Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

A Wife & Her Unexpected Story

Ditunggu update-nya. Usul Istrinya dibuat karakter seolah-olah nolak tapi doyan juga. Jangan terlalu dibuat binal
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lanjutannya kapan nih suhuuu?
Antara rasa kesal (gak orgasme dr suami) dan penyesalan (selingkuh sm mantan)
Jadi liar sih lebih seru for the next...
Asal jgn jadi cuckold aja Reza nya...
Alurnya udh keren siih...
Lancroooottt huuu..... !!!
 
Sesuai janji, ini update-annya. Semoga berkenan, Suhu....


PART 2

“Pagi, Mbak”, sapa Ria stafku di kantor pagi ini.
“Seperti biasanya, ibu selalu menawan dan menginspirasi hariku”, lanjutnya.
“Ah, kamu, Ri. Jangan lebay dong kalau muji. Ntar akunya terbang nih”, balasku sambil bercanda.
“Hahahaha… Aku ga lebay, Mbak. Emang mbaknya yang selalu cantik kok. Dan biar ntar jadi nemenin aku”, balasnya lagi.
“Haha, tenang aja. Jadi kok aku temenin. Asal jangan lupa isi go-payku yaa”, candaku lagi.
“Tuh, minta isiin si Kabid aja. Pasti diisin weeekkk”, Ria membalas candaanku dengan membawa-bawa Kepala Bidang di kantor tempat aku bekerja. Pak Rudi namanya, orangnya memang agak genit, aku bahkan sering digodanya, bahkan beberapa kali dipanggil “Ibu Kepala Seksi yang Bisa Seksi Tapi Tak Mau Seksi” karena pakaian dinasku memang biasa-biasa saja, tak pernah menonjolkan bentuk tubuhku bahkan ketika aku bergaul di luar kantorku. Ya, Mas Reza tak suka kalau aku berpakaian yang aneh-aneh.

“Ihh, ogah”, kataku. Sambil bergidik seperti ekspresi jijik. Ria hanya tertawa melihatku.

Aku memang seorang PNS di salah satu kantor dinas di kota tempatku tinggal. Sudah setahun ini aku menduduki jabatan eselon IVA sebagai Kepala Seksi. Kantorku membidangi pembangunan infrastruktur di kotaku sehingga mengharuskan aku untuk sering menghadapi banyak pria dari kontraktor yang mengerjakan proyek dari kantorku. Tak jarang ada yang berusaha menggoda, hanya saja semua tak pernah kugubris atau kalau pria itu memang sudah kukenal betul, aku hanya membalasnya dengan candaan saja.

Dddrrrtttttt, ponselku bergetar, notif WA pun terlihat di layarnya. Dari mas Reza rupanya. Aku pun menghentikan sebentar pekerjaanku untuk membalas pesannya.

“Sayang, lupa nanya tadi. Nanti jemput jam berapa?”
“Aku di antar Ria nanti, Mas. Ada janji dengan dia”, jawabku.
“Ohh iya, aku lupa, kamu mau nemenin dia nyari bahan baju buat dia tunangan, kan?”, balas mas Reza.
“iya, Mas. Mas jangan sampai lupa makan siang, ya”, jawabku lagi sambil mengingatkan ia untuk makan.
“Ok, sayang. Ntar aku mamamnya lahap kok. Kaya kamu tadi malam lahap mamam bulung aku”, godanya sambil memberi emot mengejek membuatku tersenyum membaca pesannya.
“Iya, ntar aku mamam beneran baru tahu”, balasku menggodanya.
“Jangannn, ntar kalo dimamam sama kamu, kita ga bisa enak-enak lagi dong hahahaha”, jawabnya
“Mas yang ga bisa. Kan punya mas yang habis kumamam”, godaku lagi.
“Ohhh, kamunya masih bisa ya, gitu ya? Hmmm, sama yang lain dong berarti hehehehe”, jawabnya lagi.
“Ihhhh, sembarangan. Udah ah, lagi kerja nih, kok ngomongin itu sih”.
“Ya gapapa kali. Eh eh, kok ngalihin omongan sih. Jangan-jangan udah pernah ……”, godanya.
“Dihhh mas. Apaan sih. Pernah apa? Pernah sama orang lain? Sembarangan aja ihh”, Jawabku.
“Hehehe, kali aja. Tapi kalau sama mantanmu, siapa itu, Aldi ya, itu dulu pernah kan?”,

ALDI.
Deggg, aku terdiam sejenak. Teringat lagi kalau tadi malam aku membayangkan Aldi saat bersetubuh dengan suamiku.

“Kok ga bales? Hayooo ngaku, pasti pernah, kan? Jangan-jangan sering, weekkkk. hahahaha ketahuan”, pesannya lagi membuyarkan lamunanku sesaat.
“Dihhhhh makin ngawur ah mas. Emang kalau pernah, kenapa?”, tantangku.
“Ya ga papa. Nanya doing. Jangan-jangan, dia pengen gituan lagi sama kamu, makanya minta ketemuan weeekkk”, godanya lagi, tak ada habis-habisnya.
“Ya Tuhan. Udah ah, Mas. Kok makin ngawur sih. Istrinya sendiri kok yaaa”, jawabku.
“Iya deh iya. Aku meeting dulu ya. Daah, sayang”, katanya. Aku mengernyitkan dahi, memikirkan tingkah suamiku ini. Hmm… kalau dia tahu aku dulu sering melakukannya dengan Aldi dan bagiku rasanya lebih nikmat dari dia, dia pasti cemburu berat dan tak mungkin mau bercanda seperti itu.

Aku lalu mengingat-ingat momen pertemuanku dengan Aldi 3 hari lalu. Ia mengenakan kemeja casual dan celana jeans yang dipadankan dengan sepatu semi-boot coklat. Wajahnya jauh lebih dewasa dari saat terkahir aku bertemu dengannya dulu, apalagi kini dagunya ditumbuhi bulu-bulu halus sampai ke pangkal lehernya yang menambah kesan dewasanya.


****

“Hei, Win. Apa kabar?”, sapanya sambil berdiri menyambut aku yang datang belakangan ke tempat kami bertemu itu. Aku tak langsung menjawab, memilih untuk lebih dulu duduk, di sebrangnya tapi tak tepat berhadapan dengan Aldi, sengaja, agar ketika bicara nanti aku tak harus langsung menatap wajahnya.

“Baik. Setidaknya sebelum chat darimu tadi siang….”, kataku menjawab pertanyaannya tadi.
“Hei hei hei…. Dingin sekali kesan pertamamu bertemuku”, potongnya.
“Di, plisss. Langsung aja, Ada perlu apa sampai harus bertemu seperti ini?”, gentian aku yang memotongnya.
“Sabar, Buu. Pesan aja dulu, lagipula sudah lama kita tak bertemu, bukan?”, jawabnya. Aku hanya membalas dengan diam, sambil memalingkan wajahku ke arah jalanan.

“Win, I think you’re what I win from this world”, katanya pelan, seperti berbisik bahkan. Tapi cukup jelas untuk kudengar. Aku tetap diam, menunggu minuman pesananku datang. Aku juga tahu, ia mengatakan seperti itu bukan untukku, tapi untuknya sendiri. Lagipula, kalaupun ia sedang mengatakan itu untukku, aku tahu, itu hanya untuk memancingku mengenang saat-saat bersamanya dulu. Ya, dia selalu mengatakan kalau aku adalah yang Ia menangkan dari dunia ini, “You’re what I win from this world”.

“So… sedang perlu apa kau pulang ke sini dan memintaku bertemu?”, kataku setelah beberapa teguk frappucinno yang kupesan.
“Biasa, sedang ada urusan kerjaan di sini. Soal ini, ya, aku ingat, kalau aku belum mengucapkan selamat padamu sama sekali. Dan kupikir, aku perlu meminta maaf karena tak memenuhi undanganmu, meski undangannya atas nama alumni angkatan kampus”, katanya.
“Oh… Thanks. Tak masalah, sama sekali tak mengurangi kebahagiaanku waktu itu”, jawabku yang ku paksakan untuk tetap terkesan dingin. Sebenarnya aku senang, Ia masih mengingatku sampai saat ini. Lagipula, sebenarnya, tak ada pengalaman yang betul-betul pahit selain masalah jarak dari hubungan kami dulu.

Kami terdiam beberapa saat. Dan tiba-tiba ponsel Aldi berdering. “Halo, yang”, kata pertama yang Ia ucapkan ketika pertama kali Ia ucapkan ketika menjawab telepon itu. Sayang, hmmm…. sepertinya itu perempuan yang sedang menjadi pacarnya saat ini. Oh ya, Aldi memang belum menikah hingga saat ini.

Tanpa menjauh dariku, Aldi mengobrol di teleponnya. Mungkin sengaja, memancingku agar cemburu. Dan memang benar, meski itu hanya sedikit, ada cemburu yang ku rasakan. Bagaimana pun, Aldi adalah mantan pacarku.

...

****

“Mbak, mbak”, panggil Ria mengagetkan asyiknya lamunanku tentang pertemuanku dengan Aldi.
“Eh… iya, Ri. Kenapa?”, jawabku sedikit kaget.
“Yeee, siang-siang ngelamun. Mbak sama aku katanya dipanggil pak kadis tuh”, katanya.
“Oh. Oke, Ri. Makasih”, kataku sembari berdiri dan menuju ruangan kadis. Aku lalu membatin sendiri, kenapa pula aku mengingat-ingat momen pertemuanku dengan Aldi.

Jam pulang kantor pun tiba, aku pun menemani Ria mencari bahan untuk kebayanya bertunangan seperti janjiku. Aku membawanya ke kenalanku yang memiliki usaha konveksi. Setelahnya, Ia memintaku menemaninya kembali mencarikan sandal di mall. Letih berkeliling mall, kami mencari tempat istirahat, dan sialnya, Ria mengarahkan mobilnya ke café tempat aku dan Aldi bertemu. Konspirasi seperti apa yang sedang dilakukan semestaku saat ini? Pliss, Win. Jangan lagi memikirkan Aldi, batinku.

Kami memesan makanan, Ria mentraktirku. Sambil menunggu pesanan, aku membuka akun instagramku. Mas Reza rupanya baru meng-update beberapa foto beberapa saat lalu, aktivitas kerjanya sepertinya. Eeh, tunggu dulu. Di salah satu fotonya, ada sosok yang kukenal yang beberapa hari ini membuatku pusing. Ya, ALDI.

~~~~~~~~~~~~~~~~​

Mohon maaf kalau tak ada adegan enak-enak di part ini ((UDAH GITU PENDEK BANGET)). Ane sedang mengembangkan alur cerita agar lebih menarik dan bisa lebih dinikmati. Next Part, ada adegan enak-enaknya???

(Next Part di Page 5)
 
Terakhir diubah:
Lebih baik nunggu lama tapi langsung kena,,, dari pada cepat² tapi gak berkesan.... Hehehehe,,,,
Maaf gan, hanya mengungkap rasa...
 
Lebih baik nunggu lama tapi langsung kena,,, dari pada cepat² tapi gak berkesan.... Hehehehe,,,,
Maaf gan, hanya mengungkap rasa...

Siaap, Gaan. Next Part ane usahain lebih mengena' seperti SSI Cewek semakin sulit semakin menantang dan begitu dapat rasanya meninggalkan kesan hehehe :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd