Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI A MAN AND HIS FUCKING SEXDOLLS

#4
The Price of Light Is Less Than The Cost Of Darkness.



Sesampai di kantor, Anwar langsung menuju meja kerjanya yang beradai di lantai 3. Ketika karyawan lain berdesakan menunggu lift untuk menuju ke atas, Anwar lebih memilih menaiki tangga. Selain karena lebih sehat, Anwar tidak menyukai berada di tempat sempit dan berdesakan banyak orang. Hal ini disebabkan clausthropobia yang di idap Anwar semenjak kecil. Sewaktu Anwar masih berusia 8 tahun, ia pernah jatuh terperosok di dalam sebuah lubang sempit ketika ia dan teman sebayanya bermain-main di daerah bekas pabrik tekstil yang sudah puluhan tahun berhenti beroperasi. Pabrik ini menjadi tempat favorit Anwar kecil dan teman-temannya bermain petak umpet.

Anwar kecil berniat ingin mendapatkan tempat persembunyian yang susah ditemukan oleh Rudi, temannya yang kebagian peran menjadi orang yang bertugas mencari Anwar dan lainnya yang tengah bersembunyi. Begitu Rudi mulai menghitung mundur, Anwar kecil langsung melesat ke luar pabrik dan menuju ke bagian belakang. Bagian belakang yang dituju Anwar untuk mencari tempat bersembunyi sesungguhnya adalah tempat kolam penampungan untuk merendam kain. Anwar menghitung ada sekitar 4-5 bak penampungan yang tentu saja sudah mengering. Dalam keadaan panik dan berlarian karena merasa belum mendapatkan tempat sembunyi inilah tanpa sengaja Anwar terperosok ke lubang yang digunakan untuk menampung air bekas rendaman tekstil sebelum dialirkan menuju sungai yang berada tidak jauh dari pabrik Saat berlarian. Anwar tidak melihat ada lubang berdiamerer 1 meter karena lubang tersebut sebelumnya tertutup oleh beberapa lembar triplek yang sepertinya sudah rapuh. Tubuh kecil Anwar langsung meluncur ke bawah. Tubuh Anwar jatuh berdebum dalam gelap, kaki kirinya terkilir, lecet dan berdarah terkena patahan triplek yang ia injak.

Beruntung tempat penampungan air limbah tersebut sudah kering sehingga Anwar tidak tenggelam. Karena ketakutan yang amat sangat akibat dikeliling kegelapan pekat dan sempit, Anwar mencoba berdiri dan meloncat ingin menjangkau di atas sana tetapi rasa sakit di kaki telah merenggut keberaniannya . Anwar lalu hanya terduduk menekuk dan merapatkan kedua kaki ke tubuhnya. Anwar tidak berani menengok ke kiri dan kanan karena ia merasakan ada banyak sekali mata yang menatap ke arahnya sampai tubuhnya menggigil. Anwar terus mendongak ke atas, ke satu-satunya arah sumber cahaya di atas kepalanya. Anwar berharap teman-temannya bisa menemukan dirinya yang terjebak dalam lubang gelap yang semakin lama semakin bertambah dingin.

Ingin rasanya Anwar berteriak meminta tolong tetapi suaranya seperti menghilang tertelan gelap. Cahaya luar yang menjadi satu-satunya harapan Anwar, perlahan meredup seiiring dengan tergelincirnya matahari di ufuk barat. Tanpa Anwar sadari sudah 1 jam lebih ia meringkuk di bawah, Rudi yang bertugas menemukan teman-temannya bersembunyi pun sudah menyerah mencari Anwar karena ia merasa sudah mencari berkeliling, hanya Anwar saja yang belum ditemukan. Lalu Rudi bertanya ke teman lainnya apakah ada yang tahu keberadaan Anwar. Semuanya menggeleng karena mereka semua sibuk sendiri-sendiri mencari tempat persembunyian, tidak sempat saling memperhatikan tempat persembunyian temannya yang lain.

"Anwar paling bersembunyi ke rumahnya tuh kayak yang dulu-dulu," kata salah seorang teman Anwar.

"Iya, memang curang dia. Udah biarain aja, besok-besok kita gak usah ajak Anwar main lagi," timpal lainnya.

Adzan Mahgrib yang kemudian terdengar membuat Rudi dan teman lainnya membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing. Mereka semua tidak menyadari bahwa teman mereka Anwar tengah terjebak di lubang bekas penampungan air limbah pabrik, Mereka semua memiliki anggapan Anwar bermain curang dengan bersembunyi di rumahnya. Padahal Anwar kini semakin menggigil ketakutan dan akhirnya pingsan dalam kesunyian dan kegelapan yang nyaris total karena pabrik tua ini jelas tidak lagi memiliki penerangan.

Sementara Anwar pingsan, kedua orang tua Anwar mulai dilanda kepanikan karena sudah lewat maghrib, dia belum juga pulang. Kedua kakak Anwar yang semula bersantai di kamar masing-masing kini jadi ikut repot mencari Anwar di sekitar rumah. Dugaan bahwa Anwar telat pulang karena mampir di rumah salah satu temannya perlahan sirna ketika satu persatu rumah tetangga yang mereka datangi tidak merasa melihat atau dikunjungi Anwar. Kepanikan yang semakin hebat terjadi ketika semua teman bermain Anwar justru bilang Anwar sepertinya malah pulang duluan daripada mereka ketika bermain petak-umpet.

Ibu Anwar langsung lemas dan pingsan menyadari anak bungsunya seperti menghilang. Bu RT yang datang untuk membantu menenangkan justru tanpa sengaja membuat keruh suasana keluarga Anwar ketika ia keceplosan bercerita tentang anak hilang karena diculik orang dari berita koran yang ia baca siang tadi. Bapak Anwar lalu menelepon kepolisian untuk melaporkan menghilanganya Polisi akhirnya datang ke rumah Anwar untuk mencatat semua keterangan. Para tetangga juga sudah berkumpul di rumah Anwar. Polisi kemudian bertanya kepada teman-teman Anwar dimana tadi sore mereka dan Anwar bermain. Dengan perasaan takut-takut karena ditanyai oleh petugas Polisi yang berpakaian seragam lengkap, mereka kompak menjawab, mereka semua bermain di area pabrik tekstil tua.

"Kami main petak umpet di sana. Saya yang bertugas jaga. Anwar dan teman-teman lain sembunyi. Di saat aku bisa menemukan semua teman-temanku bersembunyi, cuma Anwar yang tidak bisa aku temukan. Bahkan ketika aku mencari Anwar bersama teman-teman, kami tetap tidak bisa menemukan Anwar sampai adzan Maghrib terdengar. Karena kami takut lama-lama di pabrik, kami akhirnya pulang. Kami pikir Anwar sudah pulang duluan, karena dia sering curang sembunyi di rumah kalau petak umpat," papar Rudi panjang lebar.

Semua orang dewasa yang mendengar penuturan Rudi langsung mengernyitkan dahi begiti tahu anak-anak ini main-main di bekas pabrik tekstil tua yang berada tidak terlalu jauh dari kampung mereka. Pabrik itu berada bersisian dengan sungai Bengawan, Pabrik tekstil tersebut tutup karena mengalami kebangkrutan karena terkena kasus pencemaran lingkungan. Setelah pailit, bangunan pabrik di tinggalkan begitu saja dan dibiarkan terbengkalai. Di awal-awal pabrik tersebut kosong, sering digunakan tempat untuk beberapa preman dan pemuda kampung untuk mabuk-mabukkan.

Bahkan kalau malam, banyak gelandangan yang bermalam dan tinggal di sana. Hal ini menjadikan penduduk kampung menjauhi pabrik tersebut karena menjadi sarang orang-orang asing. Tetapi ketika pada suatu hari ditemukan seorang gelandangan yang meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan yakni tubuhnya terpotong-potong menjadi beberapa bagian dengan wajah yang tidak bisa dikenali lagi, para preman dan gelandangan sudah tidak berani mendekati pabrik tersebut.

Banyak isu yang herhembus tentang penyebab gelandangan tersebut meninggal. Mulai dari dia korban pembunuhan berantai, korban pembunuhan untuk di ambil organ dalamnya karena konon banyak organ tubuhnya hilang saat ditemukan. Sampai isu yang paling mengerikan adalah si gelandangan malang itu menjadi korban mutilasi para pengikut aliran hitam untuk dijadikan tumbal karena menurut beberapa penduduk yang ikut melihat proses evakuasi mayat gelandangan tersebut, di beberapa lokasi di dalam pabrik ditemukan simbol bintang lima (pentagram), bintang enam (hexagram) dan semacam altar yang berisi banyak lilin.

Di altar dipasang foto Baphomet, makhluk berkepala kambing bertanduk yang menjadi lambing kuno untuk setan. Di sekitar dinding tempat foto Baphomet tertempel, konon banyak terdapat bercak darah yang di duga darah milik gelandangan tersebut. Polisi melakukan penyelidikan atas kematian ganjil di bekas pabrik tua ini, namun karena korbannya hanyalah seorang gelandangan yang tidak memmiliki identitas dan sudah tidak bisa dikenali lagi perlahan kasus tersebut menguap dengan sendirinya tanpa ada kejelasan apa yang menimpa si gelandangan. Rumor tentang kasus meninggalnya si gelandangan dan rumor tentang bekas pabrik yang menjadi tempat pemujaan setan membuat tidak ada seorangpun penduduk sekitar yang berani mendekati ataupun menginjakkan kaki ke sana, untuk alasan apapun terlebih ketika kondisi sudah malam.

"Waduh, ni bocah bandel-bandel banget sih ! udah dibilang jangan main ke pabrik tua itu! Selain bangunannya sudah tua rawan roboh disana juga sarang demit!" cocor bu RT.

Berdasarkan keterangan Rudi, akhirnya 2 petugas polisi beserta Bapak Anwar dan beberapa tetangga mau tak mau harus mulai melakukan pemeriksaan disana. Dari sekian banyak tetangga sekitar, hanya ada 5 orang yang berani ikut membantu pencarian di pabrik tersebut. Pak RT tidak ada di dalam grup yang akan melakukan pengecekan dan penyisiran di sana. Sedang ada banyak pekerjaan di rumah kata Pak RT mencoba beralasan. Memang Pak RT dan penduduk lain yang tidak ikut ke dalam pencarian tidak sepenuhnya disalahkan karena memang butuh orang bernyali besar untuk pergi ke bekas pabrik yang selalu gelap gulita laksana istana tempat berkumpul para dedemit dan para manusia pemuja klenik.

Akhirnya rombongan yang berjumlah 9 orang dan bersenjatakan senter lalu berangkat melakukan pencarian karena takut malam semakin larut. Sesampai di sana dibentuk 3 kelompok yang tediri dari 3 orang untuk melakukan penyisiran di bagian halaman dahulu. Setelah kurang lebih setengah jam dan tidak menemukan petunjuk apapun akhirnya mereka semua sepakat untuk mencari di bagian dalam. Kesembilan orang tersebut kaget bukan main karena melilhat secercah cahaya di di bagian dalam pabrik. Cahaya tersebut meliuk dan berpendar menimbulkan pantulan bayangan. Sadar ada 7 warga sipil yang ketakutan, 2 petugas kepolisian Bripka Abas dan Bripka Burhan berjalan di paling depan, dengan tangan bersiap di pinggang, memasang sikap waspada dan tanpa segan menarik senjata api yang terselip di pinggang.

Ketika semakin mendekati sumber cahaya, akhirnya diketahui cahaya redup tersebut berasal dari puluhan lilin berwarna merah berukuran besar yang menyala-nyala dan tersusun sedemikian rupa di atas sebuah meja.

Sebuah meja yang di tengah-tengahnya berdiri sebuah figura yang memuat foto gambar seorang pria berkepala plontos dengan background pentagram. Tidak ada yang tahu siapakah orang di foto tersebut. Padahal sesungguhnya pria tersebut adalah Anton Szandor LaVey, pendiri Gereja Setan dan tokoh ikonik gerakan pemuja setan di San Francisco. Dia adalah tokoh Satanisme terkenal lain selain Alaister Crowley, okultism dari Inggris.

"Bangsat, rupanya rumor bahwa pabrik ini digunakan sebagai tempat perkumpulan para pemuja setan seperti benar adanya," bisik Bripka Bahrun kepada temannya.

"Gue gak tahu, tetapi lilin ini seperti belum lama menyala. Jadi bisa jadi selain kita, masih ada orang lain yang sedang memperhatikan dan mengawasi dari balik kegelapan. Waspada Run!" Bripka Abas memperingatkan temannya.

"Iya benar, gue juga seperti serasa di awasi. Sebaiknya kita cepat menyisir area ini dan area lainnya di belakang sana. Kalau tidak ada petunjuk tentang anak itu, kita buat laporan bahwa anak ini sudah masuk ke daftar anak hilang. Terus ini kita apain?" bisik Bripka Bahrun sambil menunjuk ke arah altar.

Bripka Abas lalu tiba-tiba menjungkirbalikkan meja sehingga lilin dan foto di tengah meja terjatuh. Bripka Abas menginjak-injak lilin hingga apinya padam hancur berantakan beserta foto yang mereka anggap aneh. Bripka Bahrun agak ngeri dengan tindakan rekannya, dia langsung mengencangkan pegangan pistol di sabuknya, bersiap menghadapi sesuatu yang gelap. Ketegangan kedua polisi muda tersebut menular kepada Bapak Anwar dan bapak-bapak lainnya. Senter yang mereka pegang sudah tidak stabil karena tangan mereka gemeteran.

"Bapak-bapak, gak usah takut. Ini cuma perbuatan segerombolan orang iseng, mari kita sisir area disana," ujar Bripka Abas mencoba menenangkan.

"Mari pak, kita lanjut. Kalian ikuti kami dan kalau bisa arahkan senter ke bagian lantai saja." Bripka Bahrun menyambung perkataan rekannya.

Dan rombongan itupun bergerak perlahan menyusuri bagian dalam pabrik, yang mereka cari adalah petunjuk keberadaan Anwar yang menurut teman-temannya terakhir terlihat berlari ke bagian paling belakang pabrik. Tanpa mereka sadari sudah setengah jam mereka mencari di bagian dalam tetapi tidak petunjuk apapun. Petunjuk yang mungkin sebenarnya ada namun tidak nampak karena terkamuflase pekatnya kegelapan. Bapak Anwar sebenarnya juga sudah mulai putus asa. Ketika 5 menit yang lalu Bripka Abas meminta mereka menyudahi pencarian di bekas pabrik, dia bersikukuh meminta waktu sebentar lagi. Lalu karena tergesa-gesa, langkah kaki Bapak Anwar tersandung beberapa bahan material yang bertebaran di bawah. Akibatnya Bapak terjatuh, senter terlepas dari pegangan dan menggelinding jatuh ke dalam sebuah lubang.

Lubang yang sedari tadi luput dari penglihatan semua orang.

Semua orang disana nampak menahan nafas karena senter tersebut terjatuh ke sebuah lubang dan masih mengeluarkan sinar. Nampak sebuah lubang menganga yang terlihat karena terkena sinar senter dari bawah.

Keberadaan Lubang tersebut jelas menarik perhatian semua orang. Ketika Bapak Anwar memberanikan diri untuk melongok melihat bagian dalam lubang, dia terkejut sampai berteriak kaget. Bagaimana dia tidak kaget, jika hal pertama yang ia lihst adalah ada sesosok bayangan anak kecil yang meringkuk dan menatap ke arahnya seraya berkata pelan.

"Bapak....Anwar....takut..."

***

Pasca kejadian tersebut, Anwar tumbuh menjadi anak yang tidak menyukai ruangan sempit dan gelap yang mencekik. Anwar lebih memilih naik tangga darurat hingga puluhan lantai daripada berada di ruang sempit lift. Kebiasaan menaiki anak tangga setiap hari inilah yang membuat Anwar menjadi menyukai olahraga. Setelah menaiki 312 anak tangga, Anwar akhirnya sampai di lantai 3 dan segera menuju ke kubikelnya. Namun pagi itu, Anwar merasakan suasana kantor agak sedikit riuh.

Anwar melihat beberapa temannya berkumpul di depan TV yang berada di ruang tunggu dekat dengan pintu utama. Karena Anwar naik tangga, ia tidak melewati ruang tunggu melainkan langsung tembus di bagian belakang ruangannya dan berdekatan dengan kubikelnya. Anwar cuma geleng-geleng kepala.

"Dasar karyawan gak jelas, pagi-pagi sudah nonton berita gosip!" gerutu Anwar mengkritik teman-temannya. Anwar yang tidak mau terganggu dan langsung ingin bekerja langsung mengeluarkan headset yang ia simpan di tasnya. Anwar yang sudah tenggelam dengan segudang pekerjaan dan musik pop yang memenuhi rongga pendengarannya, tidak menyadari bahwa hampir semua orang di ruangan menampakkan ekspresi kaget campur sedih. Beberapa bahkan menangis sesengukan.

Karena volume headset yang Anwar kenakan nyaris maksimal membuat dia tidak mendengar panggilan Hendra, rekan sekerjanya. Hendra lalu mendekati Anwar dan menepuk pundak Anwar dari belakang. Anwar yang kaget karena tepukan cukup keras di pundaknya hendak marah namum rasa marahnya berubah menjadi rasa kaget ketika Hendra memberitahukan sebuah berita duka.

"War ! teman kita Kiko meninggal dunia di rumahnya. Mayatnya ditemukan dalam keadaan di mutilasi."

"Di mutilasi?"

"Iya, awalnya kami tidak percaya tetapi berita kasus kematian Kiko sudah masuk ke headline news pagi di METRO TV. Yudi yang pertama tanpa sengaja melihat berita tersebut langsung memberitahu teman yang lain. Awalnya kami sangsi korban tersebut adalah Kiko. Namun Yudi yakin karena dia mengenali alamat dan lingkungan , bahkan rumah korban. Yudi dan Kiko kan berkawan cukup dekat. Di saat kami tengah kebingungan, tak lama kemudian pihak kepolisian menghubungi kantor kita untuk menanyakan apakah benar Kiko Hendrawan adalah salah satu karyawan di PT SULTAN SPORTS. Setelah dicocokkan dengan identitas yang ditemukan di TKP, Polisi semakin yakin bahwa korban memang teman kita Kiko. Hingga akhirnya Kepolisian mengeluarkan identitas korban dan 100% korban itu adalah Kiko Hendrawan. Anjir, masih gak percaya gue Kiko uda meninggal dengan cara sadis," papar Hendra.

Anwar terdiam mendengarnya. Entah kenapa Anwar tidak merasakan apa-apa mendengar berita kematian Kiko, terlebih dengan cara di mutilasi. Selain tidak akrab, Anwar sering terlibat masalah pekerjaan dengan Kiko. Anwar mencium ketidakberesan laporan keuangan terkait Event dimana Kiko menjadi koordinator lapangan. Bukan hanya sekali tetapi juga berkali-kali. Ada dugaan penggelapan budget mencapai ratusan juta. Anwar sudah melaporkan kecurigaan ini kepada bagian audit.

Namun anehnya bagian audit merasa tidak ada yang salah dengan laporan pertanggungan jawaban dari Kiko. Anwar langsung memiliki asumsi ada sesuatu yang tidak beres antara Kiko dengan beberapa anak audit. Apalagi ketika ia hendak memberikan bukti kecurangan Kiko kepada Bu Audrey selalu manager Audit, semua bukti yang ia simpan di komputer meja kerjanya mendadak hilang tanpa bekas karena tiba-tiba PCnya rusak beserta harddisk di dalamnya. Yang menjadikan hal tambah runyam, Bu Audrey justru berbalik menuduh Anwar karena terus-menerus menuduh Kiko bahkan mempertanyakan validitas audit yang sudah dilakukan divisi Audit. Anwar pun kemudian di panggil Pak Johan manager HR dan berujung dengan keluarnya SP1 kepada dirinya.

Sejak saat itu, Anwar mulai tidak betah bekerja di kantornya. Bahkan sudah tidak peduli lagi dengan praktik penggelapan yang anehnya nampak terang di matanya namun sama sekali tidak terlihat di mata rekan kerjanya yang lain. Anwar mulai berpikir untuk resign tetapi masih mencari waktu dan momen yang tepat. Sambil menunggu waktu yang tepat, Anwar hanya meminta Bu Sari Manager Marketing, atasan Anwar. Agar tidak menggabungkan pekerjaan dirinya dengan Kiko. Bu Sari yang memang menilai kinerja Anwar dengan baik menuruti permintaan Anwar. Jika wilayah pegangan Anwar mengadakan event, maka untuk keperluan promosi dan sebagainya akan di tangani oleh Supervisor Promotion & Event selain Kiko.

Kiko sebenarnya tahu Anwar berusaha melaporkan dugaan penggelapan budget yang ia lakukan, tetapi ia tetap berusaha santai. Meskipun begitu ia mulai "mengganggu" dengan menyabotase beberapa pekerjaan Anwar dan menyebarkan satu lagi isu di kalangan sesama karyawan bahwa Anwar adalah seorang gay karena di anggap tidak memiliki ketertarikan dengan perempuan.

"Anwar itu ganteng mirip artis, badannya bagus atletis tetapi kalau ada acara kantor selalu datang sendirian jomblo. Kalau di ajak hangout sama kita dia selalu nolak, bahkan kalau gue ajak nongkrong bareng para SPG dia juga selalu menolak. Apa gak ciri-ciri gay itu hahaha."

Anwar tahu isu bahwa dirinya gay berasal dari Kiko yang mencoba mempermalukannya. Namun Anwar tidak mau ambil pusing dengan menyangkal tuduhan tersebut. Karena bagi Anwar dia tidak peduli dengan orang lain. Yang penting adalah dia menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan pulang tepat waktu. Karena sudah ada Kaori yang menunggunya di rumah, Kaori yang begitu ia sayangi.

Berita kematian Kiko menyebar dengan cepat dan hampir semua karyawan melayat ke rumah orang tua Kiko yang nampak terpukul dengan kematian anak mereka dengan cara yang sangat bengis. Siang hari begitu selesai di otopsi, jenasah Kiko langsung di kebumikan di kompleks pemakaman umum. Kiko yang memang pada dasarnya supel dan gampang bergaul dengan semua orang bahkan sering bersikap royal, membuat banyak teman kehilangan dirinya.

Di saat semua teman sekerjanya melayat dan hadir di pemakaman Kiko. Anwar lebih memilih tetap tinggal di kantor dan secepat, sebaik mungkin menyelesaikan pekerjaannya. Jam pulang Anwar akan mundur jika ia membuang waktunya yang berharga dengan pergi melayat orang yang tidak ia sukai. Jam 5 sore tepat, semua pekerjaannya melakukan rekap sales bulanan yang sangat detil dan teliti sudah beres. Ketika Kiko sudah bersiap untuk pulang, Bu Sari memanggilnya di kantor.

"Anwar, kalau pekerjaanmu dah selesai. Tolong untuk proyeksi budget event kita bulan depan di GOR, kamu bikin proposal budgetnya ya."

"Loh Bu, bukankah itu tugasnya Supervisor Promo & Event?"

"Iya saya tahu. Itu tugasnya Diana. Tetapi akibat kepergian Kiko, mau tak mau meninggalkan banyak pekerjaan. Diana sudah ibu tugaskan untuk mem-backup pekerjaan Kiko. Karena Kiko tengah mempersiapkan event besar di akhir tahun nanti. Pokoknya semua orang Promosi sedang dikerahkan di event tersebut. Pekerjaan Diana yang seharusnya membantu event di wilyahmu terpaksa harus kamu kerjakan sendiri."

Anwar muak sekali mendengar ia mendapat jackpot limpahan pekerjaan orang lain hanya karena efek kematian Kiko. Bangsat, uda mati aja masih bikin susah orang!

"Baik bu. Besok akan saya kerjakan proposal budgetnya."

"Besok? Ibu minta kamu mengerjakannya sekarang! Besok proposal tersebut akan saya pakai untuk ketemu dengan beberapa pihak sponsorship. Pokoknya kamu kerjakan sekarang, kalau sudah selesai langsung kamu e-mail ke saya. Tetapi setelah kamu e-mail, kamu jangan pulang dahulu. Akan saya cek dulu. Jadi kalau ada yang saya minta untuk di koreksi, bisa langsung kamu perbaiki malam ini juga. Mengerti?"

Anwar diam saja karena hatinya luar biasa kesal ia harus menunda jam pulangnya bahkan bisa jadi ia mesti lembur karena skala tugas yang diberikan Bu Sari tergolong tidak mudah.

"Karena kamu diam saja, ibu anggap kamu sudah mengerti."

Anwar memperhatikan meja Bu Sari sudah rapi, PC sudah dimatikan, tas berada di atas meja. Bangke aku di minta lembur sementara Bu Sari pulang. Fix, bulan depan aku resign!

Singkat cerita, setelah Bu Sari pulang. Anwar langsung memulai pekerjaannya. Butuh waktu hingga jam 8 malam sampai Anwar akhirnya selesai membuat budget event. Setelah mengirim e-mail kepada Bu Sari, Anwar menelepon ke nomor Bu Sari untuk memberitahu dia sudah mengirim e-mail dan mohon untuk segera di cek. Panggilan ke Bu Sari tersambung tetapi tidak di angkat. Maka Anwar pun mengirim pesan di Whatssapp. Terkirim tetapi belum dibaca. Sambil menunggu Bu Sari memeriksa proposalnya, Anwar merasa kelaparan dan meminta salah seorang Office Boy untuk membelikan nasi goreng kesukaannya. 20 menit kemudian, Anwar sudah selesai makan malam tetapi Bu Sari tidak kunjung menjawab pesannya. Sehingga mau tidak mau, Anwar belum bisa pulang.

Anwar yang luar biasa kesal, hanya bisa menunggu respon dari Bu Sari. Anwar menghibur diri dengan membuka-buka foto Kaori di galeri handphonenya. Bahkan sesekali memutar video yang ia abadikan ketika tengah berhubungan seksual dengan Kaori. Penis Anwar menjadi tegang dan ini membuat dirinya galau antara masih harus menunggu atau langsung pulang saja lalu menuntaskan hasratnya bercinta dengan Kaori.


Jam 9.23 sebuah pesan Whatsapp masuk. Dari Bu Sari.

Ok

Amarah Anwar meluap karena Bu Sari hanya menjawab singkat. Entah apa maksud OK dari Bu Sari. Ok karena e-mail sudah diterima atau ok karena proposal sudah disetujui tanpa koreksi. Dengan perasaan marah dan luar biasa kesal Anwar merapikan meja kerjanya lalu pulang! Ia sudah tidak peduli lagi, yang ada di pikiran Anwar sekarang adalah pulang, mandi lalu berkeluh kesah dengan Kaori tentang kekesalannya hari ini, kemudian bercinta dengannya sampai puas !!!!

***

Sementara itu di tempat lain, Aipda Joko sedang menyulut sebatang rokoknya yang entah sudah keberapa untuk hari ini. Karena asbak di mejanya sudah penuh abu dan puntung rokok. Gelasnya pun sudah beberapa kali ia isi dengan teko yang berisi kopi hitam kental yang sudah dingin. Tetapi Aipda Joko sudah tidak memperdulikan rasanya. Karena nikotin dan kafein yang ia konsumsi menjadi doping yang terus membuatnya berjaga dan tetap fokus meneliti 3 kasus pembunuhan yang saling berdekatan lokasi TKPnya. Aipda Joko adalah Kanit Reskrim Polresta yang hari ini menangani 3 kasus penemuan mayat yang menggemparkan di daerah wilayahnya. Sedari sore otaknya terus bekerja menekuni berkas, hasil visum, identifikasi dan foto para korban di TKP.

Korban pertama adalah Choirul, seorang sopir Taxi berusia 39 tahun yang ditemukan tewas di sebuah taman dalam keadaan setengah telanjang. Choirul tewas akibat luka gorok di leher dan sebuah luka besar menganga di perut yang tembus hingga punggung. Ditemukan cairan sperma yang sudah mengering di dekat tubuh Choirul. Untuk barang bukti yang berhasil ditemukan di sekitar TKP selain baju korban adalah mobil Taxi yang terparkir dekat taman, sebilah pisau yang di duga dipakai untuk membunuh, baju dan celana pendek berlumuran darah. Tetapi berdasarkan hasil puslabfor, darah di ketiga benda tersebut adalah darah dari si korban. Waktu kematian sekitar jam 03.00 pagi.

Korban kedua adalah Karmin, seorang satpam kompleks perumahan Permata Hijau berusia 43 tahun. Karmin juga ditemukan tewas dengan kondisi setengah telanjang di dalam pos satpam depan gerbang kompleks. Namun penyebab kematiannya karena luka cekikan di leher, kedua buah zakar pecah dan alat kelamin rusak berat seperti tercacah. Barang bukti lebih sedikit yakni hanya baju korban, tidak ada barang lain di sekitar TKP yang mencolok. Kemungkinan pembunuhan dilakukan dengan tangan kosong. Waktu kematian sekitar jam 3.30 pagi.

Korban ketiga adalah Kiko, seorang pria berusia 29 tahun yang bekerja di PT SULTAN SPORTS. Kiko tewas dengan cara yang sangat bengis. Kedua kaki, tangan dan badannya bukan hanya sekedar dimutilasi tetapi di iris kecil-kecil dengan rapi. Hanya bagian penggalan kepala yang dibiarkan utuh. Meskipun begitu, luka di kepala juga sangat parah. Kedua daun telinga terpotong, kedua biji mata hilang dan sebilah pisau masih menancap di dalam kepala melalui lubang telinga kiri. Tempat tidur Kiko memerah banjir darah.

Aipda Joko sudah lebih dari 20 tahun menjadi seorang Kanit Serse yang mengurusi berbagai macam tindak kriminal termasuk pembunuhan. Sudah tak terhitung pemamdangan mengerikan di TKP, namun TKP dan cara Kiko dibunuh membuat bulu kuduk seorang Aipda Joko berdiri meremang. Potongan tubuh yang teriris kecil-kecil membuktikan si pelaku memiliki ketenangan dan tidak merasa tergesa-gesa sedikitpun melakukan tindak keji. Waktu kematian Kiko sekitar jam 04.00 pagi.

Jika dilihat dari lokasi, waktu kejadian pembunuhan dan gaya eksekusinya yang brutal, Aipda Joko bisa langsung menarik kesimpulan bahwa pelaku pembunuhan ketiganya adalah orang yang sama. Tersangka yang sama. Dan besar kemungkinan sang pelaku adalah perempuan karena ditemukan baju dan celana pendek perempuan. Selain itu Choirul dan Karmin diduga terlibat aktivitas seksual dengan pelakunya, kecuali Kiko yang menurut pengamatan Aipda Joko langsung di eksekusi tanpa melibatkan aktvitas seksual. Dari rentetan lokasi dan profesi para korban terbayang di benak Aipda Joko bahwa sebenarnya Kiko memang menjadi target utama si pelaku. Sementara Choirul dan Karmin hanya orang kurang beruntung yang sedang berada di tempat yang salah.

Takdir memang menggariskan mereka berdua mati dengan cara sadis.

Dalam remang cahaya di ruang kerjanya, Aipda Joko mulai membuat coret-coretan urutan kejadian berdasarkan hasil temuan dan bukti di TKP,

Si pelaku naik Taxi menuju Kompleks Permata Hijau. Setelah sempat berhubungan seks dengan Choirul, si pelaku membunuhnya dengan pisau yang sudah pelaku bawa dan kemudian menemukan baju ganti di bagasi mobil TAXI. Si pelaku kemudian mendatangi kompleks dengan berjalan kaki.

Disinilah pelaku bertemu dengan Karmin dan kemudian terlibat aktivitas seks di dalam pos satpam hingga akhirnya Karmin terbunuh disana. Setelah menghabisi Karmin pelaku mendatangi rumah Kiko. Barang bukti alat pembunuhan Kiko adalah 2 pisau yang kemungkinan di ambil pelaku dari dapur rumah Kiko. Dengan 2 senjata tajam tersebut si pelaku menuntaskan hasrat menghabisi target utamanya kemudian pergi menghilang begitu saja.

Kejadian pembunuhan Kiko meninggalkan banyak sekali tanda tanya di dalam benak Aipda Joko. Antara lain :

1. Gerbang utama rumah Kiko terkunci rapi. Lalu bagaimana si pelaku masuk ke dalam rumah, membunuh Kiko kemudian pergi begitu saja seolah tanpa membuka pintu gerbang. Asumsi pelaku mengambil kunci gerbang dan mengunci dari luar langsung patah karena kunci gerbang ditemukan ada di saku jeans Kiko yan g ada di kamar. Apakah pelaku memanjat dinding? Rasanya tidak mungkin karena tinggi pagar mencapai 2 meter dan tidak ditemukan tangga di sekitar rumah Kiko.

2. Pintu rumah rusak karena terkena semacam dobrakan dari luar yang menyebabkan engsel kunci pintu rusak. Bekas pukulan di pintu memperkuat dugaan pintu dirusak dari luar. Masalahnya pintu rumah Kiko terbuat dari kayu Jati yang amat sangat keras. Agak tidak masuk akal pintu yang terbuar dari Jati bisa rusak dengan mudahnya. Kecuali si pelaku memiliki tenaga yang amat sangat luar biasa besar. Namun profil pelaku yang di duga beraksi sendririan dan 99% adalah perempuan, tidak cocok dengan gambaran pelaku yang bisa dengan mudah mendobrak pintu yang terbuat dari Jati.

Aipda Joko pusing memikirkan kemungkinan jawaban dari kedua pertanyaan di atas. Dia mengutuk buruknya kualitas keamaman di Kompleks Perumahan Permata Hijau karena beberapa titik yang sudah dilengkapi CCTV dan harusnya bisa digunakan untuk melihat rekaman video pembunuhan Karmin dan Kiko, ternyata rusak alias tidak berfungsi. Pengelola perumahan sudah berkilah bahwa mereka sedang dalam proses perbaikan dan penggantian CCTV.

Tapi dari sekian banyak kejanggalan yang ditemukan di 3 TKP memiliki satu persamaan yang membuat Aipda Joko kembali menuangkan teko kopi hitam yang semakin dingin di gelasnya. Persamaan yang membuat Aipda Joko yakin 100% 3 pembunuhan yang terjadi saling berhubungan dan dilakukan satu orang yang sama.

Persamaannya adalah:

Tidak diketemukannya sidik jari sang pelaku di TKP maupun di barang bukti seperti 3 pisau dan 2 potong baju. Sidik jari yang ditemukan semuannya sidik jari milik para korban.

Tiba-tiba bulu kudu Aiptu Joko meremang berdiri karena mulai merasakan keanehan yang susah dijelaskan dengan logika akal sehat.

Hantu....Tidak mungkin mereka dibunuh oleh hantu....Cih, faktor usia membuat pikiranku kemana-mana. Oke, cukup untuk malam ini, batin Aipda Joko
.
.
.
.
.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd