Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Alana

CHAPTER 14





POV Alana



Oh Tidak….

Apa maksud dari tatapan lelaki itu padaku barusan? Tidak mungkin dia mengetahui jika Rafa adalah putranya, kan? Aku yakin sampai sejauh ini aku masih belum mengatakan apa-apa padanya atau sedikit menyinggung tentangnya dan Rafa. Malah aku berusaha untuk menutup rapat-rapat hal ini darinya.

Apalagi senyumannya itu? Duhh, ini gara-gara Rafa yang tiba-tiba meminta sesuatu yang membuat segalanya menjadi bermasalah. Aku harus segera memungkasi pertemuan mereka saat ini juga. Karena kalau di teruskan, mungkin saja lambat laun lelaki itu menyadari ada yang tidak beres.

Aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam. “Om… Rafanya udah mau istirahat.”

Ketiganya lantas menoleh padaku. Kak Risna memberiku tatapan protes, tapi aku hanya melempar senyum saja padanya.

“Jadi omnya datang lagi nanti ya.”

Lelaki itu malah menatapku. Beberapa jenak kami saling bersitatap.

Tatapanku pun tak mau kalah dengannya, bahkan tatapanku ini seakan mengisyaratkan padanya, menagih janjinya yang tadi ia ucapkan. Yang katanya, dia tak akan lama di sini.

“Unda… om nya mau jadi ayahna Fafa” aku menoleh ke putraku. Aku hanya bisa memasang senyum masam saja, karena bingung buat jawabnya.

“Dedek. Tidak baik ngomong kayak gitu, gak boleh sembarangan loh. Nanti kalo omnya marah gimana?” ujarku selanjutnya. Putraku langsung keliatan lesu.

“Saya tidak akan marah. Jadi mulai sekarang, Rafa bisa memanggil om dengan panggilan ayah… oke sayang?” Ya Allah, ujian apalagi yang engkau berikan pada hamba saat ini?

“Asyikkk…. asyik…. fafa sekarang punya ayah… asyik”

Aku kini bertatapan dengan kak Risna. Tampak kak Risna senang mendengarnya, tapi tidak denganku. Aku kini merasakan kecamuk dalam hati, perasaanku mulai tak karuan rasanya di dalam sana.

“Ya sudah Rafa. Ayah mau pulang sekarang, tapi ayah janji… ayah akan kembali lagi”

Aku mencoba untuk menahan agar tidak mengatakan sesuatu padanya. Tahan Alana, kamu pasti bisa. Jangan dulu engkau melakukan sesuatu yang justru akan menghancurkan segalanya.

“Ok ayah. Besok datang lagi ya”

“Pasti. Ayah akan dat-” aku yang tak mampu menahannya lagi, segera menyela ucapan lelaki itu.

“Cukup main-mainnya Pak Arkana. Kasian anak saya kalo seperti itu. Saya mohon, jangan kayak gini caranya, saya tidak suka.”

Kak Risna. Bahkan putraku spontan langsung menatap ke arahku. Tapi nasi sudah jadi bubur, aku tak mungkin mundur lagi. “Jadi sekarang, Alana mohon…. bapak bisa pergi dari sini, sekarang juga”



Hening tiba-tiba.



Aku bahkan sampai menahan nafas setelah mengatakan hal itu. Sedikit tidak tega saat mendapati wajah putraku yang kembali murung. Yang kembali menunjukkan betapa ia merasa sedih karena aku telah menghancurkan mimpinya barusan. Tapi sayang, maafkan bunda. Ini bunda lakukan demi kebaikan kita berdua.

“Al… kamu kenapa dek?” kak Risna bergumam.

“Gak apa-apa kak. Cuma Alana gak suka kalo ada orang asing yang ingin bermain-main dengan kita. Apalagi sampai menjanjikan sesuatu yang tak masuk akal kayak gitu.”

“Baiklah… sepertinya memang sudah waktunya saya pergi” Alhamdulillah. Betapa leganya perasaanku setelah mendengar kalimat itu yang terucap darinya.

“Ibu Risna, saya ingin pamit pulang. Dan terima kasih sudah mengizinkan saya bertemu dengan Rafa hari ini”

“Sama-sama Pak. Aku juga minta maaf karena tiba-tiba situasinya kayak gini” ujar kak Risna, yang keliatan jelas jika dia merasa tidak enak pada lelaki itu karena sikapku, karena ulahku yang secara tidak langsung mengusirnya.

Pada akhirnya, lelaki itu benar-benar membuktikan janjinya. Dia pamitan pada Rafa dan Kak Risna, tapi tidak denganku. Dia seakan cuek padaku, seakan aku tidak berada di sini. Bahkan saat dia berjalan keluar, melewatiku, dia tidak menoleh sedikitpun padaku.

Agak sakit memang, cuma….

Gak apa-apa. Aku sudah biasa merasakan sakit seperti ini.

Aku tetap diam membeku. Ku biarkan lelaki itu keluar.



Lalu….

Tiba-tiba, “Mengapa diam saja? Kenapa tidak mengantar saya keluar?”

Errrrrr! Apa sih mau mu Arkana?

“Oke…. aku antar keluar. Mau aku antar sampai ke rumah juga silahkan” balasku cuek dan mulai berjalan keluar dari kamar. Begitu aku sudah berada di dekatnya, dia menatapku.

“Oh iya?”

Aku tersadar, sepertinya ada yang salah dari ucapanku barusan.

“Maaf… hanya bercanda”

“Oh saya pikir kamu serius mau mengantar saya sampai ke rumah”

“Sudahlah bapak Arkana. Silahkan pulang sekarang” lelaki itu kembali melempar senyum padaku.

Dia kemudian menggidikkan bahunya yang entah apa maksudnya.



“Satu yang harus kamu ingat…. saya akan datang lagi. Jadi jangan larang saya untuk datang menemui putra kamu Alana, karena kapan itu terjadi, maka seacra tidak langsung kamu benar-benar telah membenarkan kesalahan yang kamu lakukan di masa lalu”

Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku tak akan kalah lagi darimu, Arkana. Maka ku jawab segera ucapannya barusan, “Iya aku salah. Aku memang telah menipumu. Aku menggunakan kecantikanku untuk membuatmu menyukaiku dulu. Jadi, aku harap dengan itu, kamu tak perlu lagi datang kemari. Paham?”

Sepertinya ucapanku tidak mempengaruhi ketenangannya. Lelaki ini pembawaannya benar-benar tenang. Aku malah yang di buat, bingung mau bersikap bagaimana lagi.

“Boleh ngomong sesuatu?”

Aku menatapnya.

“Boleh tidak?”

“Apalagi sih pak? Bukannya sudah seharusnya bapak pergi sekarang?”

“Saya akan pergi setelah mengatakan sesuatu tersebut padamu, Alana”

“Cepat katakan sekarang”

Tiba-tiba lelaki itu mencondongkan badannya ke arahku. Aku langsung gelagapan, menahan nafas, merasakan bagaimana gemuruh jantungku dalam sana amat sangat keras. “Eh… ka… kamu mau ngapain?”

“Kamu… terlihat semakin cantik sekarang, Alana. Sungguh!”

Oh tuhan. Tidak. Aku tak boleh terpengaruh dengan kata-kata manisnya itu. Tapi…..

Ini kenapa pipiku jadi terasa panas. Oh tidakkkkkk. Aku tak mungkin menyukai kata-kata manisnya itu yang memiliki duri tajam di dalamnya.

Jenak berikutnya, lelaki itu kembali menjauh dariku. Aku menghela nafas. Tapi, kenapa pipiku masih saja terasa panas?

“Kamu sudah makan?”

Errrr! “Pergi sana…. kenapa masih di sini sih ihhhhhhh” akhirnya aku yang geram padanya, langsung mendorong tubuhnya untuk lebih menjauh lagi dariku.

Dia hanya merespon dengan tersenyum saja.

“Saya pamit Alana. Sampai bertemu lagi”

“Ya… sana pergi. Dan aku tidak berharap bertemu kembali denganmu.”

“Well see….”



Akhirnya aku benar-benar bisa bernafas selega-leganya saat lelaki itu sudah pergi. Pergi meninggalkanku yang hanya bisa menatap punggungnya saja. Punggung yang kokoh. Punggung yang dulu, pernah sangat nyaman rasanya saat ku sandari.

Eh? Plak! Aku tersadar, dan menepuk kepalaku sendiri. “apaan sih Alana. Kenapa kamu malah ngikutin perasaan mu sendiri”

Ku hilangkan pikiran dan perasaan tidak jelas ini dengan menggeleng-gelengkan kepalaku. Kemudian aku pun kembali ke dalam kamar, yang pasti, akan menjelaskan kebohongan kembali pada kak Risna nantinya. Karena ku yakin, dia bakal bertanya kenapa begini dan kenapa begitu. Duhh dasar kak Risna. Gak bisa diem dulu napa.

“Al…. cerita ke kakak sekarang, siapa dia, dan kenapa bisa begini…. ayo kamu jangan sembunyikan ini semua dari kakak loh” nah kan? Baru juga masuk selangkah, kak Risna langsung menyecarku dengan pertanyaan seperti itu.

Ya mau gak mau, aku pun menceritakan padanya. Tentu saja apa yang ku ceritakan 80% nya penuh dengan kebohongan. Karena tak mungkin ku ceritakan yang sebenarnya padanya. Bisa-bisa dia malah pingsan.


-----00000-----​





POV 3rd



Sepeninggalan ruang perawatan Rafa, yang jelas saja telah ia ketahui kebenarannya jika anak itu adalah anak kandungnya, kini sosok Arkana berjalan keluar dari rumah sakit.

Setibanya di depan lobby rumah sakit, sebuah mobil Rolls-Royce Wraith black langsung parkir di depannya.

Pengawal pribadinya yang juga merangkap sebagai supir, keluar dari pintu kemudi. Namun saat belum sampai di pintu samping kiri, sosok itu malah membuka pintu mobil untuknya sendiri dan segera masuk ke dalam.

Sang pengawal malah geleng-geleng kepala, lantas ia kembali masuk dan duduk di belakang kemudi.

“Roby…”

“Siap bos?”

“Saya memiliki pekerjaan untukmu. Cari tahu siapa pria bernama Andi. Informasinya harus lengkap. Saya beri waktu sampai besok, informasi tersebut sudah harus sampai ke saya”

“Baik bos….”

“Satu lagi… apa kamu yakin, Alana dulu bekerja sebagai marketing leader di perusahaan sebelumnya?”

“Betul bos. Apa bos mulai meragukan kerja saya dalam mencari sebuah informasi?”

“Oh tentu tidak.”

“Tapi… saya hanya ingin memastikan, karena jika memang benar…..” Arkana melanjutkan, tapi tetap saja dia menggantung ucapannya. Dan dari ekspresinya, terlihat jelas jika saat ini, otak cerdasnya mulai merencanakan sesuatu.

“Bos mau membuat rencana untuk mengajaknya bekerja?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Jalan saja… nanti kita bicarakan lagi” Dan pada akhirnya mobil pun berjalan meninggalkan pintu lobby rumah sakit. Dengan posisi di belakang, Arkana menatap ke depan, namun pikirannya melambung jauh ke luar sana.



“Hmm, kenapa kamu masih belum jujur ke saya, Alana?” ia bergumam pelan. Sangat pelan. “Tapi, mari kita lihat, sampai kapan kebohongan ini engkau pertahankan”
 
Cerita seperti ini biasanya cukup banyak peminatnya apalagi kalo ada drama" yg mengharu biru ato mengandung misteri yg kadang pembaca jadi ikut larut & menerka akan kemana cerita ini? Kalo sekedar cerita crot per eps.. sepertinya ud bejibun pilihannya.
Beberapa reader biasanya akan melihat dulu siapa yg nulis.. Jika sudah pernah bikin cerita & hasilnya bagus.. Biasanya akan ditunggu karya selanjutnya (termasuk saya). Jika penulisnya baru.. (Biasanya) beberapa akan mantau dulu. Karena beberapa penulis meninggalkan karyanya tanpa ada kepastian jadi terkadang mlz duluan buat ngeramein
Tapi untuk cerita ini.. Saya berharap akan lancar terus sampai ketemu kata tamat,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd