Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

aku dan mangsaku

Tumo : Mau dimasukan kesini ummi?

Tanya Tumo menempelkan ujung kepala penisnya di lobang anusku yang merekah. Aku mengangguk malu, jujur saja aku tidak bisa melupakan nikmatnya ketika diriku di setubuhi waktu itu, dan aku ingin kembali merasakannya, menikmati ketika anusku di sodok kasar oleh kontol Tumo yang besar.

Tumo : Ngomong dong ummi, jangan ngagguk doang, bilang kalau ummi mau anusnya di jebol…

Aku : Iya… Iyaaa… Tumo, jebol anusku Tumo, pake kontol kamu… Aahkk….

Sumpah, jantungku rasanya mau copot saat mengatakan hal tersebut kepada Tumo. Lalu dengan perlahan kurasakan kepala jamur Tumo menerobos masuk, semakin lama semakin dalam dan Jleeeeb…. Aaaaaahkk…. Anusku berhasil di tembus oleh kontol Tumo, dan rasanya sungguh sangat nikmat.

Setelah beberapa menit dianal oleh tumo. Tumo mengajakku berpindah tempat ke belakang. Kami berdua keluar kamar mandi dan langsung berjalan cepat ke bagian belakang rumah. Tumo kemudian mengajakku masuk kesebuah ruangan seperti sebuah kamar. Aku menduga ini adalah kamar pembantu.

Tumo : ayo ummi kita lanjutin disini biar aman
Aku : ini kamar siapa?
Tumo : ini kamar bibi, pembantu dirumah ini. tenang aja ummi bibi lagi pulang kampung jadi aman.

Pov Fani

Apa yang kulihat saat ini tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Sanking shoknya, aku hanya bisa diam membeku.
Aku yang tadi lagi seru-serunya mendengar ceramah uztadzah aisyah, tiba-tiba aku mendengar suara yang aneh dari arah kamar mandi. Awalnya aku menuju kekamar mandi untuk pipis, namun pada saat didepan kamar mandi, terdengar suara yang sama-samar. Suara tersebut seperti suara desahan dua orang yang sedang berhubungan intim. Tak berapa lama kudengar sepertinya mereka akan keluar kamar mandi. Akupun segera bersembunyi dibalik meja dapur.

astagaaa…

Kulihat ukhti Fatimah keluar dari kamar mandi berdua dengan seorang pria yang baru saja kukenal. Dia adalah Tumo. Iya..dia adalah keponakan dari ukhti hanin. Tak kuduga dia menjalin hubungan gelap dengan ukhti Fatimah. Mereka keluar dengan pakaian yang acak acakan. Setelah keluar mereka berjalan kearah belakang rumah.

Tentu saja aku marah, aku hendak melabrak mereka, sungguh sangat menjijikan melihat apa yang mereka lakukan saat ini. Namun langkahku terhenti, entah kenapa mendadak aku jadi ragu untuk melabrak mereka berdua, walaupun emosiku sudah sangat memuncak dan bersiap untuk kuledakan. Aku memutuskan diam diam mengikuti mereka. Saat dibelakang rumah kulihat mereka berdua masuk kedalam sebuah kamar. Aku lalu mendekati kamar tersebut dan melihat apa yang mereka lakukan selanjutnya. Beruntungnya aku menemukan ada sedikit celah dijendela kamar sehingga aku bisa mengintip mereka.

Ukhti Fatimah : Tumo… Kayak tadi aja… Aahkk….

Kudengar suara ukhti fatimah yang mendesah

Tumo : Kenapa ummi?
Ukhti Fatimah : Di sana masi ada ukhti ukhti yang lain, Aahkk.. Oohhk… Pelan-pelan tumo…. Aahkkk….

Sungguh aku tidak menyangkah kalau ukhti fatimahbisa bermain gila dengan seorang laki laki yang bukan muhrimnya

Plooookkss…. Plookkss…. Plookksd… Plookkss…. Plookkss….

Tumo : Memek ummi enak, Aahkk… saya suka memek ummi, Aahkk… Aahkk…”

Kedua tangan Tumo mencengkram pantat ukhti fatimah, sambil menggerakan pinggulnya maju mundur menyodok vagina Ukhti Fatimah dalam posisi menungging. Kulihat banyak cairan vagina ukhti fatimah yang meleleh keluar, turun hingga kepahanya.

Ukhti Fatimah : Udaah… Aahkk… tumo! Saya gak kuat….

Tumo : Tenang aja ummi, nikmatin aja kontol saya! Ukhti ukhti yang lain aman pokoknya mereka gak akan ganggu kita

Tumo memutar tubuh ukthi fatimah menghadap kearahku, sehingga aku dapat melihat wajah ukhti Fatimah yang merah padam. Oh Tuhan, raut wajah Ukhti fatimah mengisyaratkan kalau ia sangat menikmati persetubuhan ini. Tapi aku bersyukur Ukhti fatimah tidak melihat kearah jendela, kalau tidak, ia akan tau kalau aku saat ini sedang menonton persenggamaaannya dengan pria lain. Dan yang lebih menjijikan lagi, pria itu tak lain adalah keponakan ukhti hanin.

Tumo : tenang ummi , dikamar ini ummi gak perlu khawatir tentang ukhti ukhti yang lain, dan bisa fokus menikmati kontol sayakan ummi…

tumo menyeringai, lalu kulihat tangan kurang ajarnya meremas payudarah Ukhti fatimah. Rasanya aku ingin memukul wajah seringai tumo, tapi tatapannya entah kenapa membuat nyaliku menjadi ciut.

Ukhti Fatimah : Tapi Tumo?

Tumo : ga ada yang bisa lihat ummi… percaya sama saya ummi, pasti gak akan ada gangguan.”

Kututup mulutku saat kembali melihat pemandangan yang menakjubkan. Di hadapanku saat ini kulihat benda besar yang nan gemuk mengacung tepat di depan pantat semok milik Ukhti fatimah. Ya Tuhaaan… Ampuni dosaku yang membiarkan Ukhti fatimah berzina. Kulihat tangan Ukhti fatimah membuka kedua belah pantatnya, sehingga aku dapat melihat lobang anus Ukhti fatimah yang kemerahan. Sebenarnya apa yang di inginkan Ukhti Fatimah? Kenapa Ukhti Fatimah bisa berbuat sejauh ini.

Tumo : Mau dimasukan ke anus lagi ummi, kayak yang tadi?

Kulihat kepala penis tumo di tempelkan kelobang anus Ukhti Fatimah yang merekah. Anal? Astaga Ukhti Fatimah…. apa yang ada di pikiran Ukhti Fatimah? Sadar Ukhti Fatimah… Aku mohooon…

Kepala Ukhti Fatimah mengangguk, menandakan kalau ia ingin Tumo menganalnya.

TuMo : Bilang lagi dong ummi kalo pingin dianal kayak tadi, jangan ngangguk doang, bilang kalau ummi mau dianal lagi…

Sepertinya tumo sengaja ingin mempermainkan ukhti fatimah kalau Ukhti Fatimahlah yang menginginkan dirinya, bukan dia yang menginginkan Ukhti Fatimah, membuatku rasanya jijik melihat Ukhti Fatimah yang terlihat sangat nakal. Tapi kenapa Ukhti Fatimah bisa seperti ini? Di mana Ukhti Fatimah yang kukenal dulu? Orang yang selalu menjadi panutanku, yang mengajarkanku banyak kebaikan, tapi kini malah mempertontonkan perbuatan yang tidak senono di hadapanku.

Ukhti Fatimah : Iya… Iyaaa… Tumo, anal anusku lagi tumo, pake kontol besar kamu… Aahkkk….”

Sumpah, jantungku rasanya mau copot saat mendentar Ukhti Fatimah meminta Tumo untuk menganalnya. Lalu dengan perlahan kulihat kepala penis besar itu menerobos masuk, semakin lama semakin dalam dan Jleeeeb….

Ukhti Fatimah : Aaaaaahkk…..aaaaahhkkhh…

Ukhti Fatimah memekik, ketika Anusnya berhasil di tembus oleh kontol tumo, dan rasanya tubuhku melemas melihatnya. Dengan gerakan teratur kuperhatikan Tumo menyodok anus Ukhti Fatimah. Hancur sudah kepercayaanku terhadap Ukhti Fatimah yang baik. Seorang wanita yang selama ini mengajariku, menyayangiku dengan caranya yang luar biasa. Aku berdiri lemas, sambil memperhatikan mereka berdua yang sedang berzina. Dari luar jendela kulihat Tumo menyodok anus Ukhti Fatimah, sesekali ia menampar pantat Ukhti Fatimah yang semok hingga meninggalkan bekas merah.

Ukhti Fatimah : Ooooo… Jaaang! Aaahkk… Aahkk….

Rintih Ukhti Fatimah, dia terlihat seperti pelacur saat ini. Tak sadar aku meneteskan air mataku, aku sedih, hatiku hancur tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menyaksikan tumo yang sedang menganal Ukhti Fatimah. Mempermalukan Ukhti Fatimah di hadapanku. Aku hanya pasrah melihat Ukhti Fatimah yang sedang melayani Tumo.

Tumo : Anus ummi enak bangeet, kontol saya seperti di pijit-pijit… Aahkk… Enaknyaaa….

Erang Tumo, saat menyodok anus ukhti fatimah. Membuatku malu dan membuang muka sejenak, menghilangkan rasa jengah yang kurasakan saat ini.

Ukhti Fatimah : Aaahkk… Tumo… Ooohk… Lebih cepaat Tumo, sayaaa mau nyampeee….!

Nyampee…? Apa maksudnya? Aaahk… aku tidak mengerti, dan tidak mau mengerti aku berharap pemandangan ini segera berakhir, karena ini sangat menyakitkanku. Tapi… tapi… kenapa aku di sini? Cuman mau melihat hubungan gelap Ukhti Fatimah? Atau pengen melihat Ukhti Fatimah bersetubuh? Jangan-jangan Aku suka melihat Ukhti Fatimah dan Tumo bersetubuh? Ah… tidak… Aku tidak suka, aku benci. Aku benci saat mendengar suara Ukhti Fatimah yang mengerang nikmat, aku benci saat melihat Ukhti Fatimah yang malah ikut merangsang dirinya sendiri dengan cara menggesek-gesekan vaginanya dengan jemarinya.

Ukhti Fatimah : Tumo… Aku keluaaar!
Tumo : Aku juga Ummi…. Aahkk….Crreettz…. Creerrs….

Tubuh mereka berdua, kulihat terguncang-guncang, lalu tampak cairan putih keluar dari sela-sela anus Umi. Tumo mencabut penisnya dari anus ukhti fatimah, terlihat senjatanya yang besar, membuat nafasku memburu. Itu 2x lebih besar dan Panjang dari milik suamiku.

Sepertinya mereka sudah selesai bersetubuh, lebih baik aku segera pergi agar tidak ketahuan. Aku segera menuju kamar mandi untuk melanjutkan pipisku yang tertunda. Didalam kamar mandi aku terus memikirkan apa yang terjadi tadi. Setelah selesai akupun keluar kamar mandi. Saat akan keluar tiba tiba tumo sudah ada didepan pintu kamar mandi menghadangku. Kemudian ia menghampiriku, lalu mendorongku hingga menabrak dinding.

Aku : Kamu mau apa?

Kataku dengan sisa-sisa kemarahanku kepadanya. Dia tersenyum dan tanpa mengatakan apapun, dia menyusupkan tangannya masuk kedalam rok panjangku, aku kaget hendak berontak tapi ia menahanku, hingga jemarinya menyentuh bibir kemaluanku.

Tumo : Sudah basah…

Aku mendelik kesal, sambil menahan pergelangan tangannya.

Tumo : Enak gak di giniin? Sama, Ukhti fatimah juga keeanakan waktu aku entotin memeknya….

Jelas tumo, jemari telunjuknya menggesek-gesek vaginaku. Apa coba maksudnya mengatakan hal tersebut kepadaku? Dia ingin merayuku dan akan memperkosaku? Tidak akan kubiarkan dia melakukannya, aku yakin teriakanku cukup untuk memanggil seisi rumah. Aku memalingkan wajahku, sumpah aku malu karena kedapatan menikmati sentuhan jemarinya di vaginaku.

Tumo : Ukhti fani sayang sama Ukhti Fatimah?

Aku mengangguk jujur, karena aku sangat menyayangi Ukhti Fatimah seperti kakakku sendiri.

Tumo: Kalau gitu Ukhti Fani gak boleh marah sama Ukhti Fatimah, apa lagi ngaduhin apa yang di lakukan Ukhti Fatimah sama aku.

Rupanya tumo tau kalo tadi aku mengintip persetubuhan mereka dikamar belakang.

Aku : Kenapa UKhti Fatimah ngelakuin itu sama kamu?
Tumo : Karena aku sayang sama Ukhti Fatimah! Tapi lebih jelasnya Aku belum bisa kasi tau, tapi nanti Aku pasti kasih tau kamu.
Aku : Kapan?
Tumo : Esssrt…. Ukhti nikmatin aja dulu ya, biar adil kayak ukhti fatimah tadi.

Bisiknya, dia memeluk tubuhku, dan kubenamkan wajahku di dadanya yang bidang. Aku diam, meresapi, menikmati sentuhan jemarinya di bibir vaginaku, sementara itu tangan satunya menyelinap masuk kedalam pantatku, meremas pantatku, menelusuri belahan pantatku. Kugigit bibirku saat merasakan getaran halus yang berasa nikmat. Ternyata ini yang di rasakan Ukhti Fatimah barusan, pantesan Ukhti Fatimah bisa mengerang sekencang itu, di sentuh saja sudah begini nikmatnya apa lagi kalau sampe di masukan. Aahkk… Apa yang aku pikirkan. Tubuhku terasa memanas, dadaku sesak, dan nafasku memburu nikmat. Beberapa detik kemudian aku merasa ingin pipis dan akhirnyaa…. Seeerr… Seerr… Oh rasanya nikmat sekali. Tumo menarik kedua tangannya, dia memperlihatkan jemarinya yang berlendir.

Tumo : Enakkan? Ini belum seberapa…

Ujarnya, sembari membelai wajahku.

Tumo : Sekarang ukhti kumpul lagi, nanti dicariin… Ingat pesan aku, gak boleh bilang siapa siapa.

Aku mengangguk pelan dan menurutinya seperti orang terhipnotis padahal aku baru saja dilecehkan olehnya. Setelah nafasku kembali teratur, aku berlari meninggalkan tumo dengan berjuta rasa yang tidak karuan yang memenuhi otakku.



Pov Tumo

Sepertinya mangsaku bertambah satu lagi….



BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd