Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
Wah saya setuju ne, pemeran wanita nya ditambah hu, ga fokus ke Nurul Mulu, perlu di selingi kisah wanita yg lain. Kalo proses ekse Nurul masih lama, bisa di selingi as pemeran wanita yg lain. Kalo pun pemeran wanita yang lain adegan nya ss aja. Kalo Nurul kan kebanyakan drama.
 
Chapter 17 : Alasan Membenci



Nurul


Pak Sukani


Ibu Halimah


Mario​

Kedekatan antara Nurul dan Pak Sukani semakin hari semakin terjalin begitu erat, meskipun awalnya masih ada sedikit kecanggungan dalam diri Nurul setelah kejadian pada malam Pak Sukani menginap dirumahnya. Tapi ketika pagi hari, Nurul berusaha untuk meminta maaf kepada Pak Sukani karena sudah bersikap tidak jelas dan meninggalkan dia tanpa alasan.

Dab dengan aktingnya sebagai pria gentle, Pak Sukani pun berkata kalau dia memaklumi sikap Nurul tersebut sebagai sikap yang berusaha menjaga diri sendiri. Tak lupa pula Pak Sukani menyelipkan kata-kata "Saya juga bisa khilaf" yang membuat dia seolah-olah juga hampir melewati batas tersebut. Dan tentu saja sifat palsu itu sukses menyihir hati Nurul yang semakin mengagumi sosok Pak Sukani dan menjadi merasa terlindungi setiap saat.

Sudah beberapa hari pula waktu berjalan setelah Pak Sukani menginap di rumah Nurul. Kini Nurul sudah tidak canggung lagi berada didekat Pak Sukani bahkan terkadang sering kali melakukan kontak fisik dengan Pria tersebut. Bagi Nurul, sudah terlanjur untuknya bersikap seperti wanita akhwat shalihah yang terlalu ketat karena telah berulang kali dia bersentuhan dengan pria lain. Serta tak dapat dipungkiri juga kalau Nurul merasa bahwa dia mulai membutuhkan sentuhan-sentuhan itu agar dapat mengatasi rasa kesepiannya yang semakin hari semakin tak terkontrol.

Seperti pada siang hari ini saja, Nurul tampak tak segan-segan berjalan bergandengan tangan dengan Pak Sukani disebuah Mall besar yang ada di ibukota. Pak Sukani sengaja mengajak Nurul untuk sekedar jalan-jalan dan melepas penat karena selalu berdiam diri dirumah tak ada kerjaan sama sekali. Bak gayung bersambut, Nurul yang merasa kesepian pun tak dapat menolak tawaran tersebut karena juga sudah lama dirinya tidak pergi merefreshing diri dan pikiran.

Jadi selama 1 jam lebih, mereka kemudian memilih berkendara ke ibukota agar keduanya bisa lebih leluasa menikmati jalan-jalan tanpa harus takut dikenali oleh orang sekitar. Lebih kagetnya lagi, ide ini diusulkan oleh Nurul sendiri agar kegiatan "Kencan"-nya bersama Pak Sukani tersebut dapat dinikmatinya dengan maksimal.

Sungguh keduanya tampak terlihat seperti pasangan suami istri yang baru saja menikah dan sedang dalam keadaan yang lengket-lengketnya. Bahkan tadi selama mereka menonton dibioskop, Nurul tidak canggung sama sekali merebahkan kepalanya di bahu Pak Sukani persis seperti adegan-adegan romantis yang ada film. Pak Sukanipun membalas perlakuan mesra Nurul tersebut dengan merangkul bahu istri Haris itu dengan begitu erat serta sesekali dia menciumi ujung kepala Nurul yang tertutup sebuah hijab lebar.

Dimomen itu sebenarnya Nurul sempat merasakan pergolakan batinnya yang bersalah kepada Haris suaminya, namun tak bisa dia pungkiri juga kalau perlakuan Pak Sukani tersebut benar-benar menghanyutkan dan membuatnya semakin nyaman berada disisi pria tua itu. Sekarang juga Nurul tidak mau ambil pusing lagi dengan statusnya sebagai akhwat muslimah ataupun seorang istri shalihah karena beranggapan perbuatannya tersebut masih dibatas yang wajar-wajar saja.

Nurul mulai berpikir bahwa berpegangan tangan ataupun berangkulan adalah hal yang lumrah-lumrah saja antara dua orang yang sudah seperti keluarga tersebut. Tak ada lagi yang perlu dia ributkan karena Nurul pun sudah menganggap Pak Sukani sebagai bagian dari dirinya. Nurul sudah lupa bahwa tidak ada hukum dalam agamanya yang menjelaskan kalau dia berhak bersentuhan dengan pria yang bukan mahramnya selama mereka sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

"Jalan udah, nonton udah, belanja juga sudah. Kamu mau ngapain lagi Mbak???" tanya Pak Sukani tersenyum melihat Nurul yang terus menggandeng tangannya selama mereka berada disini.

"Makan yuk Mas!!" balas Nurul yang tiba-tiba memanggil Pak Sukani dengan sebutan "Mas". Memang beberapa hari ini Nurul semakin sering keceplosan memanggil Pak Sukani dengan panggilan tersebut karena merasa seperti sudah sangat akrab.

Namun dia langsung tersadar dan mengoreksinya "Duh! maksud saya, Bapak" ucap Nurul yang merona dibalik cadar yang sedang dipakainya. Entah karena dia merasa terlalu nyaman dengan Pak Sukani, akhirnya dia keceplosan lagi. Namun jantungnya jadi berdegub-degub tidak karuan seperti seorang remaja sedang dalam keadaan jatuh cinta ketika dia memanggil Pak Sukani seperti itu.

"Hahaha. dipanggil Mas lagi. kayaknya enak tuh kalau sering-sering" Goda Pak Sukani yang cukup terkejut juga mendengar Nurul memanggilnya seperti itu.

Bahkan tiba-tiba saja penis dalam celana Pak Sukani jadi berdiri mendengar suara Nurul yang begitu lembut memanggilnya dengan sebutan yang lebih akrab tersebut. Apalagi sekarang Nurul berpakaian seperti seorang akhwat betulan karena menggunakan baju syar'i dan berhijab lebar lengkap dengan cadarnya. Yang membuat Pak Sukani merasa kalau dirinya seperti mempunyai seorang istri akhwat shalihah sungguhan.

Nurulpun kemudian tersenyum dan memeluk erat tangan Pak Sukani "Yaudah kalau gitu mulai sekarang saya panggil Mas aja!" ucapnya merasa senang.

Nurul mendekap lengan Pak Sukani tersebut dan menempelkan kedua gundukan daging payudaranya secara tidak sadar di lengan Pak Sukani sehingga dia semakin tak dapat mengontrol diri. Pak Sukani tak menyangka kalau Nurul berubah begitu agresif setelah kejadian dia menginap pada malam itu. Sekarang rasa malu Nurul tampak sudah mulai berkurang dan berpeluang untuk ditaklukkan sebentar lagi.

"Kalau gitu biar adil saya panggil kamu Dik Nurul aja" Balas Pak Sukani mencubit pipi Nurul di balik cadarnya. Kedua anak manusia ini tampak begitu romantis hingga menjadi lupa dengan norma dan status mereka masing-masing. apalagi rentang umur mereka yang sebenarnya bisa dibilang sebagai pasangan ayah dan anak, namun tingkah mereka seperti seorang remaja yang baru mengenal apa itu cinta.

"Terserah Mas mau manggil apa" balas Nurul yang menuntun tangan Pak Sukani.

Setelah menikmati makanan disebuah restoran mewah, Nurul dan Pak Sukani pun akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah. Karena terhitung sejak jam 10 pagi tadi, mereka sudah berjalan-jalan cukup lama hingga tak sadar kalau sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, yang berarti mereka sudah berkeliling-keliling di ibukota selama 8 jam lebih lamanya.

Dalam perjalanan pulang, Nurul tertidur pulas di dalam mobil karena sudah kehabisan tenaga akibat terlalu bersemangat. Rasanya Nurul begitu bahagia menikmati acara jalan-jalan ini sampai-sampai dia melupakan kewajiban lima waktunya yang sudah dua kali terlewati.

Perlahan-lahan tampaknya Nurul mulai terbawa-bawa oleh bisikan syaiton yang semakin hari semakin kuat menggoda imannya. Dan ketika sampai dirumahpun, waktu sudah menunjukkan pukul 7 lewat sedikit yang mana sekali lagi Nurul kembali melewatkan kewajibannya sebagai seorang muslimah untuk ketiga kalinya.

Tapi teguran keras dari tuhan langsung datang kepada Nurul saat dia baru menginjakkan kakinya turun dari mobil. Hari-hari menyenangkan yang terasa sangat singkat itu langsung berubah menjadi neraka seketika dia melihat ada sosok yang tengah duduk di depan rumahnya. Ternyata sedari tadi Nurul sudah ditunggu oleh Ibu Halimah yang tampak tersenyum melihat kepulangan anaknya tersebut.

"Darimana Nak??" tanya Ibu Halimah begitu ramah saat melihat Nurul berjalan gontai mendekatinya.

Nurul yang masih dalam keadaan mengantuk tersebut langsung sadar seratus persen menyadari kalau waktu bersenang-senangnya sudah usai "Umi ngapain disini??" tanya Nurul berbalik tidak menjawab pertanyaan Uminya.

"Ya pengen ketemu kamu lah! kamu darimana?? kok baru pulang" tanya Ibu Halimah masih terlihat sabar.

Sedangkan Nurul mengacuhkannya begitu saja dan berjalan ke arah pintu "Bukan urusan Umi" balasnya sedikit ketus, lalu masuk ke dalam rumah.

Dari dalam mobil, Pak Sukani pun akhirnya ikut turun perlahan membawa barang-barang belanjaan Nurul yang lumayan banyak tersebut. Tadi Pak Sukani sudah mempersilahkan Nurul untuk masuk duluan ke dalam rumah. Dan dia sendiri yang menawarkan diri untuk membawa barang-barang belanjaan itu.

"Ada tamu??" tanya Pak Sukani yang heran melihat seorang wanita yang berpakaian cukup mewah berdiri diam di teras rumah. Dengan sekali lihat saja, Pak Sukani sudah tau kalau perempuan tersebut bukanlah orang biasa-biasa.

Ibu Halimah yang mendengar suara, langsung membalikkan badannya ke arah Pak Sukani "Loh?? Bapak siapa??" tanyanya heran melihat ada seorang pria yang sudah agak berumur berdiri membawa barang belanjaan. Ibu Halimah menebak kalau mereka hampir seumuran.

"Saya Sukani Buk. Ibu siapa??? ada perlu sama Dik Nurul kah???" tanya Pak Sukani sambil memperkenalkan dirinya dengan ramah.

Sedangkan Ibu Halimah malah menatap Pak Sukani dengan tatapan yang menilai dari atas sampai bawah "Bapak pembantunya Nurul??" tanyanya penuh selidik. Namun ketika dia melihat pakaian yang dikenakan oleh pria tersebut, Ibu Halimah tau kalau dia bukanlah di level seorang pembantu ataupun seorang sopir.

"Oh Bukan Buk! saya--" belum sempat Pak Sukani meneruskan pengenalannya, Nurul kembali keluar dari arah pintu dan memanggil Pak Sukani "Mas ngapain?? masuk buruan!!" perintahnya yang ketus. Membuat Pak Sukani pun jadi sedikit bergidik ngeri melihat Nurul untuk pertama kalinya semarah itu.

"Loh?? Ini ada tamu Dik" tunjuk Pak Sukani ke arah Ibu Halimah.

"Bukan tamu! orang gak jelas itu" jawab Nurul yang sudah tidak tahan ingin segera mengusir Ibu Halimah dari rumahnya.

Tapi belum sempat Pak Sukani beranjak dari tempatnya, Ibu Halimah sudah menyela duluan "Saya Halimah!! Ibunya Nurul" tegasnya sambil menjulurkan tangannya ke arah Pak Sukani yang mematung mendengarkan perkataan tersebut.

"Ah! Ibu jangan becanda dong! gak mungkin Mbak Nurul punya ibu kayak sampean" Balas Pak Sukani yang tersenyum tidak percaya apa yang barusan didengarnya.
Seorang wanita berpakaian minim dan seksi seperti ini rasanya sangat tidak mungkin untuk menjadi sosok ibu dari perempuan lugu dan alim seperti Nurul. Apalagi secara tidak sadar Pak Sukani melirik kearah liontin yang dipakai wanita tersebut yang melambangkan simbol dari agama yang berbeda dari yang dianut oleh Nurul.

Nurulpun tersenyum tampak puas dengan reaksi Pak Sukani tersebut "Tuh!! Umi liatkan??? orang lain pun pasti gak bakalan yakin kalau Umi adalah ibunya Nurul. Jadi gak usah repot-repot jelasin segala!" balas Nurul merasa senang.

"Tapi kenyataannya kamu memang anak Umi Nak!!" balas Ibu Halimah begitu santai menanggapi Nurul, Seolah-olah dia belum kalah sama sekali.

"Tunggu!! tunggu!! tunggu!!!" sela Pak Sukani yang masih mencoba mencerna situasi dikepalanya. "Jadi ini beneran Ibu kamu Dik??" tanya Pak Sukani kepada Nurul dengan tatapan tidak percaya.

Sedangkan Nurul hanya bisa mengangkat bahunya dan berkata "Dulu! sekarang udah enggak" balasnya.

"Ya gak bisa gitu dong! sekali ibu tetaplah ibu! Iya gak Pak???!!" protes Ibu Halimah yang mencari pembenaran kepada Pak Sukani.

"Duh!! saya gak ikutan deh Buk" balas Pak Sukani yang mengangkat tangannya. Dia yang masih bingung dengan keadaan memilih untuk tidak ikut campur dalam masalah anak dan ibu ini terlebih dahulu.

Namun tiba-tiba Nurul kembali bersuara "Sudah Umi! Nurul lagi capek gak mau ribut!" ucapnya sambil sedikit memelas.

Nurul merasa dia hanya akan membuang-buang energi saja jika dia mulai kembali berseteru dengan Uminya tersebut. Lebih baik untuk sekarang menghindar terlebih dahulu karena Nurul hanya akan semakin tersiksa kalau sudah berurusan dengan Ibunya.

"Oke Umi paham! tapi Umi gak tenang ketika denger kabar musibah yang menimpa kamu. Umi kesini cuma ingin mengecek kondisi anak Umi" terang Ibu Halimah yang sebenarnya memang benar-benar merasa khawatir dengan kabar pemerkosaan Nurul tersebut. Tapi karena sadar kalau Nurul membencinya, Ibu Halimah sengaja menunggu waktu yang tepat untuk mengunjungi Nurul agar tidak memperparah kondisinya.

Tapi ucapan kejujuran Ibu Halimah tersebut terdengar begitu munafik ditelinga Nurul "Umi tidak usah berpura-pura peduli sama Nurul kalau dari awal Umi sudah meninggalkan Nurul dan Abi" balasnya sambil tersenyum terpaksa.

Dan kali ini justru Ibu Halimah yang tak bisa mengontrol perasaannya "Sampai kapan kamu akan mengungkit-ungkit itu terus Nak?? Kamu tidak tau seperti apa sebenarnya terjadi" tanyanya tidak terima kalau Nurul masih membicarakan hal tersebut terus-menerus. Menyalahkan dia secara sepihak tanpa tau cerita yang sebenarnya.

"Yang terjadi adalah Umi meninggalkan Nurul sama Abi!" jawab Nurul yang mulai berkaca-kaca tidak menyangka kalau Uminya tersebut masih berusaha membenarkan tindakannya dan bersikap seolah-olah tidak pernah salah dan tak mau disalahkan.

Ibu Halimah yang semakin tidak terima pun, akhirnya tak dapat lagi menyimpan rahasia masa lalu itu semakin lama "Abi tidak pernah mencintai Umi! dan Abi suka bertindak kasar kepada Umi!"

DUAAAAAAAARRR!!! Sebuah palu godam seakan-akan mengantam kepala Nurul dengan begitu kuat. Dia tak menyangka kalau Ibunya tersebut sampai mengarang sebuah kebohongan besar dengan sedemikian rupa hanya untuk mencoba membenarkan tindakan masa lalunya. Karena tidak mungkin sama sekali seorang Kyai Hasan yang notabene adalah seorang pimpinan pondok pesantren besar tersebut berbuat kasar terhadap istrinya.

"Wow!! Umi hebat banget ngarang ceritanya" Balas Nurul sambil bertepuk tangan mengapresasi usaha Ibunya tersebut.

Hingga membuat Ibu Halimahpun semakin kehabisan kata-kata tak tau lagi apa yang harus dia jelaskan "Kamu boleh tidak percaya sama Umi! tapi suatu saat tuhan akan menunjukkan kebenarannya sama kamu" balas Ibu Halimah yang mulai merasakan dadanya ikut sesak.

"Tuhan?? tuhan yang mana?? tuhan Umi apa tuhan Nurul???" ucap Nurul yang semakin emosi mendengarkan kata-kata ibunya tersebut. Sekarang Ibu Halimah sudah menyinggung bagian paling sensitif dalam diri Nurul.

Merasa suasana sudah semakin panas, Pak Sukani yang sedari tadi melongo tak tau apa yang harus diperbuat akhirnya memutuskan untuk melerai kedua orang ibu dan anak yang sedang berseteru tersebut. Pikirannya kalut tak tau siapa yang ingin dia bela ataupun sekedar dia tenangkan terlebih dahulu karena keduanya sama-sama seperti mempunyai alasan yang kuat satu sama lain sehingga masalahpun semakin menjadi rumit.

"Maaf Buk! sebaiknya ibu pulang dulu aja!! biar saya yang berbicara sama Dik Nurul" Ucap Pak Sukani yang membujuk Ibu Halimah. Tampaknya dia harus membujuk yang lebih tua karena biasanya mereka memang lebih sedikit bijaksana.

Ibu Halimah tersenyum dan mengangguk "Baiklah Pak! kayaknya saya memang harus pergi" ucap Ibu Halimah yang mengambil sesuatu dari dalam tasnya "Ini kartu nama saya Pak! tolong hubungi saya kalau terjadi apa-apa sama Nurul" lanjutnya menyerahkan sebuah kertas kecil yang bertuliskan nama lengkap dan nomor telponnya.

"Maaf Buk! kayaknya ibu salah ngasih deh! ini namanya Bertha Maria??" tanya Pak Sukani yang heran dengan nama yang tertulis dikertas tersebut berbeda dengan nama yang tadi Ibu Halimah sebut saat mengenalkan diri.

Lalu dengan senyuman Ibu Halimah membalas "Itu nama lain saya Pak! bapak taulah maksud saya" ucapnya sambil kemudian berlalu meninggalkan Pak Sukani dan Nurul yang termenung menangis dibalik pintu. Pak Sukani kemudian langsung paham apa yang dimaksud dengan "Nama lain" yang disebut oleh Ibu Halimah tersebut.

"Dibuang aja!" ucap Nurul tiba-tiba melihat Pak Sukani mengantongi kartu nama itu kedalam dompetnya.

Namun Pak Sukani tidak mendengarkan Nurul dan tetap menyelipkan kartu tersebut di bilah dompetnya "Nanti suatu saat kalau perlu" jawab Pak Sukani tersenyum kepada Nurul.

Pak Sukani kemudian menghampiri Nurul yang tengah terisak-isak dibalik pintu tersebut lalu dengan lembut memeluknya. "Udah! kamu gak usah terlalu mikirin masa lalu" kata Pak Sukani yang mendekap erat tubuh yang tampak bergetar itu. Ternyata Nurulpun punya rahasia dan masalah yang begitu berat hingga mau tak mau kini Pak Sukani malah ikut bersimpati.

Sedangkan Nurul tampak nyaman menyenderkan kepalanya di dada Pak Sukani dan mulai kembali terisak-isak tidak karuan. Hatinya seakan-akan sedang meronta begitu kuat meminta untuk dilindungi dari rasa sakit yang semakin menjalari seluruh bagian tubuhnya yang rapuh itu. Dalam hati, Nurul berterima kasih pada yang maha kuasa karena sudah mengutus Pak Sukani untuk menjadi penyembuhnya.

"Kenapa kamu gak cerita sama Mas aja?? siapa tau Mas bisa membantu" tiba-tiba Pak Sukani berbicara dan memberi saran sambil mengelus-elus kepala Nurul yang terbungkus sebuah Hijab lebar tersebut. Pelukan merekapun tampak semakin kuat seakan-akan tak mau dilepas sedikitpun.

Lalu dari balik dada Pak Sukani Nurul mengeluarkan suaranya dengan parau "Saya gak tau mau cerita darimana Mas!" jawab Nurul masih terisak-isak.

"Dimulai dari hal yang paling membuat kamu benci sama Ibu kamu" saran Pak Sukani memancing Nurul untuk bercerita tentang masa lalunya. Itu akan menjadi point penting nantinya untuk Pak Sukani jika dia benar-benar ingin membuat Nurul takluk seutuhnya.

"Tapi Mas janji gak akan bilang hal ini ke siapa-siapa ya???!! termasuk Mas Haris" yakin Nurul yang tampak ingin mengeluarkan seluruh keluh kesahnya kepada Pak Sukani. Mungkin sudah saatnya juga Nurul bercerita dan berkeluh kesah tentang masalah hidupnya kepada Pak Sukani karena sebelumnya dia sendiri sudah mendengarkan masalah beliau.

Tanpa menunggu persetujuan, Nurul pun akhirnya mulai membuka suaranya.


-----------------Flashback---------------

Cerita masa lalu ini kembali dimulai pada malam jumat di pertengahan bulan oktober 6 tahun yang lalu. Sudah berminggu-mingu lamanya Ibu Halimah dan Mario saling menjalin kisah cinta terlarang yang diam-diam diperhatikan oleh Nurul sang anak. Sampai pada puncaknya dimana suatu malam Nurul menyaksikan sendiri ibunya tersebut bersenggama dengan Mario.

Malam itu bermula saat Kyai Hasan sedang melakukan kajian dan ceramah rutin yang dimulai ketika sholat maghrib berjamaah selesai sampai datangnya waktu isa. Seperti biasa, Ibu Halimah lagi-lagi beralasan untuk tidak ikut dalam kegiatan keagamaan tersebut karena sedang kedatangan tamu bulanan. Tapi pada kenyataannya, Ibu Halimah hanyalah mengarang-ngarang hal itu agar dapat memiliki waktu berduaan dengan Mario.

Tak seperti malam-malam jumat sebelumnya, Kali ini Nurulpun juga memutuskan untuk absen mengikuti kegiatan tersebut serta memilih untuk pulang setelah selesai sholat magrib berjamaah, karena Nurul sempat merasakan firasat yang tidak enak sedang terjadi mengingat ibunya sedang tidak berada dalam pantauannya. Entah kenapa semakin hari Nurul semakin ingin membuntuti Ibu Halimah dengan Mario dan mencoba mencari tahu lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua.

Dan firasat itupun ternyata semkain menguat saat Nurul mendapati kalau lampu teras rumahnya tampak mati ketika dia pulang. Suasana rumah yang biasanya terang benderang tersebut nampak begitu sepi dan agak menyeramkan. Beruntung suara Kyai Hasan dari pengeres suara bangunan masjid sangat terdengar jelas dan nyaring sampai kesini sehingga Nurul pun tak perlu merasa takut.

Ketika Nurul mencoba membuka pintu depan, Nurul merasa heran karena pintu tersebut ternyata terkunci dari dalam. Itu berarti kalau Ibu Halimahlah yang menguncinya. Namun karena Nurul sudah hapal dengan rumahnya sendiri, dia pun tak perlu berpusing-pusing karena masih ada pintu belakang yang sebenarnya bisa dibuka dari luar karena kuncinya yang longgar. Nurul bahkan sudah sering memanfaatkan pintu dapur tersebut jika dirinya terlambat pulang.

Lewat pintu dapur itu pula, akhirnya Nurul berhasil masuk ke dalam rumahnya sambil berjalan mengendap-endap seperti seorang maling. Nampak lampu ruang tengah dan dapur juga dimatikan oleh Ibu Halimah sehingga keadaan pun jadi sedikit remang-remang karena hanya disinari cahaya lampu yang berasal dari dalam kamar.

Ketika Nurul baru melangkah keluar dari dapur, tubuhnya mendadak langsung berhenti karena menangkap siluet dua orang yang sedang berada di ruang tamu. Meskipun keadaan cukup remang, Nurul masih bisa sedikit mengetahui siap sosok yang sedang berada disana. Dan siapa lagi kalau bukan Ibunya dan Mario.

"Ustadzah goyangannya makin liar aja!" Suara Mario terdengar di telinga Nurul.

Ketika dia mencoba menajamkan penglihatannya, barulah Nurul tersadar kalau siluet itu semakin jelas menampakkan Mario yang ternyata sedang terduduk diatas sofa ruang tengah dan di tunggangi oleh Ibu Halimah yang bertelanjang bulat diatasnya, menyisakan sebuah hijab berwarna orange yang masih membungkus rapi kepala ibunya tersebut.

Segera saja Nurul yang tadinya berdiri langsung berjongkok menutup mulutnya, dia mencoba mencerna situasi yang ada didepannya tersebut dengan perlahan-lahan. Nurul memang belum mengenal apa itu seks ataupun hubungan badan, tapi dengan melihat Ibunya bertelanjang badan di hadapan Mario sudah cukup memberitahu pikiran Nurul kalau apa yang mereka perbuat sekarang adalah sesuatu yang terlarang.

"Aduuhh!! Nak Mario kok belum keluar juga sih??!! Ustadzah capek nih goyang terusssshh" giliran suara Ibu Halimah yang terdengar oleh Nurul dan kembali menarik perhatiannya. Kini sambil berjongkok, Nurul kembali menjulurkan kepalanya dibalik tembok untuk melihat aksi terlarang ibunya tersebut.

Nampak oleh Nurul kalau Ibu Halimah seperti melonjak-lonjak naik turun diatas batang kemaluan Mario yang tampak menegang dan besar. Bahkan lebih besar dari punya para ikhwan-ikhwan pesantren yang sebelumnya pernah Nurul lihat sebelumnya. Batang tersebut meluncur dengan lancar memasuki area vagina Ibu Halimah seperti ditelan bulat-bulat oleh kelamin tersebut. Disitulah akhirnya Nurul tersadar kalau apa yang dilakukan oleh kedua orang tersebut adalah sebuah kegiatan yang disebut dengan hubungan badan.

"Aaahh!! Baru goyang setengah jam doang udah capek!! cemen banget ustadzahh" Balas Mario terdengar memanas-manasi istri Kyai Hasan tersebut.

Tampak Mario sebenarnya juga begitu menikmati kemaluan Ibu Halimah yang bergerak-gerak memilin-milin batang Penisnya dengan begitu erat dan kuat. Ibu Halimah mungkin saja sudah cukup berumur untuk ukuran seorang wanita, namun kemaluan miliknya masihlah sangat kuat menjepit, apalagi yang dijepit tersebut adalah sebuah Penis besar yang memenuhi rongga kemaluannya secara penuh.

Sedangkan Ibu Halimah yang meskipun terlihat kelelahan, masih berusaha menggoyang-goyangkan pinggulnya untuk menggaruk-garuk rasa gatal yang sedang ada dalam vaginanya, sebagai wanita alim yang dulu belum pernah merasakan seks sehebat ini, tentu saja Ibu Halimah tidak ingin waktu berlalu begitu saja.

"Ooooouuggg... kayaakknya Ustadzahh mau pipiss enak lagiii Nak Mariooo" desahnya memberitahu kalau dia akan mencapai puncak orgasmenya. Ibu Halimah sudah merasakan syaraf-syaraf selangkangannya mulai menggelitik ngilu pertanda badai itu akan segera datang menerpa dirinya. Sontak dia pun semakin mempercepat tempo goyangannya yang terlihat mengaduk-ngaduk bak sebuah blender.

"Busetdah.. Ini Ustadzah apa lonte?? kerjaannya ngecrit melulu daritadi! udah berapa kali sih??" tanya Mario yang kemudian menggenggam pantat bulat milik Ibu Halimah dengan kedua tangannya. Mario tersenyum melihat perempuan alim yang menjadi istri Kyai tersebut benar-benar semakin tunduk dan semakin ketagihan berhubungan badan dengannya.

"Eemm---eemmpatthh.. kaliihh.. Naakkhh.. oooouuggghhh....maauuuhh.. limaaaaaaahhhhh!!! aaaaaawwhhhhhhhh" Lolong Ibu Halimah menjawab sambil ternyata sudah mendapatkan orgasme untuk kelima kalinya hanya dalam jangka waktu setengah jam saja.

Seluruh tenaga yang tersisa dalam tubuhnyapun langsung dia gunakan semuanya untuk mendorong keluar kenikmatan yang tengah dia rasakan tersebut. Dari dalam vaginanya, Ibu Halimah merasakan cairan nikmatnya keluar begitu deras membasahi batang Penis Mario yang masih tertancap gagah didalamnya. Tenaga itupun kemudian semakin melemah sampai terkuras habis dan berujung ambruknya dia diatas dekapan Mario.

Tubuh Ustadzah alim tersebut bergetar-getar tidak karuan karena merasakan vaginanya sangat ngilu ditusuk-tusuk oleh penis mario yang begitu besar dan panjang saat dirinya merasakan orgasme pada saat yang bersamaan. Apalagi kenikmatan itu semakin berlipat ganda ketika Mario yang begitu tau cara membuat wanita melambung tinggi melakukan aksinya dengan menggenjotnya kuat ketika Ibu Halimah sedang dilanda badai orgasme.

Dengan begitu, saraf-saraf yang ada di dalam vagina Ustadzah alim itu akan merasakan tingkat sensitifitas yang lebih kuat sehingga menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat nikmat memabukkan. Membuat orgasme yang dirasakannya sudah luar biasa, menjadi semakin hebat karena kenikmatan tersebut tidak berhenti sama sekali sampai satu menit kemudian.

Nurul yang sedang mengintip mereka pun tampak sedikit shock melihat kondisi ibunya yang tampak seperti orang kesurupan dalam dekapan Mario. Ibu Halimah melolong bak seperti seekor serigala di malam purnama yang tak bisa Nurul artikan sama sekali apa yang terjadi dengannya. Tubuh telanjang ibunya tersebut bergetar-getar dan melonjak-lonjak kaget seperti sedang tersengat oleh aliran listrik. Tapi ketika Nurul melihat Mario hanya tersenyum saja, Nurul menarik kesimpulan kalau hal tersebut adalah hal yang biasa terjadi pada ibunya.

"Enak ya Ustadzah??" tanya Mario mengelus-elus wajah Ibu Halimah yang tampak penuh nafsu tersebut, matanya sayu dan bibirnya terbuka sambil mengeluarkan nafas yang begitu berat dan ngos-ngosan seperti orang yang baru saja melakukan lari maraton 10km.

Ibu Halimah kemudian mengangguk lemah sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Mario. Badannya sudah sangat tidak bertenaga lagi sehingga diapun hanya bergerak sedikit. "Sayaahh.. Hausss Nak Mariohh!" Ucapnya ternyata merasakan dahaga yang begitu besar setelah bertarung dengan syahwatnya yang begitu nikmat.

"Ustadzah minum kencing saya saja mau?? saya males nih ngambil minum kedapur" tawar Mario enteng namun begitu menjijikkan.

Bahkan Nurulpun merasa mual hampir saja pingsan mendengar bahwa pria itu menawarkan air seninya sendiri untuk menjadi minuman pelepas dahaga ibunya. Hal gila yang membuat jantung Nurul menjadi berdegub-degub tidak karuan pada saat itu karena baru kali ini dia menyaksikan sendiri betapa gilanya perilaku manusia-manusia yang menghuni bumi milik tuhan ini.

Tapi kegilaan tersebut belum berhenti saat Ibu Halimah menjawab tawaran Mario tersebut dengan sebuah anggukan "Gapapa Nak!! biar Ustadzah minum itu saja! Ustadzah haus" jawabnya yang ternyata menerima tawaran Mario tersebut entah secara sadar atau tidak.

Kemudian dengan tubuh yang masih lemah, Ibu Halimah pun menarik naik tubuhnya dari pangkuan Mario dan menggantikan posisi vaginya tadi dengan mulutnya. Tanpa merasa jijik sedikitpun, Ibu Halimah melahap penis berkulup milik Mario tersebut kedalam mulutnya meski Penis itu masih berlumuran cairan kewanitaannya sendiri sisa dari orgasme tadi. Kemudian bak seorang bayi yang menghisap puting Ibunya, Ibu Halimah pun menghisap-hisap batang Penis Mario dengan kuat berharap ada air yang keluar dari sana untuk memenuhi rasa hausnya.

Dan tentu saja Mario yang dari awal ingin menumpahkan air seninya di dalam mulut Ibu Halimah pun langsung tanpa berpikir panjang melepaskan beban yang ada di dalam kantong kemihnya itu dengan banyak "ooouugghhh... minum ustadzah!!! minuuumm!!" racau Mario membenamkan penisnya dalam-dalam merasakan air tersebut langsung masuk ke tenggorokan Ibu Halimah yang tampak gelagapan menerimanya.

Jantung Nurul serasa copot dan perutnya tiba-tiba menjadi mual menyaksikan kalau ternyata Mario benar-benar mengencingi ibunya. Bahkan Nurul tak habis pikir dengan jalan pikiran Ibu Halimah yang meminum air pembuangan laki-laki itu secara sukarela dan tampak menikmatinya. Mau tak mau Nurul pun beranjak dari tempat mengintipnya dan langsung berlari ke arah kamar mandi.

"Umi sudah gila!!" geleng Nurul dalam hati yang sudah tidak dapat berkata-kata apa lagi melihat kelakuan Uminya tersebut. Sebuah tekad begitu besar sudah terkumpul dalam hatinya untuk menghentikan kejadian ini dan melaporkannya kepada Kyai Hasan ayahnya. Nurul sudah tidak tahan lagi melihat sikap ibunya yang terlihat sangat jauh dari perilaku seorang Ustadzah.

-------------------Flashback Selesai----------------

"Astagfirullah!!! trus kamu jadi lapor sama Abimu???" tanya Pak Sukani yang ikut merasa mual mendengar cerita gila yang dituturkan Nurul kepadanya. Tak percaya kalau wanita terhormat dan anggun yang tadi dikaguminya tersebut ternyata tak lebih dari seorang perempuan gila nan maniak seks aneh. Sekarang bahkan Pak Sukani mengerti kenapa Nurul begitu benci dan jijik terhadap ibunya tersebut.

"Enggak jadi Mas!! karena Umi terlanjur pergi paginya!" balas Nurul yang mulai merasakan rasa bersalah yang begitu mendalam. Dia menjadi menyesal kenapa dulu dia harus menunggu sampai pagi terlebih dahulu untuk melaporkan hal tersebut kepada Abinya. Andai pada malam itu dia langsung berlari ketempat Kyai Hasan dan melaporkan segera, mungkin ceritanya akan lain lagi.

"Jadi Ibu kamu pergi ninggalin kamu pagi hari setelah itu??" tanya Pak Sukani semakin penasaran.

Lalu Nurul mengangguk lemah mengiyakan "Iya Mas! Umi pergi pagi sekali ketika belum ada orang yang bangun. Dia cuma ninggalin sebuah surat buat Abi saja" balas Nurul teringat wajah Abinya yang shock ketika membaca surat perpisahan dari Ibu Halimah.

"Ya tuhan tega sekali" balas Pak Sukani yang bersimpati dengan sungguh-sungguh. Dia tersadar kalau ternyata ada orang yang lebih buruk didunia ini melebihi keburukannya sendiri.

Namun kisah itu belum selesai ketika Nurul kembali melanjutkan berbicara "Bahkan gak cuma itu Mas! Umi ternyata juga mengajak tiga orang Ustadzah lainnya untuk murtad dan ikut bersama dia dan Mario" tutur Nurul yang semakin kesal mengingat insiden menggemparkan tersebut.

Pesantren Al-Huda yang tersohor akan prestasi dan namanya sampai ke pelosok negeri itu, tiba-tiba saja harus rela diterpa kabar buruk dan mencoreng nama baiknya. Kabar bahwa empat orang Ustadzah sekaligus pengajar disana yang memilih untuk Murtad tersebar begitu cepat hingga membuat banyak pihak akhirnya menarik diri dari pesantren tersebut dan menjadi sasaran amukan orang-orang.

"Ma--maksud kamu?? Ibu Halimah mengajak Ustadzah lain murtad?? kamu tau darimana??" tanya Pak Sukani tak dapat menyimpan rasa penasarannya. Semakin dia mendengar kisah ini, semakin banyak pula hal gila yang terjadi berikutnya.

Nurul lalu melepaskan dekapannya di tubuh Pak Sukani dan mengelap matanya yang sembab "Dari surat yang ditinggalin Umi kepada Abi" jawabnya teringat secarik kertas yang berusaha Kyai Hasan sembunyikan darinya. Tapi setelah kematian Abinya tersebut, Nurul akhirnya mengetahui apa isi dari surat yang ditulis Uminya pada tersebut.

Bahkan karena begitu sakit hatinya, Nurul terus menerus membaca surat tersebut sampai dia begitu hapal apa isi yang ada di dalamnya.

"Untuk suamiku tercinta.
Maafkan istrimu yang tidak mengucap salam lagi.
Bukan Umi mau bermaksud lancang kepada Abi, tapi diri Umi yang saat menulis surat ini bukanlah diri yang sama lagi.
Dan maaf juga kalau Umi harus memberi kabar buruk ini lewat sepucuk surat.
Mungkin ketika Abi membacanya, Abi sudah menyadari kalau Umi memilih pergi meninggalkan Abi.
Maaf Umi cukup terpukul dengan keinginan Abi yang ingin menikah lagi.
Maaf juga kalau selama ini Umi sudah tidak tahan dengan sikap Abi yang semena-mena terhadap Umi.
Umi seorang wanita, dan Umi juga bisa sedih dan rapuh.
Namun tepat di moment yang rapuh itu, hadir Mario yang menghibur Umi.
Umi berterus terang bahwa selama 3 minggu terakhir, hidup Umi dengan adanya Mario terasa lebih bahagia ketimbang hidup bertahun-tahun bersama Abi.
Mario mampu memberikan kedamaian dan kenyamanan dalam diri Umi yang sebelumnya tak pernah Umi dapatkan dari Abi yang selalu suka mengekang.
Tapi kini Mario berterus terang bahwa dia berkata kalau dia merasa cinta dan sayang sama Umi. sama halnya dengan perasaan Umi yang juga sudah jatuh cinta kepadanya. Mario kemudian dengan romantis melamar Umi, mengatakan dengan lantang kalau dia ingin mempersunting Umi dan menjadikan Umi istrinya.
Dan Abi mungkin terkejut membaca ini karena sungguh Umi begitu senang dilamar oleh pemuda itu. Meski memang selanjutnya Umi diminta untuk berpindah keyakinan mengikutinya. Tapi demi cinta dan rasa sayang Umi kepadanya, Umi pun rela menukar aqidah dan keyakinan Umi untuknya.
Tapi Abi tidak perlu khawatir karena Umi tak sendiri, Ada Ummu Aisyah, Umi Farah, dan Ustadzah Dina yang menemani Umi.
Kami berempat sudah mengikuti prosesi pindah keyakinan sesuai dengan ajaran kami yang baru pada hari minggu kemarin dibimbing oleh Mario dan saudara seimannya.
Maaf kalau Umi tidak memberitahu Abi. Karena Umi yakin Abi tidak akan pernah bisa menerima kenyataan pahit ini. Carilah kebahagian lain selain Umi karena Umi sendiri sudah memutuskan untuk bahagia bersama Mario.
sekali lagi Umi minta maaf"

Begitulah isi surat kejam yang menjelaskan kronologi dan maksud Ibu Halimah meninggalkan Nurul dan Kyai Hasan. Pak Sukanipun mendengarnya dengan begitu kaget tidak tau mau berkata apa. Dirinya juga terlihat kaget ketika Nurul mengucapkan kata perkata dalam surat tersebut dengan sangat lantang dan jelas sekali. Menandakan kalau isi surat tersebut benar-benar terukir dalam hatinya yang paling dalam.

Akan tetapi kekagetan Pak Sukani belum berakhir sampai disitu saja saat Nurul kemudian menatapnya begitu lekat "Apa Mas mau menemani saya malam ini??" tanya Nurul begitu bertekadnya.


#Bersambung..................


Sungguh kejamnya, gilanya, sakitnyaaa Ibu Halimaaaahhhhh. wkkwkwkwkwkw
Udah kayak sinetron beneran ini cerita lama-lama. kwkwkw
maapin kalau typo ataupun kentang ya suhuu.
kkwkwkwkww

Btw kayaknya bakal ada yang dapet jatah nih bentar lagi. kwkwkwk
Tim Pak Sukani mana suaranyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!
mantab jiwa update yg ini big apllause, apalg kalo diceritakan bagaimana farah dina dan aisyah berpindah dan kehidupan sekarang
 
Tunggu apa lgi? Tunggal sukani sodok aja. Terlalu memutar. Toh judulny akhwat ternoda...
 
Wow, cerita yv mantap hu.. bikin ngaceng, kentang, dan terbawa suasana.. dik nurul emang menggemaskan..

klo boleh request, ceritain flash back knapa ustazah2 yg lain itu bisa ngikut mario jugak hu...

Ditunggu apdetnya..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd