Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Berbagi Kisah mungkin bisa jadi obat untuk Kehidupan sup ayam [copas]

Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Bimabet
CERITA XXVI


[spoiler='Penyesalan Suami terhadapt mantan Istrinya]

Ini pelajaran bagi para pasangan suami istri yang masih saja mengedepankan nafsu amarah
dan emosi pada setiap persoalan rumah tangga yang dihadapi.

Bila mau jujur ..sebenarnya aku masih sangat mencintainya,
perempuan yang dulu pernah mengucap janji setia di depan altar pernikahan denganku.
Sebut saja dia Jasmine. Namun nasi sudah menjadi bubur.
Di atas rasa cintanya yang masih kuyakini tetap berpijar di hatinya,
Jasmine rupanya terlanjur sakit hati, marah, dan
terus berusaha membuang setiap serpihan kenangan yang sudah menjadi abu akibat terbakar rasa cemburu butaku di masa lalu !!

Apalagi setelah aku menikahi Atika (nama samaran),
perempuan yang sedari semula aku perkenalkan kepada Jasmine sebagai sahabat dekatku.
Perasaan benci yang seakan-akan telah membantu itu siap terlempar ke arahku sewaktu-waktu.
Seolah-olah dia ingin sekali menunjukkan siapa sipengkhianat yang sebenarnya ... Akukah itu?? Entahlah, mungkin iya ..

Yang jelas, saat itu aku memang benar-benar terbakar api cemburu.
Setelah beberapa kali memergoki sms mesra di hape Jasmine dari seseorang yang bernama Edo (sebut saja begitu),
aku juga harus menyaksikan seorang pria perlente yang sedang berjalan keluar beriringan dengan istriku dari kantornya,
siang itu. Aku tak tahu, mau kemana mereka. Karena sebelum masuk mobil warna silver yang rupanya milik pria itu,
aku sudah menghadangnya lebih dulu.

Kutarik tangan istriku, kupaksa dia pulang denganku.
Aku tak perduli dengan kilat mata bertanya dari orang-orang yang berada di sana.
Bahkan serta merta aku berteriak,
bahwa aku suami Jasmine kepada lelaki yang sepertinya mencoba menjelaskan sesuatu kepadaku. Aku tidak peduli !!!

Sesampai di rumah, kutampar Jasmine. Aku tak ingin mendengar kata-kata apapun darinya.
Termasuk ribuan kalimat yang mengatakan bila aku salah paham. Aku tak peduli.
Sumpah serapah, teriakan, amarah yang selama hari kupendam, kutumpahkan semua.
Melihat aku yang bak 'kesetanan', Jasmine akhirnya terdiam dan hanya menangis.
Karena semakin dia bicara, semakin aku akan memberondongnya dengan kata-kata sinis dan makian.
Entah setan mana yang merasukiku. Hatiku begitu terbakar ...

Bahkan, tanpa sadar, aku mengatakan akan menceraikan dia dan menyuruhnya memilih pria itu!!!
Duh ..apa yang telah aku lakukan?? Astaghfirullah ..apa yang telah kukatakan??
Sejenak, aku sendiri merasa kaget dengan kata-kata kasar dari mulutku.
Tapi ego laki-lakiku, seakan-akan berupaya untuk tidak kelihatan bersalah atas sikapku itu.
Jasmine sendiri kulihat tertegun dengan kalimatku.
Namun, aku sendiri tidak menduga bila akhirnya dia akan mengatakan itu.
Dia menantangku untuk menceraikan dia secara hukum dan menegaskan bahwa mulai hari itu, dia sudah bukan lagi istrinya.
Karena aku (meski tanpa sadar) telah menalak dia !!

Aku tercekat. Namun, sekali lagi, api yang terlanjur membakar emosiku semakin berkobar oleh pernyataan itu.
"Semakin aku tahu, memang itu yang kamu cari.
Dengan begitu kau akan bisa bebas berhubungan dengan lelaki itu !!!" tuduhku membabi buta.

"Terserah, apa yang kamu katakan, aku tidak peduli. Aku sudah bukan istrimu lagi.
Kelak kamu akan menyadari dan menyesal dengan tindakanmu hari ini.
Kamu akan menyesal karena kamu telah melakukan kesalahan besar dengan fitnahan yang tidak manusiawi ini !!!" teriak Jasmine histeris.

Itulah yang kuingat saat-saat terakhir kebersamaanku dengan Jasmine sebagai sepasang suami istri.
Cemburu itu benar-benar telah menelan semuanya ..kasih sayang, cinta, kesetiaan,
indahnya hari-hari kami selama lima tahun menjalani bahtera rumah tangga
dan dikaruniai seorang anak laki-laki kecil, sebut saja namanya Happy.
Dan akhirnya harus aku akui semua kebenaran yang dikatakan Jasmine setelah dia benar-benar pergi dari kehidupanku.
Setelah dia benar-benar meninggalkan rumah yang kami bangun
dan tata bersama untuk kembali ke kota kelahirannya.
Setelah dia benar-benar telah menukar rasa kasih sayang,
cinta dan kesetiaannya dengan kebencian, sakit hati yang mendalam kepadaku ..

Bahkan mungkin atas dasar kebenciannya pula kepadaku,
dia tidak mengatakan kepadaku kalau saat itu dia lagi hamil.
Inilah yang paling membuatku merasa bersalah,
di tambah lagi membiarkan dia menjadi single parent bagi putri keduaku
yang lahir enam bulan kemudian setelah perceraiannya denganku !!

Meski aku cemburu dengan pria lain, tapi kata hati dan keyakinanku mengakui kalau putri kecil itu anakku, anak kami.
Apalagi setelah dia lahir, satu kali aku sempat berkunjung ke rumah Jasmine dengan dalih ingin bertemu Happy,
dan aku melihat begitu banyak kemiripan fisik putri kecil itu denganku.
Matanya, hidungnya, semuanya seperti melihat sendiri sosok kecilku dulu.
Tapi tiap kali pula Jasmine mengatakan bila itu adalah 'putri haram' nya dengan pria lain.
Bahkan dia melarangku untuk menyentuh balita cantik yang dia beri nama selayaknya nama Angel' (bukan nama sebenarnya).. Duh ..

Benarkah dia 'putri haram' Jasmine dengan pria itu ..?? Tapi mengapa hingga hari inipun,
Jasmine tidak pernah lagi terlihat dengan pria lain, termasuk pria yang kucemburui itu?
Aku tak ingin bertanya.
Karena pertanyaan apapun tentang masalalu yang mengingatkan dia pada masa pertengkaran hebat kami itu,
akan membuatnya diam membisu. Jasmine bahkan hanya tersenyum sinis sewaktu aku ungkapkan penyesalanku ..

Aku tahu diri. Apalagi, hanya selang beberapa bulan setelah perceraian itu,
bukan Jasmine yang menikah dengan pia itu, tapi ternyata malah aku yang menikahi Atika,
perempuan yang selama ini aku kenalkan kepada Jasmine sebagai sahabat dekatku di kantor.
Ya, awalnya, kami memang sahabat dekat,
Atika yang masih single di usianya yang sudah kepala tiga sering curhat padaku.
Curhat yang mengundang simpati kelakianku, a
palagi makin lama aku merasakan bila dia tertarik bahkan jatuh cinta padaku.
Entah dasar apa, mungkin karena masih ada sisa amarah, keinginan 'membalas dendam' atas perlakuan jasmine ...
atau mungkin untuk memenuhi hasrat lelakiku setelah sekian lama tak tersentuh perempuan ..aku nekad menikahi Atika.

Tapi ternyata, aku tak bisa menipu diri sendiri. Aku ternyata masih mencintai Jasmine.
Semakin hari, bukannya semakin hilang, malah semakin menjadi.

Apalagi bila mengingat sikapku yang tidak adil,
yang tidak memberikan kesempatan sama sekali kepada Jasmine untuk menjelaskan masalahnya saat itu.
Siapa tahu, Jasmine memang benar .. Entahlah, karena setelah resmi bercerai, tidak pernah ada kontak lagi ..


Aku baru mengetahui keadaan Jasmine, justru setelah menikah dengan Atika.
Rasa rindu dan penasaran yang tidak bisa kubendung, baik kepada Jasmine maupun Happy,
membuatku nekad mengunjungi Jasmine di rumah orangtuanya di kota S yang bisa kutempuh hanya dengan beberapa jam perjalanan saja.
Aku tidak peduli. Kalaupun nantinya suami Jasmine yang baru akan mengusir atau bahkan mengajak duel denganku, aku tak peduli !!!

Sesampai di halaman rumah mantan mertuaku itu, kebetulan keadaan sedang sepi.
Rupanya orangtua Jasmine sedang tidak berada di rumah.
Di situlah aku melihat bayi kecil itu ..
seorang bayi perempuan yang tengah lelap di gendongan Jasmine yang hari itu kelihatan jauh lebih cantik dan segar.

Hatiku bergemuruh, bukan karena cemburu atau melihat orang lain di dalam sosok kecil itu.
Aku seperti sedang bercermin dan mendapatkan bayangan wajah kecilku di situ.
"Jasmine, itu anakku?" tanyaku. Jasmine nampak terkejut dan tidak menduga kedatanganku.
Buru-buru dia berupaya menjauhkan bayi kecil itu dari jangkauanku dan meletakkannya di babby box.
"Bukan. Itu anak haramku. Buat apa kamu ke sini?" tanyanya sinis.

Sungguh, aku tak bisa menahan perasaanku. Aku yakin, bahkan teramat yakin kalau itu anakku.
Entah apa yang kufikirkan dan tengah berkecamuk di dadaku ..
tiba-tiba aku ingin sekali menenggelamkan wajah cantik itu di dadaku,
seperti waktu-waktu dulu. Aku tak bisa menguasai diri, serta merta kupeluk perempuan di depanku itu.
Anehnya, dia hanya meronta sejenak, lalu membiarkan saja bibirku mengecup pipinya juga keningnya ..
sedetik kemudia mendorongku hingga hampir terjatuh.
"Pergi, pulanglah .." katanya sembari membenahi rambutnyanya.
Wajahnya nampak memerah malu ..atau marah?

Aku sendiri tak menyangka dengan kejadian itu dan buru-buru minta maaf.
Jasmine tak mau lagi melihatku. Berulangkali dia mengusirku.
"Aku sudah bukan istrimu. Aku bukan istri siapa-siapa. Aku juga tidak butuh siapa-siapa.
Angel juga tidak butuh ayahnya di pernikahannya kelak," katanya sembari menyuruhku segera keluar dari rumah itu.

Terus terang aku kaget dengan semua pengakuannya.
Tapi aku berusaha mengerti. Aku merasa menjadi laki-laki yang telah gagal.
Aku begitu limbung .. Aku yakin betul, Angel adalah anakku ..
Dan satu hal yang aku tahu, meski tanpa harus ada penjelasan apapun,
aku tahu bahwa Jasmine memiliki banyak kebenaran yang sudah tidak ingin lagi dia sampaikan kepadaku.
Karena semua memang sudah terlambat !!!

Supaya tidak mengundang keributan, akupun terpaksa pulang.
Tanpa pamitan karena Jasmine telah lebih dulu menutup pintu sesaat setelah aku keluar dari rumah.
Tanpa sempat bertanya tentang kondisi Happy yang sudah setahun lebih kuabaikan ...
tanpa tahu dimana dan sedang apa dia ketika aku datang .. Aku benar-benar galau, khawatir dan cemas ..

Dan dalam perjalanan pulang,
fikiranku pun masih pula melayang kepada Atika yang mungkin tengah gundah menantiku di rumah.
Apa yang harus kukatakan padanya ..
apakah aku akan terus menyakitinya dengan mengungkapkan kejujuran
atas perasaanku yang masih begitu mendalam kepada mantan istriku itu?
Meski aku tahu .. dia akan selalu menerima dan menerima.
Begitu mengerti dengan keadaan psikisku ..
seperti janji yang dia ungkapkan saat mengungkapkan perasaan cintanya
dan mau menjadi istriku sesaat setelah perceraianku dengan Jasmine saat itu ... Anganku,
perasaanku semakin kacau karena sehari sebelum keberangkatanku ke rumah Jasmine,
Atika mengatakan sudah telat datang bulan selama lima minggu ....

[/spoiler]
 
Mantappp.. Tapi kok kayaknya cerita terakhir blm selesai ya om?
 
CERITA XXVII

[spoiler='Cerita 2 Srigala]

Ada 2 ekor serigala di hutan Rica-rica, serigala B menantang serigala A untuk menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel,
tidak jauh dari tempat mereka berdiri,

"Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B,

"Ah, itu gampang, lihat saja nih!" Jawab serigala A,
dan dengan sigap serigala A itupun melompat ke arah kelinci tersebut, dan berlari mengejarnya.

Sedangkan kelinci yang melihat serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan,
tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala tersebut,

"DUAAAKK!!" begitu suaranya..

Karena serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya tidak terasa sama sekali,
serigala tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit... sampai 5 menit..

Serigala itu belum dapat menangkap kelinci itu, karena kelinci itu larinya lebih kencang.
serigala itupun kelelahan, dan menghentikan pengejarannya.

Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya serigala B.

Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itupun bertanya,
"Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?" tanya serigala B,
lalu serigala A hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.

Serigala B lalu melanjutkan perkataanya :
"Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa menangkap kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius.
Kamu berlari mengejar kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu berlari untuk nyawanya."

Cerita diatas bisa dibuat sebagai pelajaran, untuk orang yang sudah bekerja,
mungkin Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan Anda,
Anda merasa bosan, Anda merasa tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda,
Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda. Cobalah pikirkan kembali,
apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja? Apakah pekerjaan Anda yang sekarang sudah cocok dengan bidang Anda?
Terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua agar mencari uang sendiri,
atau kadang juga ada orang yang bekerja,
karena mereka merasa 'harus' bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi keluarganya,
atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.

Jadi, apakah tujuan Anda bekerja ? Jawaban ada di tangan Anda


[/spoiler]
 
CERITA XXVIII

[SPOILER='Sebuah Pilihan Yang Sulit...!!!!]


Menjelang istirahat suatu kursus pelatihan,
sang pengajar mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan.
'Siapakah orang yang paling penting dalam hidup Anda?'
Pengajar meminta bantuan seorang peserta maju ke depan kelas.
" Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan kehidupan Anda saat ini"
Peserta perempuan itu pun menuliskan 20 nama di papan tulis.
Ada nama tetangga, teman sekantor, saudara, orang-orang terkasih dan lainnya.
Kemudian pengajar itu menyilakan memilih, dengan mencoret satu nama yang dianggap tidak penting.
Lalu siswi itu mencoret satu nama, tetangganya.
Selanjutnya pengajar itu menyilakan lagi siswinya mencoret satu nama yang tersisa, dan siswi itu pun melakukannya,
sekarang ia mencoret nama teman sekantornya. Begitu seterusnya.
Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersisa 3 nama.
Nama orang tuanya, nama suami serta nama anaknya.
Di dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi.
Semua peserta pelatihan mengalihkan pandangan ke pengajar.
Menebak- nebak apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh pengajar itu.
Ataukah, selesai sudah tak ada lagi yang harus di pilih.
Namun dikeheningan kelas sang pengajar berkata :
"Coret satu lagi !!"
Dengan perlahan dan agak ragu siswi itu mengambil spidol dan mencoret satu nama.
Nama orang tuanya.
"Silakan coret satu lagi !"
Tampak siswi itu larut dalam permainan ini. Ia gelisah.
Ia mengangkat spidolnya tinggi-tinggi dan mencoret nama yang teratas dia tulis sebelumnya.
Nama anaknya. Seketika itupun pecah isak tangis di kelas.
Setelah suasana sedikit tenang, pengajar itu lalu bertanya :
"Orang terkasih Anda bukan orang tua dan anak Anda? Orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda.
Anda yang melahirkan anak. Sedang suami bisa dicari lagi.
Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?"
Semua mata tertuju pada siswi yang masih berada di depan kelas.
Menunggu apa yang hendak dikatakannya."

Waktu akan berlalu, orang tua akan pergi meninggalkan saya.
Anakpun demikian.Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya juga.
Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.
" Kehidupan itu bagaikan bawang bombay. Ketika di kupas selapis demi selapis, akan habis. Dan adakalanya kita dibuat menangis.


[/SPOILER]
 
CERITA XXIX


[spoiler='Aku Pernah Datang Aku Sangat Patuh]

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos.
Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun.
Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah 'saya pernah datang dan saya sangat penurut'.
Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar
yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia.
Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian,
dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya.
Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu.
Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini,
mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.
Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput,
disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan.
Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.
Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah,
papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal.

Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata,
"Saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan".
Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.
Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak,
tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk,
hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras).
Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit- sakitan.
Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti,
Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa.

Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar walaupun dari kecil sering sakit-sakitan
dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya,
Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa.
Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci baju,
memasak nasi, dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik.
Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua,
sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang.

Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.
Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah.
Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya.
Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya.
Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya.
Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia.
Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan.
Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka,
ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya.
Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut
sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik.
Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti.
Di pahanya mulai bermunculan bintik- bintik merah.
Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.

Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang.
Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya.
Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai.
Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.
Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa.
Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas.
Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000.

Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang.
Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya.
Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.
Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya.
Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.
Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.

Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya,
air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar.
"Papa, saya ingin mati".
Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan,
"Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati?".
"Saya adalah anak yang dipungut,
semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini,
biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf,
menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan.
Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri.
Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan,

hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto.
Yu Yuan berkata kepada papanya,
"Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini".
Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru.
Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya.
Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah.
Begitu mencoba dia tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.
Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum.
Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao,
Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit,
Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan,
menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.
Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng.
Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini,
dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia.
Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini.
Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.
Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar.

Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.
Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia.
Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan.
Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.
Ada seorang teman di email bahkan menulis,

"Yu Yuan, anakku yang tercinta. Saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit.
Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan, anakku tercinta."
Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota.
Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup.
Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat.
Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya.
Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat.
Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh.
Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya,
tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata.
Yu Yuan dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu.
Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya,
air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.
Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab,
"Anak yang baik".
Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali.
Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email.
Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut.
Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana.
Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol.
Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.
Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan,
apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh sangat lemah.
Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan,
"Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?". Wartawan tersebut menjawab,
"Karena mereka semua adalah orang yang baik hati". Yu Yuan kemudian berkata,
"Tante, saya juga mau menjadi orang yang baik hati". Wartawan itu pun menjawab,
"Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik".
Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan.
"Tante ini adalah surat wasiat saya."
Fu Yuan kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut.
Ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri.
Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian
dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan,
tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan.
Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal.
Dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar.
"Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi.
Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya.
Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah.
Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang- orang yang sakit seperti saya.
Biar mereka lekas sembuh".

Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.
"Saya pernah datang, saya sangat patuh",
demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 Agustus,
karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan,
Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup.
Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya.
Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah.
Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat
dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat.
Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya.
Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang.
Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci
bagaikan air sungguh telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan She Chuan,
sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan.
Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung.
Ada seorang pemuda berkata dengan pelan
"Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah..........."
demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut. Pada tanggal 26 Agustus,
pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Di depan rumah duka,
banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan.
Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya.
Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain,
maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.
Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis,
"Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 November 1996 – 22 Agustus 2005).
Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan.
Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia.
Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita leukimia lainnya.
Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah :
Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie.
Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu.
Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.
Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi.
Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut.
"Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana.
Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata 'Aku pernah datang dan aku sangat patuh'".

Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati.
Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya.
Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya,
akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan dunia. Walaupun hidup serba kekurangan,
dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama.
Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama,
berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan.
Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang pengasih.
Thanks for Fu Yuan....




[/spoiler]
 
CERITA XXX

[spoiler='Nilai Seikat Kembang]

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum.
Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan.
Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata,

"Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak,
karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"

Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.
Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata,
"Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda.
Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya.
Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda.
Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."

"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda.
Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang,
tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.

"Apa, maaf?" tanya wanita itu denga gusar.
"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya,
orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang.
Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit,
orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup,
sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.
Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.
"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven.
Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu.
Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal.
Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo,
kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.

Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh,
tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!""

Jangan pernah mengasihani diri sendiri,
karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan.
Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan,
yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.




[/spoiler]
 
Bimabet
CERITA XXXI

[spoiler='Kupu-Kupu (Renungan tentang Kebahagian]

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung.
Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya.
Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas.
Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang.
Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping,
"Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan,
namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku.
Aku telah berlari melewati gunung dan lembah,
tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku.
Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian.
Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara,
"di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu,
tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan.
"Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman.
Tak berapa lama, dijumpainya taman itu.
Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran.
Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana.
Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran.
Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain.
Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan.
Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu.
Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.
Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap.
Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat.
Sampai akhirnya ada teriakan,
"Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan.
Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu.
Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang?
Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?"
Sang Kakek menatap pemuda itu.
"Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu.
Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar.
Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu.
Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam,
atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu.
Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana.
Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya.
Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari.
Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan.
Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan,
layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati.
Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

MoralMencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu.
Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah,
bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari.
Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini,
atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya.
Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah.
Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu,
seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar.
Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu.
Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan.
Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu.
Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya,
semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya,
semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu.
Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita.
Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan.
Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita.
Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh.
Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.


Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana.
Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita,
namun kita tak pernah memperdulikannya.
Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya



[/spoiler]
 
Terakhir diubah:
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd