya mereka menjawab, “Saya akan bahagia………..nanti pada waktu saya sudah menikah, nanti pada waktu saya sudah punya anak, nanti saat
saya sudah memiliki rumah sendiri… nanti pada saat saya telah meraih semua
impian saya, nanti pada saat penghasilan saya sudah sangat besar, nanti…………. dan nanti……………”
Pemikiran ‘ nanti ‘ itu membuat kita bekerja sangat keras di saat ‘ sekarang ‘ .
Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kitakonsepkan tentang masa ‘ nanti ‘ bahagia. Terkadang jika saya renungkan haltersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu ba nyak hal dalam hidup ini untuk masa ‘ nanti ‘ bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapirasanya tidak pernah sampai di masa ‘ nanti ‘ bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat… target-target tinggi yang harus kitacapai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu… tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita
duduk menikmati keindahan tanaman atau pohon-pohon di beranda depan rumah kita, pada saat kita duduk sambil berbincang-bincang dan
mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk berdiam diri menghampiri Tuhan atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir terasa hidup menjadi lebih indah.
Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;
memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari
setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah
anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan
menyadari begitu ba nyak detilkehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupanyang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kitamenjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.”
story from orangstrees





[/spoiler]
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd