Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

A Wife & Her Unexpected Story

Maaf suhu semuanya, baru sempat update karena kemarin-kemarin lagi ada gawe. Langsung aja ya dinikmati updatenya.

~~~~

PART 4
Aku sedang menemani anakku yang telah tertidur nyeyak ketika suara pagar rumahku terdengar terbuka, larut sekali mas Reza pulang hari ini, kulihat jam sudah menunjukkan angka 11. Belum sempat mas Reza mengetuk pintu, aku telah membukanya lebih dulu. Ku perhatikan, mas Reza sedikit sempoyongan cara berjalannya. Mabuk, dugaanku.

Benar saja, dari mulutnya tercium bau alkohol. Aku tak mempermasalahkan kalau mas Reza mengkonsumsi minuman beralkohol, hanya saja aku tak suka kalau Ia minum di luar dan tanpa memberitahuku lebih dulu. Kalau di rumah? Terkadang bahkan kutemani

“Mabuk?”, tanyaku yang hanya sekadar basa-basi sambil mengikuti mas Reza yang masuk ke dalam rumah lebih dulu.
“Ga kok. Minum dikit aja tadi”, jawabnya.
“Dikit? Ini baunya kuat banget masih aja kamu ngeles, Mas”, kejarku.
“Iya, mas ada minum tapi ga sampai mabuk gimana-gimana kok”, elaknya lagi sambil merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga kami.
“Udah kubilang, kalau keluar jangan suka minum. Mabuk, bawa mobil, ada apa-apa gimana?”, Omelku yang sudah duduk di sampingnya.
“Duhh, mas juga malas. Tapi, ini kan buat ngelobi Rio, biar goal rencana mas sama Brama”, jawabnya. Aku sedikit kaget mendengar nama Rio lagi, apalagi kali ini ada acara minum-minum seperti ini.
“Jadi, ini minum sama Rio?”, tanyaku penasaran.
“Iyaaa, ke karaoke tadi. Ga cuma sama Rio. Sama Brama juga, Andin juga ikut”
“Andin? Dia ikut?”
“Brama yang ngajak. Ya gapapa kan. Dan karena Andin juga, lobinya mas sama Brama goal loh”, jelasnya.
“Goal?”
“Iya, Rio bilang itu bisa diatur. Kalau Cuma 50 – 100 unit rumah bisa diaturlah gitu”.
“Terus hubungannya sama Andin?”,
“Sepertinya Rio tertarik dengan Andin. Dari awal dia merhatiin Andin kaya gimana gitu”, jelasnya lagi.
“Oh, jadi kalian mau jual si Andin nih?”, tanyaku lagi yang membuat mas Reza tertawa.
“Ga lah. Mas perhatiin, si Andin juga seperti tertarik sama Rio gitu. Tadi duduk dekat-dekat Rio gitu”, jawab mas Reza.
“Terserah deh. Ya udah, mandi sana. Aku ga mau tidur sama Mas kalo bau minuman kaya gini”, perintahku.
“Tidur atau tidur”, goda Mas Reza.
“Tidur. Aku capek banget, Mas. Besok malam aja kalo mau”, jawabku.
“Emang mas mau apa?”, lanjutnya menggodaku.
“Ihhh udah ah. Sana sana mandi”, kataku sambil meninggalkannya di sofa, masuk ke kamar kami.
“Siap-siap ya, kan besok Sabtu”, mas Reza masih menggodaku.
“Ga”, jawabku sambil menutup pintu kamar.

*****​

Pagi ini aku pergi ke swalayan, membeli beberapa bahan makanan untuk kumasak nanti sore. Sebelum tidur semalam, mas Reza sempat mengatakan akan mengundang Brama dan istrinya, Andin dan juga Rio atau Aldi, untuk BBQ Party rumah kami, hitung-hitung untuk merayakan kontrak kerja mereka.

Aku sengaja memesan taksi online karena mataku masih agak mengantuk kalau harus mengemudikan mobil sendiri. Semalaman lagi-lagi aku gelisah dan sulit tidur karena memikirkan bagaimana nanti harus bertemu Aldi, di depan mas Reza dan bahkan itu di rumahku sendiri.

BBQ, itu menu utama kami nanti malam. Sampai di swalayan,aku langsung mencari daging sapi dan beberapa bahan makanan pelengkap lainnya. Selepas dari kasir, aku lalu memesan taksi online lagi untuk mengantarku pulang dan menunggunya di halaman parkir swalayan.

“Boleh ku bawain belanjaanya, Bu?”, suara seorang Pria dari belakang tiba-tiba mengagetkanku.
“Ehh...”, Teriakku sedikit tertahan ketika menoleh ke belakang. Aldi. Pria itu adalah Aldi. Aku dibuatnya mematung sejenak.
“Gimana, boleh?”, Tegur Aldi.
“Di, ini semua maksudnya apa?”, entah apa yang membuatku berpikir untuk menanyakan maksud dari semua “kebetulan” belakangan ini.
“Semua itu? Apa maksudnya semua itu?”, Tanyanya balik.
“Jangan pura-pura begitu. Bisnismu dengan mas Reza”, kejarku.
“Mas Reza itu suamimu?”
“Bohong kalau kau tak tahu dia itu suamiku”, desakku.
“Hahaha, ya aku tahu dari awal. Tapi tak ada maksud apa-apa. Ini semua murni bisnis”, jawabnya sambil sedikit terkekeh.
“Apa aku harus percaya denganmu?”
“Terserahlah. Udahlah, sini kubantu bawain barang belanjaanmu”, katanya masih dengan terkekeh. Ia lalu mengambil kantong-kantong belanjaanku yang ku letakkan di tanah itu. Aku hanya bisa diam dan melihat kantong-kantong itu dicangkingnya. Situasi di antara kami jadi canggung.
“Di, nanti malam, tolong kita pura-pura tidak kenal. Mas Reza tak tahu soal hubungan kita dulu”, pintaku, meredam situasi canggung ini.
“Hmmm… pura-pura tak kenal? No Problem”, jawabnya setuju.
“Baguslah, aku tak mau mas Reza berpikiran lain dan merusak bisnis kalian”, jelasku lagi.

Aldi diam sesaat. Mungkin Ia malas meresponku yang sedikit frontal tadi. Tapi dugaanku salah, tiba-tiba badannya dicondongkan ke arahku, wajahnya jadi amat dekat dengan wajahku, agak menyamping. Aku tak sempat menghindar, bahkan hanya bisa mematung karena kaget dengan gerakan tubuhnya. “No Problem, Win. No Problem. Aku akan pura-pura tak mengenalmu, meski aku mengenalmu luar dan….. dalam”, bisiknya lembut tepat di depan telingaku.

Aku jadi seperti mengigil diperlakukan Aldi seperti itu. Pikiranku jadi kosong, detak jantungku meningkat cepat, yang kutahu, badan Aldi lalu kembali seperti semula menghadap ke jalanan dan tak lama taksi online pesananku tiba sdan membuatku kembali sadar. Aku segera memasuki mobil, Aldi membantu memasukkan barang belanjaanku ke dalam mobil.

Di dalam mobil, aku hanya diam sambil memikirkan perlakuan Aldi tadi, Ia masih seperti dulu, selalu tahu cara membuat wanita deg-degan seperti tadi. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, aku tak mampu dan tak mau mencoba menerkanya.

*****​

Tepat jam 5 sore, semua hal untuk pesta BBQ kami sudah selesai ku siapkan, dibantu Mbok tentunya. Mas Reza bahkan sudah mengemaskan dirinya dan sedang bermain dengan anakku di teras sambil menunggu teman-temannya datang.

Aku pun mengambil waktuku untuk mandi. Sambil melepaskan pakaianku, aku memperhatikan tubuhku sendiri di kaca kamar mandi. Apa aku masih seperti gadis dulu? Tubuh telanjangku pun ku perhatikan di cermin itu. Tak sama sepertinya, tapi tak terlalu banyak perubahannya. Pinggulku dan pantatku tampaknya sedikit lebih montok dari yang dulu, juga dengan payudaraku yang lebih besar dan tak sekencang saat gadis, ditambah ada bekas operasi melahirkan yang melintang di perutku sedikit ke bawah.

Sambil tetap memperhatikan tubuhku, tanganku dengan sendirinya mengelus-elus payudaraku sendiri. Geli, tapi bukannya berhenti, tanganku justru kemudian meremas-remas lembut gundukan daging kenyal itu. Ehmm…. Apa Aldi akan suka dengan tubuhku yang sekarang ini?, gumamku tanpa sadar.

Rasa nikmat meremas-remas payudaraku sendiri membuatku memilih duduk di closet dan menyandarkan tubuhku. Mataku lalu memejam, membayangkan bisikan lembut Aldi tadi pagi. Sambil memilih putingku sendiri, aku membuka pahaku dan satu tanganku berpindah mengerjai vaginaku sendiri.

“Ehmm…. Di, apa ini maumu?”, aku mendesah pelan. Sambil membayangkan sosok Aldi yang sedang mencumbu tubuhku saat ini. Payudaraku sempat nganggur beberapa saat karena jariku kukulum, membayangkannya sebagai penis Aldi.

“Ehmm…. Masukhinnn ahhmmh… masukhiin kontolnyah”, erangku saat memasukkan jari telunjuk dan jari tengahku sendiri ke dalam lubang vaginaku.

“Gimanahhh sukahhh…. Ahhh ehmmm masihh samah kaya duluu kan ehm”
“Uhhh iyahh cepethiinn gituhh ahhh kontomu enakkk bangethhh dihhh ahhhh ahhh gedehh, memekkuh penuhh nihh”


Eranganku semakin menjadi-jadi, entah apa-apa saja yang keluar dari mulutku. Aku bahkan sudah berada di lantai dengan posisi nungging, seperti sedang dalam posisi doggy style, satu tanganku menahan tubuhku dengan berpegangan pada toilet, sedang satu tanganku tetap keluar-masuk di lubang vaginaku.

“Duhhh dihhh ayohhh ecpetinhh ihhh aahh akuhh mauhh sampehh ehmmm”, erangku sambil mempercepat permainan jariku sendiri di dalam sana.

“ahh aldihhh ihhh ahh kontolmuuhhh enakhhh ehmmm akuhh nyapehhh diih ahh”, Tanganku dengan dua jarinya yang masih di dalam sana pun terjepit pahaku yang merapat dengan sendirinya, badanku pun ikut melengkung bahkan pinggulku seperti tersentak-sentak sendiri ketika kedutan-kedutan orgasmeku datang. Hampir saja tubuhku ambruk ke lantai kamar mandi saat orgasme kalau tak ditahan tanganku di closet itu. Letih menahan tubuhku sendiri, aku bahkan memilih berbaring di lantai kamar mandi, sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan dari orgasmeku tadi.

Kesadaranku perlahan-lahan pulih meski nafasku masih belum teratur. Sambil menata nafas, aku berdiri dan memulai mandiku. “Bodoh, kenapa bisa-bisanya kau seperti tadi, Win”, gumamku untuk perbuatanku barusan.

****​

Selepas berpakaian dan berdandan, aku bergabung dengan mas Reza dan anakku di teras rumah. Mas Reza sempat menanyakan kenapa aku lama sekali di kamar mandi yang kujawab dengan berbohong, BABku sedang tidak lancar.

“Ga jadi pakai baju yang di kasur?”, tanya Mas Reza
“Pakai ini aja deh”, jawabku sekenanya. Mas Reza hanya manggut-manggut.

Sebetulnya, aku sudah menyiapkan baju kaos yang agak longgar dan rok selutut untuk ini. Tapi, tiba-tiba aku justru berpikir sepertinya menarik kalau aku mengenakan sheath dress kali ini karena akan lebih menonjolkan bentuk tubuhku dan membuat belahan payudaraku sedikit tampak, ditambah warnya yang hitam, tentu kulit putih mulusku lebih terlihat menarik. Entah mengapa aku ingin menarik perhatian Aldi malam ini agar dapat tahu apa yang terjadi belakangan ini betul-betul kebetulan, atau memang ada yang lain yang Ia rencanakan.

Brama dan istrinya, Yuni, datang lebih dulu. Mereka datang tanpa ditemani anak-anaknya, mungkin karena Brama ingin sedikit minum nanti, ada wine yang dibawa mereka berdua dan sudah kuminta Mbok untuk menyiapkannya.

Tak lama kemudian, Rio, Aldi versinya mas Reza datang. Ia datang dengan kaos hitam dan celana jeans yang tampaknya sama seperti saat bertemu denganku tadi pagi. Seperti janjinya, Aldi bersikap seakan baru mengenalku. Mas Reza pun terlihat biasa-biasa saja, tak ada ekspresi curiga atau aneh sama sekali darinya.

Andin yang terakhir datang, wajar, perempuan pasti perlu waktu lama untuk berdandan. Kami kemudian menuju tempat BBQ Party yang berada di halaman belakang rumah. Daging sapi, sosis, dan beberapa bahan makanan lainnya mulai kuolah bersama Yuni dan Andin. Sementara itu, para pria sedang ngobrol di sofa yang mas Reza pindahkan ke teras belakang rumah tadi.

Beberapa kali, aku sempat memperhatikan Andin melirik ke arah Aldi. Ya, mas Reza benar, sepertinya Andin tertarik dengan Aldi. Oh ya, Andin adalah staf di CV yang dikelola mas Reza dan Brama. Orangnya agak sedikit centil, bahkan awalnya aku merasa cemburu ketika dikenalkan oleh mas Reza. Bukan karena sikapnya yang centil saja, Andin memang cukup menarik di mata laki-laki, terlebih payudaranya yang kutebak berukuran 36B itu, mungkin cukup untuk menenggelamkan wajah laki-laki di sana.

Beberapa makanan sudah siap, aku dan Andin kemudian bergabung dengan para Pria, Yuni masih merampungkan sedikit makanan yang belum matang. Kami ngobrol ngalor-ngidul, beberapa lelucon pun dilontarkan para pria bergantian. Aku masih menunggu sesuatu dari Aldi, tapi, dari tadi Aldi bersikap amat professional, tak sekali pun Ia mencoba menyinggung tentangku. Justru, Aldi lebih sering bercanda sambil menggoda si Andin. Sial, aku sedikit cemburu rasanya. Ya, bagaimana pun, Aldi adalah mantanku.

Mungkin karena pengaruh wine yang kami minum, obrolan juga menyinggung soal seks. Aldi menjadi bahan candaan mereka karena di umurnya yang kepala 3, ia masih membujang.

“Rio, aku curiga kau homo”, gurau Brama ke Aldi
“Mungkin”, timpal mas Reza
“Iya nih. Cakep-cakep, body bagus gini ga ada apa yang mau sama mas Rio”, Andin juga ikut memanas-manasi.
“Atau ‘EDI’ kali ya”, Yuni bahkan terlalu frontal.

Aku hanya menyimak sambil mencemili makanan kami. “Homo? EDI? Bahkan aku dibuatnya ketagihan penisnya”, batinku. Ditambah aku juga tahu Aldi saat ini tengah menjalin hubungan dengan perempuan yang menelponnya ketika bertemu denganku waktu itu.

“Doain aja deh”, jawab Aldi
“Kalau masalah junior, jaman skrng kok masih dipusingin”, Sambungnya
“Kecil bisa ditiup, yang bentar bisa pake obat kan”

“Eh, tau ga obat apa yang bagus?”, celetuk Brama
“Ga tau deh, ga pernah pakai obat. Gini aja, testimoninya pada ketagihan ”, jawab Aldi sambil terkekeh, yang lain juga ikut terkekeh mendengar jawaban Aldi. Aku mencoba meliriknya, tapi Ia justru melirik Andin.
“Emangnya mas Bram bentaran yah, Mbak?, kali ini Andin yang bercanda konyol.
“Aku pernah dibuatnya sampai tak mampu bangun”, jawab Yuni sambil tertawa malu
“Kalau mas Reza gimana, Mbak Win?”, giliran aku ditanyai, oleh Aldi. Aku jadi gugup untuk menjawab.
“Mau tahu? Ntar malam nginep sini, dengerin aja, berisik banget kalo lagi gituan”, mas Reza yang menjawabnya.

Aku hanya tersenyum dan menambah jawaban mas Reza. “Gimana ga berisik. Geli-geli enak gitu”, tambahku singkat, yang sebenarnya hanya agar mas Reza tak malu di depan yang lain.

Obrolan kami terus berlanjut sampai lewat jam 9 malam hingga Brama dan Yuni mengatakan sudah waktunya mereka pulang, khawatir anak-anak mereka rewel di rumah. Andin dan Aldi juga mengikuti mereka.

“Enakan mana, suamimu atau aku?”, tanya Aldi pelan dari belakang saat aku dan mas Reza mengantar mereka ke depan rumah ketika hendak pulang. Untung saja mas Reza berjarak cukup jauh untuk tak mendengar apa yang Aldi ucapkan barusan.
“Apaan sih”, jawabku sekenanya, takut mas Reza tahu.
“Jawab aja”, katanya
“Jangan macam-macam, Di”, balasku. Aldi hanya tersenyum penuh makna dan berlalu di depanku.

Pertanyaan itu melekat bahkan ketika tubuhku sudah kurebahkan di atas tempat tidur. Sambil memeluk mas Reza yang sudah terlelap lebih dulu, aku berulang-ulang kali menjawab pertanyaan itu dalam hati, “Kamu, Di. Kamu yang lebih enak”. Bahkan aku berharap, mimpiku bersetubuh dengan Aldi terulang lagi malam ini.

~~~~~


Next Part, Update Sesempatnya ya, Suhu
 
Terakhir diubah:
Mesti gol semuanya nih, bisnis & asmaranya.. 😬

Suwun up nya hu..:mabuk:
 
Wow ada lgi cerita yg mnarik....ijin pantengin suhu,siap bikin tenda :beer:
 
Tipo ya hu mas reza maksudnya, yg paling bawah.
Suwun apdeat nya
 
Bakalan di genjot habisan nih, suami lemah dan tak punya power, di tunggu next ny gan..
 
Kayanya berlanjut ke orgy party nih??(
 
Wow ada lgi cerita yg mnarik....ijin pantengin suhu,siap bikin tenda :beer:

Jangan lupa bawa temen, Suhu. Biar betah mantenginnya

Tipo ya hu mas reza maksudnya, yg paling bawah.
Suwun apdeat nya

Iya, Suhu. Makasih koreksinya....

Cepetan.. updatenya boskuu

Diusahakan ya, Suhu. Semoga weekend bisa diupdate

Makasih updatenya @InsPirates

Siaap. Jangan lupa balik lagi, Suhu

Bakalan di genjot habisan nih, suami lemah dan tak punya power, di tunggu next ny gan..

Pasti habis-habisan dong, Suhu. Next Part mungkin wkwkwkwk

Enak² nya gak ada,,,, hmm padahal di nanti

Tunggu di part selanjutnya ya, Hu

Kayanya berlanjut ke orgy party nih??(

Waahh, ide bagus nih wkwkwkw

Sedap apdetannya... Horny-horny dikit lah...

Yang banyak di part selanjutnya, Suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd