Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 387 58,5%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 218 33,0%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,5%

  • Total voters
    661
Jalan Menjadi Budak

Semenjak memberitahu Intan, aku sekarang dapat menikmati kedua budakku dengan lebih nyaman. Aku sekarang menyuruh supaya ibu dan Kak Syifa tidak mengenakan apapun atau setidaknya hanya menggunakan sehelai kain untuk menutupi tubuh indah mereka. Aku juga menyuruh supaya ketika di kamar mandi pintunya tidak perlu ditutup. Hal itu sempat memancing protes dari Intan.

"Kok pintu kamar mandinya gak boleh ditutup sih ?"tanya Intan ketika malam itu kami kembali berkumpul. Tentu saja ibu dan Kak Syifa tidak menggunakan apapun untuk menutupi tubuh mereka sementara aku hanya menggunakan baju tanpa celana sehingga kontolku yang besar dapat terlihat jelas.

"Begini, ibu dan kakakmu itu kan sekarang budak dan mereka itu derajatnya seperti benda. Karena itulah kakak buat aturan ini supaya tubuh mereka dapat dinikmati. Sementara kakak ingin menghadiahkan pemandangan kontol kakak yang indah ini atas kesetiaan kedua budak kakak."jelasku pada Intan.

"Tapi apa gak malu kak. Masa lagi kencing dan berak diliatin."

"Kenapa harus malu. Kita ini keluarga dan seharusnya kita saling terbuka termasuk soal tubuh kita."timpal ibu.

"Ibu benar Tan. Dengan saling menunjukkan tubuh kita, kita bisa lebih dekat karena tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Bukankah harusnya sesama anggota keluarga harus terbuka."Kak Syifa membenarkan.

"Tapi Intan gak mau kak diliatin di kamar mandi."rengek Intan.

"Kamu masih boleh nutup pintu kok Tan. Ini cuma berlaku buat kita bertiga."

"Tapi Intan gak enakan nih. Masa Intan doang yang pintunya ditutup."

"Gak usah sungkan. Toh kita ini memang budak dan harus menunjukkan tubuh kita pada Tuan Haris."

"Benar itu. Dan sebagai rasa terima kasih kakak harus nunjukkin kontol kakak supaya bisa dipuaskan oleh budak kakak kapan saja."

"Baiklah kak. Kalau memang itu buat ibu dan kakak bahagia, Intan ikut aja."

Maka sejak saat itu aku, ibu, dan Kak Syifa tidak pernah menutup pintu di kamar mandi. Awalnya aku juga gak malu ketika harus buang air sementara adikku ada di dekatku. Namun kelamaan aku mulai terbiasa bahkan aku beberapa kali mengobrol dengan Intan ketika aku sedang berak tanpa sekat yang menghalangi kami.

Suatu pagi, saat itu aku sedang menikmati mandi yang spesial. Kenapa begitu ? itu karena aku sedang dimandikan oleh kedua budakku. Ada empat toked yang seperti berebutan untuk menyabuni tubuhku yang telanjang sementara aku hanya duduk saja di bangku kayu kecil. Ibu dan Kak Syifa memang bertugas untuk menyabuniku dengan toked besar mereka.

"Ah, turun kebawah Fa. Kocok kontolku pakai tokedmu."perintahku sambil mengakangkan kakiku

"Baik Tuan." Kak Syifa jongkok di depanku dan mengarahkan kontolku tepat di tengah belahan tokednya. Kak Syifa lalu menggunakan kedua tangannya untuk menggenggam tokednya dan mulai memijit kontolku yang mulai menegang. Kak Syifa dengan terampil menekan nekan tokednya dan sesekali menggetarkan tokednya untuk membuatku lebih terangsang. Sementara itu leherku diletakan di belahan toked ibu sehingga aku seperti berada di kursi refleksi namun bukannya kursi yang memijitku melainkan 4 toked milik 2 budak cantikku.

Usai ritual mandi itu, tubuhku dibilas dengan pelan dengan air bersih hingga semua sisa sabun luntur. Kemudian aku dihanduki sampai kering yang tentu saja disertai dengan pijatan sensual dari kedua tangan budakku.

"Ah kakak malah mandi lagi."ujar sebuah suara. Aku menoleh dan melihat Intan yang memakai kaus dan celana legging berdiri di luar kamar mandi. Mukanya terlihat habis bangun tidur dengan rambut acak-acakan.

"Kamu mau ngapain Tan ?"tanyaku ramah.

"Ya mandilah kak. Gitu aja pakai ditanya."

"Aduh gimana ya. Kaka lagi enak-enakan dihandukin nih."

"Kaka pergi aja sana. Aku lagi kebelet nih."Mendengar ujaran adikku, aku seketika mendapat ide bagus.

"Kalau kebelet kencing ada di luar."

"Kakak gimana sih. Jorok tahu."

"Tenang aja. Ada yang bakalan nampung kok."

"Maksud kakak ?"

Aku memberi isyarat pada ibu. Ibu yang segera mengerti maksudku segera keluar dari kamar mandi dan berlutut di depan Intan. Intan terlihat kaget melihat tingkah ibu.

"Ibu mau ngapain ?"

"Kamu mau kencingkan. Nah ibumu akan menampung kencingmu."

"Eh beneran bu ?"

"Iya nak. Jangan sungkan. Kencingilah ibumu ini."Intan terlihat agak bimbang menghadapi kondisi ini. Bagaimanapun anak normal pasti tidak akan mau mengencingi ibunya sendiri.

"Gimana ya bu. Intan gak enakan nih."

"Jangan begitu. Ibu suka minum air kencing. Rasanya asin gimana gitu."Ibu tersenyum menenangkan. Kemudian dia berbaring di depan Intan."Ayo Tan, jongkok di depan mulut ibu."

Intan yang semula canggung akhirnya terpaksa mengencingi ibunya. Intan menurunkan celananya sekaligus celana dalamnya. Intan masih canggung jika memperlihatkan kemaluannya di depanku. Karena itu dia menutupi memeknya dengan telapak tangannya.

"Jangan malu-malu Tan. Aku kan kakakmu."kataku mencairkan suasana. Intan tersenyum kikuk dan memutuskan untuk membuka telapak tangannya hingga menunjukkan memeknya yang agak mungil dengan beberapa halus yang sepertinya baru tumbuh. Intan jongkok di depan wajah ibu kemudian mengejan untuk mengeluarkan kencingnya.

"SYURRRR" Air kencing Intan keluar deras dari lubang memeknya dan langsung meluncur deras ke mulut ibunya yang terbuka lebar. Dengan lahap ibu berusaha meminum semua kencing putrinya. Namun posisinya yang terbaring membuat air kencingnya mengalir dari mulutnya ke lantai.

Tak cukup sampai di situ, ibu menjilati memek Intan dengan lidahnya sampai kering. Tak cukup sampai disitu, dengan posisi menungging, ibu mulai menjilati lantai yang terkena kencing putrinya sampai mengkilap. Itu semua dilakukan tanpa rasa jijik bahkan terlihat ibu begitu menikmati setiap tetes kencing anaknya.

"Ibu memang gak jijik apa minum air kencingku ?"tanya Intan pada ibu yang masih menjilati lantai.

"Kenapa harus jijik Tan,"jawab Kak Syifa."Kami adalah budak. Bagi kami, air kencing dan sperma adalah air suci yang tidak boleh disia-siakan dan harus diminum meski jatuh ke tanah."

"Tapi itukan kotoran kak."

"Aslinya itu adalah makanan yang kita makan. Apa yang kita anggap kotoran sebenarnya adalah bagian tubuh kita. Jadi kenapa harus jijik."

Intan hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Kak Syifa. Aku tersenyum puas mendengar jawaban dari Kak Syifa. Sepertinya aku berhasil membuatnya kecanduan dengan air kencing.

"Tan, kamu mau mandi sama budakku gak ?"tanyaku setelah tubuhku kering.

"Maksudnya dimandiin sama ibu dan Kak Syifa ?"

"Iya. Mau gak ? Enak loh."

Intan terlihat berpikir sejenak dengan tawaranku. Tapi akhirnya di setuju. Toh aku sudah melihat memeknya dan dia sudah mengencingi ibu. Jadi tidak ada salahnya dimandikan ibu dan Kak Syifa.

"Nur, sekalian kamu buka bajunya Intan terus bawa ke kamar mandi."perintahku. Dengan patuh ibu mengangkat baju Intan. Intan yang pasrah hanya mengangkat kedua tangannya dan membiarkan ibu membuka bajunya hingga intan hanya menggunakan bh merah yang kemudian segera dilepas oleh ibu.

Aku tertegun menyaksikan tubuh Intan yang mulus. Dadanya agak mungil namun bulat dan padat. Memeknya terlihat sempit dengan bulu yang baru tumbuh. Perutnya rata dengan pinggul yang agak lebar sementara pahanya terlihat agak besar menjepit memeknya. Wajah Intan memerah karena malu tubuhnya yang bugil di lihat olehku.

"Jangan pelototin Intan terus dong kak. Intan malu nih."kata Intan berusaha menyembunyikan dada dan kemaluannya.

"Gak usah malu-malu gitu."kataku mencoba menenangkan. "Yaudah. Nur, cepat mandikan Intan."

Aku segera beranjak keluar dari kamar mandi diikuti Kak Syifa yang merangkak di sampingku. Aku menarik kursi meja dan menghadap ke kamar mandi dengan pintu yang terbuka dalam keadaan tidak berpakaiaan. Sementara itu ibu dengan lembut menuntun Intan masuk ke kamar mandi dan mendudukkannya di kursi kayu.

"Eh Tan, gak papa nih pintu kamar mandinya gak ditutup ?"tanyaku teringat sesuatu.

"Gak apa-apa kok. Intan pengen aja. Lagian gak enakan cuma Intan doang yang mandinya ditutup."

Aku senang mendengarnya. Sepertinya interaksi yang intens dengan ibu dan Kak Syifa yang telanjang sedikit demi sedikit membuat rasa malu Intan hilang tanpa aku perlu menggunakan mantra Gendhin Abira Abilasa.

Dengan lembut ibu mulai menyiram seluruh tubuh Intan. Intan hanya diam sambil memejamkan matanya menikmati setiap sapuan air dari ibunya. Sesekali ibu mengusap tubuh Intan dan membuat Intan geli. Aku yang melihat tingkah Intan tiba-tiba menjadi terangsang. Segera kusuruh Kak Syifa untuk mengulum kontolku yang tegang.

Ibu lalu menunangkan sabun cair ke tokednya kemudian dengan toked yang berbusa ibu menyabuni Intan hingga ke stiap inci tubuhnya. Intan terlihat begitu menikmati sentuhan toked ibunya yang lembut di tubuhnya. Setelah itu ibu membilas seluruh tubuh Intan hingga bersih dan memijit Intan dengan handuk hingga tubuh Intan kering.

"Gimana Tan mandinya ?"

"Enak banget kak. Rasanya lebih seger gitu."jawab Intan sambil tersenyum riang dan keluar dari kamar mandi untuk mengambil air.

"Eh, kamu gak pake baju lagi ?"tanyaku keheranan melihat Intan yang berjalan-jalan dengan tenang meski tidak ada sehelai benangpun yang menutup tubuhnya.

"Enggak usah deh kak. Intan ngerasa bebas banget pas gak pake baju. Lagian gak enakan kalau Intan doang yang pakai baju."jawab Intan genit. Aku senang mendengarnya. Sepertinya semakin lama rasa malu Intan semakin hilang.

Setelah ritual mandi yang menyenangkan itu, kami semua ke meja makan untuk menikmati sarapan dengan bugil tentunya. Beruntung Ini hari libur sehingga kami bisa menikmati setiap momen ini dengan baik.

Seperti biasa Kak Syifa makan dengan piring dan semangkuk air di bawah sementara ibu mengambil posisi di bawah meja untuk mengulum kontolku. Sementara aku dan Intan duduk berhadapan sambil menikmati sepiring nasi goreng untuk sarapan.

"Eh kak, emang enak ya makan kayak anjing begitu ?"tanya Intan yang memperhatikan Kak Syifa yang lahap menikmati makannya langsung tanpa tangan seperti anjing.

"Enak tahu Tan. Sensasinya beda. Kamu bisa langsung menikmati makanan tanpa perantara tangan."

"Intan mau coba deh."Intan yang tanpa malu lalu membawa piringnya ke bawah dan langsung makan dengan mulutnya seperti anjing. Aku menelan ludah menyaksikan tingkah Intan yang semakin terbuka apalagi pantatnya yang seperti sengaja diangkat.

"Gimana Tan rasanya ?"tanya Kak Syifa.

"Bener kak. Sensasinya lebih enak."Usai makan Kak Syifa dan Intan bergantian minum dari mangkuk berisi air. Ibu yang melihat dari bawah meja hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua putrinya.

Namun ketika sedang minum secara tidak sengaja Intan menyenggol mangkuk itu hingga isinya tumpah semua. Kak Syifa terlihat kesal karena dia masih haus.

"Ah, kamu nih Tan. Mangkuknya jatuhkan. Terus kakak minum apa dong ?"

"Tinggal ambil air lagi aja kok repot kak ?"

"Gak mau. Kakak maunya dari kamu."

"Maksudnya ?"tanpa aba-aba Kak Syifa menerkam Intan seperti seekor anjing. Tangannya menahan kedua tangan Intan sementara lidahnya bermain liar di leher Intan dan membuat Intan berontak karena terangsang hebat.

"Udah kak, geli tahu."Kak Syifa tidak menghiraukan dan terus bermain di tubuh Intan. Sekarang mulutnya turun menghisap kedua puting Intan yang berwarna pink. Aku seketika merasa bernafsu melihat permainan Kak Syifa dan Intan yang seperti sepasang lesbi.

Akhirnya Intan pasrah saja tubuhnya dipermainkan dengan hisapan dan jilatan Kak Syifa. Lidah kak Syifa kini bermain di memek Intan. Menghadapi rangsangan di memeknya, tubuh Intan bergetar hebat tanda akan mencapai orgasme. Menyadari itu Kak Syifa langsung menghisap memek Intan hingga keluarlah cairan kenikmatan Intan. Dengan rakus Kak Syifa menghisap semua cairan itu hingga habis.

"Nah sekarang kita impas."ujar Kak Syifa penuh kemenangan sementara Intan hanya bisa mengangguk lemah usai mencapai puncak kenikmatannya.




Malam harinya aku tidur dengan perasaan agak malas. Biasanya sebelum tidur aku akan ngentot dulu dengan ibu atau Kak Syifa. Tapi mereka berdua sekarang sedang ikut pengajian akbar di kampung seberang. Jadilah aku berdua saja dengan Intan di rumah. Kontolku yang biasanya tegang karena dimanja oleh kedua budakku sekarang hanya bisa terkulai lemas.

Telah banyak kejadian kualami sebulan ini. Mulai dari pertemuan dengan Tuk Siamang, menundukkan ibu dan kakak, hingga Intan yang perlahan mulai kehilangan rasa malunya. Aku tidak menyangka, di usiaku yang masih 20 aku sudah menikmati bukan cuma satu melainkan 2 wanita yang menggoda. Dan bukan cuma ngentotin mereka, aku bisa membuat mereka menjadi budakku dan menaati semua perintahku seperti meminum kencingku atau bertingkah seperti anjing.

Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu yang membuyarkan lamuanku. Aku mendengar Intan meminta izin untuk masuk ke dalam kamarku. Dengan segera aku mempersilahkannya masuk.

Aku terkejut melihat Intan yang masuk tanpa busana hingga memperlihatkan tubuhnya yang mulus. Terlihat Intan tersenyum nakal melihatku yang memelototi tubuhnya.

"Kamu gak pake baju Tan ?"

"Enggak kak. Mulai sekarang Intan udah mutusin buat gak make baju kalau di rumah."

"Kamu serius Tan ?"tanyaku tak percaya.

"Iya kak. Setelah kucoba, ternyata rasanya enak banget. Intan merasa bebas dari semua belenggu. Intan juga merasa lebih dekat dengan ibu dan Kak Syifa."

"Kayaknya Kak Syifa udah mengubah hidupmu Tan."Komentarku.

"Benar kak. Kak Syifa sering ngajak aku melakukan kegiatannya kayak minum air kencing, makan dan kencing kayak anjing, sampai menjilati tubuh berkeringat kakak."

"Kamu gak aneh ngelakuin itu ?"

"Awalnya sih risih kak. Tapi Kak Syifa bisa mendampingi Intan untuk terus ngelakuin. Ternyata setelah dijalani beberapa kali rasanya malah enak banget. Rasanya hasrat terpendam Intan tersalurkan."

"Kalau begitu, kenapa kamu gak jadi budak kakak aja. Kamu bakalan mendapatkan lebih banyak kenikmatan loh."Mendengar tawaranku, Intan terdiam seperti masih bimbang. "Eh, itu tapi kalau kamu mau."

"Kak, sebenarnya Intan mau jadi budak kakak. Intan mau merasakan kenikmatan yang dirasakan ibu dan Kak Syifa. Tapi Intan ngerasa gak pantas."

"Kenapa ngomong begitu ?"

"Intan udah gak perawan kak."Kata-kata Intan membuat suasana kamarku hening. Aku menatap tak percaya ke arah Intan. Tapi aku tak marah. Toh aku juga sudah memperawani kakakku.

"Siapa yang jebol perawanmu ?"

"Temenku kak. Waktu itu aku main ke rumahnya dan kebetulan pas itu hujan jadi aku ketahan di sana. Disanalah dia tiba-tiba memperkosa aku. Dia minta maaf setelah itu dan bilang kalau dia menyesal. Tapi sebenarnya Intan gak marah. Intan terlanjur menikmati rasanya kontol masuk ke memek Intan. Sejak saat itu Intan sering memasukan banyak benda ke memek Intan."

"Ketika melihat ibu dan Kak Syifa yang begitu menikmati hidupnya sebagai budak kakak, Intan merasa ingin seperti itu juga. Melihat kontol kakak, hasrat Intan semakin meningkat. Namun Intan merasa gak pantas jadi budak kakak. Intan gak bisa memberi kakak perawan Intan."

Aku tertegun mendengar kata-kata Intan. Betapa dirinya sangat ingin memuaskanku dengan menjadi budak namun itu terhalang karena perawannya sudah direbut hingga dirinya tak pantas merasa jadi budakku. Aku segera memeluk Intan yang mulai menangis.

"Jangan bilang begitu, kamu selalu bisa jadi budak kakak."

"Benar kak. Meski tanpa Intan memberi perawan Intan."

"Iya. Kakak gak peduli. Selama kamu mau menuruti perintah kakak, kakak akan menerimamu sebagai budak kakak."

"Terima kasih kak sudah menerima Intan."ujar Intan sambil menangis terharu.

Aku yang dibakar nafsu lalu mencium bibir Intan. Intan membalas dengan menghisap bibirku kuat-kuat. Lidah kami kemudian saling bermain dengan penuh nafsu. Tanganku turun dan meremas toked Intan yang pas di genggaman tangan.

"Ahhh, puasin Intan kak."

"Tenang saja. Akan kakak bawa kamu ke surga dunia."Aku semakin kencang meremas toked Intan. Mulutku turun ke leher Intan dan menghisapnya kuat hingga memberikan bekas cupangan. Intan hanya mendesah kenikmatan menerima semua rangsangan dariku.

"Kulum kontol kakak Tan."Intan mengangguk dan berlutut di bawah ranjang. Dia segera menghisap kontolku yang tak dapat masuk seluruhnya ke mulut Intan. Tak cuma itu, Intan juga menjilati kontolku sampai ke buah zakarku seperti menjiati es krim.

"Ahhhh, aku pengen ngentot sekarang Tan."Aku dengan penuh nafsu menyuruh Intan untuk berbaring di ranjang dengan selangkang terbuka. Aku segera mengarahkan kontolku ke memeknya dan dengan sepenuh tenaga aku menenmbus celah memeknya dengan kontolku.

"PLOK!PLOK!PLOK"

"AHHH!AHHH!AHHH! Lagi kak, puasin memekku dengna kontolkmu kak."

Aku semakin mempercepat genjotanku di memek Intan. Intan terlihat mengejang hebat tanda akan mencapai puncak kenikmatan."Ahhh, aku sampai kak."

"Kita keluarin bareng-bareng ya."

Kemudian dari kontolku meluncur deras jutaan sel sperma ke dalam rahim Intan. Begitu aku mencabut kontolku Intan menyemburkan cairan orgasmenya yang mengalir deras.

"Terima kasih kak sudah muasin Intan."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd