Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alexander : Vampire Hunter

Bimabet
:bye:
buka tirai
[size=+4]2[/size]

:Peace:


:ampun:
maaf ane Oot
kangen ama Fio:o
 
Oohh ngono tah, pantes aq ra connect,, ternyata disunnat ,, :ngupil:

Ditunggu edit n klanjutannya mastaa,,, :ampun:

lali bro... tak potong, potongane kebangetan :p

Izin mojok dimari

silahkan kk

cerita yang menarik...

Closing Page One.....

wah ada suhu 24 main kesini... terimakasih

:bye:
buka tirai
[size=+4]2[/size]

:Peace:


:ampun:
maaf ane Oot
kangen ama Fio:o


part 2 udah diedit.. tar maleman sy tamatin
 



Edinburh, Skotlandia Hari ini, 17.00

Alexander membuka sebuah kotak yang berisi beberapa botol kecil yang diletakan berjejer, tiga buah pasak, sebuah palu, sebuah kompas, dua buah lilin, sebuah wadah emas yang berisi air suci dan sebuah pisau dari bahan perak.

"Hehehe... banyak sekali peralatanmu?" Fiona terkekeh melihat isi kotak milik Alexander.

"Ya, ini yang aku perlukan untuk membunuh Adolfo."

"Kalau aku, cukup dengan dua benda ini." Fiona mengeluarkan sebuah pecut dari kulit dan sebuah pistol hitam berpelatuk emas.

Alexander mengangkat sebelah alisnya, seakan berkata "terserah kau saja."

Kedua pasangan pemburu vampir ini menyiapkan alat tempurnya masing-masing. Beberapa jam lagi mereka akan menghadapi Adolfo, vampir yang berusia lebih dari lima abad yang telah membunuh tiga anggota keluarga Alexander. Alexander mengambil pisau perak dan mencelupkannya pada air suci.

"Dimana?" Alexander memecahkan keheningan yang terjadi di antara mereka.

"Malam ini, dia akan muncul di Bannerman's Bar,kita akan membunuhnya disana," nada suara Fiona mulai terdengar serius.

"Apa kau yakin? Dua tahun terakhir aku memburunya, dari Jerman sampai ke Skotlandia ini tapi hasilnya nihil," kata Alex sambil memasukan beberapa botol bening kedalam saku mantel kulitnya. Fiona memandang tajam dan tersenyum pada Alexander, "Lou sendiri yang akan mengundangnya."

"Baiklah, kita berangkat dua jam lagi," Alex membuka lembaran sebuah buku bersampul kuning dengan tulisan "Art of War" pada sampulnya.

"Aku akan pergi sekarang..." jawab Fiona

"Kau tidak ikut bersamaku?"

"Tidak, aku harus menemui seseorang.. berjaga-jaga jika rencana kita gagal. Kalau aku belum datang, seranglah dia setelah seorang wanita bergaun merah keluar dari bar, itu adalah kode dari Lou."

"Baiklah," pandangan mata Alexander mengikuti Fiona hingga gadis itu keluar dari kamar.

******AVH******

Edinburh, Skotlandia Hari ini, 21.00

Alexander berdiri agak lama di depan pintu Bannerman's Bar. "Hari ini.. akan kutuntaskan dendamku.. kau harus mati Adolfo..." Alexander berkata pada dirinya sendiri. Alexander melangkah memasuki bar dan memilih tempat duduk di sudut kanan bar yang labih gelap untuk menutupi kehadirannya. Alexander memesan segelas Martini dengan dua buah zaitun dan membaca buku bersampul kuning yang dibawanya. Mata Alexander memperhatikan tiap orang yang ada di bar. Tampak olehnya dua orang wanita berambut pirang, memakai pakaian ketat dan sexy duduk di dua meja darinya. Dari cara mereka berbusana tampaknya mereka adalah dua orang pelacur yang menunggu mangsa. Sekumpulan orang yang mengenakan kaus sepakbola merah tua dengan dua garis pala lengannya lengkap dengan syal dan topi berlogo hati, duduk di kursi di depan bartender. Mereka ribut membicarakan klub kesayangannya, Hearth of Midlothian yang menang atas rival satu Kota , Hibernian FC.Tidak ada tanda-tanda Adolfo. Alexander menunggu kedatangan musuh besarnya dengan sabar. Yang dikhawatirkannya bukanlah Adolfo, tapi Fiona yang tak kunjung muncul. Buku yang dipegangnya tak dibaca satu kata pun, begitu juga segelas martini yang menghiasi mejanya yang tak di sentuhnya. Pikiran Alexander terpecah oleh absennya Fiona malam itu.

Cling! suara lonceng penanda tamu masuk ke dalam bar berbunyi saat seorang laki-laki bermuka pucat membuka pintu bar dan duduk di sudut bersebrangan dengan Alexander. "Adolfo!" Alexander berteriak dalam hati, matanya melotot penuh amarah. Jika tidak mengingat rencananya denga Fiona, mungkin Alexander sekarang telah menyerang Adolfo dengan membabi buta. Adolfo mengangkat tangannya yang disambut anggukan kepala dari bartender. Tak berapa lama, seorang pelayan membawakannya segelas minuman kental berwarna merah pekat, yang diyakini Alexander adalah darah manusia. Rupanya Adolfo adalah pelanggan tetap di bar ini. "Mengapa Fiona merencanakan penyerbuan disini? Apakah dia tidak tahu kondisi bar ini? ataukah dia sengaja menjebakku?" segala macam pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Alexander.

Saat Alexander menghidupkan sebatang rokok, tiba-tiba terdengar suara lonceng penanda tamu berbunyi lagi. Seorang wanita cantik bergaun merah gelap memasuki ruangan dan berjalan ke arah Adolfo. "Lou..." Alexander berbisik nyaris tak terdengar, namun wanita itu melambaikan tangannya ke belakang, seakan melambai untuk Alexander. Mata Alexander mengawasi Adolfo dan wanita itu sedang berbicara. Sedetik kemudian wanita itu berjalan meninggalkan Adolfo dengan ekspresi wajah ketakutan. Sesaat sebelum membuka pintu bar, wanita itu mengedipkan matan kananya pada Alexander. Dengan sebuah gerakan cepat, Alexander mengeluarkan sebuah pistol dengan laras agak panjang sambil berdiri dan membidikannya pada Adolfo.

DOR! Adolfo memiringkan badannya, namun terlambat, peluru perak telah merobek jas pada bahunya yang kini mengeluarkan asap. Adolfo membuka mulutnya dan memamerkan gigi taringnya yang memanjang. Pengunjung bar yang ketakutan berteriak dan berlari ke arah pintu keluar. Bartender dan pelayan bar menonton dari balik meja bartender dengan ekspresi wajah datar. Alexander berjalan maju sambil menembakan pistolnya pada Adolfo yang begerak menghindar. Beberapa peluru mengenai Adolfo dan membuat badannya berasap. Cklik cklik, tampaknya peluru dalam pistol Alexander telah habis.

"Khaaarrrhhhh!" suara teriakan mirip desisan mengerikan keluar dari mulut Adolfo saat meminta bantuan pada bartender. Bartender dan pelayannya menggeleng dan tersenyum dengan kompak pada Adolfo. Rupanya bartender dan pelayan itu tidak ingin mencampuri urusan Alexander dan Adolfo malam itu. Mereka berjalan ke belakang bar meninggalkan Adolfo sendirian. Alexander melemparkan pisau peraknya ke arah dada kiri Adolfo. Dengan sigap Adolfo menangkap pisau lemparan Alexander tepat sebelum mengenai dadanya. Tangan kanan Adolfo yang memegang pisau mengeluarkan asap.

"Air suci Vatikan?" Adolfo yang terkejut segera melempar pisau menjauh dari tangannya yang mulai mengeluarkan api. Alexander kembali melemparkan sebuah pisau pada Adolfo. Adolfo meloncat dan menempel di sudut atas ruangan bar. Secepat kilat Adolfo mendorong kakinya dan meluncurkan badannya ke arah Alexander. Alexander yang terkejut tidak sempat menghindar. Tangan kanan Adolfo yang melepuh kini telah mencengkram lehernya. Adolfo mengangkat tubuh Alexander dengan mudah. Tangan Alexander memegang tangan Adolfo, mencoba melepaskan cengkraman pada lehernya. Kaki Alexander bergerak-gerak di udara, menendang badan Adolfo. Alih-alih merasakan kesakitan, Adolfo diam tak bergeming.

"Kau!" Adolfo berteriak pada Alexander, "keturunan terakhir Van Hellsing.. sekarang kau akan punah!".

BRUAK! sekelebat sosok makhluk besar berbulu mendobrak pintu bar dan menerjang Adolfo. Cekikan Adolfo pada Alexander terlepas. Adolfo dan sosok makhluk besar itu berguling-guling menabrak meja bartender hingga hancur.

"Kau tak apa apa?" Fiona mendekati Alexander yang berbaring terbatuk memegang lehernya.

"Uhuk uhuk.. Apa itu?" tanya Alexander.

"Manusia serigala," jawab Fiona sambil tersenyum.

Alexander melihat dengan seksama pada Adolfo yang kini bergulat dengan makhluk besar berbulu abu-abu dengan kepala mirip serigala. "Dimana kau bertemu makhluk itu?"

"Lou yang mencarikannya untukku, kunamai dia Wolfie.. lucu bukan?" jawab Fiona yang kini membidikan pistolnya pada Adolfo.

Manusia serigala yang dinamai Wolfie memukulkan kepalannya pada Adolfo. Pukulan Wolfie telak mengenai wajah Adolfo. Tinju membabi buta dari Wolfie membuat Adolfo kewalahan. Tangan Adolfo mencekik manusia serigala itu begitu menemukan celah dan langsung melemparkannya. Tubuh Wolfie yang besar terhempas membuat lubang besar pada dinding batu bar. Adolfo yang marah, segera bangkit dan melayang di atas lantai bar. Fiona menembakan senjatanya beberapa kali, namun dapat dihindari Adolfo si vampir. Alexander dengan sigap mengambil beberapa botol kaca yang terikat pada sabuk Fiona dan melemparkannya ke plafon bar. Botol-botol air suci yang dilempar Alexander pecah tepat di atas kepala dan menguyur tubuh Adolfo. Kepulan asap memenuhi ruangan. Tubuh Adolfo yang jatuh ke tanah diselimuti tabir asap.

"Khrraaaaaahhhh!" jerit mengerikan datang dari arah jatuh tubuh Adolfo. Alex dan Fiona menunggu apa yang akan terjadi. Mereka tidak berani bertindak gegabah, bisa saja Adolfo menyerang dari balik kepulan asap. Tanpa mereka duga, Wolfie datang berlari menerjang kepulan asap. Kelebat bayangan bergulat sengit terhalang asap. Suara pukulan dan erangan, serta suara anjing kesakitan terdengar dari pergumulan kedua makhluk yang sering disangka mitos itu. Perlahan tabir asap memudar dan pemandangan mengerikan terlihat. Wajah tampan Adolfo berubah menjadi mengerikan dengan rambut tipis yang mencuat dari kulit kepalanya yang melepuh kemerahan. Jasnya terbakar memperlihatkan kulit badannya yang melepuh kemerahan. Darah segar memenuhi mulut dan dagunya. Telinga kanannya mengalami luka robek seperti habis tergigit.

"Wolfie!" Fiona berteriak ngeri melihat manusia serigala, kawannya, merangkak dengan bahu bersimbah darah. Tubuh Wolfie bergetar, perlahan tubuh besarnya mengecil, hidungnya memendek dan bulu-bulu di sekujur tubuhnya rontok. Wolfie yang tadinya bertubuh besar berbulu, telah bertranfosmasi menjadi sosok laki-laki kurus dengan rambut dan cambang yang tidak beraturan. Alexander menahan Fiona yang hendak mendatangi Wolfie yang berada terlalu dekat dengan Adolfo. Mata Adolfo yang berwarna merah menatap jijik pada sosok manusia Wolfie. Adolfo menendang tubuh Wolfie yang tak berdaya. Tubuh lemah itu terpental menghancurkan jendela bar hingga ke jalan. Fiona begitu marah melihat kawannya yang tak berdaya ditendang oleh adolfo, mencabut sebilah parang yang tersarung di pinggangnya dan berlari menyerang Adolfo. Tebasan Fiona mengincar leher Adolfo.

"Tidak semudah itu," Adolfo menggeleng saat tangan kirinya menahan pergelangan tangan kanan Fiona yang memegang parang. Adolfo mengayunkan pukulan tangan kanannya yang telak mengenai perut Fiona, membuat Fiona terpental ke samping menghantam dinding. Darah segar keluar dari mulut Fiona. Alexander memasang brass knuckle berukir salib pada kedua tangannya dan maju menerjang Adolfo dan menindih lawannya. Alexander mulai memukuli kepala vampir itu. Pukulan brass knuckle Alexander membuat pipi Adolfo meleleh. Adolfo tak tinggal diam, kedua tangannya bergerak memegang lengan Alexander dan mendorong laki-laki itu. Alexander terhempas ke belakang. Dilihatnya Adolfo telah berdiri dan mendekatinya. Dibelakang Adolfo sosok Fiona memegang kursi yang terangkat dengan kedua tangannya.

BRAKK! Fiona menghantam leher Adolfo dengan kursi. Hantaman Fiona yang telak mengenai Adolfo membuat kursi kayu itu hancur berkeping-keping. Alih-alih merasa kesakitan, Adolfo malah berbalik dan menyerang Fiona dengan hujaman kukunya. Fiona menunduk menghindar dan sekuat tenaga mendorong tubuh Adolfo dengan pundaknya. Adolfo yang tubuhnya terbawa dorongan Fiona, menghantam punggung gadis itu dengan kedua kepalan tangannya. Kembali tubuh indah Fiona jatuh mencium lantai.

"Ugh!" Fiona menahan sakit pada tubuhnya. Alexander tiba-tiba meloncat dari belakang danmendekap tubuh Adolfo dari belakang saat kakinya bergerak ke belakang mengambil ancang-ancang untuk menendang Fiona. Tubuh Adolfo berputar limbung mencari keseimbangan. Tangan kiri Alexander menjepit erat leher Adolfo sementara tangan kanannya memukuli kepala Adolfo. Dengan gerakan berputar Adolfo berharap Alexander melepaskan dirinya. Alih-alih melepaskan, kaki Alexander mengait pada pinggang Adolfo untuk mempererat pegangannya pada vampir itu. Adolfo dengan geram meloncat tinggi dengan punggung menghadap plafon bar. Tubuh Alexander yang mendekap Adolfo, menghantam plafon. Pegangan Alexander terlepas begitu kaki Adolfo menjejak di tanah. Alexander jatuh kesakitan memegangi punggungnya. Adolfo mengangkat kerah baju Alexander dan meluruskan kuku jari tangannya yang tajam dengan leher Alexander. Saat hendak menusukan kukunya pada Alexander, sebuah pasak menghujam pada punggung kiri Adolfo. Dengan tubuh gemetaran, Adolfo membalik badannya dan mencekik leher orang yang menusuk punggungnya, yang tidak lain adalah Fiona. Tangan Fiona mencoba melepaskan jari-jari Adolfo yang mencekik lehernya. Rupanya pasak yang ditusukan Fiona menancap kurang dalam. Tangan adolfo mencengkram erat leher Fiona hingga gadis itu mengeluarkan suara tercekik. Adolfo menyerang perut Fiona dengan tusukan kuku tajamnya. Alexander bergegas bangun, mengangkat kursi kayu dan memukulkannya pada pasak yang menancap di punggung Adolfo. Tusukan Adolfo merobek masuk ke dalam perut Fiona, darah mengalir dari mulut gadi itu bersamaan dengan pukulan kursi pada pasak di punggung Adolfo. Adolfo rubuh bersama tubuh Fiona. Perlahan tubuh Adolfo berubah menjadi abu di lantai bar. Alexander berlutut memeluk tubuh Fiona.

"K-kit-ta... m-me-nang..." "Iya... Iya... Kita menang..." Alexander mengangguk pada Fiona. Tak terasa air mata meleleh di sudut mata Alexander. Tangan kiri Fiona terangkat, mengusap air mata dari pipi Alexander,

"J-jang-an Men-ang-ngis...". Tangan Fiona jatuh ke lantai. Matanya memejam, tubuhnya terkulai lemas dalam pelukan Alexander. Alexander memeluk erat tubuh tak bernyawa Fiona, Air matanya mengalir deras mengiringi balas dendam dan kehilangannya malam itu.

Tamat
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
:takut:
Fio.. ma-tii...​

lha! ini sudah tamat...
pembalasan dendam saja nich, bang7S..

awalnya ane mengira Alex dengan aksi
laksanakan misinya meringkus
dan membasmi para Vampir.

tanpa sadar vampir pun bubar
saatnya maen ke tempat tegar
adakah di sana muncul kabar
keluaran update teranyar
:D

:beer:
makasih atas
suguhan ceritanya, bang..
moga ide baru kan terus mengalir
:hore:
 
Terakhir diubah:
:takut:
Fio.. ma-tii...​

lha! ini sudah tamat...
pembalasan dendam saja nich, bang7S..

awalnya ane mengira Alex dengan aksi
laksanakan misinya meringkus
dan membasmi para Vampir.

tanpa sadar vampir pun bubar
saatnya maen ke tempat tegar
adakah di sana muncul kabar
keluaran update teranyar
:D

:beer:
makasih atas
suguhan ceritanya, bang..
moga ide baru kan terus mengalir
:hore:

Memang balas dendam aja...
Tp potensinya dibuat sekuel sih ada..
cuma blom sempat nulis aja... ide juga blom ada
Masi fokus nulis cersil baru (bukan tegar)

Nanti dirilis disini juga kok... dan tanpa ss
 
Wahhh alex berhasil membunuh adolfo,,
Namun kehilangan sang wanita :hua:

Akhir yg tragis untuk sang Vampire

Ditunggu Cerita Silatnya Om :hore:
 
Wah bakalan ada cersil non ss dari suhu seven ya :horey:

Ditunggu postingannya suhu :suhu:

Pasti seru :jempol:
 
Memang balas dendam aja...
Tp potensinya dibuat sekuel sih ada..
cuma blom sempat nulis aja... ide juga blom ada
Masi fokus nulis cersil baru (bukan tegar)

Nanti dirilis disini juga kok... dan tanpa ss
ok! Siiiip:thumbup
ane akan sabar nantikan..
mau maen dulu ke kuliner,
mungkin ada resep buat
malam jumatan:o
 
Wah, si fiona di matiin bang :takut:

:sayonara: fiona

Ceritanya mantap bang,ditunggu sekuelnya,(klo jdi) :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd