Cerita ada di halaman:
1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 14, 16, 19, 23, 28, 36, 41, 42, 52, 55, 70, 82, 86
Hari masih gelap dan matahari belum tentu bakal muncul hari ini. Bisa saja hari ini matahari kehabisan energi lalu menjadi kiamat. Tentu itu bisa saja terjadi, tapi kemungkinannya sangat kecil. Sehingga orang-orang sangat tidak memperhitungkan kemungkinan tersebut. Sama juga dengan dengan dua anak manusia yang sudah sibuk sejak dari jam 5 pagi menderes satu persatu batang karet yang ada di kebun mereka. Kebun itu tidaklah luas, sehingga bisa selesai di deres dalam waktu kurang lebih 2 jam an. Mereka yang aku sebut ini adalah aku dan ibuku.
"yang sebelah situ udah selesai nak?" tanya emakku menunjuk barisan batang karet yang ada di pinggir sungai kecil di kebun kami ini.
"yang sebelah situ udah mak, tinggal 2 baris ini aja yang belum" aku menunjukkan barisan batang karet yang sedang aku deres dan 1 baris di sebelah. Lalu emak menuju ke barisan batang karet di sebelahku.
"Jam brapa nak" tanya mak
"ha, owh, bentar aku liat dulu, jam tujuh kurang 20 menit mak" kataku setelah mengecek jam dari hp.
"owh cepetlah nanti telat sekolah"
"iya mak" kataku mempercepat langkah dan deresan karetku. Setelah beberapa waktu akhirnya pekerjaan kami pagi ini selesai. Dan seperti biasa kami selesai sebelum jam 7.
Setelah selesai aku langsung mandi di sumur di dekat pondok kami, sementara emak tidak mandi tapi membereskan segala sesuatunya di pondok. Entah itu pakaian kerja kami tadi, pisau deres ataupun handlamp yang biasa kami gunakan dikepala untuk menyinari pekerjaan kami tersebut. Setelah semuanya selesai, barulah kami pulang dengan Mio hitam satu-satunya kendaraan yang kami punya. Jarak antara kebun dan rumah tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh kurang dari 10 menit.
Begitulah aktivitasku hampir seriap pagi. Setelah menunaikan ibadah subuh, aku dan ibu langsung pergi ke kebun. Hanya sesekali saja ketika ada hal lain, seperti kecapekan, terlambat bangun, baru kami akan ke kebun setelah aku pulang sekolah. Dan kalau kalian ada yang pensaran kenapa kami memilih menderes karet sangat pagi saat masih gelap? itu karena getah karet itu akan menetes lebih lama daripada ketika menderes di siang hari. Selain itu juga karena aku masih sekolah, jadi kami musti menyesuaikan waktu supaya aku tidak terlambat ke sekolah. Itulah kenapa kami pergi ke kebun lebih pagi daripada penderes karet yang lain.
Lalu ayahku kemana? ayahku sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu. Sekarang aku tinggal di bersama Emak, Nenek, yang merupakan Ibu dari emakku, dan 3 orang adik perempuan yang semuanya masih sekolah SD. Aku sendiri kelas XI SMA.
****
"woy woy, plak, ngelamun aja ndan" tegur sohibku di kelas. Sebetulnya nggak bisa dibilang negur, karena si gepeng ini teriak keras pas ditelingaku dan menepuk kepalaku. Apalagi niatnya, udah pasti ingin merusak style rambutku yang bikin dia iri. Rambut si gepeng sohibku satu-satunya ini sebenernya lurus kayak rambutku, cuma jidatnya ketinggian, jadi style rambutnya hanya bisa disisir ke arah depan, atau belah pinggir tapi pake poni buat nutup jidat lebarnya.
"ngelamun kepala bapakmu, Orang lagi maen hp gini" yaa memang brengsek temenku ini, udah jelas aku maen hp, posisi hpnya juga depan mukaku. Udah jelas dia cuma mau nunjukin kerengsekannya dengan teriak ditelingaku gitu atau mungkin dia mau pamer kalau dia itu punya temen kayak aku gitu. Tapi nggak mungkinlah, orang dia aja bocor gitu, jadi temennya banyak ada dimana-mana. Justru akulah yang kesepian, nggak punya banyak temen. Tapi kalau cuma temen sih banyak, temen sekolah, temen sekelas, teman smp, teman sd, temen... pokoknya temen sih banyak. Tapi sohib aku yang kental cuma dia ini. Entahlah kenapa aku bisa akrab sama dia padahal nggak ada cocok-cocoknya. Dia bocor, aku rada pendiam. Dia nakal aku anak baik, kyaknya sih iya aku anak baik, tapi nggak taulah gimana menurut orang.
"Capek banget mukamu ndan, abis coli yaa, haaahaa, makanya cari pacar biar nggak coli lagi" aku langsung nengok ke temen-temen sekelas, dan kompaknya mereka pasang ekspresi mengkampretkan ke aku. Seolah-olah apa yang di ucapin gepeng ini bener.
"enggak kok, ngarang aja dia" kataku. Tapi suaraku terdengar kayak orang malu-malu. Anjrit kenapa aku malah ngasih penjelasan ke mereka-mereka. Padahal nggak usah ditanggapin juga orang-orang udah pada tau si gepeng ini bocor.
"abis coli ang ndan, pantesan mukamu kering gitu" sahut Tio yang lagi ngumpul sama 3 temennya lain.
"iih Andan, nggak nyangka yaa, ternyata kamu nggak sesuci yang aku bayangin" kata Dewi di samping Tio.
"hahaahaaa bayangin siapa lo coli ndan?"
"normal kok ndan, aku juga coli kok, tapi di coliin"
"jangan sering-sering ndan"
"hahaa anjiiir"
Suara-suara mengkampretkan entah dari siapa aku udah nggak peduli lagi. Yang salah sebetulnya bukan mereka, karena emang biasa kayak gitu, suka heboh sama hal-hal kecil apalagi yang berbau lendir. Yang salah itu adalah Aku, aku selalu lemot menanggapi candaan. Makanya aku sering diam atau mikir dulu sebelum becanda biar candaannya serius.
Entahlah, kenapa si gepeng ini kalau becanda pinter banget, otaknya itu mikir cepet kalau soal becandaan. Kalau dia lagi di bully, dengan cepat dia bisa nanggapin, atau sering bisa balik ngebully orang yang ngebullynya. Tapi otaknya kayak nggak berfungsi kalau soal pelajaran. Si gepeng ini kalau bukan karena Ibu nya guru di sekolah ini, udah pasti dia nggak bakal naik kelas. Enggak tau juga kenapa waktu SD dan SMP dia juga nggak pernah tinggal kelas. "Mungkin di SD atau SMP dulu ada saudaranya atau saudara emaknya" tebakku. Tapi entahlah.
Waktu pulang sekolah saat ngambil motor diparkiran, ada satu cewek cantik yang duduk di atas Mio ku. Aku melihat ke arah jok motorku tempat pantat sekalnya duduk.
"bruntung banget jadi jok motor, bisa ngerasain himpitan pantatnya. Memeknya pasti juga kerasa tuh, anget-anget" batinku gemes pengen.
Setelah sampai diparkiran, dia melihat ke arahku lalu memberikan senyum manisnya.
"ndan, mau nggak kamu ngantarin aku pulang" uuuh bergetar hatiku. Beneran nggak sih dia minta anter sama aku..
"iya boleh" kataku singkat. Tanpa nanya kenapa dia minta antar sama aku? apa karena nggak ada motornya atau gimana? kenapa nggak minta diantar sama pacarnya aja? harusnya kan aku nanya gitu sambil basa-basi. Karena bisa aja kan dia cuma ngebecandain aku. Setelah aku bilang" iya" terus dia bilang "ngarep banget lu.." bisa aja kan kayak gitu.
"beneran ndan boleh? yaudah ayuuk" lalu dia menggeser duduknya ke belakang.
eh ternyata beneran dia mau. Mimpi apa aku semalam ngeboncengin primadona sekolah. Kalau si gepeng tau pasti dia bakal nanyain aku ke dukun mana ngepelet Fany.
"Iya ayuuk" kataku ngambil posisi kemudi.
Nyampe depan gerbang sekolah aku belokkan motor ke arah kanan yang berlawanan dengan arah rumahku. Tujuanku adalah ke arah pasar palau tempat dimana rumah Fany berada.
Setelah agak jauh dari sekolah, jalanan ke arah pasar palau agak sepi, hanya sawah di kiri kanan jalan. Tidak ada rumah warga. Tiba-tiba Fany meletakkan tangannya dipinggangku.
"Pelan-pelan aja bawa motornya biar lama dikit sampenya" kata fany memajukan kepalanya supaya suaranya tersengar olehku.
"eh iya Fan" dengan senang hati aku mengabulkan permintaannya. "Jangankan pelan-pelan Fan, berhenti seharian aku juga mau, asal bisa deket sama kamu kayak gini" kata batinku. Mungkin kalau si gepeng dia bakal ngeluarin semua rayuannya buat bisa lama-lama dengan Fany. Aku juga pengen ngerayu Fany tapi keburu dia nanya lagi. Jadi momen pas untuk ngerayunya lewat.
"emang kamu udah tau rumah aku dimana?"
"iya tau" kataku singkat
"dimana emang?"
"di pasar palau" kataku singkat
"dimananya emang" tanya fany lagi makin memajukan kepalanya.
"dekat rumah Jeki" kataku singkat lagi
"iih beneran tau yaa, tau darimana?" tanyanya mungkin penasaran.
"Pernah liat" kataku singkat lagiii.
Kampreeeet, padahal harusnya aku bisa aja jawab "siapa yang nggak tau rumah cewek cantik kayak kamu Fan, aku udah pernah nguntitin kamu dulu. Pasti cowok satu sekolahan juga udah tau rumah kamu dimana" batinku lagi. Lagi-lagi aku hanya ngomong dalam hati.
Emang rumah Fany ini agak menonjol karena rumahnya sangat waaaw. Bukan hanya keliatan mahal tapi juga ber seni.
"Menurut kamu rumah aku kayak gimana?" tanya Fany
"Bagus, rumah orang kaya" udahlah bodoh amat, aku nggak mau mengutuk diriku sendiri karena nggak bisa ngomong lebih baik lagi.
"Ayahku sendiri yang mendesignnya itu, emang menurut aku juga bagus sih, tapi percuma aja rumah bagus tapi sepi" kata Fany. " tapi kenapa suaranya jadi agak melow yaa" batinku.
"Ayah sama Ibu aku jarang di rumah, mereka sibuk sama kerjaannya masing. Akunya nggak ke urus" owh begitu ternyata, kurang perhatian Fany ternyata.
"Mereka nggak pernah mau denger cerita aku. Sukanya cuma ceramah ngasih nasehat terus. Emang sih bener yang mereka omongin, tapi aku kan juga pengen di dengerin." Aku liat wajahnya dari spion kanan Mio agak mengkerut dan bibirnya jadi agak nyuncung ke depan, daging dagunya agak naik ngikutin tarikan bibirnya. "ndeeehh manis bangetlah kamu ini Fan, kayaknya mau gimana aja ekspresimu tetep bakal manis gemesin" batinku.
"cowok kamu gimana?" eishh kenapa aku nanyain itu sih. Pengen aku tarik lagi kata-kataku barusan. Lalu mata kami bertemu di spion kanan Mio. Aku liat dia senyum manis. Manis sih, manis banget malah. Tapi kenapa dia senyum?? apa dia curiga ada udang dibalik batu dari pertanyaanku tadi?.
"Kenapa kamu nanyain cowok aku?" yaah tuh kan. Kali ini aku harus mikir dulu, kalaupun mau jawabnnya becanda, tetap yang serius.
tik tok tik tok.. butuh beberapa detik loading mikirin jawaban biar dia nggak curiga. Biar dia tetap nyaman dan nggak ngerasa kalau aku ada maunya.
"Maksud aku, kamu kan butuh seseorang buat dengerin cerita kamu, keluh kesah kamu. Kalau nggak dapetin itu dari orang tua kamu, berarti kamu kan bisa berbagi dengan pacar kamu. Bukannya pacaran itu gunanya untuk saling berbagi yaa? makanya aku nanyain cowok kamu gimana? apa dia bisa bikin kamu nyaman? bisa jadi temenmu saling berbagi cerita? gitu maksud aku." aahh lega aku bisa ngungkapin apa yang ada di pikiran aku. Seenggaknya dia nggak bakal nganggep aku nyari keaempatan buat deketin dia lah. Meskipun pengen.
"Maksud kamu apa? aku nggak nyaman sama cowok aku gitu? kok kamu berkesimpulan kayak gitu sih dan?" eeh kok jadi gini yaa..
"eh enggak maaf Fan"
"hihiii jangan-jangan kamu mau ngerayu aku yaa. Mau bilang kalau kamu bisa bikin aku nyaman? nakal juga kamu ternyata ndan" eh kenapa dia bisa mikir kayak gitu yaa. Padahal jelas aku cuma nanyain pacarnya aja.
tik tok tik tok tik iya aku musti mikir dulu biar ga salah kata lagi. Belum selesai aku mikir dia udah ngomong lagi.
"ternayata bener yang aku denger tadi yaa, kamu tuh diam-diam nakal juga?" apalagi sih yang dia pikirin.
"emang kamu denger apa Fan?" tanyaku agak penasaran. Apa maksud dari kata-katanya ini.
"kata temen aku kamu itu mesum, suka itu.." haaaah, kenapa aku tiba-tiba jadi mesum dimatanya? wahh.
"Suka itu apa tuh Fan?"
"Kamu itu mesum suka coli, tadi kamu juga mesum kan ngeliat pantat aku?" hah astagaa
"cewek itu peka loh adan, tau mana tatapan mesum mana yang enggak?" wahhh hebat sekali dia, bisa tau mana yang mesum mana yang enggak.
"udahlah biasa aja, aku udah biasa kok diliatin kayak gitu" Maksudnya apa? dia udah terbiasa dengan tatapan mesum?
"hihii.. kenapa muka kamu memerah dan? hahaa lucu kali"
"hihii" hah kenapa aku malah ketawa? seolah mengiyakan apa yang dia pikirkan tentang aku.
Sepanjang jalan Fany terus aja ngomong nggak berhenti. Sesekali nyerempet soal kemesumanku.
"Makasih yaa adan, udah ngantarin aku. Aku seneng tadi sampe ketawa-ketawa" kata Fany setelah turun dari motorku.
"Iya Fan, aku juga seneng. Aku pergi yaa" kataku
"iya hati-hati yaa Ramadhan Kurnia Arlis"
"iya Fany Amalia Ahmad"
Auuhh tiba-tiba rasa ngilu terasa di dadaku. Ngilu terharu bahwa si primadona SMA kami ini tau nama lengkapku. Yang aku pikirkan adalah kok dia bisa tau? padahal aku nggak pernah satu kelas dengan dia, dan aku juga bukan orang yang menonjol di sekolah. Apa mungkin dia suka sama aku?. Masa sih...
Kenapa aku bisa mikir sejauh itu yaa. Bisa aja dia ngeliat nama aku di pengumuman nama-nama waktu pembagian kelas dulu atau di catatan perpus. Yaa pasti kayak gitulah, lagian apa spesialnya sih tau nama orang lain ya kan? aku juga tau banyak nama temen-temen sekolah yang gak pernah satu kelas denganku. Yaudalah emang siapa gue? lalu aku tarik gas Mio lebih dalam agar cepat sampai di rumah.
1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 14, 16, 19, 23, 28, 36, 41, 42, 52, 55, 70, 82, 86
Hari masih gelap dan matahari belum tentu bakal muncul hari ini. Bisa saja hari ini matahari kehabisan energi lalu menjadi kiamat. Tentu itu bisa saja terjadi, tapi kemungkinannya sangat kecil. Sehingga orang-orang sangat tidak memperhitungkan kemungkinan tersebut. Sama juga dengan dengan dua anak manusia yang sudah sibuk sejak dari jam 5 pagi menderes satu persatu batang karet yang ada di kebun mereka. Kebun itu tidaklah luas, sehingga bisa selesai di deres dalam waktu kurang lebih 2 jam an. Mereka yang aku sebut ini adalah aku dan ibuku.
"yang sebelah situ udah selesai nak?" tanya emakku menunjuk barisan batang karet yang ada di pinggir sungai kecil di kebun kami ini.
"yang sebelah situ udah mak, tinggal 2 baris ini aja yang belum" aku menunjukkan barisan batang karet yang sedang aku deres dan 1 baris di sebelah. Lalu emak menuju ke barisan batang karet di sebelahku.
"Jam brapa nak" tanya mak
"ha, owh, bentar aku liat dulu, jam tujuh kurang 20 menit mak" kataku setelah mengecek jam dari hp.
"owh cepetlah nanti telat sekolah"
"iya mak" kataku mempercepat langkah dan deresan karetku. Setelah beberapa waktu akhirnya pekerjaan kami pagi ini selesai. Dan seperti biasa kami selesai sebelum jam 7.
Setelah selesai aku langsung mandi di sumur di dekat pondok kami, sementara emak tidak mandi tapi membereskan segala sesuatunya di pondok. Entah itu pakaian kerja kami tadi, pisau deres ataupun handlamp yang biasa kami gunakan dikepala untuk menyinari pekerjaan kami tersebut. Setelah semuanya selesai, barulah kami pulang dengan Mio hitam satu-satunya kendaraan yang kami punya. Jarak antara kebun dan rumah tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh kurang dari 10 menit.
Begitulah aktivitasku hampir seriap pagi. Setelah menunaikan ibadah subuh, aku dan ibu langsung pergi ke kebun. Hanya sesekali saja ketika ada hal lain, seperti kecapekan, terlambat bangun, baru kami akan ke kebun setelah aku pulang sekolah. Dan kalau kalian ada yang pensaran kenapa kami memilih menderes karet sangat pagi saat masih gelap? itu karena getah karet itu akan menetes lebih lama daripada ketika menderes di siang hari. Selain itu juga karena aku masih sekolah, jadi kami musti menyesuaikan waktu supaya aku tidak terlambat ke sekolah. Itulah kenapa kami pergi ke kebun lebih pagi daripada penderes karet yang lain.
Lalu ayahku kemana? ayahku sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu. Sekarang aku tinggal di bersama Emak, Nenek, yang merupakan Ibu dari emakku, dan 3 orang adik perempuan yang semuanya masih sekolah SD. Aku sendiri kelas XI SMA.
****
"woy woy, plak, ngelamun aja ndan" tegur sohibku di kelas. Sebetulnya nggak bisa dibilang negur, karena si gepeng ini teriak keras pas ditelingaku dan menepuk kepalaku. Apalagi niatnya, udah pasti ingin merusak style rambutku yang bikin dia iri. Rambut si gepeng sohibku satu-satunya ini sebenernya lurus kayak rambutku, cuma jidatnya ketinggian, jadi style rambutnya hanya bisa disisir ke arah depan, atau belah pinggir tapi pake poni buat nutup jidat lebarnya.
"ngelamun kepala bapakmu, Orang lagi maen hp gini" yaa memang brengsek temenku ini, udah jelas aku maen hp, posisi hpnya juga depan mukaku. Udah jelas dia cuma mau nunjukin kerengsekannya dengan teriak ditelingaku gitu atau mungkin dia mau pamer kalau dia itu punya temen kayak aku gitu. Tapi nggak mungkinlah, orang dia aja bocor gitu, jadi temennya banyak ada dimana-mana. Justru akulah yang kesepian, nggak punya banyak temen. Tapi kalau cuma temen sih banyak, temen sekolah, temen sekelas, teman smp, teman sd, temen... pokoknya temen sih banyak. Tapi sohib aku yang kental cuma dia ini. Entahlah kenapa aku bisa akrab sama dia padahal nggak ada cocok-cocoknya. Dia bocor, aku rada pendiam. Dia nakal aku anak baik, kyaknya sih iya aku anak baik, tapi nggak taulah gimana menurut orang.
"Capek banget mukamu ndan, abis coli yaa, haaahaa, makanya cari pacar biar nggak coli lagi" aku langsung nengok ke temen-temen sekelas, dan kompaknya mereka pasang ekspresi mengkampretkan ke aku. Seolah-olah apa yang di ucapin gepeng ini bener.
"enggak kok, ngarang aja dia" kataku. Tapi suaraku terdengar kayak orang malu-malu. Anjrit kenapa aku malah ngasih penjelasan ke mereka-mereka. Padahal nggak usah ditanggapin juga orang-orang udah pada tau si gepeng ini bocor.
"abis coli ang ndan, pantesan mukamu kering gitu" sahut Tio yang lagi ngumpul sama 3 temennya lain.
"iih Andan, nggak nyangka yaa, ternyata kamu nggak sesuci yang aku bayangin" kata Dewi di samping Tio.
"hahaahaaa bayangin siapa lo coli ndan?"
"normal kok ndan, aku juga coli kok, tapi di coliin"
"jangan sering-sering ndan"
"hahaa anjiiir"
Suara-suara mengkampretkan entah dari siapa aku udah nggak peduli lagi. Yang salah sebetulnya bukan mereka, karena emang biasa kayak gitu, suka heboh sama hal-hal kecil apalagi yang berbau lendir. Yang salah itu adalah Aku, aku selalu lemot menanggapi candaan. Makanya aku sering diam atau mikir dulu sebelum becanda biar candaannya serius.
Entahlah, kenapa si gepeng ini kalau becanda pinter banget, otaknya itu mikir cepet kalau soal becandaan. Kalau dia lagi di bully, dengan cepat dia bisa nanggapin, atau sering bisa balik ngebully orang yang ngebullynya. Tapi otaknya kayak nggak berfungsi kalau soal pelajaran. Si gepeng ini kalau bukan karena Ibu nya guru di sekolah ini, udah pasti dia nggak bakal naik kelas. Enggak tau juga kenapa waktu SD dan SMP dia juga nggak pernah tinggal kelas. "Mungkin di SD atau SMP dulu ada saudaranya atau saudara emaknya" tebakku. Tapi entahlah.
Waktu pulang sekolah saat ngambil motor diparkiran, ada satu cewek cantik yang duduk di atas Mio ku. Aku melihat ke arah jok motorku tempat pantat sekalnya duduk.
"bruntung banget jadi jok motor, bisa ngerasain himpitan pantatnya. Memeknya pasti juga kerasa tuh, anget-anget" batinku gemes pengen.
Setelah sampai diparkiran, dia melihat ke arahku lalu memberikan senyum manisnya.
"ndan, mau nggak kamu ngantarin aku pulang" uuuh bergetar hatiku. Beneran nggak sih dia minta anter sama aku..
"iya boleh" kataku singkat. Tanpa nanya kenapa dia minta antar sama aku? apa karena nggak ada motornya atau gimana? kenapa nggak minta diantar sama pacarnya aja? harusnya kan aku nanya gitu sambil basa-basi. Karena bisa aja kan dia cuma ngebecandain aku. Setelah aku bilang" iya" terus dia bilang "ngarep banget lu.." bisa aja kan kayak gitu.
"beneran ndan boleh? yaudah ayuuk" lalu dia menggeser duduknya ke belakang.
eh ternyata beneran dia mau. Mimpi apa aku semalam ngeboncengin primadona sekolah. Kalau si gepeng tau pasti dia bakal nanyain aku ke dukun mana ngepelet Fany.
"Iya ayuuk" kataku ngambil posisi kemudi.
Nyampe depan gerbang sekolah aku belokkan motor ke arah kanan yang berlawanan dengan arah rumahku. Tujuanku adalah ke arah pasar palau tempat dimana rumah Fany berada.
Setelah agak jauh dari sekolah, jalanan ke arah pasar palau agak sepi, hanya sawah di kiri kanan jalan. Tidak ada rumah warga. Tiba-tiba Fany meletakkan tangannya dipinggangku.
"Pelan-pelan aja bawa motornya biar lama dikit sampenya" kata fany memajukan kepalanya supaya suaranya tersengar olehku.
"eh iya Fan" dengan senang hati aku mengabulkan permintaannya. "Jangankan pelan-pelan Fan, berhenti seharian aku juga mau, asal bisa deket sama kamu kayak gini" kata batinku. Mungkin kalau si gepeng dia bakal ngeluarin semua rayuannya buat bisa lama-lama dengan Fany. Aku juga pengen ngerayu Fany tapi keburu dia nanya lagi. Jadi momen pas untuk ngerayunya lewat.
"emang kamu udah tau rumah aku dimana?"
"iya tau" kataku singkat
"dimana emang?"
"di pasar palau" kataku singkat
"dimananya emang" tanya fany lagi makin memajukan kepalanya.
"dekat rumah Jeki" kataku singkat lagi
"iih beneran tau yaa, tau darimana?" tanyanya mungkin penasaran.
"Pernah liat" kataku singkat lagiii.
Kampreeeet, padahal harusnya aku bisa aja jawab "siapa yang nggak tau rumah cewek cantik kayak kamu Fan, aku udah pernah nguntitin kamu dulu. Pasti cowok satu sekolahan juga udah tau rumah kamu dimana" batinku lagi. Lagi-lagi aku hanya ngomong dalam hati.
Emang rumah Fany ini agak menonjol karena rumahnya sangat waaaw. Bukan hanya keliatan mahal tapi juga ber seni.
"Menurut kamu rumah aku kayak gimana?" tanya Fany
"Bagus, rumah orang kaya" udahlah bodoh amat, aku nggak mau mengutuk diriku sendiri karena nggak bisa ngomong lebih baik lagi.
"Ayahku sendiri yang mendesignnya itu, emang menurut aku juga bagus sih, tapi percuma aja rumah bagus tapi sepi" kata Fany. " tapi kenapa suaranya jadi agak melow yaa" batinku.
"Ayah sama Ibu aku jarang di rumah, mereka sibuk sama kerjaannya masing. Akunya nggak ke urus" owh begitu ternyata, kurang perhatian Fany ternyata.
"Mereka nggak pernah mau denger cerita aku. Sukanya cuma ceramah ngasih nasehat terus. Emang sih bener yang mereka omongin, tapi aku kan juga pengen di dengerin." Aku liat wajahnya dari spion kanan Mio agak mengkerut dan bibirnya jadi agak nyuncung ke depan, daging dagunya agak naik ngikutin tarikan bibirnya. "ndeeehh manis bangetlah kamu ini Fan, kayaknya mau gimana aja ekspresimu tetep bakal manis gemesin" batinku.
"cowok kamu gimana?" eishh kenapa aku nanyain itu sih. Pengen aku tarik lagi kata-kataku barusan. Lalu mata kami bertemu di spion kanan Mio. Aku liat dia senyum manis. Manis sih, manis banget malah. Tapi kenapa dia senyum?? apa dia curiga ada udang dibalik batu dari pertanyaanku tadi?.
"Kenapa kamu nanyain cowok aku?" yaah tuh kan. Kali ini aku harus mikir dulu, kalaupun mau jawabnnya becanda, tetap yang serius.
tik tok tik tok.. butuh beberapa detik loading mikirin jawaban biar dia nggak curiga. Biar dia tetap nyaman dan nggak ngerasa kalau aku ada maunya.
"Maksud aku, kamu kan butuh seseorang buat dengerin cerita kamu, keluh kesah kamu. Kalau nggak dapetin itu dari orang tua kamu, berarti kamu kan bisa berbagi dengan pacar kamu. Bukannya pacaran itu gunanya untuk saling berbagi yaa? makanya aku nanyain cowok kamu gimana? apa dia bisa bikin kamu nyaman? bisa jadi temenmu saling berbagi cerita? gitu maksud aku." aahh lega aku bisa ngungkapin apa yang ada di pikiran aku. Seenggaknya dia nggak bakal nganggep aku nyari keaempatan buat deketin dia lah. Meskipun pengen.
"Maksud kamu apa? aku nggak nyaman sama cowok aku gitu? kok kamu berkesimpulan kayak gitu sih dan?" eeh kok jadi gini yaa..
"eh enggak maaf Fan"
"hihiii jangan-jangan kamu mau ngerayu aku yaa. Mau bilang kalau kamu bisa bikin aku nyaman? nakal juga kamu ternyata ndan" eh kenapa dia bisa mikir kayak gitu yaa. Padahal jelas aku cuma nanyain pacarnya aja.
tik tok tik tok tik iya aku musti mikir dulu biar ga salah kata lagi. Belum selesai aku mikir dia udah ngomong lagi.
"ternayata bener yang aku denger tadi yaa, kamu tuh diam-diam nakal juga?" apalagi sih yang dia pikirin.
"emang kamu denger apa Fan?" tanyaku agak penasaran. Apa maksud dari kata-katanya ini.
"kata temen aku kamu itu mesum, suka itu.." haaaah, kenapa aku tiba-tiba jadi mesum dimatanya? wahh.
"Suka itu apa tuh Fan?"
"Kamu itu mesum suka coli, tadi kamu juga mesum kan ngeliat pantat aku?" hah astagaa
"cewek itu peka loh adan, tau mana tatapan mesum mana yang enggak?" wahhh hebat sekali dia, bisa tau mana yang mesum mana yang enggak.
"udahlah biasa aja, aku udah biasa kok diliatin kayak gitu" Maksudnya apa? dia udah terbiasa dengan tatapan mesum?
"hihii.. kenapa muka kamu memerah dan? hahaa lucu kali"
"hihii" hah kenapa aku malah ketawa? seolah mengiyakan apa yang dia pikirkan tentang aku.
Sepanjang jalan Fany terus aja ngomong nggak berhenti. Sesekali nyerempet soal kemesumanku.
"Makasih yaa adan, udah ngantarin aku. Aku seneng tadi sampe ketawa-ketawa" kata Fany setelah turun dari motorku.
"Iya Fan, aku juga seneng. Aku pergi yaa" kataku
"iya hati-hati yaa Ramadhan Kurnia Arlis"
"iya Fany Amalia Ahmad"
Auuhh tiba-tiba rasa ngilu terasa di dadaku. Ngilu terharu bahwa si primadona SMA kami ini tau nama lengkapku. Yang aku pikirkan adalah kok dia bisa tau? padahal aku nggak pernah satu kelas dengan dia, dan aku juga bukan orang yang menonjol di sekolah. Apa mungkin dia suka sama aku?. Masa sih...
Kenapa aku bisa mikir sejauh itu yaa. Bisa aja dia ngeliat nama aku di pengumuman nama-nama waktu pembagian kelas dulu atau di catatan perpus. Yaa pasti kayak gitulah, lagian apa spesialnya sih tau nama orang lain ya kan? aku juga tau banyak nama temen-temen sekolah yang gak pernah satu kelas denganku. Yaudalah emang siapa gue? lalu aku tarik gas Mio lebih dalam agar cepat sampai di rumah.
Terakhir diubah: