Episode 9
Akhir bulan adalah hari sibuk... kontrol stok barang, rekap nota, mengerjakan cash flow, menyelesaikan tanggungan hutang piutang pada distributor, transfer gaji pegawai... fuuihhh... menguras energi dan pikiran.... tapi lumayanlah, sejenak teralih dari rong-rongan birahi. Benar kata kata pak Boyke, kita mesti banyak aktivitas biar nggak melulu sex oriented... xixixixi...
Jam 8 malam aku sudah rebahan santai di kamarku, setelah berendam air hangat buat merilekskan syaraf-syarat yang tegang. Sambil mendengarkan musik romantis..... aaahhhh.. betapa nyamannya hidup.... Oaahhhmmmm.......Zzzzzzzzzz...... Zzzzzzz.....
"Kak.... Kakak...Kak....!?"
Samar-samar aku dengar suara Wulan memanggil....... ku coba membuka kelopak mataku yang terasa beeeeraaat banget terangkat...
....W O W...
Antara sadar dan tidak, nampak Wulan berjalan menghampiriku.... dengan gerakan slow motion... almaaaakkk..... bugil.... naked.... telanjang seperti bayi...
Wajahnya berhias senyum dengan bibir menggoda, langkahnya bak model melenggang di catwalk, dengan 2 paha yang putih mulus, menyambung dengan perut halus bersih berhiaskan puser imut menggoda. Perpaduan keduanya membuat warna hitam sejumput rambut kemaluan Wulan nampak kontras dan jelas. Payudaranya yang memiliki ukuran lebih daripada teman-temannya menggunung kencang di dada. Tidak menggantung namun tegak menantang. Goncangan langkah kakinya hanya mampu membuat payudara Wulan bergetar halus. Aaahhhh payudara gadis remaja yang masih perawan belum terjamahh memang mantab, segedhe apapun ukurannya tetap kencang sekal. Warna coklat muda areola melingkar indah, pada puncak payudara menyamar puting dengan warna serupa. Ooohhhhh..... ku ulurkan tanganku untuk menjangkaunya.... menyambut langkahnya yang kian dekat...makin dekan... dekat... dekaaaat.... saat hanya seujung rambut. tiba-tiba bumi bergunjang hebat....
"Gempaaa..... gempaaa...!" Aku berteriak dan berusaha bangkit dari tidur....
"Kaaakak..... apaan sih.... dibangunkan malah teriak-teriak...." Kini teriakan Wulan terdengar jelas ditelinga.
"Lho.... ??!" Dengan susah payah aku mencoba mengumpulkan kesadaran mencerna apa yang sesungguhnya terjadi..... yang cuma menhasilkan makian dalam hati....Kampret... ternyata apa barusan yang terjadi hanyalah mimpi. Lebih kampret lagi... kurang sedikit aku berhasil menjamah payudara Wulan, dibangunkan dengan paksa.... sialan bangetttttt... sial...siaaaaalll ! . Walau hanya mimpi kan lumayan juga... dari pada cuma jadi angan-angan.... apesnya yang membangunkan yang punya paudara.... apes banerrr...
"Kamu itu.....! Bangunin orang kaya bangunin badak tidur.... Ada apa sih....??? Ganggu orang tidur aja!"
"Habis hari tadi aku bangunkan kakak Cuma ah uh ah uh aja..... Antarin aku dong kak.... !"
"Ogah ah..... Kakak capek," jawabku sambil merebahkan tubuhku lagi. "Lagian malam-malam mau ke mana?"
"Jilidkan laporan mingguan PKL, besuk terakhir ngumpulkan Kak, ayo kak... Please??!
"Jam berapa ini?" aku lihat jam yang menempel di dinding, jam setengah sepuluh malam, wahhh jam tidurku masih kurang dong. "Jam segini fotocopyan sudah pada tutup, kamu jilidkan besuk pagi aja. Kakak mo tidur lagi."
"Yee... fotocopy Anugrah, dekat toko kita itu kan buka sampe jam 12 malam. Kadang malah buka 24jam. Ayo kak antarin dong... cepat !" Wulan mengulang perintahnya dengan rengekan.
Buka 24 jam?? Fotocopy?? Sampai segitunya ya orang cari uang.... tapi mending sih begitu, kerja keras jari uang pake jalan yang nggak melanggar hukum. Dari pada korupsi.... haram tujuh turanan.
Aku pejamkan mataku, pura-pura nggak dengar.....
"Ya udah kalau kakak nggak mau, aku minta antar ibu aja...." jawab Wulan enteng, dan ku dengar langkah kakinya meninggalkan kamarku. Gawat deh....!
"Kamu itu.... nyebelin banget...pake main ancam...oke... oke.... kakak antar....!" terpaksa deh berangkat. Kalau sampe ketahuan ibu aku gag mau ngantar Wulan.... alamat dapat ceramah sehari semalam. Ibuku sepertinya lupa kalau anak kandungnya itu aku, bukan Wulan. Karena perhatian lebih tercurah kepada adik angkatku dari pada aku.
"Hehehehe.... makasih kakakku yang baik.... ," kata Wulan sembari berlari keluar kamar sambil tertawa kegirangan.
Dengan malas aku membasuh muka dan ganti baju bersiap mengantar Wulan. Gagal deh menikmati tidur dan berharap mimpi mesumku bersambung lagi....
15 menit berselang aku dan Wulan sudah duduk manis dalam mobil, meluncur membelah malam, menempuh perjalanan menuju tempat penjilidan.
"Ini nanti tidak langsung ke Anugrah lho kak.... mampir dulu tempat teman. Katanya mau ikut jilidkan laporan, sekalian tanda tangan absen yang kemarin kelupaan," Wulan memecahkan kebisuan suasana dalam kendaraan karena memang sedari tadi kami hanya diam.
"Nggak sekalian nanti habis dari temanmu Kakak antar ke rumah dosenmu buat minta tanda tangan juga, trus ke rektor kamu, trus....."
"Hahahaha..... Kakak ini.... lucu kalau lagi ngambek..... " Wulan tertawa geli. Habis masih rada-rada kesel juga, badan lagi capek, mimpiku tadi keputus ditengah cerita, eee.... enak aja dia main perintah.
"Habisnya kamu ini..... masak malam-malam waktunya orang istirahat malah seenaknya kamu suruh jadi sopir.... Disuruh belajar nyetir nggak mau.... dasar kamu ya.."
"Males aah Kak.... buat apa bisa nyetir sendiri, Kan ada kakakku sayang yang siap ngantar kemana saja.... hahahaha......"
"Kamu kira aku tukang ojek apa.... Enak aja...Trus dimana alamat teman kamu."
"Jln. Kedawung atas... Kak... rumahnya yang dekat......"
"Busyeeet.... nggak ada temanmu yang rumahnya lebih jauh lagi....!" Jawabku sambil geleng-geleng kepala. Membayangkan jarak tempuh yang lumayan jauh.
"Ada sih kak.... ada temanku yang orang tuanya tinggal di Lampung sana... emang Kakak mau ke sana... hahaha...."
"Kamu itu bisa aja ngeles...ya... hehehe...," dengan gemas ku ucal-ucal kepala, "Dari pada kamu nglawak nggak lucu, kamu nyanyi aja, menghibur kakak biar nggak ngantuk."
Segera saja Wulan menyanyi lagu yang entah judulnya ada apa tidak, dengan suara melengking tak beraturan. Aku menikmatinya dengan ikut menggoyangkan bahu dan pundakku. Aaah... kalau begini Wulan memang menggemaskan. Hilang sudah aura birahi dari dirinya....
Menunggu adalah perkerjaan yang paling membosankan. Sudah lebih 10 menit aku duduk di dalam mobil sendiri. Menunggu Wulan masuk ke dalam rumah yang lumayan megah, menjemput temannya. Aku raih HP dari dalam saku, aku ketik nota protes atas durasi waktu begitu lama. Belum lagi selesai, Wulan nonggol bersama temannya.....
"Deg.....
DIA PUTRIIIIII...... Oh..... Putri yang......
Jleg.... jleg...
"Ayo Kak berangkat..... langsung tancap gas ke Anugrah!"
Lho kok tahu-tahu mereka berdua sudah masuk kedalam mobil.
"Ini kak temanku Putri... kakak ingatkan.... Putri yang waktu itu lho...," Wulan mengedipkan mata nakal...
"Eh...eh... iiiiyaaa.... Malam Putri..." basa basiku rada-rada grogi.
"Malam kak...."
Kulihat pantulan wajah Putri yang manis dari kaca spion. Makin manis aja anak ini. Berbalut longdress lengan panjang ungun muda polos tanpa motif menambah pesonanya. Tak sengaja tatapan mata kami bertemu melalui kaca spion. Putri segera memalingkan kepalanya, pura-pura menikmati suana gelap malam dari jendela mobil, sambil menjawab-jawab pertanyaan Wulan yang tiada habisnya. Namun sempat tadi aku lihat senyum manisnya sekilas.
Aaaahhhh..... memori di ruang praktek cek sperma melintas jelas dalam benakku..... jadi baber....pelan namun pasti batang kemaluanku bergerak bangkit. Celakaaa.... tubuhku merasa gerah meski Ac mobil yang menyalakan dengan dingin maksimal....
Sesampai di depan Anugra Foto copy yang menjadi tempat tujuan Wulan dan Putri, sengaja aku tolak ajakan mereka untuk turun menemani masuk ke dalam fotocopy'. Kan aku malu jika nanti mereka tahu ada tonjolan di celanaku. Aku memilih memilih menunggu di dalam mobil, mencuri kesempatan mengendalikan birahi yang kembali bergejolak didalam tubuhku.
Aku atur nafasku sedemikian rupa, mencoba mengalihkan pikiranku dari kemesuman, saat tiba-tiba aku lihat Putri lari keluar diikuti Wulan. Dengan masih setengah berlari menuju ke arah mobilku terparkir....
"Hoek..... Hoek... Hoek....
Putri memuntahkan isi perutnya. Kelihatannya dia ingin muntah di tong sampah yang tidak begitu jauh dari posisinya sekarang, sayang belum sampai tempat yang di kehendaki, keburu muntahnya keluar membasahi bajunya. Dia masih mencoba berjalan dengan agak sempoyongan, demi melihat itu, segera aku keluar dari mobil, dan kuraih tubuh Putri... ku papah menuju mobil. Wulan yang menyusul di belakang Putri, tanggap dengan membukakan pintu mobil.
"Put....Putri.... kamu kenapa...??? Kamu sakit ya...?! Tanya Wulan cemas, setelah Putri berhasil masuk dan terkulai lemas di dalam mobil. Dasar Wulan... jelas orang muntah... masih ditanya.....
"Masuk Angin ini aku kayaknya... Lan," jawab Putri lemah.
"Kalau begitu kita pulang saja...."
"Nggak usah Lan... bentar juga baikan. Kamu masuk saja ke dalam sana, menunggu jilidan. Aku tunggu kamu di sini."
"Atau gini saja," Aku mencoba memberi saran, "Biar Wulan yang menunggu di sini, kamu aku antar pulang?"
"Tidak kak.... terima kasih. Tidak usah aku di sini saja. Soal masih ada form yang belum selesai aku isi sama melengkapi tanda tangan absen...." tolak Putri.
"Gag papa Put... kamu pulang saja dulu sama kakakku, aku tunggu jilidan di sini. Nanti setelah selesai dijilid, biar aku antar ke tempatmu. Kita isi bareng-bareng. Aku kan bisa nginep di rumahmu." Wulan bicara sambil mengelap baju Putri yang basah terkena muntahan.
"Tidak usah Wulan.... bentar lagi aku baikan kok. Percaya deh. Lagian kaya kamu nggak tahu orang tuaku saja. Kalau tahu aku pulang diantar cowok sendirian, bisa dimarahi aku. Kamu pun bisa ikut kena marah, karena tadi kita berangkatnya sama kamu," Putri mencoba meyakinan Wulan.
"Tapi bajumu kan basah Putri, nanti tambah masuk angin lho...." Akupun mencoba ikut merayu Putri agar mau pulang sambil membersihkan kaosku yang rupanya ikut basah terkena muntahan Putri. Tapi Putri kekeh pada pendiriannya.
"Ya sudah Kak kalau begitu.... dari pada Putri menunggu di sini. Mending kakak antar Putri istirahat di toko kita kak. Biar Putri nanti rebahan di ruang kerja kakak. Habis itu kakak beli nasi goreng sama teh hangat buat Putri, jelas dia tadi belum makan, wong muntahannya cuma cairan gitu, ntar aku nyusul ke toko....... Eit... eit.... Kamu jangan membantah Put... sudah berangkat Kak!" Titah Wulan sudah keluar, suka tidak suka wajib dijalankan. Kalau nada bicaranya sudah tegas memerintah, mana dia bisa di bantah. Aku bayangkan kalau besuk dia jadi perawat, betapa kasihan pasiennya hehehe....
Bruuuummm..nggeeeng........ ciiiiit....
Cukup sekali injak gas nyampai depan Toko. Lha jarak anatar Anugrah Fotocopy dengan toko paling jauh hanya 50 m. Pak Kardi penjaga malam toko tergopoh-gopoh keluar dari pos jaganya melihat kehadiranku.
"Bukakan gerbang masuk gudang Pak Kardi," kedatangannya aku sambut dengan teriakan dari dalam mobil.
Gas kembali aku injak begitu gerbang telah terbuka lebar, Pak Kardi berlari kecil mengikuti mobilku yang melaju pelan. Aku parkir mobil tepat pintu masuk ke dalam toko yang juga jalan masuk ke dalam ruang kerjaku. Tanpa aku perintah Pak Kardi sudah membukakan pintu itu. Sedangkan aku setelah keluar dari mobil, bergegas membukakan pintu samping untuk Putri. Dengan sedikit memaksakan diri Putri berusaha keluar dari mobil, aku bantu dengan menarik tangannya, kemudian aku bimbing dia melangkah menuju pintu masuk toko.
Kaget.... jelas nampak ekspresi dari wajah Pak Kardi. Melihat bosnya datang malam menggandeng gadis muda berparas manis. Tanpa menunggunya bertanya, saat kami berjalan beriringan masuk toko aku kenalkan Putri sekalian aku cerita kronologi kejadian yang baru saja kami alami. Pak Kardi menyimak dengan manggut-manggut¸ pertanda paham kali.....
Aku buka pintu ruang kerjaku dengan kunci yang memang hanya aku saja yang memegangnya. Tidak satupun pegawai yang memiliki kunci tersebut. Untunglah kunci kantorku aku gabungkan dengan kunci mobilku. Jadi selalu aku bawa kemana-mana. Putri langsung permisi ijin menggunakan toilet begitu kami masuk ke dalam ruang kerjaku.
"Pak Kardi, tolong belikan nasi Goreng 4 ya... yang tiga buat saya, Wulan sama temannya, satunya buat Pak Kardi, atau kalau Pak Kardi mau Mie goreng atau cap cay atau apalah.. terserah saja," perintahku pada Pak Kardi sambil menyerahkan 3 lembar lima putuhan ribu, "O...ya jangan lupa mampir Anugrah foto copy, siapa tahu Wulan sudah kelar urusannya. Temeni dia balik ke sini ya."
"Siyap boss.... " dengan sikap hormat seperti hansip kepada komandanya, Pak Kardi berangkat mejalankan tugas.
Akhirnya.... dalam ruangan kerjaku tinggal kami berdua, aku dan Putri. Enaknya aku apain ya dia....????
sambung ber