Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Anak Gunung

VIII





“udah yuk lanjut jalan, ntar kelamaan” jaya lalu berdiri dan bersiap melanjutkan perjalanan turun. Tian menyeka keringat yang membasahi keningnya.”kuy lah. Gua juga dah rindu kasur empuk dirumah gua” tian dengan semangat memimpin jalan didepan. Mada dan gadis hanya saling berpandangan melihat tian kembali energik, cukup menggelikan



Mereka pun melanjutkan perjalanan turun dengan pelan tapi pasti. Tidak terburu-buru, tidak tergesa-gesa. Santai sambil menikmati udara segar yang disediakan oleh alam gunung ini. Sungguh asri dan indah. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?



Setelah sekitar 5 menit mereka berjalan mereka melihat tas bagas terletak begitu saja di tanah.”eh, itu tas bagas men!” tian terkejut dan panik, kenapa bagas meninggalkan tasnya? Apa yang terjadi?. Jaya langsung mengambil tas bagas dan mengeceknya.”gada yang aneh dari tasnya. Apa dia lagi kencing?” heran jaya karena tas bagas masih sangat rapi tersusun, tidak mungkin ada perampok lagi pula ini di gunung dan bagas juga cukup kuat



“udah, mungkin dia lagi kencing. Coba panggil namanya, mana tau nyahut. Bagas!! Bagas!!” gadis berteriak memanggil nama bagas, dibarengi yang lain namun tidak ada sahutan sama sekali.”aduh, ini anak kemana lagi sih? Apa kelupaan ya?” tian mengerutkan kening karena rentetan hal ganjil yang dialami bagas. “udah, mungkin dia kelupaan. Kita kebawah aja dulu, mana tau dia udah disana” saran mada berusaha berpositif thingking



Jaya ragu, dia merasa ada yang tidak beres disini. Tapi dia juga berusaha berfikir positif karena ucapan mada, semoga saja yang dikatakan mada benar. Semoga saja.”yaudah ayuk. Buruan kita turun” jaya langsung bergegas sembari membawa tas bagas



Mereka meningkatkan kecepatan berjalan, bergegas kebawah untuk melihat apakah bagas ada dibawah atau tidak. Dengan pikiran yang berkecamuk dan harap-harap cemas. Pertarungan harapan positif dan keganjilan memenuhi otak teman bagas



Sesampainya mereka dibawah, mereka langsung mencari bagas disekitar tempat parker mobil mereka dan rumah joglo tempat tinggal penjaga. Memanggil-manggil bagas.”ada ketemu nggak?” jaya semakin khawatir dengan apa yang terjadi.”gada, kita semua gada jumpa dia. Aduh, gimana inii” panik gadis setelah mengetahui kenyataan bahwa bagas juga tidak ada dibawah



“hola. Bagasnya mana?” kayla mendekati teman-teman bagas yang sedang panik.”eh, kay. Kamu gada ketemu bagas?” jaya langsung melempar pertanyaan pada kayla yang baru saja datang kearah mereka. ”ehh? Gada tuh. Dari tadi aku juga nungguin dia, emang dia kemana?” kayla masih belum menyadari apa yang sedang mereka hadapi sekarang



“astaga! Bagas hilang” jaya langsung blank dan jantungnya terasa tercekat dengan kuat. “ngak. Ngak mungkin kan? Astaga bagas” kembali ucap jaya karena panik menyerangnya. Jaya jatuh terduduk sangat khawatir pada sahabatnya. Dia dan bagas sangat dekat sampai rela berkorban untuk satu sama lain. Dia pusing dan ingin menangis rasanya



“gimana ini?” tanya gadis pada mada. Mereka semua juga tak kalah khawatir.”gimana ini? Gua juga bingung” jawab mada.”udah kalian disini, jagain jaya. Gua naik lagi nyari bagas. Ga beres ceritanya kalau kayak gini. Gua yang cari” tian bergegas meletakkan semua barangnya dan ingin segera berangkat naik kembali mencari bagas yang hilang



Namun tiba-tiba sebuah tangan memegang pundak tian.”sudah tidak perlu. Sudah terlambat” ucap kakek kijang yang mereka temui dulu saat ingin naik.”apa-apaan anda ini? Jangan menghalangi saya. Ini nyawa teman saya” geram tian karena dirinya tertahan karena kakek tua ini



“tidak ada yang bisa kita lakukan. Hanya berharap pada yang Maha Kuasa dan alam ini. Sisanya tergantung pada temanmu itu, apakah dia bisa menemukan jalan keluarnya sendiri. Jadi jangan tambah masalah dengan membahayakan dirimu anak muda. Sudah sia-sia” kembali ucapan kakek itu yang membuat teman-teman bagas semakin putus asa



“BAJINGAN! SIAPA KAU BERANI BERKATA SEPERTI ITU? INI SAHABAT KU. SAHABATKU!” jaya sudah tidak tertahan lagi. Rasa kekecewaan dan amarahnya sudah pada puncaknya dan siap untuk diledakkan. Aura nya yang tertidur bangkit menyala-nyala dan menggila siap menerjang apa saja



Kakek kijang cukup terkejut dengan ledakan emosi yang kuat. Aura jaya sudah membentuk armor walau belum sempurna setengah pun. Kek kijang mulai menghadapi serius, karena hal ini bukan atas control jaya. Dia tidak ingin meyakiti jaya dan tidak ingin juga jaya menyakiti orang-orang disekitarnya



“tenanglah anak muda. Aku paham perasaanmu. Tapi apa yang bisa kau lakukan? Apa kau bisa mengambil teman dari sesuatu yang tidak bisa kau lihat? Apa kau bisa mengambil temanmu dari sesuatu yang berbeda alam? Apa bisa? Jika kau memang sesayang itu pada temanmu maka kau pasti memiliki keyakinan yang kuat padanya. Kalau kau memang yakin padanya kau hanya bisa berharap bahwa dia bisa menemukan jalan keluarnya sendiri. Tidak lebih. Jika kau tetap begini, kau hanya akan menyakiti orang lain, jadi tahan lah diri mu” ucap kek kijang yang membuat sisi manusiawi jaya yang tersisa jadi tersadar



“arrrgghhh. arrrgghh” jaya berteriak sangat kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga sahabatnya. Jaya memukul tertekuk lutut dan memukul tanah dengan penuh emosi dengan kepalan tangan secara serentak dan berkali-kali. “hahhhh… argghhh” tangis jaya pecah. Dia kecewa, marah, dan mengutuk dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya karena ke tidak-mampuannya menjaga bagas.



“tenanglah. Jangan salahkan dirimu, ini bukan kesalahanmu” kek kijang menepuk pundak bagas setelah aura yang mengelilingnya perlahan hilang. Lemas, dan tidak bertenaga jaya pada saat itu karena rasa sedih dan ledakan auranya yang spontan menguras tenaganya. Mada dan tian lalu serentak menopang jaya kearah teras rumah joglo dan menidurkan jaya disitu



Semua heran, semua bingung. Apa yang terjadi? Kenapa bisa terjadi?. Semua terdiam dan hening. Kayla juga tidak sanggup mengucapkan kata apapun hanya diam. Begitu sampai setengah jam kemudia saat jaya sudah mulai sadar



“kay, kamu balik aja. Dari sini kita yang urus” ucap jaya pada kayla agar tidak ikut repot dalam hal ini. “udah gpp, aku ikut. Lagi pula sebenarnya mama ku dan mama bagas saling kenal, mungkin nanti aku bisa bantu ceritain apa yang bagas lakukan malam tempo hari, siapa tau bisa menjadi bentuan”. Jaya tidak menjawab lagi dan langsung bergegas menghubungi orang tua bagas



Apapun yang terjadi dia sangat merasa bertanggung jawab pada keluarga sahabatnya ini. Apapun yang akan terjadi, dia akan siap menanggung semua beban.





Tapi… bagaimana mereka bisa menemukan tas bagas? Apakah gaib? Ya memang gaib, tapi secara lebih jelas karena mereka sudah berbeda dimensi. Jadi saat bagas melepas tasnya maka tas itu kembali pada dimensi seharusnya





……



#1st





”apa? Apa yang terjadi?” aku berusaha mengingat apa yang baru saja dialami nya. Oh iya aku pingsan saat seseorang menepuk pundakku, karena rasa ketakutan dan lelah jadi satu. Duh, bodoh banget.



“sekarang aku ada dimana?” aku bergumam karena sedikit asing dengan bentuk bangunan rumah ini. Semuanya serba kayu. Walau bergitu rasanya sangat segar disini dan sejuk. Nyaman juga dirumah ini hahaha



Sejenak ku kelilingi rumah ini sambil mencari apakah ada air minum.”kok sepi ya? Apa gada penghuni?”. Aku heran dengan rumah ini, rapi tapi kok gada penghuni? Tapi entah kenapa walau asing tapi rasanya sangat akrab dengan lingkungan ini. Sungguh nyaman



“sudah bangun tuan?” suara seorang wanita yang bisa ku pastikan sudah berumur dari arah belakangku. “eh maaf, ibu siapa?” aku heran karena wanita yang terlihat kurang lebih 40 an itu bersikap sangat ramah padaku, lagi pula kenapa dia mamanggil tuan?



“maaf tuan, jika rumah hamba tidak bagus. Pak ini tuan yang bapak bawa tadi sudah sadar” ucap ibu ini yang tak ku tau namanya siapa. Dengan bergegas suami ibu itu masuk kedalam rumah.”eh nak, sudah bangun?” ucap bapat tua itu padaku.”ah bapak ini, jangan panggil nak, yang sopan pak” ucap istrinya. ”eh iya maaf tuan. Apakah tuan sudah lebih segar?” tanyanya kembali



“aduh maaf tapi saya bukan siapa-siapa. Saya hanya orang biasa” kataku karena merasa tidak enak. Sudah ditolong dan sekarang dianggap lebih terhormat.”tuan tidak perlu merendah pada kami rakyat jelata. Kami akan siap menolong dan melayani tuan. Dari pakaian tuan saja sudah sangat berbeda, bahkan para bangsawan dan raja tidak pernah memakai pakaian seindah yang tuan pakai” ucap ibu itu yang membuatku tersadar bahwa pakaian kami memang jelas berbeda



Pakaiannya hanya menggunakan kain jarik atau sejenisnya aku tidak tau, yang penting seperti pakaian jaman orang dulu saat zaman kerajaan dalam sejarah.”aduh maaf bu kalau saya merepotkan. Saya pergi dulu mencari teman saya” tak ku hiraukan perkataannya tadi, fokusku sekarang kembali mencari sahabatku



Ibu itu kemudian menggelengkan kepalanya.”uhh, tidak tuan. Kami tidak merasa direpotkan sedikitpun. Bahkan kami siap melakukan dan rela diperlakukan seperti apapun oleh tuan. Kami hanya lah rakyat kecil yang berharap bisa berguna pada orang seperti tuan. Iya kan pak?” kata ibu itu sambil menyenggol lengan bapak tua itu.”ehh, iya iya” jawabnya. Pikiran ku jadi ngeres dan kemana-mana saat mendengar ucapan ibu tadi, mungkin bisa dinakalin hehehe



“ya sudah saya pergi dulu bu, pak” ucapku izin karena merasa tertolong oleh mereka.”tapi tuan mau kemana? Apa perlu bapak temani?” ucap bapak itu. “tidak perlu pak, saya hanya sebentar, nanti saya akan kembali lagi” ucapku karena memang aku tidak yakin bisa menemukan temanku dan hanya rumah ini yang bisa menjadi tempat ku berpulang.”kalau begitu, baiklah tuan. Kalau tuan mau kembali kesini kami pasti akan menyambut tuan” jawab ibu itu.”makasih bu” ucapku dan bergegas berjalan kembali naik



Tapi… kenapa? Kenapa gunungnya jadi tidak setinggi saat pertama kali aku datang? Bahkan setengahnya pun tidak. Aku menyadari hal aneh ini karena ditempat aku berdiri sekarang adalah kaki gunung. Sungguh aneh. Tanpa pikir panjang aku berlari naik kearah tempat kami kemah, dan entah kenapa jalannya masih sama. Tapi yang kutemui tetaplah sama. Tidak ada jejak atau bekas perkemahan kami disini, lalu aku bergegas pergi ke air terjun dan hasilnya masih sama seperti tadi pagi. Goa nya masih ada dan tetap kosong



Aku mulai merasa putus asa dan berusaha menguatkan hati. Karena bagaimanapun ini semua karena kerasnya kepala ku ini. Sungguh bodoh. Untung saja teman-temanku tidak terseret pada hal ini. Huhh.



Aku hanya duduk dipinggiran air terjun merimangi nasib ini. Apakah mungkin untuk kembali? Atau harus menjalani hidup baru disini? Ah bodo amat lah. Apa yang ada didepan harus dijalani. Aku kembali turun mau kembali menuju rumah tadi.



Saat dalam perjalanan entah kenapa ada rasa penasaran dalam otak ini. Ah coba aja jalan-jalan siapa tau jumpa sesuatu yang menarik hehehe. Aku berjalan lurus terus melewati simpang jalan yang mengarah pada rumah yang ku tempati tadi. Sepanjang perjalanan aku hanya memandangi jam tanganku.”kok jamnya ga jalan ya? Padahal ga habis batre atau rusak. Mana hp ku ada di tas lagi tadi, huh.” Keluhku karena aku tidak punya hp yang mungkin bisa menghubungi orang rumah



Setelah sekitar 10 menit berjalan, aku melihat gapura yang tadi pagi ku lihat. Oh, rupanya ini pasar di daerah ini, cukup ramai. Karena memang setelah melewati gapura itu aku melihat banyak orang dengan pakaian ala kadarnya seperti zaman kerajaan kuno. Dan yang bikin senang, semua pakaian rada sexy, hahaha jadi sange.



Saat sudah didekat pasar itu aku heran kenapa mata mereka seperti segan dan kagum padaku, bahkan saat aku memandang kearah mereka mereka pasti menanggukan atau menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan. Apakah karena pakaianku yang berbeda ini? Ah tidak ambil pusing lah. Dari semua orang-orang disini semua sama rata dan tidak terlalu menarik. Tapi ada satu hal yang aneh, kenapa ada yang berhijab? Bukankah kalau sekuno ini maka agama belum ada? Apalagi ini dikaki gunung. Tapi setelah ku amati, ternyata agak berbeda, hijab yang biasanya pinggirannya berbentuk lingkaran tetapi ini pinggirnya berbentuk segi empat dan lebih panjang dibagian belakang. Wah. Bikin sangeee bangsat. Pikirku dari tadi karena semua sangat menggoda, apalagi entah kenapa nafsuku sangat menggebu-gebu disini, dan aku merasa seperti seorang raja yang akan dilayani oleh orang disini



Walau tidak mengenal mereka, aku merasa sangat merasa nyaman dan akrab dengan orang disini. Udara yang sejuk dan penghormatan yang diberikan oleh warga sini sangat membuatku terhenyak dan sedikit mulai bisa beradaptasi dengan baik. Aku berfikir dengan keras apa yang mau aku lakukan di alam ini. Apa yang menarik dan apa yang patut dicoba

“maaf, permisi. Ehm, saya orang baru disini, jadi saya ingin makan tapi saya tidak punya uang. Apakah tempat ini menerima kas bon?” aku mencoba untuk berinteraksi dengan orang disini, untuk bisa menentukan sifat dan mengetahui tingkat moral, agar tidak membuat kekacauan. Entah kenapa emosi nafsu sangat meluap-luap disini, apakah aku boleh berbuat sesuka ku didunia tak dikenal ini? Ada niat untuk mengeksplorasi dunia ini dalam berbagai hal. Yang paling ingin aku coba adalah sex. Sangat penasaran apakah akan nikmat? Apalagi ini bukan lah dunia ku, jadi aku tidak perlu ambil pusing hahaha

“hihihi. Silahkan tuan. Untuk bangsawan agung seperti tuan, kami tidak merasa rugi walau tidak dibayar sedikitpun. Karena saya percaya bahwa dewa akan memberi rejeki lebih” jawab wanita yang menjawa rumah makan itu. Tempatnya sangat unik karena tidak ada kursi sama sekali, jadi hanya bisa lesehan di alas kayu dengan sebuah meja kecil. Perasaan senang karena kembali mendapat perlakuan special membuatku hampir kalap. Ingin tau apakah wanita disini juga bebas ku entot? “Hush. Jangan hanya memikirkan itu bagas bego” Maki ku dalam hati

“oh terima kasih kalau begitu. Hidangkan saja seadanya” aku tidak berharap lebih, karena ini pun hanya gratisan dan aku tidak ingin malah jadi semena-mena. Tidak lama dihidangkan seperti ikan gulai yang sangat harum, menggoda selera. “silahkan tuan.“silahkan di nikmati makanan sederhana dari warung saya” ucap wanita penjaga itu sembari memberi teh hangat. Saat aku mulai menyuapkan nasi kedalam mulut, terasa sangat berbeda dari makanan yang biasa ku makan. Disini semua serba lebih segar dan gurih. Sangat terasa perbedaannya, aku mulai berfikir bahwa tidak terlalu buruk dan mengecewakan sampai ditempat tak dikenal ini

Aku makan dengan lahap, karena juga memang sudah lapar. Diwarung ini juga ada beberapa orang lain, pria dan wanita semua melihat kearahku sambil makan, dan saat aku menatap balik mata mereka, pasti mereka menundukkan kepala tanda hormat. Sungguh aneh, masa Cuma perkara pakaian mereka jadi seperti itu. Aku yang suka menjadi biasa saja, malah merasa kurang nyaman dengan hal ini. Huh. Nanti harus minta ibu dirumah itu, untuk soal pakaian

“bu. Saya sudah selesai. Terima kasih. Sebagai gantinya, apakah ada yang bisa saya kerjakan?” tawar ku pada wanita penjaga warung itu, karena aku memiliki tenaga untuk mengganti makanan yang sudah ku santap.”aduh, tuan. Tidak perlu repot-repot. Tidak perlu dibayar” balas ibu penjaga warung itu.”oh yasudah. Lain kali kalau saya mau bayar tidak apa-apa kan bu? Saya merasa tidak enak kalau begini terus” ucapku dengan yakin, karena bagaimanapun aku harus cari kerja didunia ini.”kalau begitu yang tuan mau, maka terjadi lah.” Ucapnya dengan senyum. Astaga bodi ibu ini juga semok sekali, toked nya bulat banget walau ga se semok ibu yang dirumah tadi.”em, maaf tapi itu yang ibu pakai kerudung?” tanyaku memberanikan diri karena sangat penasaran dengan kerudung yang dipakai sebagian wanita berumur disini

“oh ini?” tanyanya sambil menunjuk kerudungnya. “iya itu bu, itu hijab?” tanyaku penasaran.”hijab? apa itu tuan? Kalau ini namanya cekap tuan” ujarnya sambil menyampirkan bagian depan sampir cekap itu, seolah memamerkan buah dada nya padaku.”ohh. besar juga” ucapku bercanda.”ah tuan. Saya jadi malu, saya tidak layak untuk tuan” katanya dengan menundukkan kepala kesamping, tapi susunya makin dijepit dengan lengan atasnya. Sungguh aneh dan menggairahkan melihat wanita berumur mungkin sekitar 30 sok menggoda begini hahaha



Tak ingin lama-lama menggoda ibu ini, takut menjadi cibiran orang disini karena bagaimanapun aku ingin membangun citra yang baik.”oh iya, apa ada lagi daerah selain ditempat ini bu?” tanyaku penasaran karena tidak mungkin hanya ini daerah yang ada.”oh ada tuan. Sebenarnya desa tempat ini merupakan desa kembang ini merupakan bagian dari kerajaan Asdat. Mungkin butuh hampir setengah hari untuk kesana jalan kaki tuan. Tapi, maaf tuan ini sebenarnya dari mana? Kenapa bangsawan agung anak Dewa seperti tuan sampai kedesa kembang kecil kami ini?” tanyanya, dan aku sendiri seberannya bingung menjawabnya karena takut bila salah jawab

“ohh begitu ya. Sebenarnya aku hanya lah orang biasa dari negeri yang jauh sekali” jawabku berusaha menutup kebenaran yang ada.”ah tuan ini tidak perlu merendah seperti itu. Dari pakaian dan kehadiran tuan saja saya sudah bisa mengenal tuan adalah sosok yang sangat berbeda”jawaban ibu itu membuatku bingung sendiri. Daripada terus berkelut dengan suasana yang tidak jelas ini aku memutuskan untuk mengakhiri disini.”oh ya udah, saya pergi dulu kalau seperti itu bu. Tapi maaf, kalau boleh tau nama ibu siapa?” aku sangat ingin mengenal ibu ini, karena body nya sangat menggairahkan dan aku suka cekap yang dipakainya.”siapalah aku tuan sampai tuan berbicara dengan sangat sopan begitu. Tuan tidak perlu sopan kepada saya, cukup saya saja yang sopan dan patuh ada tuan. Nama saya warsih” nama yang cukup menarik menurutku. Sangat desa dan sangat menggoda



Saat mendengar jawabannya tentang siap patuh justru membuatku ingin berbuat mesum padanya. Dasar godaan seperti ini sangat berat, ayo otak tahan nafsu mu. Batin ku bergolak ingin melampiaskan nafsu yang sudah cukup lama tertahan ini hahaha. Dari pada memikirkan hal itu terus menerus, aku segera beranjak pergi dan ingin langsung kembali ke rumah tadi karena hari sudah mulai sore.

Dalam perjalanan pulang aku sudah merenungkan dan menyimpulkan beberapa hal. Yang pertama, bahwa ini sama sekali bukan dunia yang sama dengan dunia ku berasal. Yang kedua, aku bukan orang biasa disini. Yang ketiga, kemungkinan ruang lingkup dunia ini relative lebih kecil dan juga moral di dunia ini tidak se sensitive dunia ku

Pikiran ku jadi lebih tenang setelah memahami beberapa hal, dan mulai bisa menerima dan beradaptasi. Huh. Aku harus ke kerajaan. Siapa tau ada orang pintar yang tau solusi masalah ku, karena biasanya di dalam kerajaan pasti ada 1 orang yang mengetahui hampir seluruh hal di daerah ini dan apa yang menimpa ku

“tuan putri! Jangan kabur tuan putri!”. Sekitar sepuluh menit aku berjalan aku mendengar derapan langkah orang dengan cepat. Berlari kearah pasar dan hanya melewatiku begitu saja. hanya satu orang yang melihat kearah ku. Seorang bapak yang cukup berumur memperhatikanku dengan seksama sembari jalan terus diatas kuda nya

“apa-apaan coba matanya begitu. Udah bau tanah masih sok jagoan” geramku dalam hati. Sudahlah dari pada begini aku mending jalan terus. Baru beberapa langkah aku jalan, aku melihat seorang gadis bak bidadari. Sangat cantik. Sangat indah. Seorang gadis yang menggunakan penutup wajah dengan kain tipis, hanya menyisakan matanya yang indah.”sedang apa kamu?” dia terkejut mendapat pertanyaanku dari belakangnya

“apa mau mu? Jangan dekati aku” jawabnya cepat dan ingin menghindariku.”aku tidak ingin apa-apa dari mu. Jangan terlalu percaya diri. Kamu tuan putri yang dicarikan?” terka ku karena melihat gerak-geriknya yang aneh karena menghindari pasukan tadi, mungkin pasukan kerajaan daerah ini

“bukan urusanmu. Tapi siapa kamu? Hawa mu terasa berbeda, bukan dari sini” perkataannya sekali lagi meyakinkan aku bahwa aku bukan orang biasa disini, y owes lah itu urusan nanti.”huh. itu kamu dicari sana, jangan nyusahin orang lain” ucapku padanya menyuruh dia pergi menemui pasukan tadi

“buka urusan kamu” ucapnya dan berlalu pergi. Sungguh gadis yang aneh. Apakah keluarga kerajaan memandangku biasa saja? Berbeda dari para warga di desa tadi? Bagus lah jika seperti itu. Artinya aku tidak akan diperlakukan terlalu istimewa oleh orang disini

Sore telah tiba, begitu juga dengan ku telah tiba di rumah tadi. Rumah sederhana yang asri dan halaman yang luas yang diisi dengan beberapa tumbuhan seperti papaya dan berbagai jenis sayur. Sangat membantu keuangan keluarga ini mungkin

“tuan sudah kembali. Bu, tuan sudah kembali” teriak bapak tadi setelah melihatku datang.”aduhh. mari tuan masuk” dengan sigap ibu itu menyambutku sambil memegang lenganku.”aduh maaf bu, jadi merepotkan” aku merasa tidak enak karena berkali-kali merepotkan keluarga ini.”sudah tuan tidak masalah. Tuan jika ingin membersihkan badan, dibelakang ada sumur kecil yang biasa kami pakai tuan” jawabnya memberi arahan padaku

Tanpa basa basi aku langsung pergi kebelakang untuk membersihkan badan alias mandi.”huh seger banget. Airnya sejuk gini” terasa sangat segar diguyur air dari sumur ini yang hanya mungkin berdiameter 1 meter. Selesai mandi aku baru ingat bahwa aku tidak memiliki baju ganti. Astaga

“bu, apakah ada baju yang bisa ku pakai?” tanya ku dari arah belakang rumah.”oh sebentar tuan saya ambilkan” jawabnya cepat. 3 menit kemudia dia membawa baju dengan bahan yang biasa dipakai warga disini sebuah baju dari bahan kain.”ini tuan, Cuma ini yang saya rasa pantas tuan pakai. Ini punya ayah saya dulu saat masih jadi prajurit. Silahkan dipakai tuan, maaf kalau tidak bagus” ucapnya menjelaskan yang membuatku sedikit terhenyak.”terimakasih banyak bu. Begini saja saya sudah tertolong dengan sangat” balas ku padanya agar tidak terlalu merendahkan diri

“jangan panggil saya ibu tuan. Saya tidak layak” jawabnya sambil membalikkan badan membelakangiku karena aku ingin mengganti pakaian dari yang tadi kupakai, karena pakaianku kupakai kembali setelah mandi. Tidak tahan melihat semoknya tubuh ibu ini aku langsung saja meremas susu nya dari belakang tanpa ku sadari.”uhh” hanya itu yang keluar dari mulutnya tanpa ada protes

Astaga apa yang ku lakukan? Malah mesum disaat begini.”eh maaf bu” ucapku segera.”tidak apa-apa tuan. Saya mohon untuk tidak memanggil saya ibu tuan, panggil nama saya saja ineng tuan dan suami saya rijo” jawabnya lagi

Aku tidak ingin memperdebatkan masalah ini lebih lama.”baiklah ineng terima kasih” ucapku dan langsung berlalu melewatinya begitu saja. Aku langsung berlalu ingin masuk kebilik tempat aku bangun tadi. tapi ada seorang gadis yang sedang tidur disitu. “Siapa itu? Mungkin anak bu ineng kali ya” pikirku dan langsung pergi keruan tengah dan tidur dikursi kayu panjang menunggu malam tiba sambil memikirkan langkah ku kedepan. Dan juga dengan ibu dirumah ini, apakah aku ewe? Karena rasa penasaranku yang besar terhadap wanita setengah baya ini hehehe






………
 

Similar threads

Balasan
384
Dilihat
145.041
Balasan
331
Dilihat
356.723
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd