Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mohon maaf dulu buat para suhu dan pembaca budiman sekalian.
malam ini ane gak update dulu karena masih dalam keadaan meriang.
ingus pun naik turun tak karuan kalau ane coba fokus mengetik.
padahal udah coli 4 kali tapi tetep aja gak sembuh-sembuh.
wkkwkwkwkwkwk

Makanya Hu, jangan kebanyakan coli, Nurul aja yg disikat wkwkwkw :semangat:

Semoga cepat sembuh
Hu, biar ingusnya bisa dikeluarkan lewat titit aja

Semangat Hu
:beer::beer:
 
Seperti pada sore hari ini dimana Nurul tampak gelisah ketika Pak Sukani tidak datang berkunjung ke rumahnya. Padahal selama seminggu penuh ini, biasanya Pak Sukani selalu menyempatkan diri terlebih dahulu untuk datang kerumah Nurul sebelum dia pergi bekerja. Namun sudah dua hari, sosok itu tampak menghilang dan absen menjenguk Nurul tanpa alasan yang jelas. Membuat Nurul uring-uringan tidak tau dengan perasaan hatinya yang mulai merasa kosong dan rindu pada sosok pria tua itu.

Tapi dengan segala ego yang ada, Nurul tak ingin menghubungi Pak Sukani duluan dan menampik perasaan rindu itu jauh-jauh serta berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau itu hanyalah sebuah perasaan normal saja. Bukan perasaan spesial seorang wanita kepada seorang pria. Karena merindukan pria lain selain suami sendiri adalah sebuah perbuatan dosa besar yang akan diberi ganjaran besar pula dikemudian hari. Jadi Nurul tanpa sadar sedang berperang dengan batinnya agar dia tidak melewati batas yang sudah menjadi parameternya sebagai seorang akhwat dan seorang istri shalihah.


gilaaakkkkk benerrrrr suhu ini... baca dua paragraf diatas sudah cukup membuat merindingg sangeee... wkwkwkwkwk
GWS huuu.... hehehe:beer::beer::beer::beer::beer::beer:
 
Nama Nurul begitu melegenda dalam dunia cerita jilbaber wik wik wik. Cuma ane punya temen namanya nurul gak berjilbab.
 
Titip sandal dulu...
Moga lekas sembuh gan...
terima kasih suhuuuu
Wkwkwkwk. Ingus bawah aman hu?
wkwkw. aman terkendali suhu..
Bli trimenza 3 x 1 sanmol. Forte 3 x 1 imunost atau imbost 2 x 1 kecuali ingusnyq hijau pakai anti biotik cefixime saja 2 x 1
gak nyangka ane punya pembaca seorang dokter. terima kasih resep gratisnya suhuu.
Jangan coli hu, biarin kita aja yang coli sm cerita dedek nurul wkwk
kwkwkwkw. penelitian bilang kalau coli dapat mengurangi demam dan panas tinggi 40%
 
Jangan coli mulu, mending langsung ngewe di jamin sembuh
kwkwkw. sayang seribu sayang ane jomblo gan. terakhir ngewe 2 tahun yang lalu. huhuhuhuhuhuhuhu.
Next update yg panjang ya hu kyak punya sukani sm primus wkwkwk
saya gak kuat nulis panjang2 hu. paling 1k perchapter. kwkwkw
Get well soon.....

Benar2 mengharu biru nihhhh....
wkkwkw. kenapa bisa begitu suhu?? sedihkah ceritanya???
Get well soon hu
Biar cepet update cerita yg bagus banget ini
terima kasih suhuu. tapi sumpah ane kedistract sama DP ente. itu cowo dihijabin atau perempuan asli??? kwkwkwkw
Makanya Hu, jangan kebanyakan coli, Nurul aja yg disikat wkwkwkw :semangat:

Semoga cepat sembuh
Hu, biar ingusnya bisa dikeluarkan lewat titit aja

Semangat Hu
:beer::beer:
sakit bukan karena coli huuu. tapi karena udah sakit makanya coli. kwkkwwk. siapa tau karena selama ini tersumbat gitu kan. wkkwkwkwwkw
Seperti pada sore hari ini dimana Nurul tampak gelisah ketika Pak Sukani tidak datang berkunjung ke rumahnya. Padahal selama seminggu penuh ini, biasanya Pak Sukani selalu menyempatkan diri terlebih dahulu untuk datang kerumah Nurul sebelum dia pergi bekerja. Namun sudah dua hari, sosok itu tampak menghilang dan absen menjenguk Nurul tanpa alasan yang jelas. Membuat Nurul uring-uringan tidak tau dengan perasaan hatinya yang mulai merasa kosong dan rindu pada sosok pria tua itu.

Tapi dengan segala ego yang ada, Nurul tak ingin menghubungi Pak Sukani duluan dan menampik perasaan rindu itu jauh-jauh serta berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau itu hanyalah sebuah perasaan normal saja. Bukan perasaan spesial seorang wanita kepada seorang pria. Karena merindukan pria lain selain suami sendiri adalah sebuah perbuatan dosa besar yang akan diberi ganjaran besar pula dikemudian hari. Jadi Nurul tanpa sadar sedang berperang dengan batinnya agar dia tidak melewati batas yang sudah menjadi parameternya sebagai seorang akhwat dan seorang istri shalihah.


gilaaakkkkk benerrrrr suhu ini... baca dua paragraf diatas sudah cukup membuat merindingg sangeee... wkwkwkwkwk
GWS huuu.... hehehe:beer::beer::beer::beer::beer::beer:
waduuhh. padahal mah gak ada scene2 vulgar nya loh. kok bisa hu?????
Nama Nurul begitu melegenda dalam dunia cerita jilbaber wik wik wik. Cuma ane punya temen namanya nurul gak berjilbab.
benarkah suhu?? mainstream banget ya nama Nurul didunia perlendiran ini. kwwkw.
ane juga punya temen namanya Nurul, orangnya kadang hijab kadang kagak, tapi doi putih mulus gitu. apalagi tangannya penuh berbulu. anjir betlah bikin sange. wkkwkw
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter 16 : Malam Batin


Nurul


Pak Sukani​


Batin Nurul berseteru dengan pikirannya saat dia memutuskan untuk mengambil tindakan fatal dengan mengizinkan Pak Sukani menginap di rumahnya malam ini. Nurul tidak sadar kenekatan macam apa yang telah dia lakukan mengingat baru sore tadi Nurul diperingatkan oleh Leni agar tidak terlalu dekat dengan suaminya itu. Namun pada malam harinya, Nurul seakan lupa dengan peringatan tersebut seperti angin lalu dan malah melakukan hal sebaliknya. Sekarang Nurul bukan lagi sekedar dekat, tapi sudah di lingkup yang dapat menimbulkan fitnah buruk diantara mereka.

Tentu saja awalnya Nurul menolak permintaan Pak Sukani tersebut dengan tegas. Bagaimanapun seorang wanita akhwat muslimah dan seorang istri shalihah seperti Nurul sangatlah tidak pantas berduaan dengan seorang pria yang bukan bagian dari mahramnya. Apalagi sampai membiarkan pria tersebut menginap dan tidur dalam satu atap dengannya. Meskipun Pak Sukani sudah dianggap seperti keluarga dekat oleh Nurul karena kebaikannya, tapi hal tersebut tidak menjamin seseorang untuk tidak terbujuk rayu syaiton.

Hal-hal yang tidak diinginkan pasti bisa saja terjadi karena bujukan dan rayuan iblis bisa datang kapanpun dan dimanapun. Bahkan tak peduli seberapa alim dan seberapa tangguh iman seseorang. Ketika situasi sekitar telah mendukung, kejadian yang tak diinginkan sekalipun pasti bisa saja terjadi. Karena kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan dan peluang untuk melakukannya. Jadi sebelum hal-hal tersebut terjadi, Nurul berusaha mencegah Pak Sukani untuk menginap dirumahnya.

"Maaf Pak! bukannya saya tidak percaya sama Pak Sukani. Tapi tidak baik perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya untuk tinggal dalam satu atap" jelas Nurul saat dia mencoba menolak permintaan Pak Sukani untuk menginap. Raut wajah Nurul sempat menjadi sedikit khawatir kalau saja perkataannya tersebut cukup menyinggung perasaan Pak Sukani.

Tapi Pak Sukani justru tertawa menanggapi jawaban serius Nurul tersebut "Hahahahaha. saya cuma becanda kok Mbak! gak mungkin lah saya mau menginap disini, nanti Leni marah-marah" balas Pak Sukani dengan begitu enteng bercanda.

Pak Sukani nampaknya sengaja membawa-bawa Leni istrinya untuk memancing reaksi dari Nurul. Karena setiap kali dia mengucap nama istrinya tersebut, ada perubahan di raut wajah Nurul yang menampakkan kesan ketidaksukaannya terhadap nama itu. Dan lagi-lagi apa yang dia coba buktikan ternyata benar adanya sebab Nurul tampak sedikit jengkel ketika mendengar nama itu.

Didalam hatipun Nurul sedikit terenyuh sakit saat Pak Sukani mengatakan kalau dia "Tidak Mungkin" sama sekali menginap di rumah Nurul karena takut dimarahi Leni istrinya. Entah kenapa tiba-tiba Nurul merasakan perasaan cemburu yang lumayan besar terhadap Leni. Nurul yang telah salah paham karena tadi sempat menganggap kalau Pak Sukani lebih ingin menemuinya ketimbang sang istri, justru dihadapkan pada kenyataan yang sebenarnya.

"Mbak kok diam?? gak lucu ya becandaan saya??" tanya Pak Sukani yang paham kalau sebenarnya Nurul sedang berpikir dengan keras. Namun sebagai pakar perayu wanita yang handal, Pak Sukanipun harus pandai dalam bermain kata dan mencairkan suasana kalau sekiranya si lawan bicara terjebak dalam pikirannya sendiri.

Nurul yang tersadar langsung cemberut ke arah Pak Sukani "Gak lucu Pak! saya kira bapak serius" jawabnya sedikit kesal karena sudah dipermainkan oleh Pak Sukani.

"Yasudah gimana kalau saya serius??" balik Pak Sukani pada pertanyaan awalnya. Ini adalah teknik tarik ulur yang sempurna untuk merubuhkan sebuah tembok besar yang menghalangi pikiran seseorang.

Dan kali ini, tembok Nurul lah yang roboh. "Terserah bapak!!" jawabnya jengkel karena mengira kalau Pak Sukani akan bercanda lagi. Namun Nurul tidak sadar kalau sebenarnya dia sudah terpancing seutuhnya dalam permainan pikiran Pak Sukani.

"Oke! kalau begitu saya nginap!" Ucap Pak Sukani tersenyum penuh kemenangan.

Sedangkan Nurul malah melongo tidak percaya kalau Pak Sukani kali ini tidak bercanda "Ba--bapak serius??" tanya Nurul tergugup.

"Iya! tadi kan mbak bilang terserah! yaudah saya nginap. lagian saya males pulang"

"Kenapa males??" tanya Nurul kembali.

Lalu Pak Sukani hanya mengangkat kedua bahunya "Ada deh!" balasnya bermain rahasia. Sebuah teknik yang pas untuk memancing rasa penasaran dari seseorang.

"Yaudah kalau begitu Bapak gak boleh nginap!!" balas Nurul membuang muka.

"Kok gitu????"

"Iyalah! alasan bapak tidak jelas!"

Pak Sukani tersenyum "Berarti kalau saya jelasin. saya boleh nginap gitu???" pancingnya lagi.

"Terserah!!" ketus Nurul masih jengkel.

Sedangkan Pak Sukani terkekeh dalam hati, berpikir kalau ini adalah sebuah langkah yang besar dalam percobaannya untuk menaklukan Nurul. Setiap sensasi dalam perburuannya kali ini terasa sangat menyenangkan dan sekaligus membangkitkan birahinya menjadi bergebu-gebu. Apalagi setelah langkah demi langkah yang dia ambil cukup berhasil dan berdampak baik pada kesempatannya. Membuat Pak Sukani semakin tidak ingin terburu-buru dengan waktu dan mencoba menikmati semua ini sebisa mungkin.

Terlebih lagi, saat ini Pak Sukani sudah mengubah sebagian rencana besarnya karena secara tidak sengaja dia bertemu dengan Susan. Pak Sukani yang awalnya hanya ingin menaklukan Nurul saja, sekarang mulai serakah dengan keinginannya sendiri dan berniat untuk membuat Nurul sebagai seorang selingan saja. Bukan sebuah hidangan utama lagi.

Dan untuk melakukan hal tersebut, tentu saja Pak Sukani harus membuat Nurul bertekuk lutut sepenuhnya sampai pada titik dimana Nurul merasakan cinta mati dan ketergantungan besar kepadanya. Pak Sukani harus bisa membuat Nurul menjadi wanita yang rela melakukan apa saja untuknya, tanpa harus diikat oleh embel-embel hubungan ataupun ikatan diantara mereka.

Jadi Pak Sukani bisa bebas menikmati Nurul kapan saja tanpa harus bertanggung jawab untuk menikahinya. Dan tentu saja rencana besar tersebut tidak akan berhasil jika Haris sang suami malah menentang hal tersebut, sehingga mau tak mau Pak Sukani pun harus bisa memperdaya Haris untuk merelakan istri akhwatnya itu dinikmati orang lain, tanpa dia harus menceraikan Nurul. Sebuah rencana besar yang memang harus membutuhkan kesabaran yang ekstra karena mengingat baik Haris ataupun Nurul adalah orang yang taat dalam agama.

Tapi Pak Sukani tak perlu berpikir terlalu jauh terlebih dahulu, karena yang harus dia lakukan sekarang adalah menarik simpati Nurul kepadanya sehingga secara tidak sadar wanita akhwat tersebut mulai melonggarkan pertahanannya. Dan cara terbaik untuk menarik simpati seseorang adalah dengan berbagi kisah dan curhat tentang masalah yang mereka alami.

"Leni selingkuh!" Ucap Pak Sukani tiba-tiba. Dia sengaja memelankan suapannya pada makanan seolah-olah dia memang sedang merasa ragu untuk bercerita, meskipun sebenarnya itu hanyalah sebuah akting.

Tapi tentu saja hal tersebut sangat mengejutkan bagi Nurul "Ma--maksud Bapak??" tanya Nurul gugup masih belum mencerna dengan baik.

"Leni punya pacar. mereka sudah berhubungan sangat lama" balas Pak Sukani menghentikan makannya dan menaruh sendok diatas piring. Pria tua itu sangat pandai berakting seperti dirinya memang sedang dirundung oleh masalah yang begitu besar.

"Astagfirullah!! Pak Sukani tau darimana??" tanya Nurul prihatin, tak tega sekali dirinya menatap sosok pria setengah baya di depannya tersebut terlihat lesu dan kehilangan nafsu makan seketika dia bercerita tentang masalah rumah tangganya.

Pak Sukani tersenyum kecut melanjutkan aktingnya "Saya pernah memergoki dia diam-diam menelfon dengan pacarnya itu, dan terakhir Leni juga pernah membawa pria itu kerumah"

"Astagfirullah!! apa Bapak sudah pernah ngomong sama Mbak Leni?? kenapa dia tega sekali!!" balas Nurul yang semakin tidak karuan dengan hatinya. Tak disangka Leni yang sehari-hari dia anggap sebagai wanita terhormat tersebut ternyata melakukan hal yang tidak sepantasnya diperbuat oleh seorang istri.

"Percuma Mbak! dia tidak pernah mau mendengarkan saya" ungkap Pak Sukani begitu pasrah.

Sehingga memantik sedikit kemarahan dalam hati Nurul "Kok bisa?? bapak kan suaminya dia!!!" balas Nurul terheran tidak percaya.

"Ceritanya rumit dan panjang. Saya gak yakin kalau saya bisa menceritakan semua ini kepada Mbak Nurul" geleng Pak Sukani masih sambil tersenyum kaku.

Memancing rasa keingintahuan Nurul menjadi lebih "Kenapa?? Bapak gak perlu takut! saya bisa menjaga rahasia kok" balas Nurul tiba-tiba saja memegang tangan Pak Sukani yang berada diatas meja. Menunjukkan kalau dirinya adalah orang yang bisa dipercaya oleh Pak Sukani secara penuh.

Tentu saja sikap tersebut sangat spontan dilakukan oleh Nurul karena dia merasakan simpati yang cukup mendalam terhadap Pak Sukani. Apalagi saat tangan kecil nan lembut miliknya tersebut menyentuh dan memegang tangan Pak Sukani yang bertekstur kasar itu, terasa seolah tangan kasar itu ingin menjelaskan kalau dia begitu kedinginan dan butuh perhatian hangat yang lebih.

Pak Sukani lalu tersenyum hangat, berbalik menggenggam tangan Nurul dan mengelusnya dengan lembut secara perlahan. Mulutnya pun akhirnya mulai bercerita bagaimana kisah kehidupan awalnya bersama sang istri yang tidak semulus dan sebagus apa yang terlihat sekarang. Pak Sukani bercerita bagaimana dulu Leni terpaksa menikahinya karena dijadikan sebagai alat penebus hutang oleh kedua orang tuanya.

Saat itu Pak Sukani sempat merasa keberatan karena melihat Leni yang masih cukup muda dan tak ingin menikahinya. Akan tetapi hutang tetaplah hutang, dimana hal tersebut harus dibayar tidak peduli bagaimanapun caranya. Sehingga kemudian Pak Sukani pun menerima kesepakatan tersebut karena merasa dirinya juga butuh seseorang yang bisa mengobati rasa sakit hati akibat ditinggal cerai oleh istri pertamanya.

"Trus Mbak Leni akhirnya mau menikah sama bapak??" sela Nurul yang penasaran. meskipun dia tahu jawabannya karena memang sekarang Leni sudah menjadi istri sah Pak Sukani dan juga sudah memiliki seorang putra.

Pak Sukani mengangguk "Iya Mbak! dia akhirnya pasrah dan mau menikah dengan saya. Tapi--" ucap Pak Sukani berhenti.

Lalu dia kemudian menlanjutkan bercerita bagaimana ternyata Leni sudah punya pujaan hatinya sendiri, yaitu seorang pria yang bernama Daniel. Dari orang tua Leni, Pak Sukani mengetahui kalau Leni dan Daniel sudah menjalin asmara semenjak mereka masih duduk dibangku SMA. Namun Daniel hanyalah seorang pemuda urak-urakan dan selalu suka bermain-main dalam hidupnya, sehingga orang tua Leni pun melarang mereka saling berhubungan. Akhirnya setelah Leni menikah dengan Pak Sukani dan jauh dari orang tuanya, barulah Leni kembali berhubungan dengan pria tersebut secara diam-diam dibelakang Pak Sukani.

"Astagfirullah!! Saya tidak menyangka kalau Mbak Leni seperti itu" ucap Nurul kaget mendengar semua cerita ini. Ternyata wanita berwajah lugu seperti Leni sekalipun bisa menyimpan sesuatu yang buruk dengan sangat baik. Hati Nurul seketika menjadi panas masih tidak percaya kalau Leni tega bermain serong dibelakang suaminya sendiri. Apalagi suami yang sangat baik dan perhatian seperti Pak Sukani.

"Trus kalau sudah begini, Pak Sukani kenapa diam saja??" tanya Nurul yang kembali penasaran dengan cerita Pak Sukani. Sekarang dirinya tampak mulai tidak terima dengan sikap Pak Sukani yang tidak mengambil tindakan tegas untuk membuat Leni berhenti berselingkuh.

Reaksi yang sudah diharapkan oleh Pak Sukani terjadi sebelum dia masuk ke tahap selanjutnya, "Saya cinta sama dia Mbak!" Kata Pak Sukani berbohong.

Daritadi Pak Sukani telah sengaja bercerita secara sepihak dan membuatnya seolah-olah menjadi orang yang sangat terluka dalam masalah yang tengah dihadapinya tersebut. Dan sekarang nasibnya itu semakin terlihat menyedihkan ketika dia mengungkapkan bahwa dirinya masih tetap mencintai Leni meskipun dia telah berselingkuh sekalipun dengan orang lain.

"Tapi kan dia sudah selingkuh Pak??!!" balas Nurul tidak terima.

Namun langsung menjawab "Saya merasa tidak masalah! selama dia masih berada disisi saya" ucap Pak Sukani dengan lantang.

Membuat Nurul Secara tidak sadar diingatkan kembali oleh ucapan dan kata-kata suaminya tempo hari. Dimana Haris juga mengatakan hal yang hampir sama kepada Nurul andaikata suatu hari dirinya memutuskan untuk berselingkuh, Maka Haris pun akan tetap dan selalu mencintainya. Sungguh Nurul mau tak mau merasa semakin kasihan terhadap Pak Sukani sekaligus marah kepada Leni yang telah menyia-nyiakan cinta lelaki yang begitu hebat.

"Coba aja saya yang jadi Mbak Leni, pasti saya gak bakal lakuin semua itu sama Bapak" balas Nurul spontan tak paham apa yang dia ucapkan tersebut sudah hampir melenceng jauh dari hanya sekedar ucapan penenang. Bahkan sekarang secara terang-terangan Nurul malah balik mengelus-elus tangan Pak Sukani yang sudah tergenggam nyaman sekian lama itu.

Disisi lain Pak Sukani merasa bahagia, bukan karena dia mendengar pengakuan dari Nurul yang secara tidak langsung ingin berada di posisi Leni, namun karena apa yang dia rencakan untuk malam ini sudah berhasil dan selesai. Sekarang Pak Sukani sudah mendapatkan simpati besar dari Nurul sehingga kedepannya wanita akhwat tersebut akan bersikap lebih perhatian pula terhadapnya.

Pak Sukani hanya tinggal membuat Nurul menjadi wanita yang lebih sedikit berani mengungkapkan isi hatinya. sehingga nanti perempuan akhwat itupun semakin nyaman berada di dekatnya dan perlahan-laha mulai kehilangan rasa malu.

"Hahaha. Mbak bisa aja ngomongnya! saya jadi tersanjung" Ucap Pak Sukani mencoba menanggapi ucapan Nurul tadi dengan sebuah tawa. Tampaknya atmosfir diantara mereka menjadi sedikit berat dan butuh pencairan suasana terlebih dahulu.

Namun Nurul masih dalam keadaan serius "Beneran Loh Pak! kalau saya yang jadi istrinya bapak, saya pasti gak bakalan menyia-nyiakan cinta bapak sama saya" balas Nurul dengan gamblangnya. Sekarang dia malah melakukan perumpamaan yang cukup melewati batas.

"Hahaha. gak mungkinlah Mbak Nurul jadi istri saya! yang ada malah jadi selingkuhan nanti" pancing Pak Sukani mencoba meneruskan niat dan rencananya. Padahal tadi Pak Sukani sudah tidak berniat lagi menggoda Nurul lebih jauh. Namun setelah Nurul menunjukkan reaksi yang lebih bagus dari perkiraannya, maka tak salah jika sekarang dia memutuskan untuk lanjut.

Tapi tampaknya memang pembicaraan tersebut sudah terlanjur melewati batasnya, "Astagfirullah!! kalau itu saya gak mau Pak!" balas Nurul kemudian menarik tangannya dari genggaman Pak Sukani. Dia jadi tersadar kalau simpati dan rasa prihatinnya sudah memancing-mancing syaiton untuk mulai mempengaruhi pikiran sehatnya.

"Hahaha. saya becanda kali Mbak! mana mungkin saya ajakin Mbak selingkuh!!" Ucap Pak Sukani mengerem aksi sepik-sepik iblisnya. Hampir saja diri Pak Sukani terlena lepas kendali dan mengambil langkah yang salah. Bisa-bisa usahanya yang dari awal sudah susah payah dia bangun jadi runtuh berantakan dan membuat Nurul kembali memperkuat pertahanannya.

"Gak lucu becandanya!" jawab Nurul memonyongkan bibirnya dengan gemas kearah Pak Sukani dan berpura-pura tidak suka dengan perkataan tersebut.

Namun dalam hati, Nurul menjadi sangat berdebar-debar dengan ajakan Pak Sukani tersebut yang memang sangat tidak etis untuk diucapkan kepada seorang istri shalihah seperti Dia. Apalagi jika ada orang lain yang mendengarkannya, bisa-bisa mereka berdua diarak keliling kampung karena sudah berbuat sesuatu yang tak sepantasnya dilakukan oleh orang yang sudah memiliki pasangan sah masing-masing.

Tapi tak bisa dipungkiri juga, setelah mendengar kata "Selingkuh" keluar dari mulut orang yang diam-diam dikagumi oleh Nurul, mau tidak mau Nurulpun menjadi sedikit terpikirkan bagaimana seandainya jika dia menerima ajakan pria tua tersebut. Apakah Nurul akan menjadi lebih bahagia?? atau malah kesengsaraan yang datang kepadanya??

Pemikiran itupun berkecamuk semakin berlanjut hingga membuat Nurul menjadi tidak bisa tidur sampai malam semakin larut dan hujan diluar semakin deras. Sekarang dia sudah berguling-guling diatas kasur empuk miliknya namun mata itu masih saja nyalang kemana-mana. Dibagian dadanya juga, suara berdebar-debar masih saja terasa sangat jelas sampai pada titik dimana Nurul merasa kalau suara itu mengalahkan suara hujan yang lebat diluar sana.

Badan Nurul pun terasa semakin panas ketika lagi-lagi dia mencoba membayangkan "Perselingkuhan" di dalam batinnya dengan Pak Sukani. Entah karena didukung oleh suasana yang dingin serta larutnya malam, imajinasi Nurul semakin menjadi-jadi tak dapat berhenti.

Jam dinding yang menunjukkan waktu sudah hampir pukul 3 pagipun menjadi pertanda kalau Nurul dan Pak Sukani sudah berpisah sekitar 3 jam yang lalu. Pak Sukani yang merasa dirinya lelah, lalu berpamitan tidur duluan di sofa ruang tamu setelah mereka selesai makan dan berbincang-bincang sebentar. Sedangkan Nurul yang tak tau mau melakukan apa, akhirnya memutuskan untuk pergi tidur di kamarnya. Namun meski sudah beberapa jam terlewati, mata itupun belum saja bisa diajak kompromi.

"Tok!! tok!! tok!! tok!!" suara Pintu kamar Nurul terdengar diketuk.

"Mbak! Mbak Nurul!!" panggil Pak Sukani dengan suara agak parau.

Nurulpun berjungkit dari tempat tidurnya dan kemudian membuka pintu "Kenapa Pak??" tanyanya heran melihat Pak Sukani tampak membungkus badannya dengan selimut.

"Maaf Mbak! apa Mbak Nurul punya tolak angin??"

"Waduh! Pak Sukani kenapa?? Bapak masuk angin??" tanya Nurul panik dan langsung mengarahkan telapak tangannya ke dahi Pak Sukani. Seketika tangannya yang dingin tersebut langsung terasa panas saat menyentuh dahi pria tua itu. "Astagfirullah!! badan bapak panas!!" lanjutnya.

"Hehehe. mungkin karena tadi ujan-ujanan Mbak" balas Pak Sukani terkekeh.

"Yasudah bapak duduk dulu aja. Biar saya ambilin tolak angin sebentar" ucap Nurul yang berjalan tergesa-gesa ke arah dapur. sementara Pak Sukani mulai meresakan sedikit pusing dan ngilu disekujur tubuhnya.

Namun sekembalinya dari dapur, Nurul ternyata tidak hanya membawa tolak angin saja. Nampak di tangan kanannya dia juga tampak membawa segelas teh hangat yang dicampur dengan jahe.

"Diminum dulu Pak! biar anget" suguh Nurul menyodorkan gelas yang dibawanya. setelah itu tak lupa dia juga menyerahkan satu sachet tolak angin untuk meredakan panas Pak Sukani. Tampak sekali raut wajah Nurul yang sangat khawatir seolah-olah dia sedang mendapati kalau suaminya yang sedang jatuh sakit.

Pak Sukani tersenyum menyerahkan gelas kosong yang sudah diminumnya "Makasih Mbak!!" ucapnya senang. Kali ini dia sedang tidak berakting sakit, namun justru benar-benar sedang meriang. Pak Sukani sangat senang karena Nurul terlihat khawatir dengan keadaannya.

"Buka bajunya Pak!!" pinta Nurul tiba-tiba hampir membuat jantung Pak Sukani copot. Pria tua yang tengah sakit itu mengira kalau Nurul akan melakukan hal mesum terhadapnya.

Tapi semua itu hanyalah sebuah prasangka saja, "Biar cepat sembuh saya kerokin Pak!" ucap Nurul kemudian menunjukkan alat kerokan berupa minyak kayu putih dan sebuah uang logam.

"Udah sakit masih mesum aja kau sukani!!" umpat Pak Sukani kepada dirinya sendiri.

Akhirnya dengan sedikit bantuan dari Nurul, Pak Sukani pun melepas baju kaos yang sedang digunakannya hingga dia pun bertelanjang dada dihadapan Nurul yang tampak tidak sadar pemandangan yang ada di depannya. Nurul yang diliputi rasa khawatir nampaknya tidak punya kesempatan untuk berpikir ke arah lain selain membantu meringankan sakit Pak Sukani dengan kerokan.

"Baca bismillah ya Pak!" Ucap Nurul yang mulai mengolesi minyak kayu putih di punggung bagian kanan Pak Sukani. Kemudian setelah merata, dengan telaten Nurul mulai menggores-gores punggung tersebut dengan uang logam yang sudah disiapkannya.

"Ughhhhh" Ucap Pak Sukani sedikit meringis merasakan perih pada kulit punggungnya. Ini adalah pertama kalinya Pak Sukani dikerok karena dari dulu dia lebih memilih untuk tidur saja ketika ada sakit yang menyerang tubuhnya. Kehidupan yang keras mengajarkannya untuk tidak terlalu bermanja-manja dengan penyakit ringan seperti meriang yang dirasakannya saat ini.

Nurul tersenyum gemas melihat Pak Sukani menggerak-gerakkan punggungnya "Bapak kenapa?" ucapnya pura-pura bertanya.

"Gelii Mbak!! aduhh!! sakitt!" balas Pak Sukani yang merasakan antara geli dan sakit disaat yang bersamaan. Sensasi perih pada kulit punggungnya tersebut juga terasa semakin membuat hangat badannya.

"Ihh!! Pak Sukani gelian kayak anak kecil!!" Komentar Nurul yang semakin gemas saja melihat tingkah Pak Sukani. Sementara tangan Nurul masih aktif menggosok-gosok kulit punggung Pak Sukani yang sudah mulai memperlihatkan memar merahnya.

Selang tak berapa lama kemudian, Nurul pun akhirnya selesai dengan bagian punggung belakang Pak Sukani, nampak punggung pria tua yang berwarna sedikit hitam tersebut sudah penuh dengan garis-garis merah yang cukup banyak.

"Nah, sekarang balik badan Pak!" Ucap Nurul spontan karena memang dia ingin menggosok bagian dada Pak Sukani. Sebenarnya kerokan untuk mengobati masuk angin cukup didaerah punggung saja, namun secara tidak sadar Nurul menyuruh Pak Sukani berbalik badan karena kebiasan melakukan hal yang sama ketika sedang mengerok Haris suaminya.

Dan tentu saja Pak Sukani yang disuruh pun langsung membalikkan badannya jadi berhadap-hadapan dengan Nurul "Depannya juga ya Mbak??" tanyanya yang sedikit merasa bingung. Meski Pak Sukani belum pernah dikerok seumur hidupnya, tapi setidaknya dia tau kalau kerokan itu biasanya di bagian punggung saja.

"Eh??!! iya Pak!! Se--sekalian aja biar sembuh!!" jawab Nurul yang tergugup dan terpaksa berbohong. Sebenarnya dia juga baru sadar dengan apa yang sudah dilakukannya tersebut. Tapi karena sudah terlanjut, akhirnya Nurul pun berbohong begitu saja.

Namun kali ini Nurul mulai merasa gemetar dan gugup diwaktu yang sama. Dihadapannya kini terdapat seorang pria yang tengah bertelanjang dada dan memperlihatkan bagian atasnya dengan begitu jelas. Nurul berpikir apakah dirinya yang seorang perempuan akhwat itu pantas bersentuhan dengan seorang laki-laki yang bukan mahramnya tersebut, padahal sedari tadi dia sudah sering sekali menyentuh kulit Pak Sukani dengan tangannya namun penolakan batin itu baru terjadi sekarang.

"Kan cuma buat obat saja!" yakin Nurul dalam hatinya yang mulai merasa ada penolakan. Tapi disisi lain dia juga tidak ingin mengurungkan niatnya tersebut karena sudah terlanjur berbuat sejauh ini untuk membantu Pak Sukani.

"Tapi kan ini sudah termasuk zina" balas batin Nurul yang sekarang mulai terpecah menjadi dua antara melanjutkan atau tidak.

Dan hati itupun semakin berperang satu sama lain tak ada yang mau mengalah "Niatnya kan cuma membantu! dan yang penting itu niat!" balas Hati yang ingin melanjutkan.

"Tapi tetap saja menyentuh laki-laki lain itu hukumnya haram" jawab Hati yang tidak.

Pikiran Nurul menjadi semakin tidak waras dengan perseteruan batinnya tersebut hingga tanpa sadar tangannya mulai bergerak kedepan mengolesi dada Pak Sukani dengan minyak kayu putih. Sentuhan tersebut entah kenapa memberikannya sebuah sensasi seperti tengah tersengat arus aliran listrik kecil. Apalagi Nurul yang tadinya hanya mengolesi minyak tersebut dengan jarinya, sekarang malah berubah menggunakan telapak tangannya yang terlihat mulai meraba-raba dada Pak Sukani yang keras namun tak terlalu bidang tersebut.

Sentuhan tangannya di dada Pak Sukani itu semakin lama terasa semakin menagihkan. Nurul seakan tidak paham dengan reaksi tubuhnya sendiri yang mulai merasakan gejolak dan desiran yang tak dapat dia gambarkan. Padahal semua ini hanyalah sebuah sentuhan biasa yang tadinya juga sudah sempat dia rasakan berkali-kali dengan kulit punggung Pak Sukani.

"Mbak Nurul kenapa?? kok diam aja??" tanya Pak Sukani yang melihat Nurul tak mengeluarkan suara sedikitpun. Padahal tadinya ketika dia mengerok bagian punggung, Nurul sangat cerewet dengan mengerjai Pak Sukani yang sangat mudah kegelian. Tapi sekarang sosok itu seperti diam seribu bahasa tak mengeluarkan suara.

"Eh??!! gapapa Pak!!" balas Nurul terkejut. Tidak sadar dia malah larut dalam lamunannya yang semakin memabukkan itu. Nafasnya pun tiba-tiba menjadi semakin berat dan tubuhnya terasa sangat panas dibeberapa bagian.

"Astagfirullah maafkan aku ya tuhan" batin Nurul berontak dan meminta maaf karena sudah terpengaruh pikiran yang aneh-aneh. Dan untung saja dia dengan cepat menghentikan olesan tangannya di dada Pak Sukani dan langsung berganti menggosoknya dengan uang logam.

"Aaaawww!! pelan Mbak!!" protes Pak Sukani yang merasa kalau gosokan Nurul lumayan kasar.

Sehingga mau tak mau Nurul pun menjadi sadar kembali "Astagfirullah maaf Pak!!" balas Nurul yang panik dan menghentikan kegiatannya di dada Pak Sukani.

Pak Sukani menatap heran kearah wajah Nurul yang terbungkus hijab tersebut seperti mencari sebuah penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Nurul yang tiba-tiba menjadi pendiam. Namun yang tampak olehnya justru wajah memerah padam Nurul yang terlihat seperti seekor udang yang direbus. Matanya nampak sayu dan nafasnya sedikit terengah-engah tidak beraturan.

"Mbak!" panggil Pak Sukani dengan lembut. Dia tersadar kalau ternyata ada yang tidak beres dengan sikap Nurul. Dan Pak Sukani tau apa hal tersebut.

Namun Nurul tidak menanggapinya dan masih tertunduk tidak berani menatap balik wajah Pak Sukani. hatinya sedang bergemuruh tak dapat mengendalikan dirinya yang tengah dilanda oleh nafsu durjana pemberian syaiton yang terkutuk. Nurul tak menyangka kalau dirinya yang seorang perempuan shalihah tersebut sangat mudah terangsang hanya karena sebuah sentuhan yang sepatutnya bertujuan untuk membantu saja.

"Se-kesepian itukah aku hingga mudah merasa seperti ini??" tanya Nurul dalam hatinya. Mencoba mencari penjelasan dari hati tersebut yang sekarang tampaknya sudah terbagi dua antara hati seorang wanita akhwat shalihah, atau hati seorang perempuan yang tak pernah dipuaskan hasrat dan batinnya.

"Maafkan saya Pak!!" Ucap Nurul yang tiba-tiba beranjak dari duduknya lalu pergi begitu saja masuk ke dalam kamar.

Sedangkan Pak Sukani tersenyum melihat Nurul meski saat ini dia ditinggal tanpa basa-basi sedikitpun, "Hampir aja gue embat" Ucap Pak Sukani begitu gemas dengan dirinya sendiri karena hampir saja tidak tahan. Beruntung rasa meriang dalam dirinya masih mencegah dan meredam pikiran kotornya sehingga rencana yang sudah dia susun sebelumnya pun tidak hancur berantakan.

Mencicipi tubuh Nurul saat ini hanya akan membuat perempuan akhwat tersebut menjauhi Pak Sukani dikemudian hari dan menimbulkan masalah dalam rumah tangganya bersama Haris. Sesuatu yang tentunya tidak diinginkan oleh Pak Sukani karena Pertahanan Nurul yang baru hancur setengah itu nampaknya masih bertahan dengan kuat dan kokoh. Ibarat sebuah buah-buahan, Nurul saat ini masih dalam keadaan setengah matang dan belum siap untuk dinikmati seutuhnya.

#Bersambung.............


kentang lagi deh suhu.. tampaknya kita semua kudu bersabar untuk menyaksikan Nurul dijinahi secara penuh. kwkwkwkw
maapin kalau ada typo ya suhuu... dan kalau feelnya gak enak. mungkin suhu kebawa saya yg lagi sakit. kwkwkwk

btw gimana nih menurut suhu tentang rencana baru Pak Sukani??? udah oke belum???
 
Bimabet
Chapter 16 : Malam Batin


Nurul


Pak Sukani​


Batin Nurul berseteru dengan pikirannya saat dia memutuskan untuk mengambil tindakan fatal dengan mengizinkan Pak Sukani menginap di rumahnya malam ini. Nurul tidak sadar kenekatan macam apa yang telah dia lakukan mengingat baru sore tadi Nurul diperingatkan oleh Leni agar tidak terlalu dekat dengan suaminya itu. Namun pada malam harinya, Nurul seakan lupa dengan peringatan tersebut seperti angin lalu dan malah melakukan hal sebaliknya. Sekarang Nurul bukan lagi sekedar dekat, tapi sudah di lingkup yang dapat menimbulkan fitnah buruk diantara mereka.

Tentu saja awalnya Nurul menolak permintaan Pak Sukani tersebut dengan tegas. Bagaimanapun seorang wanita akhwat muslimah dan seorang istri shalihah seperti Nurul sangatlah tidak pantas berduaan dengan seorang pria yang bukan bagian dari mahramnya. Apalagi sampai membiarkan pria tersebut menginap dan tidur dalam satu atap dengannya. Meskipun Pak Sukani sudah dianggap seperti keluarga dekat oleh Nurul karena kebaikannya, tapi hal tersebut tidak menjamin seseorang untuk tidak terbujuk rayu syaiton.

Hal-hal yang tidak diinginkan pasti bisa saja terjadi karena bujukan dan rayuan iblis bisa datang kapanpun dan dimanapun. Bahkan tak peduli seberapa alim dan seberapa tangguh iman seseorang. Ketika situasi sekitar telah mendukung, kejadian yang tak diinginkan sekalipun pasti bisa saja terjadi. Karena kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan dan peluang untuk melakukannya. Jadi sebelum hal-hal tersebut terjadi, Nurul berusaha mencegah Pak Sukani untuk menginap dirumahnya.

"Maaf Pak! bukannya saya tidak percaya sama Pak Sukani. Tapi tidak baik perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya untuk tinggal dalam satu atap" jelas Nurul saat dia mencoba menolak permintaan Pak Sukani untuk menginap. Raut wajah Nurul sempat menjadi sedikit khawatir kalau saja perkataannya tersebut cukup menyinggung perasaan Pak Sukani.

Tapi Pak Sukani justru tertawa menanggapi jawaban serius Nurul tersebut "Hahahahaha. saya cuma becanda kok Mbak! gak mungkin lah saya mau menginap disini, nanti Leni marah-marah" balas Pak Sukani dengan begitu enteng bercanda.

Pak Sukani nampaknya sengaja membawa-bawa Leni istrinya untuk memancing reaksi dari Nurul. Karena setiap kali dia mengucap nama istrinya tersebut, ada perubahan di raut wajah Nurul yang menampakkan kesan ketidaksukaannya terhadap nama itu. Dan lagi-lagi apa yang dia coba buktikan ternyata benar adanya sebab Nurul tampak sedikit jengkel ketika mendengar nama itu.

Didalam hatipun Nurul sedikit terenyuh sakit saat Pak Sukani mengatakan kalau dia "Tidak Mungkin" sama sekali menginap di rumah Nurul karena takut dimarahi Leni istrinya. Entah kenapa tiba-tiba Nurul merasakan perasaan cemburu yang lumayan besar terhadap Leni. Nurul yang telah salah paham karena tadi sempat menganggap kalau Pak Sukani lebih ingin menemuinya ketimbang sang istri, justru dihadapkan pada kenyataan yang sebenarnya.

"Mbak kok diam?? gak lucu ya becandaan saya??" tanya Pak Sukani yang paham kalau sebenarnya Nurul sedang berpikir dengan keras. Namun sebagai pakar perayu wanita yang handal, Pak Sukanipun harus pandai dalam bermain kata dan mencairkan suasana kalau sekiranya si lawan bicara terjebak dalam pikirannya sendiri.

Nurul yang tersadar langsung cemberut ke arah Pak Sukani "Gak lucu Pak! saya kira bapak serius" jawabnya sedikit kesal karena sudah dipermainkan oleh Pak Sukani.

"Yasudah gimana kalau saya serius??" balik Pak Sukani pada pertanyaan awalnya. Ini adalah teknik tarik ulur yang sempurna untuk merubuhkan sebuah tembok besar yang menghalangi pikiran seseorang.

Dan kali ini, tembok Nurul lah yang roboh. "Terserah bapak!!" jawabnya jengkel karena mengira kalau Pak Sukani akan bercanda lagi. Namun Nurul tidak sadar kalau sebenarnya dia sudah terpancing seutuhnya dalam permainan pikiran Pak Sukani.

"Oke! kalau begitu saya nginap!" Ucap Pak Sukani tersenyum penuh kemenangan.

Sedangkan Nurul malah melongo tidak percaya kalau Pak Sukani kali ini tidak bercanda "Ba--bapak serius??" tanya Nurul tergugup.

"Iya! tadi kan mbak bilang terserah! yaudah saya nginap. lagian saya males pulang"

"Kenapa males??" tanya Nurul kembali.

Lalu Pak Sukani hanya mengangkat kedua bahunya "Ada deh!" balasnya bermain rahasia. Sebuah teknik yang pas untuk memancing rasa penasaran dari seseorang.

"Yaudah kalau begitu Bapak gak boleh nginap!!" balas Nurul membuang muka.

"Kok gitu????"

"Iyalah! alasan bapak tidak jelas!"

Pak Sukani tersenyum "Berarti kalau saya jelasin. saya boleh nginap gitu???" pancingnya lagi.

"Terserah!!" ketus Nurul masih jengkel.

Sedangkan Pak Sukani terkekeh dalam hati, berpikir kalau ini adalah sebuah langkah yang besar dalam percobaannya untuk menaklukan Nurul. Setiap sensasi dalam perburuannya kali ini terasa sangat menyenangkan dan sekaligus membangkitkan birahinya menjadi bergebu-gebu. Apalagi setelah langkah demi langkah yang dia ambil cukup berhasil dan berdampak baik pada kesempatannya. Membuat Pak Sukani semakin tidak ingin terburu-buru dengan waktu dan mencoba menikmati semua ini sebisa mungkin.

Terlebih lagi, saat ini Pak Sukani sudah mengubah sebagian rencana besarnya karena secara tidak sengaja dia bertemu dengan Susan. Pak Sukani yang awalnya hanya ingin menaklukan Nurul saja, sekarang mulai serakah dengan keinginannya sendiri dan berniat untuk membuat Nurul sebagai seorang selingan saja. Bukan sebuah hidangan utama lagi.

Dan untuk melakukan hal tersebut, tentu saja Pak Sukani harus membuat Nurul bertekuk lutut sepenuhnya sampai pada titik dimana Nurul merasakan cinta mati dan ketergantungan besar kepadanya. Pak Sukani harus bisa membuat Nurul menjadi wanita yang rela melakukan apa saja untuknya, tanpa harus diikat oleh embel-embel hubungan ataupun ikatan diantara mereka.

Jadi Pak Sukani bisa bebas menikmati Nurul kapan saja tanpa harus bertanggung jawab untuk menikahinya. Dan tentu saja rencana besar tersebut tidak akan berhasil jika Haris sang suami malah menentang hal tersebut, sehingga mau tak mau Pak Sukani pun harus bisa memperdaya Haris untuk merelakan istri akhwatnya itu dinikmati orang lain, tanpa dia harus menceraikan Nurul. Sebuah rencana besar yang memang harus membutuhkan kesabaran yang ekstra karena mengingat baik Haris ataupun Nurul adalah orang yang taat dalam agama.

Tapi Pak Sukani tak perlu berpikir terlalu jauh terlebih dahulu, karena yang harus dia lakukan sekarang adalah menarik simpati Nurul kepadanya sehingga secara tidak sadar wanita akhwat tersebut mulai melonggarkan pertahanannya. Dan cara terbaik untuk menarik simpati seseorang adalah dengan berbagi kisah dan curhat tentang masalah yang mereka alami.

"Leni selingkuh!" Ucap Pak Sukani tiba-tiba. Dia sengaja memelankan suapannya pada makanan seolah-olah dia memang sedang merasa ragu untuk bercerita, meskipun sebenarnya itu hanyalah sebuah akting.

Tapi tentu saja hal tersebut sangat mengejutkan bagi Nurul "Ma--maksud Bapak??" tanya Nurul gugup masih belum mencerna dengan baik.

"Leni punya pacar. mereka sudah berhubungan sangat lama" balas Pak Sukani menghentikan makannya dan menaruh sendok diatas piring. Pria tua itu sangat pandai berakting seperti dirinya memang sedang dirundung oleh masalah yang begitu besar.

"Astagfirullah!! Pak Sukani tau darimana??" tanya Nurul prihatin, tak tega sekali dirinya menatap sosok pria setengah baya di depannya tersebut terlihat lesu dan kehilangan nafsu makan seketika dia bercerita tentang masalah rumah tangganya.

Pak Sukani tersenyum kecut melanjutkan aktingnya "Saya pernah memergoki dia diam-diam menelfon dengan pacarnya itu, dan terakhir Leni juga pernah membawa pria itu kerumah"

"Astagfirullah!! apa Bapak sudah pernah ngomong sama Mbak Leni?? kenapa dia tega sekali!!" balas Nurul yang semakin tidak karuan dengan hatinya. Tak disangka Leni yang sehari-hari dia anggap sebagai wanita terhormat tersebut ternyata melakukan hal yang tidak sepantasnya diperbuat oleh seorang istri.

"Percuma Mbak! dia tidak pernah mau mendengarkan saya" ungkap Pak Sukani begitu pasrah.

Sehingga memantik sedikit kemarahan dalam hati Nurul "Kok bisa?? bapak kan suaminya dia!!!" balas Nurul terheran tidak percaya.

"Ceritanya rumit dan panjang. Saya gak yakin kalau saya bisa menceritakan semua ini kepada Mbak Nurul" geleng Pak Sukani masih sambil tersenyum kaku.

Memancing rasa keingintahuan Nurul menjadi lebih "Kenapa?? Bapak gak perlu takut! saya bisa menjaga rahasia kok" balas Nurul tiba-tiba saja memegang tangan Pak Sukani yang berada diatas meja. Menunjukkan kalau dirinya adalah orang yang bisa dipercaya oleh Pak Sukani secara penuh.

Tentu saja sikap tersebut sangat spontan dilakukan oleh Nurul karena dia merasakan simpati yang cukup mendalam terhadap Pak Sukani. Apalagi saat tangan kecil nan lembut miliknya tersebut menyentuh dan memegang tangan Pak Sukani yang bertekstur kasar itu, terasa seolah tangan kasar itu ingin menjelaskan kalau dia begitu kedinginan dan butuh perhatian hangat yang lebih.

Pak Sukani lalu tersenyum hangat, berbalik menggenggam tangan Nurul dan mengelusnya dengan lembut secara perlahan. Mulutnya pun akhirnya mulai bercerita bagaimana kisah kehidupan awalnya bersama sang istri yang tidak semulus dan sebagus apa yang terlihat sekarang. Pak Sukani bercerita bagaimana dulu Leni terpaksa menikahinya karena dijadikan sebagai alat penebus hutang oleh kedua orang tuanya.

Saat itu Pak Sukani sempat merasa keberatan karena melihat Leni yang masih cukup muda dan tak ingin menikahinya. Akan tetapi hutang tetaplah hutang, dimana hal tersebut harus dibayar tidak peduli bagaimanapun caranya. Sehingga kemudian Pak Sukani pun menerima kesepakatan tersebut karena merasa dirinya juga butuh seseorang yang bisa mengobati rasa sakit hati akibat ditinggal cerai oleh istri pertamanya.

"Trus Mbak Leni akhirnya mau menikah sama bapak??" sela Nurul yang penasaran. meskipun dia tahu jawabannya karena memang sekarang Leni sudah menjadi istri sah Pak Sukani dan juga sudah memiliki seorang putra.

Pak Sukani mengangguk "Iya Mbak! dia akhirnya pasrah dan mau menikah dengan saya. Tapi--" ucap Pak Sukani berhenti.

Lalu dia kemudian menlanjutkan bercerita bagaimana ternyata Leni sudah punya pujaan hatinya sendiri, yaitu seorang pria yang bernama Daniel. Dari orang tua Leni, Pak Sukani mengetahui kalau Leni dan Daniel sudah menjalin asmara semenjak mereka masih duduk dibangku SMA. Namun Daniel hanyalah seorang pemuda urak-urakan dan selalu suka bermain-main dalam hidupnya, sehingga orang tua Leni pun melarang mereka saling berhubungan. Akhirnya setelah Leni menikah dengan Pak Sukani dan jauh dari orang tuanya, barulah Leni kembali berhubungan dengan pria tersebut secara diam-diam dibelakang Pak Sukani.

"Astagfirullah!! Saya tidak menyangka kalau Mbak Leni seperti itu" ucap Nurul kaget mendengar semua cerita ini. Ternyata wanita berwajah lugu seperti Leni sekalipun bisa menyimpan sesuatu yang buruk dengan sangat baik. Hati Nurul seketika menjadi panas masih tidak percaya kalau Leni tega bermain serong dibelakang suaminya sendiri. Apalagi suami yang sangat baik dan perhatian seperti Pak Sukani.

"Trus kalau sudah begini, Pak Sukani kenapa diam saja??" tanya Nurul yang kembali penasaran dengan cerita Pak Sukani. Sekarang dirinya tampak mulai tidak terima dengan sikap Pak Sukani yang tidak mengambil tindakan tegas untuk membuat Leni berhenti berselingkuh.

Reaksi yang sudah diharapkan oleh Pak Sukani terjadi sebelum dia masuk ke tahap selanjutnya, "Saya cinta sama dia Mbak!" Kata Pak Sukani berbohong.

Daritadi Pak Sukani telah sengaja bercerita secara sepihak dan membuatnya seolah-olah menjadi orang yang sangat terluka dalam masalah yang tengah dihadapinya tersebut. Dan sekarang nasibnya itu semakin terlihat menyedihkan ketika dia mengungkapkan bahwa dirinya masih tetap mencintai Leni meskipun dia telah berselingkuh sekalipun dengan orang lain.

"Tapi kan dia sudah selingkuh Pak??!!" balas Nurul tidak terima.

Namun langsung menjawab "Saya merasa tidak masalah! selama dia masih berada disisi saya" ucap Pak Sukani dengan lantang.

Membuat Nurul Secara tidak sadar diingatkan kembali oleh ucapan dan kata-kata suaminya tempo hari. Dimana Haris juga mengatakan hal yang hampir sama kepada Nurul andaikata suatu hari dirinya memutuskan untuk berselingkuh, Maka Haris pun akan tetap dan selalu mencintainya. Sungguh Nurul mau tak mau merasa semakin kasihan terhadap Pak Sukani sekaligus marah kepada Leni yang telah menyia-nyiakan cinta lelaki yang begitu hebat.

"Coba aja saya yang jadi Mbak Leni, pasti saya gak bakal lakuin semua itu sama Bapak" balas Nurul spontan tak paham apa yang dia ucapkan tersebut sudah hampir melenceng jauh dari hanya sekedar ucapan penenang. Bahkan sekarang secara terang-terangan Nurul malah balik mengelus-elus tangan Pak Sukani yang sudah tergenggam nyaman sekian lama itu.

Disisi lain Pak Sukani merasa bahagia, bukan karena dia mendengar pengakuan dari Nurul yang secara tidak langsung ingin berada di posisi Leni, namun karena apa yang dia rencakan untuk malam ini sudah berhasil dan selesai. Sekarang Pak Sukani sudah mendapatkan simpati besar dari Nurul sehingga kedepannya wanita akhwat tersebut akan bersikap lebih perhatian pula terhadapnya.

Pak Sukani hanya tinggal membuat Nurul menjadi wanita yang lebih sedikit berani mengungkapkan isi hatinya. sehingga nanti perempuan akhwat itupun semakin nyaman berada di dekatnya dan perlahan-laha mulai kehilangan rasa malu.

"Hahaha. Mbak bisa aja ngomongnya! saya jadi tersanjung" Ucap Pak Sukani mencoba menanggapi ucapan Nurul tadi dengan sebuah tawa. Tampaknya atmosfir diantara mereka menjadi sedikit berat dan butuh pencairan suasana terlebih dahulu.

Namun Nurul masih dalam keadaan serius "Beneran Loh Pak! kalau saya yang jadi istrinya bapak, saya pasti gak bakalan menyia-nyiakan cinta bapak sama saya" balas Nurul dengan gamblangnya. Sekarang dia malah melakukan perumpamaan yang cukup melewati batas.

"Hahaha. gak mungkinlah Mbak Nurul jadi istri saya! yang ada malah jadi selingkuhan nanti" pancing Pak Sukani mencoba meneruskan niat dan rencananya. Padahal tadi Pak Sukani sudah tidak berniat lagi menggoda Nurul lebih jauh. Namun setelah Nurul menunjukkan reaksi yang lebih bagus dari perkiraannya, maka tak salah jika sekarang dia memutuskan untuk lanjut.

Tapi tampaknya memang pembicaraan tersebut sudah terlanjur melewati batasnya, "Astagfirullah!! kalau itu saya gak mau Pak!" balas Nurul kemudian menarik tangannya dari genggaman Pak Sukani. Dia jadi tersadar kalau simpati dan rasa prihatinnya sudah memancing-mancing syaiton untuk mulai mempengaruhi pikiran sehatnya.

"Hahaha. saya becanda kali Mbak! mana mungkin saya ajakin Mbak selingkuh!!" Ucap Pak Sukani mengerem aksi sepik-sepik iblisnya. Hampir saja diri Pak Sukani terlena lepas kendali dan mengambil langkah yang salah. Bisa-bisa usahanya yang dari awal sudah susah payah dia bangun jadi runtuh berantakan dan membuat Nurul kembali memperkuat pertahanannya.

"Gak lucu becandanya!" jawab Nurul memonyongkan bibirnya dengan gemas kearah Pak Sukani dan berpura-pura tidak suka dengan perkataan tersebut.

Namun dalam hati, Nurul menjadi sangat berdebar-debar dengan ajakan Pak Sukani tersebut yang memang sangat tidak etis untuk diucapkan kepada seorang istri shalihah seperti Dia. Apalagi jika ada orang lain yang mendengarkannya, bisa-bisa mereka berdua diarak keliling kampung karena sudah berbuat sesuatu yang tak sepantasnya dilakukan oleh orang yang sudah memiliki pasangan sah masing-masing.

Tapi tak bisa dipungkiri juga, setelah mendengar kata "Selingkuh" keluar dari mulut orang yang diam-diam dikagumi oleh Nurul, mau tidak mau Nurulpun menjadi sedikit terpikirkan bagaimana seandainya jika dia menerima ajakan pria tua tersebut. Apakah Nurul akan menjadi lebih bahagia?? atau malah kesengsaraan yang datang kepadanya??

Pemikiran itupun berkecamuk semakin berlanjut hingga membuat Nurul menjadi tidak bisa tidur sampai malam semakin larut dan hujan diluar semakin deras. Sekarang dia sudah berguling-guling diatas kasur empuk miliknya namun mata itu masih saja nyalang kemana-mana. Dibagian dadanya juga, suara berdebar-debar masih saja terasa sangat jelas sampai pada titik dimana Nurul merasa kalau suara itu mengalahkan suara hujan yang lebat diluar sana.

Badan Nurul pun terasa semakin panas ketika lagi-lagi dia mencoba membayangkan "Perselingkuhan" di dalam batinnya dengan Pak Sukani. Entah karena didukung oleh suasana yang dingin serta larutnya malam, imajinasi Nurul semakin menjadi-jadi tak dapat berhenti.

Jam dinding yang menunjukkan waktu sudah hampir pukul 3 pagipun menjadi pertanda kalau Nurul dan Pak Sukani sudah berpisah sekitar 3 jam yang lalu. Pak Sukani yang merasa dirinya lelah, lalu berpamitan tidur duluan di sofa ruang tamu setelah mereka selesai makan dan berbincang-bincang sebentar. Sedangkan Nurul yang tak tau mau melakukan apa, akhirnya memutuskan untuk pergi tidur di kamarnya. Namun meski sudah beberapa jam terlewati, mata itupun belum saja bisa diajak kompromi.

"Tok!! tok!! tok!! tok!!" suara Pintu kamar Nurul terdengar diketuk.

"Mbak! Mbak Nurul!!" panggil Pak Sukani dengan suara agak parau.

Nurulpun berjungkit dari tempat tidurnya dan kemudian membuka pintu "Kenapa Pak??" tanyanya heran melihat Pak Sukani tampak membungkus badannya dengan selimut.

"Maaf Mbak! apa Mbak Nurul punya tolak angin??"

"Waduh! Pak Sukani kenapa?? Bapak masuk angin??" tanya Nurul panik dan langsung mengarahkan telapak tangannya ke dahi Pak Sukani. Seketika tangannya yang dingin tersebut langsung terasa panas saat menyentuh dahi pria tua itu. "Astagfirullah!! badan bapak panas!!" lanjutnya.

"Hehehe. mungkin karena tadi ujan-ujanan Mbak" balas Pak Sukani terkekeh.

"Yasudah bapak duduk dulu aja. Biar saya ambilin tolak angin sebentar" ucap Nurul yang berjalan tergesa-gesa ke arah dapur. sementara Pak Sukani mulai meresakan sedikit pusing dan ngilu disekujur tubuhnya.

Namun sekembalinya dari dapur, Nurul ternyata tidak hanya membawa tolak angin saja. Nampak di tangan kanannya dia juga tampak membawa segelas teh hangat yang dicampur dengan jahe.

"Diminum dulu Pak! biar anget" suguh Nurul menyodorkan gelas yang dibawanya. setelah itu tak lupa dia juga menyerahkan satu sachet tolak angin untuk meredakan panas Pak Sukani. Tampak sekali raut wajah Nurul yang sangat khawatir seolah-olah dia sedang mendapati kalau suaminya yang sedang jatuh sakit.

Pak Sukani tersenyum menyerahkan gelas kosong yang sudah diminumnya "Makasih Mbak!!" ucapnya senang. Kali ini dia sedang tidak berakting sakit, namun justru benar-benar sedang meriang. Pak Sukani sangat senang karena Nurul terlihat khawatir dengan keadaannya.

"Buka bajunya Pak!!" pinta Nurul tiba-tiba hampir membuat jantung Pak Sukani copot. Pria tua yang tengah sakit itu mengira kalau Nurul akan melakukan hal mesum terhadapnya.

Tapi semua itu hanyalah sebuah prasangka saja, "Biar cepat sembuh saya kerokin Pak!" ucap Nurul kemudian menunjukkan alat kerokan berupa minyak kayu putih dan sebuah uang logam.

"Udah sakit masih mesum aja kau sukani!!" umpat Pak Sukani kepada dirinya sendiri.

Akhirnya dengan sedikit bantuan dari Nurul, Pak Sukani pun melepas baju kaos yang sedang digunakannya hingga dia pun bertelanjang dada dihadapan Nurul yang tampak tidak sadar pemandangan yang ada di depannya. Nurul yang diliputi rasa khawatir nampaknya tidak punya kesempatan untuk berpikir ke arah lain selain membantu meringankan sakit Pak Sukani dengan kerokan.

"Baca bismillah ya Pak!" Ucap Nurul yang mulai mengolesi minyak kayu putih di punggung bagian kanan Pak Sukani. Kemudian setelah merata, dengan telaten Nurul mulai menggores-gores punggung tersebut dengan uang logam yang sudah disiapkannya.

"Ughhhhh" Ucap Pak Sukani sedikit meringis merasakan perih pada kulit punggungnya. Ini adalah pertama kalinya Pak Sukani dikerok karena dari dulu dia lebih memilih untuk tidur saja ketika ada sakit yang menyerang tubuhnya. Kehidupan yang keras mengajarkannya untuk tidak terlalu bermanja-manja dengan penyakit ringan seperti meriang yang dirasakannya saat ini.

Nurul tersenyum gemas melihat Pak Sukani menggerak-gerakkan punggungnya "Bapak kenapa?" ucapnya pura-pura bertanya.

"Gelii Mbak!! aduhh!! sakitt!" balas Pak Sukani yang merasakan antara geli dan sakit disaat yang bersamaan. Sensasi perih pada kulit punggungnya tersebut juga terasa semakin membuat hangat badannya.

"Ihh!! Pak Sukani gelian kayak anak kecil!!" Komentar Nurul yang semakin gemas saja melihat tingkah Pak Sukani. Sementara tangan Nurul masih aktif menggosok-gosok kulit punggung Pak Sukani yang sudah mulai memperlihatkan memar merahnya.

Selang tak berapa lama kemudian, Nurul pun akhirnya selesai dengan bagian punggung belakang Pak Sukani, nampak punggung pria tua yang berwarna sedikit hitam tersebut sudah penuh dengan garis-garis merah yang cukup banyak.

"Nah, sekarang balik badan Pak!" Ucap Nurul spontan karena memang dia ingin menggosok bagian dada Pak Sukani. Sebenarnya kerokan untuk mengobati masuk angin cukup didaerah punggung saja, namun secara tidak sadar Nurul menyuruh Pak Sukani berbalik badan karena kebiasan melakukan hal yang sama ketika sedang mengerok Haris suaminya.

Dan tentu saja Pak Sukani yang disuruh pun langsung membalikkan badannya jadi berhadap-hadapan dengan Nurul "Depannya juga ya Mbak??" tanyanya yang sedikit merasa bingung. Meski Pak Sukani belum pernah dikerok seumur hidupnya, tapi setidaknya dia tau kalau kerokan itu biasanya di bagian punggung saja.

"Eh??!! iya Pak!! Se--sekalian aja biar sembuh!!" jawab Nurul yang tergugup dan terpaksa berbohong. Sebenarnya dia juga baru sadar dengan apa yang sudah dilakukannya tersebut. Tapi karena sudah terlanjut, akhirnya Nurul pun berbohong begitu saja.

Namun kali ini Nurul mulai merasa gemetar dan gugup diwaktu yang sama. Dihadapannya kini terdapat seorang pria yang tengah bertelanjang dada dan memperlihatkan bagian atasnya dengan begitu jelas. Nurul berpikir apakah dirinya yang seorang perempuan akhwat itu pantas bersentuhan dengan seorang laki-laki yang bukan mahramnya tersebut, padahal sedari tadi dia sudah sering sekali menyentuh kulit Pak Sukani dengan tangannya namun penolakan batin itu baru terjadi sekarang.

"Kan cuma buat obat saja!" yakin Nurul dalam hatinya yang mulai merasa ada penolakan. Tapi disisi lain dia juga tidak ingin mengurungkan niatnya tersebut karena sudah terlanjur berbuat sejauh ini untuk membantu Pak Sukani.

"Tapi kan ini sudah termasuk zina" balas batin Nurul yang sekarang mulai terpecah menjadi dua antara melanjutkan atau tidak.

Dan hati itupun semakin berperang satu sama lain tak ada yang mau mengalah "Niatnya kan cuma membantu! dan yang penting itu niat!" balas Hati yang ingin melanjutkan.

"Tapi tetap saja menyentuh laki-laki lain itu hukumnya haram" jawab Hati yang tidak.

Pikiran Nurul menjadi semakin tidak waras dengan perseteruan batinnya tersebut hingga tanpa sadar tangannya mulai bergerak kedepan mengolesi dada Pak Sukani dengan minyak kayu putih. Sentuhan tersebut entah kenapa memberikannya sebuah sensasi seperti tengah tersengat arus aliran listrik kecil. Apalagi Nurul yang tadinya hanya mengolesi minyak tersebut dengan jarinya, sekarang malah berubah menggunakan telapak tangannya yang terlihat mulai meraba-raba dada Pak Sukani yang keras namun tak terlalu bidang tersebut.

Sentuhan tangannya di dada Pak Sukani itu semakin lama terasa semakin menagihkan. Nurul seakan tidak paham dengan reaksi tubuhnya sendiri yang mulai merasakan gejolak dan desiran yang tak dapat dia gambarkan. Padahal semua ini hanyalah sebuah sentuhan biasa yang tadinya juga sudah sempat dia rasakan berkali-kali dengan kulit punggung Pak Sukani.

"Mbak Nurul kenapa?? kok diam aja??" tanya Pak Sukani yang melihat Nurul tak mengeluarkan suara sedikitpun. Padahal tadinya ketika dia mengerok bagian punggung, Nurul sangat cerewet dengan mengerjai Pak Sukani yang sangat mudah kegelian. Tapi sekarang sosok itu seperti diam seribu bahasa tak mengeluarkan suara.

"Eh??!! gapapa Pak!!" balas Nurul terkejut. Tidak sadar dia malah larut dalam lamunannya yang semakin memabukkan itu. Nafasnya pun tiba-tiba menjadi semakin berat dan tubuhnya terasa sangat panas dibeberapa bagian.

"Astagfirullah maafkan aku ya tuhan" batin Nurul berontak dan meminta maaf karena sudah terpengaruh pikiran yang aneh-aneh. Dan untung saja dia dengan cepat menghentikan olesan tangannya di dada Pak Sukani dan langsung berganti menggosoknya dengan uang logam.

"Aaaawww!! pelan Mbak!!" protes Pak Sukani yang merasa kalau gosokan Nurul lumayan kasar.

Sehingga mau tak mau Nurul pun menjadi sadar kembali "Astagfirullah maaf Pak!!" balas Nurul yang panik dan menghentikan kegiatannya di dada Pak Sukani.

Pak Sukani menatap heran kearah wajah Nurul yang terbungkus hijab tersebut seperti mencari sebuah penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Nurul yang tiba-tiba menjadi pendiam. Namun yang tampak olehnya justru wajah memerah padam Nurul yang terlihat seperti seekor udang yang direbus. Matanya nampak sayu dan nafasnya sedikit terengah-engah tidak beraturan.

"Mbak!" panggil Pak Sukani dengan lembut. Dia tersadar kalau ternyata ada yang tidak beres dengan sikap Nurul. Dan Pak Sukani tau apa hal tersebut.

Namun Nurul tidak menanggapinya dan masih tertunduk tidak berani menatap balik wajah Pak Sukani. hatinya sedang bergemuruh tak dapat mengendalikan dirinya yang tengah dilanda oleh nafsu durjana pemberian syaiton yang terkutuk. Nurul tak menyangka kalau dirinya yang seorang perempuan shalihah tersebut sangat mudah terangsang hanya karena sebuah sentuhan yang sepatutnya bertujuan untuk membantu saja.

"Se-kesepian itukah aku hingga mudah merasa seperti ini??" tanya Nurul dalam hatinya. Mencoba mencari penjelasan dari hati tersebut yang sekarang tampaknya sudah terbagi dua antara hati seorang wanita akhwat shalihah, atau hati seorang perempuan yang tak pernah dipuaskan hasrat dan batinnya.

"Maafkan saya Pak!!" Ucap Nurul yang tiba-tiba beranjak dari duduknya lalu pergi begitu saja masuk ke dalam kamar.

Sedangkan Pak Sukani tersenyum melihat Nurul meski saat ini dia ditinggal tanpa basa-basi sedikitpun, "Hampir aja gue embat" Ucap Pak Sukani begitu gemas dengan dirinya sendiri karena hampir saja tidak tahan. Beruntung rasa meriang dalam dirinya masih mencegah dan meredam pikiran kotornya sehingga rencana yang sudah dia susun sebelumnya pun tidak hancur berantakan.

Mencicipi tubuh Nurul saat ini hanya akan membuat perempuan akhwat tersebut menjauhi Pak Sukani dikemudian hari dan menimbulkan masalah dalam rumah tangganya bersama Haris. Sesuatu yang tentunya tidak diinginkan oleh Pak Sukani karena Pertahanan Nurul yang baru hancur setengah itu nampaknya masih bertahan dengan kuat dan kokoh. Ibarat sebuah buah-buahan, Nurul saat ini masih dalam keadaan setengah matang dan belum siap untuk dinikmati seutuhnya.

#Bersambung.............


kentang lagi deh suhu.. tampaknya kita semua kudu bersabar untuk menyaksikan Nurul dijinahi secara penuh. kwkwkwkw
maapin kalau ada typo ya suhuu... dan kalau feelnya gak enak. mungkin suhu kebawa saya yg lagi sakit. kwkwkwk

btw gimana nih menurut suhu tentang rencana baru Pak Sukani??? udah oke belum???
Mantap suhu, temponya dijaga jgn terlalu cepat nanti g dpt feelnya dan jgn terlalu lama tar ssi sm nurulnya jadi basi heheh
Btw blm pernah sy lihat ssi serapi punya sukani ini huu, nurul jadi kepikiran buat selingkuh akhirnya. tinggal nakhlukkin haris abis itu ehm ehm deh :p
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd