Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter 24 : Sekali lagi



Nurul


Yewen


Pak Sukani​


Sampai di rumahnya, Yewen dengan setengah malas memasukkan motor miliknya ke dalam garasi rumah. Rasa sakit hati serta amarah masih membumbung tinggi dalam dirinya saat dia belum mendapat penjelasan yang masuk akal atas apa yang dia lihat di rumah Nurul tadi. Meski memang di hadapannya sudah tertuang fakta yang sebenarnya, namun Yewen masih belum bisa menerima bagaimana seorang Akhwat alim impiannya tersebut dapat berbuat semaksiat dan segila itu, apalagi dengan orang seperti Pak Sukani.

Yewen sadar bahwa apa yang dia lakukan tadi cukup buruk pula, dimana dia mengintip Nurul di rumahnya karena tak bisa menahan diri untuk tidak merasa penasaran dengan kehadiran sosok Pak Sukani dalam rumah tersebut. Perasaan Yewen merasa aneh seperti akan terjadi sesuatu diantara mereka berdua. Apalagi Yewen pernah mendengar sedikit tentang sifat bandot tua itu dimana dia cukup terkenal akan kemesumannya. Tentu saja mau tak mau Yewen merasa sedikit khawatir dengan Nurul yang berduaan bersama beliau.

Walau sebenarnya Yewen cukup percaya terhadap Nurul, tapi disisi lain dia tak bisa mengesampingkan fakta bahwa Nurul juga seorang wanita dewasa yang kebetulan tengah ditinggal pergi oleh suaminya. Entah ini hanyalah sebuah prasangka dan instingnya saja, Namun sebegai seorang aparat hukum, Yewen lumayan tau bahwa kebanyakan kasus perselingkuhan diluar sana dimulai ketika seorang istri merasa kesepian saat ditinggal oleh suami mereka. Jadi ada kemungkinan kalau seorang wanita alim seperti Nurulpun bisa berbuat seperti itu walau kemungkinannya sangat tipis.

Untuk memastikan hal itulah, Yewen memutuskan dirinya untuk mengintip sedikit ke rumah sang Akhwat dengan harapan kalau apa yang dia pikirkan sedari tadi tidaklah benar. Akan tetapi setelah Yewen bersusah payah mencari-cari celah di ventilasi jendela kamar Nurul untuk mengintip, kenyataan yang terpampang di depannya justru berkata sebaliknya. Hati Yewen langsung remuk redam karena prasangkanya tentang Nurul dan Pak Sukani ternyata benar adanya. Mereka memang melakukan penyelewengan, dan sekarang Yewen sendirilah yang menjadi saksi hidupnya.

"Nah gitu dong nurut. hehehehe" suara Pak Sukani terkekeh begitu mesum. Mata Yewen terbelalak hebat saat melihat Nurul menanggalkan baju gamis miliknya di depan pria tua yang bukan suaminya tersebut secara sukarela. Hampir saja Yewen terjungkal kebelakang dari pijakan meja bambu yang secara kebetulan ditemukannya di samping rumah Nurul.

"Jangan diliatin gitu Mas! aku malu!" ucap Nurul membalikkan badannya yang masih terbalut pakaian dalam, hijab lebar dan sebuah cadar miliknya.

Yewen yang melihat pemandangan tersebut langsung meneguk ludahnya sendiri menyaksikan secara nyata betapa tubuh akhwat yang selalu tertutup baju-baju syar'i itu begitu merangsang kelelakiannya. Dia memang sudah pernah melihat video telanjang Nurul saat diperkosa oleh Pak Primus, dan video itupun selalu menjadi bahan onani dirinya setiap malam.

Namun yang ada didepannya saat ini sungguh berbeda dari semua hal tersebut, karena yang dilihatnya saat ini adalah adegan nyata senyata-nyatanya. Baik itu bentuk lekukan tubuh Nurul, kulit putih bersih tanpa cacat, bahkan aset-aset berharga akhwat tersebut nampak begitu berbeda dan sangat menggiurkan di mata Yewen. Andai saja dia berada diposisi Pak Sukani saat ini, Yewen pasti sudah menerkam Nurul begitu cepat.

"Naik sini Dik!" tepuk Pak Sukani di ranjang sebelahnya. Yewen yang melihat tingkah bandot tua itu pun merasa ingin menghajar wajahnya saat itu juga.

"Tunggu Mas! aku buka ini dulu!" balas Nurul mengisyaratkan akan membuka cadar hitam yang menutupi mukanya.

Tapi Pak Sukani langsung mencegah, "Gak usah dibuka! kamu cantik kalau pakai itu" gombal Pak Sukani tersenyum. Lagi-lagi Yewen menggertakkan giginya dan mengepalkan tinju saat dia mendengar gombolan sinting Pak Sukani itu.

"Cantik darimana kalau wajahnya tertutup gitu!! bangsat kau Sukani" ketus Yewen begitu kesal dalam hatinya.

Namun tanpa sadar, kemaluan Yewen pun jadi menegang keras dibalik kain sarung yang dipakainya. Walaupun dia merasakan sedikit rasa marah, namun Yewen tetaplah laki-laki biasa yang punya nafsu birahi. Apalagi yang sedang terbuka auratnya dan menunjukkan kesintalan dan keseksian tubuhnya adalah seorang Nurul, wanita akhwat yang sudah cukup lama dia idam-idamkan selama ini. Wanita yang selalu menutup dan menjaga dirinya dari pandangangan orang lain termasuk dari Yewen sendiri.

Yewen bahkan teringat kalau Nurul benar-benar seseorang yang sangat susah didekati karena penampilannya yang selalu tertutup dan pandangannya selalu tertunduk. Acap kali setiap bertemu dengan Nurul, Yewen pasti mencoba mencuri-curi pandang ke arah akhwat itu untuk mencari kesempatan berbicara. Namun melihat wanita itu selalu mengasingkan diri, mau tak mau Yewen juga mengurungkan niatnya untuk mendekati Nurul.

Akan tetapi sekarang, wanita alim yang selalu menjaga diri itu tiba-tiba saja bertelanjang di depan laki-laki lain dengan kesadaran penuh, membuat image alimnya dimata Yewen langsung pudar begitu saja, berganti dengan image wanita binal yang haus akan kenikmatan duniawi. Jadi mau tidak mau dirinya juga ikut terangsang menyaksikan sisi lain dari Nurul tersebut.

"Mas ada-ada aja maunya" suara Nurul manja menuruti kemauan Pak Sukani. Dia tidak jadi melepas cadar yang menutupi mukanya tersebut dan mulai naik ke atas ranjang tempat sang pejantan sudah menunggu.

Pak Sukanipun tampak tersenyum sumringah membentangkan tangannya menyambut tubuh Nurul yang mulai berbaring diatas tangan kanannya. Dua makhluk berlainan jenis itu akhirnya saling berpelukan erat dan menunjukkan pemandangan yang begitu kontras kepada Yewen yang sedang mengintip. Sang lelaki separuh baya berkulit agak gelap sementara Sang wanita berkulit putih bersih tanpa cacat sedikitpun.

"Sial!!" umpat Yewen tidak tahan dengan pemandangan tersebut.

Ingin rasanya dia mendobrak pintu dan menggrebek mereka berdua saat ini juga. Tapi semuanya mustahil dia lakukan karena hal tersebut pasti akan membuat Nurul merasa malu dan menjauh dari Yewen. Lagipula saat ini statusnya bukanlah siapa-siapa, jadi Yewen tak punya hak untuk marah ketika melihat Nurul bersetubuh ataupun memadu kasih dengan orang lain.

Namun dalam hatinya Yewen sudah bertekad secara penuh. Bahwa kedepannya, dia akan mulai agresif mendekati Nurul dan membuat wanita itu harus menjadi miliknya, sehingga bandot tua seperti Pak Sukani tak dapat lagi merusak kesucian wanita itu lebih jauh lagi. Yewen juga sadar, kalau ternyata seorang Nurul juga tak lebih dari seorang wanita normal yang kesepian serta butuh kehangatan. Jadi itu adalah suatu keuntungan bagi Yewen sendiri kedepannya.

Dengan perasaan cemburu dan sakit hati, Yewenpun akhirnya memutuskan untuk pulang saja sebelum emosinya meluap-luap tak tertahan jika dia terus mengintip Nurul dan Pak Sukani. Bisa-bisa pikirannya berubah dan dia malah melewati batas dengan menggrebek kedua pasangan "pembuat dosa" tersebut. Jadi sebelum semuanya terjadi, Yewenpun dengan berat hati meninggalkan rumah wanita idamannya itu dengan langkah yang begitu berat.

Sementara Yewen pergi kembali ke rumahnya, pasangan Nurul dan Pak Sukani malah semakin panas didalam kamar tempat mereka berada. Keduanya sudah saling berpelukan erat dan berciuman penuh nafsu satu sama lain. Cadar yang dipakai oleh Nurul tampak dikesampingkan Pak Sukani dengan tangan kirinya sehingga bibir akhwat itupun menjadi terbuka bebas untuk dinikmati.

Namun tampaknya Pak Sukani masih tak ingin terburu-buru dengan nafsunya. Malam masih begitu panjang dan tak seorangpun yang dapat mengacaukan momen indah mereka tersebut. Rasanya sangat sia-sia jika Pak Sukani tidak memanfaatkan momen seperti ini untuk mensugesti Nurul lebih jauh lagi. Rencana awalnya untuk menaklukan Nurul secara penuh masihlah belum selesai karena titik yang ingin dicapainya, adalah titik dimana Nurul harus menuruti semua kemauan Pak Sukani tampak melakukan protes sedikitpun.

"Aku suka kita seperti ini Dik!" pandang Pak Sukani pada mata indah Nurul. Keduanya menghentikan ciuman mereka lalu saling memandang dan saling menemukan hasrat yang sama di balik pancaran mata mereka.

"Aku juga Mas!" balas Nurul merapatkan badannya ke dada Pak Sukani.

Senyum Pak Sukani langsung mengembang karena aktingnya berhasil, "Maafkan aku karena gak bisa berbuat lebih untuk kamu"

"Gapapa Mas! begini saja sudah cukup" balas Nurul sesuai dengan harapan Pak Sukani.

"Jadi kamu tidak keberatan kalau kita terus seperti ini??"

Nurul menengadahkan kepalanya, "Sama sekali tidak keberatan!" jawabnya tegas.

"Walaupun tanpa status??"

"Iya, walaupun tanpa status" balas Nurul begitu mantap.

Perasaan hangat menjalari hatinya yang merasa sangat senang dan lega mendengar perkataan yang diucapkan oleh mulutnya sendiri. Nurul tak percaya, kalau perbuatan dosa perselingkuhannya bisa menjadi sangat indah seperti ini. Dulu dirinya bahkan tak pernah terpikirkan untuk melakukan hal terlarang dibelakang suaminya. Tapi sekarang, semakin dia jatuh kedalam kenikmatan terlarang penuh dosa ini, semakin terasa bahagia hatinya yang dulu sering diliputi rasa sepi.

"Apakah sekarang aku jatuh cinta??" tanya Nurul dalam hatinya.

Karena jelas sekali saat pertama dia bersetubuh dengan pria tua itu, semuanya murni karena rasa nafsunya yang menggebu dan birahi yang tak tertahankan sebagai wanita normal yang tak pernah terpuaskan, bukan karena hadirnya gejolak asmara maupun cinta dalam hatinya. Tapi sekarang tampaknya sang hati sudah berubah haluan kepada jalan yang lebih menyakitkan. Jalan yang pelan-pelan harus dilalui Nurul karena rasa itu telah hadir dalam hatinya.

"Kalau begitu, maukah kamu berjanji satu hal padaku Dik??" tanya Pak Sukani memelankan suaranya. Ini adalah saat-saat paling krusial dalam rencananya.

"Janji apa?" tanya Nurul penasaran.

"Janji untuk tidak menceraikan suamimu walau apapun yang terjadi diantara kita"

DEEEGGHH!! Rasanya ada sebilah pisau yang menancap pada hati Nurul ketika dia mendengarkan permintaan dari selingkuhannya tersebut yang secara tidak langsung mengingatkan Nurul pada sosok Haris suaminya. Begitu terlenanya dia dengan nafsu duniawi yang ingin dirangkulnya, sampai-sampai dia lupa dengan status dan kedudukannya sebagai istri dari orang lain.

"Ke--kenapa begitu Mas?" Nurul menjad tergugup. Hatinya yang tadi diliputi oleh syahwat birahi malah berganti dengan rasa yang sedikit gundah.

Namun bukan Sukani namanya kalau dia tidak mengerti hati seorang wanita. Dengan sigap dia mengencengkan pelukannya dan mengecup puncak kepala Nurul yang terbalut oleh hijab lebar tersebut. "Aku takut Dik!! takut kalau perbuatan kita ini akan menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Walau hatiku juga berharap bisa memilikimu seutuhnya" balas Pak Sukani berbohong.

"Mas tidak perlu khawatir, aku sudah jadi milikmu seutuhnya dan kamu juga berhak atas aku dari sekarang" jawab Nurul yang sangat ditunggu-tunggu oleh Pak Sukani.

"Kalau begitu berjanjilah! berjanjilah untuk tidak meninggalkan suamimu dan merusak kebahagiaan kecil kita ini" pinta Pak Sukani dengan jantung yang berdebar-debar entah kenapa.

Sebaliknya, Nurul merasa mantap dengan apa yang diinginkan oleh Pria tua itu, "Aku berjanji Mas" jawabnya singkat dan padat.

Keduanyapun tersenyum bahagia karena telah melepas hasrat dalam dada mereka masing-masing. Pak Sukani yang sudah mendapatkan apa yang diinginkannya, serta Nurul yang telah mengucapkan apa yang ingin diucapkannya. Kini yang tertinggal hanyalah desiran panas yang terpancar dari tubuh mereka, menanti sebuah dorongan untuk kembali saling mengayuh dalam derasnya deburan ombak birahi.

"Dik!" panggil Pak Sukani perlahan.

"Ya Mas?" jawab Nurul tersenyum.

Waktu serasa berhenti sejenak saat keduanya kembali saling berpandangan. Hingga tak berapa lama, tangan Pak Sukani mulai bergerak menggamit dagu lancip Nurul yang tertutup oleh cadar hitamnya.

Pak Sukani mendekatkan wajahnya kembali perlahan, seraya memandang dalam-dalam kedua bola mata indah Nurul milik Nurul. Disingkapnya kain yang menutup wajah akhwat istri Haris itu perlahan sambil bibir kasarnya berlabuh lembut pada bibir ranum Nurul. Kecupannya begitu singkat dan cepat, namun sudah cukup membawa kembali aliran syahwat keduanya yang tadi bersembunyi sebentar.

"Masshhh!!" desah Nurul memulai inisiatif mencium Pak Sukani kembali.

Bibir mereka pun kemudian bertaut erat memulai gerakan saling menghisap penuh asmara yang begitu hangat. Pak Sukani yang masih dengan beribu pengalamannya mulai menggerakkan lidah menjalari rongga mulut Nurul dan menaut-naut mencari lidah Nurul dengan begitu lincahnya, sedangkan Nurul yang tengah terpejam mengimbangi lumatan yang melanda kelopak bibirnya tersebut membalas dengan menjulurkan lidahnya menerima tautan dari Pak Sukani.

“Uuummppphhhh” desah lirih terlontar dari bibir mungil akhwat yang berada dalam dekapan Pak Sukani itu tatkala ciuman mereka makin bertambah panas setiap detik dan waktunya. Kedua lengan Nurulpun bergerak mendekap erat tubuh Pak Sukani. Jemari lentiknya mengusap rambut Pak Sukani sambil diringi rintihan-rintihan kecil yang lirih membangkitkan nafsu.

Pak Sukani pun sedikit berpuas diri karena rasanya Nurul yang sekarang sungguh mudah sekali terbangkit gairahnya. Tak perlu memakan banyak usaha yang berarti, Sang akhwat istri Haris itu sudah tampak menggeliat-geliat seperti cacing yang kepanasan dalam pelukannya. Padahal yang Pak Sukani lakukan hanyalah sedikit memberinya ciuman birahi penuh menggelora, Namun responnya begitu luar biasa tak terduga.

"Kamu kenapa Dik?? kok kayak kepanasan gitu?" tanya Pak Sukani iseng menghentikan ciumannya.

Lalu dengan mata yang sudah sayu Nurulpun menjawab, "Aku udah gak tahan Mass!!!!" rengeknya begitu manja.

"Gak tahan apanya??" tanya Pak Sukani tersenyum nakal berpura-pura tidak tau.

Nurul pun lalu meraih tangan kiri Pak Sukani dan mengarahkan kebagian selangkangannya yang masih tertutup celana dalam berenda berwarna hitam, "Gak tahan disiniiiihhh" ucapnya lagi-lagi dengan nada merengek.

"Memek kamu ini???" elus Pak Sukani pelan pada bagian kemaluan Nurul itu.

Sontak Nurulpun langsung mengangguk-angguk, "Iyahh!! ittuuhh Masss!! disituuhh" Ucapnya seolah meminta tangan Pak Sukani tetap mengelus-elus disana.

"Memangnya pengen diapain??" Lagi-lagi Pak Sukani bermain-main dengan hasrat Nurul yang sudah mulai naik.

Dan Nurulpun tampak sudah tidak sabaran, "Pe--pengen dimasukiii... ssshhhh" Secara tak sadar Nurul mendesah meminta sesuatu yang tak senonoh pada Pak Sukani, tapi entah kenapa permintaan itu justru sukses melambungkan hasrat Nurul semakin tinggi ke awang-awang.

"Dimasuki?? dimasuki pake apaan nih??" Pak Sukani semakin memancing-mancing keberanian Nurul.

Tanpa perlu menjawab sama sekali, tangan Nurul yang tadinya memeluk leher Pak Sukani bergerak ke arah bawah dan meraih batang kejantanan Pria tua itu, "Pakai ini Mas!" pintanya dengan suara manja.

Sambil kemudian ia mulai membelai, meremas dan mengurut batang penis itu dengan pelan. Nurul mengikuti instingnya sendiri dengan tidak mau kalah untuk memberikan rangsangan balik kepada pejantannya tersebut.

"Kamu nakal ya" kerling Pak Sukani tersenyum menggoda.

Dibalas oleh Nurul dengan sebuah genggeman kuat pada penis pria tua itu, "Iyaa!! emangnya kenapa??" jawabnya tersenyum bersemangat dibalik cadarnya.

Dan Pak Sukanipun membalas tersenyum dengan mata berbinar menyaksikan perempuan alim yang sebelumnya sangat pasif dalam bercinta itu, kini telah berubah menjadi perempuan binal haus seks yang begitu agresif. Bahkan Pak Sukani sendiri tak menyangka kalau progres perubahan Nurul begitu cepat seperti ini karena Pak Sukani pernah berpikir bahwa seorang akhwat agak susah berubah menjadi wanita binal yang sesuai dengan keingannya.

Namun tampaknya untuk kasus Nurul Pak Sukani salah besar, "Cium dulu dong" pinta Pak Sukani pada Nurul.

Tanpa ba-bi-bu dengan cepat Nurul langsung mengangkat cadar yang menutupi wajahnya dengan tangan kiri dan segera menyosor mulut Pak Sukani dengan mulutnya sendiri. Melumatnya dengan begitu ganas sehingga sejenak Pak Sukanipun dibuat kaget akan tindakan akhwat alim istri dari Haris itu. Tapi dia segera bertindak menyambut dengan tak kalah panasnya. Lidah mereka saling membelit, bertautan, berebut hendak menghisap semua kenikmatan yang timbul karenanya.

"Smooooocckkkhhhh... mmmuuuaaachhh... mppppuuuaahhh.." Begitu hebat ciuman tersebut sampai-sampai mengeluarkan suara yang begitu erotis untuk didengar.

Dalam ciuman panas itu pula, Pak Sukani menggeser tangan kanannya kearah punggung Nurul sambil mencari-cari kaitan penyangga BH hitam berenda yang digunakan istri Haris itu. Dengan telapak tangan kasarnya Pak Sukani mengelus-elus dan merabai daerah punggung Nurul sambil kemudian langsung melepas kaitan BH yang tengah dipakai Nurul.

Dalam satu gerakan singkat, Nurul yang saat itu tengah di amuk birahi luar biasa tak kuasa menghindarkan bahan pembungkus dadanya itu terlepas dari tempat awalnya, membebaskan daging yang membusung membulat padat dengan puncak berselimut areola berdiameter kecil dan puting berwarna merah jambu. Memberi akses penuh kepada tangan kiri Pak Sukani yang segera beranjak dari daerah selangkangan menuju bagian dada Nurul.

Dengan gerekan pelan, telapak tangan pria tua itu pun langsung menyambangi bukit membusung berukuran 36B milik Nurul tersebut, meremasnya perlahan berputar-putar, membelai dengan lembut, serta terus memelintir puncaknya yang mencuat dengan ibu jari dan telunjuknya, mengirimkan sejuta denyut-denyut gairah yang semakin menggelitik didaerah sana.

"Ssssshhhhhhhh..." Desisan Nurul semakin terdengar jelas disela-sela ciumanannya dengan Pak Sukani.

Ia hanya dapat membalas perlakuan pejantannya tersebut sambil membusungkan bagian dadanya kedalam telapak tangan pria tua itu, jemari lentik miliknya juga tidak berhenti menggenggam penis besar Pak Sukani yang sudah mulai ereksi seakan memberitahu bahwa dia sudah tidak sabaran lagi ingin segera merengkuh kenikmatan dari benda lonjong nan besar itu.

"Sabar yah cantik!" pinta Pak Sukani mencolek hidung Nurul. Dia tahu bahwa akhwat dalam pelukannya tersebut sudah tidak sabar ingin segera dimasuki dan digenjot-genjot penuh birahi oleh batang kejantanannya sampai dia puas. Namun karena Pak Sukani punya agenda lain hari ini, jadilah dia harus menahan hasrat Nurul sedikit lebih lama.

Usai berkata seperti itu, Pak Sukanipun tersenyum nakal dan menurunkan wajahnya merambat kebawah kepala Nurul sambil diikuti oleh pandangan mata Nurul yang menatapnya dengan sayu dan pasrah. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah gundukan daging sang akhwat yang sedari tadi sudah seperti memanggil-manggil bibirnya untuk bermain-main disana.

“Ahhhhaa... geliihhh Mashh....” Erang istri Haris itu menggigil seraya menggeliatkan tubuhnya saat kedua bibir Pak Sukani mencucupi puting payudaranya.

Wajah Nurul langsung menengadah sambil badannya membusung ke wajah Pak Sukani karena dipicu oleh lumatan Pria tua itu pada puncak dadanya. Tubuh Nurulpun terasa seperti didera berjuta nikmat kesangatan yang menjalar melewati setiap simpul syaraf yang ada pada tubuhnya. Apalagi rasa geli yang dirasakan Nurul bertambah berkat kumis-kumis tipis Pak Sukani yang sedikit tajam menusuk-nusuk kulit payudaranya.

Secara bergantian, puting kiri dan kanan Nurul tak pernah luput dari mulut Pak Sukani sehingga membuat tonjolan berwarna merah muda itu mengkilap basah karena air liur. Kuluman Pak Sukani pada puting Nurul itupun juga sangat bertempo dan berirama padu, dan semakin lama semakin menambah melodi kenikmatan yang menggelegak dalam diri Nurul, yang tatkala hanya dapat membalas dengan meremasi rambut Pak Sukani seakan-akan mencari pegangan kuat atas gelombang nikmat yang tengah menderanya.

"Enggghhhh... mmmaaasshhhh..." lenguh Nurul tak berhenti.

Namun Pak Sukani sama sekali tidak menghiraukan lenguhan-lenguhan liar yang keluar dari mulut Nurul. Ia terus fokus dengan cumbuannya di payudara istri Haris itu sampai-sampai menimbulkan bekas cupangan-cupangan berwarna merah. Karena selain bermain-main dengan lidahnya, Pak Sukani terkadang juga menggigit-gigit kecil bongkahan payudara itu dengan giginya.

“Ini tanda kalau kamu milikku Dik!” Ucap Pak Sukani puas saat melihat dan menyentuh bekas cupangan di sekitar daerah payudara Nurul yang merah seperti bekas gigitan nyamuk.

Perlahan-lahan, tangan Pak Sukani mulai meraba turun kearah perut Nurul hingga akhirnya kembali berhenti di pangkal selangkangan istri Haris itu. Tak menunggu lama, jari-jari nakal Pak Sukani kemudian mengelusi daerah sekitaran sana mulai dari permukaan paha jenjang nan mulus itu sampai akhirnya menyelinap masuk ke balik celana dalam yang dipakai Nurul.

"Oooouuuggghhh...” Nurul tersentak saat jemari Pak Sukani berhasil menyelusup dan menyentuh daerah kewanitaannya yang telah lembab itu. Matanya yang indah terbelalak seraya menggelinjang dengan napas tercekat seperti orang tersedak.

Pak Sukanipun segera beraksi. Ia menggerakkan jari tangannya merabai permukaan vagina Nurul untuk mencari keberadaan daging kecil yang tersembunyi diantara kelopak bibir vagina sang akhwat itu. Sesekali, jari-jari lainnya juga ikut ditusukkan pelan ke dalam lubang vagina Nurul sehingga terdengar suara tertahan dari bibir Nurul.

"Ouuugghh.. Masshh... ennaakkk!! teruuuussshhhh!" Nurul yang terbangkitkan gairah seksualnya itu, mendesah-desah begitu.

Sementara itu, seluruh permukaan bagian dalam vagina Nurul ternyata telah basah dan berdenyut-denyut dengan kuat mengeluarkan cairan cintanya. Gerakan jemari Pak Sukani tampak mengelitik seluruh syaraf peka didalamnya sehingga membangkitkan rasa gatal yang amat sangat bagi Nurul. Tapi tak berapa lama kemudian Pak Sukani kembali menarik jarinya yang telah basah itu dan mengangkatnya ke depan wajah Nurul.

"Kamu sudah basah sekali Dik!" Pak Sukani memamerkan jari-jarinya yang basah oleh cairan cinta Nurul.

Dan Nurul menatap jari pria tua itu dengan mata yang berbinar-binar tidak karuan. "Iyahh mass.. Aku sudaah basahh" jawab Nurul dengan nafas yang agak terengah-engah.

Pak Sukani tersenyum sebentar mendengar jawaban Nurul lalu beringsut lebih ke bawah seraya menyelusuri permukaan kulit dada Nurul dengan lidahnya. Terus ke bawah menghampiri perut dengan jilatan-jilatan ringan diiringi tatapan Nurul yang tak lepas melihat segala perbuatan Pria tua itu pada tubuhnya. Hingga tak berapa lama, wajah Pak Pak Sukanipun sampai pada daerah selangkangan Nurul yang masih terutup oleh celana dalama hitam berenda yang dipakainya.

Pria tua itu berhenti sejenak, mengangkat wajahnya sedikit dan menatap kearah dua bola mata Nurul yang juga tengah menatapnya, "Angkat pinggulmu sedikit, Sayang." pinta Pak Sukani meraih pinggiran berkaret carik kain terakhir di pertemuan paha mulus itu.

Dengan pasrah, Nurul pun mengangkat bongkahan pantatnya sambi perlahan membiarkan benda berbentuk segitiga penutup selangkangannya tersebut bergerak turun tergusur dari tempatnya semula. Menampakkan kemaluan ranumnya yang masih terlihat bersih, harum, berbulu tipis serta berawarna merah muda merekah. Kemaluan Nurul tersebut nampak berkedut-kedut ringan seraya mengucurkan tetes-tetes cairan cintanya.

"Apa kabar cantik?? lama gak ketemu" Ucap Pak Sukani seolah-olah sedang berbicara dengan kemaluan Nurul tersebut.

Sementara Nurul memerah karena menahan malu oleh tindakan konyol Pak Sukani, "Ihh.. kok malah diajak ngobrol sih??!!" protes Nurul begitu manja.

Kemudian tak berapa lama, Pak Sukanipun mulai kembali meneruskan aksinya dengan mengangkat satu paha Nurul keatas bahunya serta langsung menenggelamkan wajahnya di selangkangan Istri Haris tersebut. Akhwat cantik yang saat ini masih memakai jilbab panjang dan cadar itu pun tanpa sadar membuka selangkangannya dan membiarkan selingkuhannya tersebut menjelajahi harta tersucinya dengan ikhlas.

“Ahhhhhhhh...”jerit Nurul saat bibir Pak Sukani melumat ganas lepitan lembab bibir vaginanya, menghisapnya dengan gemas, lalu menelusup masuk kedalam celah tersebut untuk menjaelajahi kelembaban yang lembut tetapi sangat peka untuk sang empunya.

Seluruh permukaan bagian dalam dari liang itu telah basah dengan aroma khas yang makin membangkitkan gairah kelelakian Pak Sukani. Pun sebaliknya untuk Nurul yang semakin blingsatan oleh jilatan dan hisapan yang dilakukan Pak Sukani pada daerah kewanitaannya tersebut. Yang mau tak mau membakar semua sumbu nikmat yang ada dalam tubuh istri berjilbab Haris itu.

"Aaaahhh... terus Maaass!! ennnaaakk!! teruusshhh..." Tubuh ranum yang sintal itu menggerinjang hebat sambil terus mengeluarkan desahan.

Nurul meliuk-liuk akibat rasa geli dan nikmat di vaginanya seperti cacing kepanasan di bawah tekanan gelombang demi gelombang nikmat yang menyeret dirinya hingga tak tertahankan lagi. Ia meremas-remas permukaan ranjang pengantin sucinya bersama Haris tersebut untuk mencari pegangan atas deruan ombak birahi yang didapatnya dari selingkuhannya tersebut.

"Ouughh.. Teruskaann Masshh.. aakkkuuu.. sedikiittt.. lagiihhhh...!" Suara desahan Nurul serta suara becek yang erotis menggema di ruangan kamar itu.

Pak Sukani mendongak sedikit untuk melihat ekspresi wajah Nurul yang tertutup cadar berwarna hitam itu. Entah kenapa, gairahnya juga sangat menggebu-gebu ketika yang dapat Ia lihat hanyalah sepasang bola mata sayu milik Nurul yang memancarkan sinar birahi mengisyaratkan kenikmatan yang begitu hebat sedang dirasakannya. Mungkin sensasi seperti ini jugalah yang dicari oleh para penikmat akhwat-akhwat seperti Pak Sukani yang begitu suka dengan tatapan para perempuan-perempuan penjaga iman tersebut.

“Heeengh?” Nurul melenguh pelan sedikit terkejut saat Pak Sukani tiba-tiba menghentikan kegiatan mulutnya yang bermain sebentar di vaginanya. Nurul yang sedang mendongak-dongak nikmat sedari tadi, langsung memandang kearah bawah dengan matanya yang agak sayu serta nafasnya yang memburu seolah mencari penjelasan atas tindakan Pak Sukani.

“Hehehe.. tenang Dik! Kita belum selesai kok!” ujar Pak Sukani sambil tersenyum cengengesan saat menyadari tatapan Nurul yang tampak penasaran karena gairah seksualnya sudah hampir sampai di puncak. Namun harus dipaksa berhenti begitu saja di tengah jalan.

"Coba deh kamu nungging" pinta Pak Sukani tersenyum.

Awalnya Nurul merasa sedikit ragu dengan permintaan Pak Sukani tersebut. Namun entah kenapa dirinya malah mengangguk mengikuti saja permintaan pria tua itu sambil mulai menunggingkan tubuhnya dengan perasaan yang cukup antusias dan penasaran. Dengan malu-malu, Nurul bergerak memutar tubuhnya sambil menutup kemaluannya sendiri untuk segera menumpu tubuhnya diatas ranjang dan memamerkan pantatnya dihadapan Pak Sukani dengan ekspresi yang tampak agak ragu.

"Pantatmu indah sekali Dik!" Pak Sukani tersenyum kian antusias saat melihat pantat Nurul terpampang dihadapannya dengan begitu jelas. Apalagi lubang kecil yang berkedut-kedut tepat di tengah bongkahan pinggul tersebut seperti memanggil-manggil dirinya untuk mendekat.

Sesuai dengan tujuan awalnya malam ini, Pak Sukani segera membungkuk dan mengamati pantat Nurul yang montok itu dengan mata yang melotot dan ludahnya yang terteguk berkali-kali. Pak Sukani memperhatikan seluruh area pinggul akhwat itu dengan seksama mencoba mencari-cari sedikit kesalahan yang terdapat disana.

Namun ternyata Pak Sukani tak menemukannya, tak ada satupun cacat yang terdapat pada bagian tersebut bahkan bulu-bulu halus pun tak ada. Semuanya sempurna begitu putih dengan lubang mataharinya berwarna merah jambu dan berdiameter sangat kecil.

"Ma--mas nga--ngapin sih??" Ucap Nurul tergugup berusaha menahan malunya. Nurul sangat yakin kalau di belakang sana, Pak Sukani memperhatikan bagian lain yang tersembunyi di bagian pantatnya tersebut dengan seksama seperti pertama kali pria tua itu menyaksikan vaginanya.

Sontak sebuah perasaan cemas menghampiri hati Nurul saat dia merasa kalau Pak Sukani akan melakukan sesuatu pada lubang pembuangannya tersebut. Hingga tiba-tiba saja, Nurul terlonjak kaget saat dia merasakan sebuah benda kenyal hangat menempel pada lubang duburnya, "Eeeenggghhh.. Masssshh Jangaaaaaann!!" protes Nurul menjauhkan pantatnya.

"Kenapa Dik??" tanya Pak Sukani sedikit heran.

Nurul lalu menenggelamkan mukanya pada bantal, "Disitu kotor Mas!" jawabnya pelan.

"Tidak ada yang kotor pada dirimu Dik!" rayu Pak Sukani meraih kembali pinggul Nurul yang anehnya masih tetap tertungging meski sempat memprotes. "Percaya sama Aku!! ini akan sangat beda dari yang kemarin-kemarin" lanjut Pak Sukani yang kembali menempelkan lidahnya pada lubang anus Nurul.

"Enggghhh..." desah Nurul tertahan oleh bantal seiring perjalanan lidah Pak Sukani yang hangat menyelusup dan mengecup kelembutan yang berada disana.

Baru kali ini Nurul merasakan suatu perasaan aneh nan geli bercampur nikmat yang berbeda dari sebelumnya-sebelumnya. Rasa hangat yang diberikan lidah Pak Sukani itu terasa begitu berbeda dari apa yang dirasakannya pada saat lidah kasar itu berada di daerah vaginanya. Apalagi saat Pak Sukani mulai menjulurkan lidahnya menjilati permukaan sekitar lubang anusnya itu sambil perlahan-lahan membelah masuk menjejalkan lidahnya ke dalam.

"Uuuggghhh... enaakk.. Masss!!" rintih Nurul yang tak dapat menyembunyikan sebuah rasa nikmat baru yang tengah membuatnya melayang.

Bahkan tak cukup sampai disitu saja, kini tangan Pak Sukani juga ikut bermain-main kembali mengelusi bagian vagina Nurul dengan aktif sambil terus menciumi lubang pantat Istri berjilbab Haris itu. Pak Sukani menggerakkan jari-jari tangannya bergerilya di permukaan liang vagina Nurul untuk mencari klitoris yang tersembunyi.

Setelah tonjolan daging kecil itu ditemukannya, Pak Sukani langsung menggesek-gesekkan ujung telunjuknya dengan pelan pada klitoris tersebut sehingga Nurul kian blingsatan dibuatnya. Apalagi Pak Sukani juga menggunakan ibu jarinya untuk menusuk-nusuk liang vagina Nurul dengan ritme keluar masuk yang lumayan cepat.

Berulang-ulang Pak Sukani mengulangi perlakuannya itu pada vagina dan pantat Nurul sehingga memberikan kenikmatan dua kali lipat pada diri sang akhwat yang tidak tahan untuk menggelinjang kegelian dan bergerak-gerak bergoyang seperti seekor ular. Sesekali pula, Pak Sukani juga ikut membenamkan wajahnya ke celah pantat Nurul dan menekean-nekan hidungnya sedalam mungkin untuk meresapi aroma yang ada disana.

"Oouuugghh.. Masssshh.. Kayaakknyaa.. aakkuuhh" Rintih Nurul memegang kuat sprei ranjang yang ada di sampingnya.

Keringat Nurul telah mengucur deras membasahi seluruh permukaan kulit mulusnya sehingga membuat tubuh ranum istri Haris itu mengkilat oleh terpaan sinar lampu kamar tempat adegan panas itu berlangsung. Dengus napas Nurul yang memburu terdengar riuh bersahut-sahutan dengan desahan dan bunyi kecipak vaginanya yang mengiringi setiap langkah birahinya menuju satu tujuan. Tujuan yang tengah diarunginya seraya di bimbing oleh lelaki tua yang berstatus sebagai selingkuhannya tersebut.

Pak Sukani yang juga telah diberi sedikit aba-aba itu, juga langsung menambah gencaran birahinya pada organ keintiman Nurul untuk berusaha memenuhi keinginan syahwat dari Istri Haris tersebut. "Keluarkan Dik!! keluarkan!!" ucap Pak Sukani seperti sednag menyemangati Nurul.

Hingga tak berapa lama kemudian, Nurulpun melonglong nikmat merasakan tubuhnya menggigil seperti dilanda oleh demam, "Akkuuuuu... piiiipiisssshh.. Masshhhh!!" teriaknya melenting seperti busur diiringi gerakan tubuhnya yang liar tak beraturan, menggelepar nikmat ke kanan dan kekiri sambil mulut indahnya langsung menggigit bantal yang ada didepannya.

Orgasme yang datang melambungkan perasaan Nurul ke awang-awang dan membuat perasaanya menjadi melayang seperti kapas diterpa angin. Hasratnya tersebut meledak hebat sesaat hingga akhirnya turun kembali dengan hasrat utuh terpenuhi. Bahkan dalam posisi masih menungging tersebut, tubuh Nurul hanya dapat tergeletak lunglai tak bertenaga sama sekali.

"Wohooooo.... Sampai squirt kamu Dik!" ucap Pak Sukani berbinar melihat tangannya yang basah oleh Nurul terkencing-kencing banyak karena orgasmenya. Pertanda kalau akhwat yang berada di depannya ini memang mencapai puncak kenikmatan yang jauh lebih nikmat dari sebelum-sebelumnya. Ini merupakan sebuah kesuksesan besar bagi Pak Sukani karena dia sebentar lagi akan mengambil hidangan utamanya.

"Nah! sekarang, gimana kalau kita mulai hidangan spesialnya??" senyum Pak Sukani dengan Penis mengacung ke arah lubang pantat Nurul.

#Bersambung..............


"Kurang ajar emang TS ini. udah dibikin pemanasan, malah gak dibikin finishing touchnya"

Hehehe. maapin ya suhu. Ane ngetiknya bertahap-tahap gitu karena suka kehilangan moodnya belakangan ini. Jadi ane kira kentang lebih baik daripada gak update sama sekali. bener gak??
kwkwkwkwkwkw.
maaf kalau ada typo dan salah pengulangan kata dan sebagainya.
Ane usahain cerita ini update terus walau mungkin hanya seminggu sekali.
Peace :Peace:
 
Wooooow..memang tegang membaca ceritanya..akhirnya di anal juga hehehe
 
Udh pegang kontol malah kentang....
Tp gpp smbil bayangin nurul dianal tuh emg josss
 
duluu kyak e pernah baca tp cmn diprolog dan blm sempet ngikuti
ternyataaaaah menjajikan critanya
ijin buka tenda dimari huu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd