Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 387 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,2%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,4%

  • Total voters
    663
Budak Terakhir

Malam itu aku dan kedua budakku sedang menikmati beberapa kue yang dibuat ibu. Tentu saja keadaan ibu dan Kak Syifa sepenuhnya bugil hingga aku bisa melihat tubuh mereka yang menggoda. Saat ini posisi Kak Syifa seperti biasa sedang merangkak dan makan langsung dengan mulutnya. Sedangkan ibu berbaring dengan potongan kue di atasnya sehingga sekilas terlihat seperti meja. Terkadang aku mengambil potongan kue dan menyuapi ibu yang hanya berbaring terlentang atau melemparnya agak jauh hingga Kak Syifa akan merangkak mengambilnya seperti anjing.

Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan. Seorang kakak dan ibu yang terkenal sebagai muslimah yang taat sekarang diperlakukan dengan begitu rendahnya. Namun tak terlihat rasa terpaksa di wajah mereka. Yang terlihat hanyalah wajah bahagia karena dapat melayani tuannya.

"Bagaimana Nur, rencana kita untuk menundukkan anakmu Intan ?"

"Seperti biasa saja Tuan. Kita beri dia obat perangsang."

"Jangan. Aku bosan dengan cara itu. Aku ingin Intan sendiri datang dengan kesadarannya sendiri."

"Tapi bagaimana caranya Tuan ?"tanya Kak Syifa heran.

"Aku akan menunjukkan padanya kalau Kakak dan ibunya sudah menjadi budakku."

"Tapi Tuan, apa itu tidak apa ?"tanya ibu.

"Tenang saja. Aku akan memikirkan cara supaya dia tidak buka mulut. Tapi apa kalian siap menunjukkan jati diri kalian pada Intan ?"

"Bagaimna ya Tuan. Budak ini agak malu."jawab Kak Syifa.

"Ah masa budak masih punya malu."kataku sinis.

"Baiklah Tuan kalau itu permintaan Tuan. Kami berdua akan menaatinya."jawab Ibu.

"Bagus. Besok malam kita akan mengekskusi rencana kita."





"Wah, bu tumben ibu masak rendang."komentar Intan melihat hidangan yang ada di meja makan.

"Iya nih. Sekarangkan hari spesialmu ?"

"Eh, emang apaan. Perasaan ulang tahunku udah lewat."

"Ada deh, pokoknya ini bakalan spesial banget deh."timpal Kak Syifa genit.

Aku hanya diam saja menyaksikan ibu dan kakakku mengobrol lepas dengan Intan. Diam-diam, aku mencuri pandang pada tubuhnya yang menggoda meski agak mungil. Pikiranku mulai dipenuhi khayalan panas menikmati adikku. Ah, tanpa terasa kontolku mulai menegang.

Usai makan, ibu membereskan semua hidangan sementara Kak Syifa mengajak Intan dan aku untuk ke ruang tamu. Ibu ikut bergabung dengan membawa teh dan kue-kue kecil untuk menemani obrolan kami.

"Ini kenapa sih. Kok tiba-tiba kayak serius ?"tanya Intan memecah suasana yang hening setelah ibu duduk dengan kami. Kak Syifa dan Ibu saling tatap dalam diam seolah membicarakan sesuatu.

"Begini tan,"aku memutuskan untuk angkat bicara setelah ibu dan Kak Syifa terus diam."Ibu dan Kak Syifa sekarang menemukan pekerjaan baru. Mereka memilih pekerjaan baru karena bahagia dengannya dan dapat melepaskan semua belenggu kehidupan. Kakak lihat sendiri bagaimana ibu dan Kak Syifa sangat menikmati pekerjaan baru mereka."

"Sebenarnya kakak ngomong apa sih ? Emang ibu sama Kak Syifa kerja apa ?"tanya Intan kebingungan.

"Begini dulu Tan, menurutmu jika kebahagiaan itu terkekang dengan begitu banyak aturan, apakah sebaiknya kita melepaskan kekangan itu."

"Menurutku sebaiknya kita berusaha untuk bersikap lepas. Buat apa hidup kalau kita tidak menikmatinya."

"Bahkan meskipun itu melanggar norma."

"Eh, maksud kakak ?"

"Tan, kamu ngerti gak kalau sebenarnya secara gak langsung norma bikin hidup kita terus terkekang. Bayangin Tan, kita harus mematuhi banyak larangan yang membuat hidup kita suram dan kaku. Sementara jika kita melanggar kita akan dihukum meskipun yang kita lakukan adalah bisikan hati dan keinginan besar kita yang sebenarnya juga tidak mengganggu orang lain."

"Iya juga sih kak. Kadang aku suka mikir begitu. Kenapa sih kita harus terus terkekang dengan aturan dan tidak menjadi diri kita sendiri."Aku tersenyum mendengar jawaban Intan. Aku mengenal adikku dengan baik. Dia agak berbeda dengan ibu dan Kak Syifa yang kolot dengan aturan. Adikku punya pergaulan dan pandangan yang luas sehingga dia terkadang suka 'nakal '. Aku paham kalau dia melakukannya bukan karena dia orang yang buruk. Dia melakukannya sebagai bentuk perlawanan pada aturan yang telah membelenggunya.

"Begini Tan, sebenarnya pekerjaan baru ibu dan Kak Syifa ini melanggar banyak norma,"jelasku lagi.

"Maksudnya gimana sih ?"tanya Intan kebingungan."Memang ibu sama kakak kerja apa ?"

"Ibu dan Kak Syifa akan menunjukkannya. Tapi bisakah kamu janji kalau kamu gak akan bilang siapa-siapa."

"Emm gimana ya,"Intan terlihat bimbang.

"Tolonglah Tan,"bujuk Kak Syifa.

"Baiklah. Intan janji, apapun pekerjaan Ibu sama Kak Syifa, Intan akan tutup mulut."

"Bagus. Nah sekarang tunjukkan jati diri kalian pada Intan."Perintahku pada kedua budakku. Dengan patah-patah ibu dan Kak Syifa membuka gamis mereka hingga memperlihatkan daleman mereka. Intan terbelalak melihat kelakuan ibu dan kakaknya.

"Eh, ini apa-apaan. Kok ibu sama Kak Syifa buka baju. Itu kak Haris liatin loh."

"Kamu diam saja Tan. Kamu udah janjikan bakalan tutup mulut."kataku mengingatkan. Intan terpaksa membungkam mulutnya meski dari sorot matanya terlihat penolakan.

Ibu dan Kak Syifa kini melepaskan kaitan bh mereka hingga bh mereka jatuh dan memperlihatkan empat toked montok yang menggoda dengan puting yang menambah sensasi. Tak cukup sampai disitu, ibu dan Kak Syifa segera meloloskan celana alam mereka hingga memperlihatkan memek mereka yang menggugah hasrat pria manapun.

Intan hanya terdiam menyaksikan tubuh telanjang ibu dan kakaknya. Aku segera memberi isyarat pada kedua budakku dan dengan patuh mereka berlutut di sampingku dan melepaskan celanaku beserta cdku. Intan memalingkan pandangan melihat kontolku yang ngaceng.

"Gak usah malu Tan. Lihat, ibu dan Kak Syifa aja biasa aja."kataku nakal. Intan yang awalnya malu-malu mulai mencuri pandang dan akhirnya dia kembali memperhatikan tingkah kami.

"Kenapa ? kenapa ibu dan kakak jadi begini ?"

"Gak usah heran Tan. Ibu dan Kakakmu hanya menjadi diri mereka sendiri dan melepaskan diri dari belenggu aturan."

"Ta...tapi."

"Tan, ibu dan kakakmu bahagia dengan posisi mereka sekarang. Apa kamu mau merebut kebahagiaan mereka berdua dengan alasan menaati aturan."

Terlihat Intan mulai bimbang. Di satu sisi dia tahu kalau hal ini salah di mata hukum dan norma. Namun di satu sisi jiwanya yang bebas membenarkan tindakan apapun untuk mencapai kebahagiaan.

"Maafin ibu ya kalau ibu dan Kak Syifa gak bilang. Tapi sekarang kamu harus tahu. Ibu dan Kak Syifa sudah menjadi budak dari Tuan Haris."

"Maksud ibu ?"

"Sekarang jiwa dan raga kami ada untuk melayani Tuan Haris. Kami adalah budaknya dan akan menaati semua perintah dari Tuan Haris."jawab Kak Syifa.

"Tapi apa ibu dan Kak Syifa gak malu. Ini melanggar norma dan perbuatan biadab."

"Ibu dan Kak Syifa hanya berusaha untuk bahagia. Untuk apa terus menaati norma kalau hidup kita tersiksa."

"Tapi ibu dan Kak Syifa jadi budak. Itu artinya Ibu dan Kak Syifa gak bebas dan menjadi milik Kak Haris."

"Tapi kami bahagia hidup dengan melayani Tuan Haris. Tuan Haris telah memuaskan hasrat terbesar kami. Kak Syifa dan Ibu ingin terus mengabdi pada Tuan Haris untuk dapat merengkuh lebih banyak kebahagiaan. Lagipula, buat apa hidup merdeka jika perasaan terpenjara. Selama hidup menjadi budak membuat ibu dan Kak Syifa bahagia dan tidak merugikan orang lain, apa salahnya ?"

Intan sekarang benar-benar berada dalam dilema. Namun aku bisa merasakan kalau dirinya mulai menerima keadaan ibu dan Kak Syifa. "Baiklah kalau memang itu keinginan ibu dan Kak Syifa. Intan cuma pengen ibu dan kakak bahagia."

"Terima kasih atas pengertiannya Intan."Ibu tersenyum lebar pada Intan."Kamu memang anak ibu yang pengertian."

"Iya bu. Intan sekarang sadar, ibu dan Kak Syifa cuma ingin menjadi diri sendiri. Dan jika menjadi budak dari Kak Haris bisa membuat ibu dan Kak Syifa bahagia, maka Intan cuma bisa menghormatinya."Intan balas tersenyum.

"Bagus. Sekarang kakak akan menunjukkan betapa bahagianya kehidupan ibu dan Kak Syifa."kataku tertawa lepas."Ayo cepat nungging."

Ibu dan Kak Syifa menungging seperti anjing dengan menaikkan pantatnya. Kepala mereka mendongak ke arah Intan yang hanya diam menyaksikan. Aku melangkah ke depan 2 pantat semok yang menggoda itu lalu kumasukan kedua jariku ke dalam lubang anus mereka.

"AHHHHH ! SHHH ! AHHHHHH !" Ibu dan Kak Syifa menggerang nikmat ketika jariku menusuk lubang anusnya. Aku tak berhenti sampai di situ. Jariku segera ku putar dan kumainkan di dalam lubang anus ibu dan Kak Syifa yang terus menjerit kenikmatan.

"Sekarang layani Tuan kalian."kataku menyudahi permainan. Ibu dan Kak Syifa berbalik dan mulai menjilat kontolku yang tegang. Lidah mereka bermain menjilati setiap bagian dari kontolku hingga ke buah zakarku. Intan hanya melongo menyaksikan ibu dan kakaknya seperti rakus memainkan kontolku.

"Ini masih permulaan Tan. Liat saja seterusnya." Usai kontolku cukup basah dengan liut ibu dan Kak Syifa, aku menyuruh mereka berdua mengambil karpet dan menghamparkannya di ruang tamu serta menyingkirkan meja dan kursi. Kemudian kusuruh kedua budakku itu untuk berbaring di karpet dengan posisi terlentang.

Aku mengarahkan penisku ke memek Kak Syifa kemudian dengan sekuat tenaga kuhujamkan penisku menembus memek yang cukup sempit itu. Kak Syifa segera merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika kontolku menghujam begitu dalam sampai mungkin menyentuh rahim. Sementara itu tanganku tak diam saja. Tanganku memainkan kloritis dan bibir vagina ibu dan sesekali mencelupkan jari jemariku di memeknya dan memainkannya seperti sedang mengaduk minuman.

Aku yang berada di puncak kenikmatan tanpa sadar mulai meremas kuat memek ibu hingga membuat ibu mendesah kesakitan. Tapi ibu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak bergerak sehingga aku bisa bermain tanpa gangguan. Sementara itu Kak Syifa merapatkan pahanya hingga membuat dinding vaginanya menjepit kuat kontolku.

Sekilas aku melihat Intan yang sepertinya mulai terangsang setelah melihat betapa nikmatnya ibu dan kakaknya merasakan kontol dan tanganku yang memainkan memek mereka berdua. Kulihat Intan mulai meremas-remas tokednya dan menggesek memeknya dari luar pakaianannya.

"Gimana Tan ? Sekarang kamu pahamkan kalau Ibu dan Kak Syifa begitu bahagia dengan status mereka sebagai budakku ?"

"Iya..kak..shhhh....Intan sekarang paham."Adikku menjawab sambil mendesah nikmat akibat permainan tangannya.

"Wah, liat tuh Fa. Adikmu kayaknya udah terangsang berat."kataku sambil mencabut kontol dari memek Kak Syifa."Coba kamu bantu dia. Aku pengin puasin Nur dulu."

Kak Syifa yang masih agak lemas karena persetubuhan hebatnya memaksakan dirinya untuk berdiri dan merangkak kearah Intan. Tangannya bergerak cepat melepaskan celana intan. Intan hanya diam saja ketika celana termasuk celana dalamnya dilepaskan. Pikirannya sekarang sudah dipenuhi dengan nafsu.

Kak Syifa cepat menghisap memek Intan yang terlihat mungil dengan beberapa bulu yang tumbuh. Dengan ganas lidah Kak Syifa bermain di kloritis Intan dan membuatnya mengejan nikmat.

"Ahhhh, geli kak."desah Intan mulai jatuh dalam kenikmatan. Kak Syifa tidak mempedulikannya dan terus memainkan mulutnya di memek Intan.

Sementara itu aku menghampiri ibu yang masih terlentang dengan memeknya yang tebal. Tanpa aba-aba lagi aku langsung menusuk memek ibu hingga membuat ibu menjerit kenikmatan. Memek ibu agak berbeda dari Kak Syifa yang sempit. Memek ibu terkesan lebar meski tidak terlalu melar. Tapi aku bisa merasakan sensai lain dari memek ibu yang empuk.

"Ahhh, budak ini ingin keluar Tuan,"cercau ibu

"Tahan sebentar. Kita keluar sama-sama ya."jawabku. Tak lama aku merasakan dorongan yang kuat di kontolku. Segera saja aku melepaskan jutaan sperma yang masuk ke memek ibu disertai lenguhan nikmat. Segera kucabut kontolku dan terduduk dikarpet sementara itu kulihat spermaku yang banyak mulai meluber keluar dari memek ibu beserta cairan kenikmatannya.

Aku menoleh dan melihat Intan juga mencapai puncak kenikmatannya dan mencapai orgasme. Kulihat cairannya begitu banyak keluar sehingga membuat muka Kak Syifa dipenuhi cairan kenikmatan adiknya.

"Gimana Tan, kamu sekarang ngerti kan betapa bahagianya ibu dan Kak Syifa sekarang ?"tanyaku sambil kontolku dibersihkan oleh Kak Syifa.

"Iya kak. Sekarang Intan paham. Ibu dan Kak Syifa sudah mencapai kebahagiaan mereka dengan cara mereka sendiri."

"Kamu gak pengen kayak Ibu dan Kak Syifa. Kak Haris bisa memberikanmu kenikmatan yang sama asalkan kamu bersedia jadi budak kakak.'

"Gimana ya kak. Intan sebenarnya ingin menikmati apa yang dirasakan Ibu dan Kak Syifa. Tapi Intan masih bimbang dan takut kak."jawab Intan menunduk.

"Ya sudah jangan dipaksakan. Kamu nanti terbiasa juga. Tapi nanti jangan sungkan kalau kamu ingin menjadi budak juga."

"Baik kak. Intan akan pikirkan baik-baik."Intan tersenyum menatapku. Sebenarnya aku ingin langsung menundukkan Intan dengan mantra Gendhing Abira Abilasa. Tapi aku tak ingin mempermainkan perasaan adikku. Biarlah dia memutuskannya sendiri. Yang penting sekarang adikku bisa menerima kondisi kami sehingga aku tidak perlu lagi main sembunyi-sembunyi.

"Sekarang Intan bisa kan menerima keadaan ibu sebagai budak ?"tanya ibu yang mendekati Intan dengan merangkak.

"Tentu saja bu. Apapun asalakan ibu dan Kak Intan bahagia."

"Terima kasih Intan."jawab Ibu dan Kak Syifa bersamaan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd