BAGIAN VI : MAMA JANGAN SEDIH KAMI ADA BUAT MAMA
3 tahun kemudian.... Juli 1995.....
Pov Suyatmi
Rumah tangga kami yang awal nya penuh kebahagian semakin lama semakin terasa hambar, tanpa adanya anak dari rahim ku membuat hubungan kami tidaklah seromantis tiga tahun lalu, sejak suami ku naik pangkat dan jabatan sersan satu saat ini dan akan kembali mengikuti pendidikan untuk kenaikan pangkat dan jabatan nya menjadi serka membuat hubungan suami istri makin berkurang, suami ku sering banyak di luar dan di lapangan, "demi mengejar karir dan demi keluarga kami tentu nya", kata nya saat kami berdua selesai melaksanakan sunah rosul di malam itu.
Anak-anak angkat ku sekarang sudah mulai beranjak remaja, rustam anwar saat ini sudah kelas 3 SMP dan Hartini saat ini sudah masuk SMP kelas 1 bersekolah di SMP yang sama dengan mas nya yakni di SMP Negeri 1 Pendopo.
Ilustrasi foto diambil tanggal 16 Desember 2010
Malam itu seperti biasa suami ku tidak pulang dari tugas patroli nya, ia mendapat piket malam dan karena sudah terbiasa tidur bertiga sejak tiga tahun lalu, kini di kamar ku sudah terbaring tini di sisi kiri dan rustam di sisi kanan ku.
Aku melamun memikirkan badai rumah tangga ku yang mulai hadir akhir-akhir ini, komunikasi antara aku dan suami ku sekarang kaku dan tidak sama seperti tiga tahun lalu, entah apa penyebab nya aku pun tidak tau? aku terkadang menangis sendiri saat mengalami hari-hari yang sepi ini tanpa ada kehadiran suami di sisi ku, yang bisa membuat ku tersenyum dan kuat menghadapi ini semua di karenakan kehadiran tini dan rustam, mereka berdua bisa menjadi teman, menjadi adik bahkan anak yang membuat hati ku sedikit tentram dan damai.
"Ma....!Kok mama nangis, ada apa ma?", bisik rustam di telinga ku saat melihat dan mengetahui aku menangis.
Aku hanya menggelengkan kepala dan mendekatkan kepala nya hingga nafas dan bau mulut nya yang wangi sehabis sikat gigi tercium di indera penciuman ku.
CUUUP....." di kecup nya kening ku dengan penuh kelembutan.
Setelah mencium kening ku, rustam membisikan kata perkata yang membuat ku mulai tersenyum pada nya.
"Ma.....! Mama jangan bersedih kami berdua akan selalu ada buat mama, menjaga mama, hingga akhir hayat kami ma".
Aku menatap mata rustam, ada keseriusan dan kedewasaan di mata nya di usia nya yang masih hijau, usia 15 tahun adalah usia seorang anak yang ingin mencari jati diri dan kebebasan mengekspresikan diri nya, tetapi rustam tidak ia selalu patuh dan bahagia jika melihat aku dan adik nya bisa tersenyum, bahkan pernah sewaktu di sekolah adik nya (tini) di ganggu dan dijahili oleh teman nya sesama kelas 3 SMP, ia dengan marah nya menghajar cowok tersebut hingga babak belur, sejak itu ia makin over protektif pada tini dan tini pun sangat senang jika rustam menjaga nya, memanjakan nya bahkan menjahili nya entah apa ada perasaan cinta diantara mereka berdua aku pun tidak tau karena mereka ku anggap anak-anak kecil walaupun sekarang usia mereka memasuki pubersitas, masa remaja.
Tini bahkan saat ini sudah mendapatkan menstruasi, ia sudah datang bulan menandakan ia akan menjadi gadis remaja yang memasuki masa pertumbuhan, waktu sangatlah cepat berlalu hari, berganti bulan dan tahun hingga kini usia ku memasuki 23 tahun dan suami ku berusia 26 tahun.
"Rus, tatapan mata mu melihat mama bukan seperti tatapan seorang anak pada ibu nya, jangan-jangan kamu masih berharap dan mencintai mama ya", ucap ku memperhatikan tatapan penuh cinta dan sayang seperti yang sering dulu mas tono suami ku perlihatkan.
"Maafin rustam ma, jujur ma, rustam makin lama semakin menyayangi mama seperti lelaki menyayangi wanita yang di kagumi nya, mama itu bidadari rustam dan tini, mama selalu baik, perhatian dan sayang itu rustam rasakan sejak mama dan papa mengadopsi kami sebagai anak kalian".
"Tidak boleh nak, biar bsgaimana pun aku adalah mama angkat nya mesti nya ada batasan antara anak dan mama nya, bukan sebalik nya".
"Tapi ma.....! Rustam benar-benar kagum dan sayang sama mama, rustam tidak ada perasaan tertarik sama lawan jenis seusia rustam walaupun di sekolah rustam banyak cewek yang mengajak rustam pacaran, bahkan ada yang terang-terangan teman cewek di sekolah menyatakan perasaan nya pada rustam".
"Kalo kamu dengan tini apa ada perasaan sayang seperti perasaan kamu ke mama?".
Rustam mengangguk kepala lalu ia menjawab,"Tini sama berharga nya dengan mama, kalo lihat dia di ganggu, di jahili atau pun di jahati, rustam tidak segan-segan menghajar orang itu ma".
"Nak, mama sedih karena papa mu sudah berubah tidak sepeeti papa yang mama kenal, yang perhatian, yang selalu memanjakan mama, sekarang semua itu sirna, sifat nya yang mulai tempermen. Pemarah dan tidak jarang tatapan kosong penuh kemarahan membuat aku menjalani hari-hari penuh derita batin nak".
"Ma....!Boleh rustam cium bibir mama".
Cuuuupppp....
Belum sempat aku menjawab iya dan tidak, ternyata bibir nya sudah menempel di bibir ku yang kemaren menjadi tempat buat suamiku saja.
Entah karena kurang nya perhatian dan belaian suami ku, atau karena nafsu ku yang malam ini bergejolak naik aku malah menyambut ciuman rustam, aku malah mengajari cara melakukan ciumana yang penuh nafsu dan gairah, ku pancing lidah ku agar ia menghisap nya, ternyata rustam anak yang pintar bukan hanya pintar secara akademik tapi cepat belajar apa yang barusan ku contohkan.
Lidah kami saling bertautan, saling memilin dan sesekali saling menghisap dan menjulur membuat aku makin terlena oleh bisikan-bisikan setan yang menyuruh ku untuk menikmati bersama anak mentimun ku.
"Nak.....! Cukup....!", cegah ku saat ia mulai membuka gamis tidur ku.
"Kenapa ma! Bukan nya mama juga menikmati nya".
Aku seketika tersadar ucapan rustam, memang ku akui barusan aku juga menikmati apa yang kami lakukan tadi, tetapi sebagai seorang istri dan sekaligus ibu angkat tidak seharus nya aku mencontohkan hal yang di luar batas kewajaran.
Plakkk....
Tangan ku menampar wajah nya yang terlihat bengong melihat rona muka ku menjadi marah dan kecewa dengan ucapan ia barusan.
"Jangan kurang ajar nak, mama sayang sama kamu sebagai ibu bukan kekasih mu, tolong nak buang jauh-jauh pikiran mu tentang mama".
Ia bersujud di kaki ku, menangis dan meminta maaf, "ma....! Maafin rustam ma, rustam khilaf, rustam terbawa nafsu rustam, maafin ma".
"Sini nak", perintah ku pada nya untuk mendekat.
Kupeluk ia dengan penuh kasih sayang sebagai ibu pada anak nya, ku elus pipi nya yang memerah bekas tamparan tangan ku, dan ku belai rambut nya.
"Suatu hari nanti kamu akan bisa mengerti kenapa mama marah tadi, bukan mama marah karena kamu berbuat seperti itu tetapi karena mama ini masih istri sah papa mu, dan selayak nya mama mengabdi pada suami apapun keadaan nya nak".
"Iya ma...! Rustam ngerti kok".
"Udah yuk kita bobok nanti kamu kesiangan sekolah nya, jangan di ulangi lagi yang tadi".
"Iya ma".
.
.
.
Pov Rustam
Sejak kejadian malam itu aku berusaha menjadi anak yang baik, menuruti semua kemauan mama, menjaga tini adik ku dan sekaligus menjaga mama.
Tini adik ku diam-diam selalu memperhatikan ku hampir setiap hari, dan saat mata kami berdua bertemu ia menundukkan kepala nya, terkadang pura-pura menoleh mencari sesuatu.
Hingga tak sengaja hari itu aku masuk ke kamar nya, dan ku temukan buku diary nya yang ia tulis sejak masuk SD kelas 1.
For diary, (pov tini)
Hai diary, kenalin aku hartini, panggil tini aja ya, diary aku ingin nulis di sini untuk mengungkapkan semua isi yang ada di hati ku.
Aku di adopsi oleh bi yatmi yang sekarang aku panggil mama, awal nya aku sedih diary, karena akan berpisah untuk selamanya dengan ibu dan saudara-saudara ku, maklum diary saat itu umur ku kan baru 6 tahun sedang senang-senang nya main dengan teman sebanya ku.
Nah saat itu ternyata bukan aku saja diary, yang diangkat anak sama papa dan mama ternyata ada cowok manis yang bernama rustam anwar, orang nya sih biasa aja, sedikit kumal, bau dan apa lah pokok nya tini ngejauh saat pertama di kenalin mama dan papa sebagai mas ku.
Tapi setelah kami pindah ke pendopo, aku mulai diperhatikan, dimanja, di jaga oleh nya aku senang diary, dia seperti kakak yang begitu sayang pada adik nya, terkadang aku suka jahilin dia tapi malah dia bisa buat aku tertawa dan tersenyum.
Hal yang paling membahagiakan diary saat aku dan mas rustam masuk sekolah, aku kelas 1 dan mas ku kelas 3 di SD Negeri 1 Talang Ubi Pendopo, waktu pertama sekolah aku sudah dapat banyak teman dan semua nya baik-baik pada ku diary. Mas rustam selalu menunggu ku atau kalo kelas ku duluan bubar aku menunggu nya, kami selalu pulang sekolah bareng, hingga lulus mas ku lulus sd, dan yang membuat ku sedih saat mas ku masuk smp aku masih kelas 4. Kami jadi jarang pulang bareng lagi karena mas rustam pulang nya lebih lama dari aku. Tetapi walaupun begitu mas rustam tetap baik dan menjaga aku diary, kadang kami berdua main dan lucu nya ia pun ikutan main-mainan perempuan, walaupun aku tau ia malu dan gengsi tentu nya.
Sekarang aku masuk SMP diary, banyak kawan baru baik cewek maupun cowok, dan waktu mos (masa orientasi siswa) mas rustam jadi panitia, aku aman tidak pernah di hukum seperti teman-teman ku lain nya.
Dan yang membuat ku kesal diary, saat yuli teman sebangku ku menanyakan mas rustam pada ku, ia suka pada mas rustam, aku hari itu bete diary, bete enah kenapa aku tidak tau, yang jelas serasa dongkol dan mungkin cemburu ya yuli suka sama mas rustam. Sampai pulang ke rumah pun muka ku manyun dan cemberut, sampai-sampai mama nanya, "kenapa nak muka kamu nekuk gitu, ada apa sayang". Aku hanya menggelengkan kepala mau ngomong apa aku diary, mau ngomong bahwa ada teman ku yuli suka sama mas rustam dan aku sebel sama yuli karena ia suka mas rustam, pasti di ketawain mama diary, untunglah mas ku ini pinter bikin aku senyum dan ketawa, melihat muka ku cemberut ia malah menggoda dan mencandai ku yang membuat aku dan mama ikut ketawa, ya mas ku ternyata pinter ngelawak kata orang sini sih, pake bahasa daerah sini bikin aku dan mama terpingkal-pingkal tertawa padahal mungkin menurut orang lain itu tidak lucu tapi karena ia ceritain dengan polos nya bikin kami ketawa.
Diary, hal yang membuat ku terkesan dan mengagumi mas ku saat ia menghajar cowok jahil bernama budi. Ya budi kakak kelas 3 yang ternyata teman sekelas mas ku, ia sebenar nya orang baik, berasal dari keluarga yang cukup kaya di kampung kami, cuma karena aku tidak punya rasa, ia tus-terusan mendekati bahkan menggoda ku. Hingga hari itu diary, pas jam istirahat aku mau ke kantin biasa mau jajan karena laper pagi tadi sarapan ku sedikit hehehe, nah saat itu kak budi menghadang ku ia menarik paksa aku untuk di ajak ngomong, ku turuti saja kemauan nya saat ia menyatakan cinta nya aku seketika menjawab bahwa aku belum mau pacaran dan memang aku nggak punya rasa pada nya, tetapi kak budi tidak bisa menerima penolakan ku, ia memaksa ku dengan menarik tangan ku sehingga aku terjatuh dan kebetulan mas rustam melihat kejadian itu.
Diary...Baru kali ini aku melihat pancaran kemarahan yang besar dari mas rustam, setelah ia membantu ku berdiri, ia kemudian mendekati kak budi dan menghajar nya, memukul dan menendang nya hingga kak budi babak belur sekujur tubuh nya lebam dan ada darah yang mengucur dari hidung kak budi, seandai nya tidak di lerai dan di pisahkan aku tidak tau gimana nasib nya kak budi dihajar habis-habisan oleh mas ku.
Diary...Lelaki gagah, pemberani, dan jantan ada pada sosok mas ku, ia melindungi ku tanpa peduli dengan diri nya, rasa kagum ku makin meningkat menjadi rasa suka terhadap lelaki, rasa suka ku pada mas ku sendiri....oh diary apa yang mesti ku lakukan beberapa hari ini aku selalu memandangi nya dengan penuh perasaan pernah kepergok oleh nya saat aku memandangi nya dan ternyata ia menyadari nya kami saling menatap lalu aku menunduk malu dengan muka memerah. Diary apa aku sedang jatuh cinta pada mas ku sendiri? Apa dia juga merasakan apa yang kurasakan diary?.....
Sudah dulu diary.... Nanti aku lanjutin lagi kisah ku ....bye diary....
Lanjutan nya dibawah......