MULUSTRASI....
TETEH (MIRA)
Selanjutnya gan...
Pov. 3rd
Sesosok tubuh mengambang tersangkut tali pengikat perahu. Tubuh lelaki muda masih mengenakan pakaian lengkap nya.
Dengan menggunakan senter 3 battery ke dua pemuda tanggung menyorot sosok tubuh itu..
"
Gimana ini I ? kita tolong atuh.."
"Bentar dulu. Kita lapor RT dan warga dulu.."
"Kasihan.. kelamaan. Nanti terlambat.. "
"Jangan sembarangan sentuh. Nanti kamu merusak alat bukti.. "
Tiba-tiba ada sebuah gerakan halus sekali dari sosok itu.. dan itu cukup terlihat oleh dua orang itu..
"Masih hidup.. masih hidup.. ayo.. tolong Di."
"Iya I.. ayo.. "
Pe'i dan Mahdi mengangkat sosok itu dari dalam air.. dengan susah payah kedua nya mengeluarkan tubuh itu dan menggotong nya ke tempat aman. Sebuah bale bambu yang terdapat pada sebuah warung kosong. Memang penghuninya belum datang, ini masih pagi buta.
Mereka berdua bingung apa yang harus di lakukan. Mahdi teringat sesuatu. Ia balikkan tubuh itu menjadi menelungkup, lalu memukul-mukul punggung tubuh itu.
Tubuh itu terbatuk sedikit, air keluar dari mulut nya. Banyak, ya cukup banyak untuk membasahi semua bale bambu itu. Dan tubuh itu diam tak bergerak..
"
Di.. eta kumaha.. kok diem..?"
"Iya yah.. eh bentar.. "
Mahdi menekan pergelangan tangan sosok lelaki itu.
Beberapa saat..
"
Alhamdulillah.. masih ada denyut nadi nya."
tampak raut kelegaan di wajah Mahdi.
"Trus kita apain ini..?"
"Iya ya I.. badannya dingin pisan.. "
"
Bungkus aja, ada apa yah disini.. "
Pe'i masuk ke bagian dalam bangunan. Sesaat kemudian dia keluar dengan selembar kain..
Kain spanduk..
Pe'i segera membalutkan spanduk ke tubuh lelaki itu setelah ia membuka baju dan celana yang di kenakan. Hanya menyisakan sebuah celana dalam.
Lalu mereka menunggui sosok itu.
Tak terasa satu jam sudah mereka berdua duduk di sisi bale itu. Hari menjelang pagi.
"I.. ayo kita pindahin aja. Jangan disini."
"Kita bawa kemana?"
"Udah bawa ke rumah ku aja. Di rumah hanya ada teteh aku.."
Mahdi memanggul tubuh yang dibalut spanduk itu. Pe'i berjalan di depan nya sambil memandu jalan yang masih gelap dengan sebuah senter.
10 menit kemudian, setelah berjalan. Sampai di sebuah rumah sederhana. Berdinding bilik bambu yang di lapisi kertas koran dari sisi dalam nya. Ber atap genting dan berpintu triplek.
Rumah sangat sederhana
Nampak bohlam lampu 5 watt masih hidup menyinari ruangan dalam rumah itu.
Tek.. tek.. tek..
"
Assalamualaikum... ini Pe'i teh.."
Hening sejenak..
Setengah menit kemudian, pintu triplek itu terbuka..
Nampak sesosok wanita awal 40 an muncul dari dalam rumah.
"Lho.. kok gak melaut..?? eh.. aya naon iyeuh..??"
"Teteh, ini aku ama Mahdi tadi di dermaga ketemu ama orang ini.. hanyut di bawah dermaga. Kita lihat, masih bergerak jadi kita tolong teh.. dia masih hidup.."
"Ooohh.. ayo.. ayo.. masuk dulu. Kasihan.. "
Mahdi yang bersimbah peluh masuk ke dalam rumah.
Si Teteh mengarahkan ke kamar belakang, sebuah kamar sangat sederhana. Ada sebuah ranjang besi yang sudah mulai di lapisi karat, dengan tikar plastik kusam di atas nya sebagai alas tidur..
Mahdi merebahkan sang lelaki di kamar itu. Di buka nya spanduk itu dan di ganti dengan kain sarung.
Teteh Pe'i sedikit jengah melihat bahwa si lelaki hanya ber celana dalam tanpa pakaian apapun lagi..
Tapi ternyata Pe'i masih membawa pakaian si lelaki itu dan meletakkan di kamar mandi.
"
Teh.. kami titip dulu ya, aku mau lapor pak RT dulu.."
"Iya I.. lapor dulu biar teteh urus. Keliatannya dia luka juga ini.. tuh ada memar di dadanya.."
"Iya teh.. kami udah lihat sih. Kayanya dia korban kejahatan.."
"Tuh.. minum dulu.. ambil sendiri yah.."
"Ayo Di.. "
"Yuk..."
Pe'i dan Mahdi segera keluar kamar dan menuju dapur untuk minum. Dan tak lama ber-dua pamit untuk ke rumah RT.
Si Teteh beberapa saat termenung melihat tubuh yang tergeletak. Nampak kilatan di mata teteh. Tapi sesaat kemudian dia menggeleng dan keluar kamar menuju dapur.
Hari beranjak terang.
Si teteh telah menyeka tubuh si lelaki dengan air hangat. Dan mengoles minyak pada dada si lelaki yang memar itu.
Tak lama kemudian, pak RT datang dan melihat langsung si lelaki.
"
Wah.. ini kayanya bukan orang sini ya bu.. kasihan.. tapi kita tetap harus waspada, siapa tau dia juga orang jahat..?"
"Wah pak RT jangan nakuti ah.. masa si Pe'i udah baik nolong, malah nolong orang jahat? apalagi saya cuma janda, sering nya sendiri di rumah apalagi kalo si Pe'i melaut. Saya jadi takut lo pak RT.."
"Yah, saya hanya ingetin aja kok bu. Waspada dan hati-hati itu perlu. Dia pakaian nya mana? ada identitas gak di pakaiannya?"
"Saya udah periksa.. gak ada apa pun pak. Dompet, hp dan uang juga gak ada sana sekali.."
"Berarti memang dia ini sudah berniat di habisi.. ya sudah kita lapor polisi saja.."
"Menurut saya nanti saja pak kalau dia sudah siuman dan baikan. Kasihan nanti di tanya-tanya ama polisi.."
"Ya sudah.. titip di tempat ibu saja dulu. Yah, keliatannya ibu yang bisa merawat dia. Kalo ibu-ibu yang lain masih punya anak kecil, pasti sibuk urus anak."
Hari berganti.
Sang pemuda akhirnya siuman setelah dua hari ia pingsan sejak di temukan oleh Pe'i dan Mahdi.
"
Aaahhh... uuuhhh... huk..hukk..hukk.."
Si pemuda siuman dan mulai membuka matanya. Lalu wajah nya meringis menahan sakit.
Tetehnya Pe'i yang sedang memasak di dapur, menangkap suara itu. Segera ia bangkit dan bergegas menuju kamar.
"
Oh.. udah sadar yah.. "
Si wanita berdiri disisi tempat tidur.
"
Ibu siapa..? sa.. ya.. dimana..?"
"Eh.. bapak ada di rumah teteh. Adik saya menemukan kamu terapung dan hanyut hingga di dermaga di palabuhan.. kamu pingsan selama dua hari.."
"Oh... saya masih hidup.. uuugghh.. perut saya perih sekali.. kepala saya juga pusing.. aaahhh..."
"Oh.. sebentar.. teteh ambil kan makanan yah... mungkin kamu lapar sekali yah.."
"ee.. teh.. saya ada dimana??"
"Sudah nanti cerita nya.. kamu makan dulu biar kamu cepat sembuh.."
Si teteh segera menghilang ke dapur. Beberapa saat kemudian, sudah kembali dengan nasi dan sayur yang sangat sederhana.
"
Ini makan dulu.. makan seadanya yah... "
Si teteh segera menyiapkan makanan itu. Nampak asap tipis masih mengepul keluar dari makanan, menandakan makanan itu masih hangat. Aroma sedap terhirup dari asap itu.
Si duduk di samping tempat tidur. Dan mencoba menyuapi si pemuda.
"Eh.. jangan.. biar saya sendiri saja."
Si pemuda berusaha duduk. Tapi karena fisik nya masih lemah, dia masih susah payah. Si teteh mencoba menolong. Dan akhirnya dia bisa duduk bersandar pada sisi tempat tidur yang berupa rangka besi tipis mengelilingi tempat tidur itu.
Setelah si pemuda duduk dengan baik, si teteh lalu mengangsurkan piring makan itu. Dengan di alasi kain di paha si pemuda, piring di letakkan lengkap dengan sendok nya.
Si pemuda, segera menyendok nasi di piring dan menyuap ke mulut. Tapi sejenak tertahan..
"
Ohh.. maaf teh.. maaf. Saya makan yah..?"
"Iya.. makan deh. Pasti kamu lapar sekali..."
Si pemuda segera meneruskan suapan nya. Dan dengan lahap memakan makanan itu. Walau sangat sederhana, nasi, ikan goreng, sayur singkong dan sambel goreng.
Segera makanan itu ludes dan berpindah ke dalam perut si pemuda.
Setelah habis dan juga selesai ditutup dengan minum air putih dingin. Si pemuda mengembalikan piring kosong nya pada si teteh. Nyata terlihat kondisi nya sudah membaik.
Setelah selesai makan. Teteh segera membereskan piring, gelas dan membawa nya ke belakang.
Tak perlu lama, si teteh sudah kembali ke kamar dan menemui si pemuda.
"
Teteh... terima kasih sudah menolong dan merawat saya. Saya tidak akan lupakan hal ini.."
"Sudah lah. Aku panggil kamu apa? nama kamu siapa ?"
Si pemuda terdiam
"
Saya Aryo.. saya dari jawa tengah. Dari kota Ci****p. Aku... aku... ah.. "
Aryo.. iya ternyata dia Aryo. Aryadi Satria Putro.
"
Sudah.. lebih baik kamu istirahat dulu. Tenangkan pikiran mu.. "
Si pemuda menutup muka nya. Mencoba mengingat apa yang terjadi pada nya.
Karena perasaan dan pikiran yang sangat sakit, tak lama Aryo kembali tertidur..
Tengah malam Aryo terbangun..
Karena kamar gelap, sesaat ia membiasakan matanya. Tubuh nya sudah sangat jauh membaik. Memar dan sakit di tubuh nya sudah hilang.
Ternyata teteh itu merawat Aryo selama dia pingsan.
Terasa haus mulut nya dan lapar perut nya. Sejenak dia diam dan berpikir. Setelah menyadari keberadaan nya, dia mencoba bangkit dan berjalan keluar kamar. Dia melihat rumah sepi, hanya satu bohlam lampu 5 watt yang tetap hidup di ruang tengah. Selebihnya rumah gelap.
Dia berjalan pelan ke ruang tengah, dan disisi nya ada sebuah kamar lagi. Pintu kamar nya hanya di tutup setengah oleh selembar kain selendang yang di gantung di seutas tali tambang kecil yang melintang diatas ambang pintu nya.
Sekilas Aryo mencoba melihat ke dalam kamar itu.
Nampak sesosok tubuh wanita paruh baya yang sedang tidur hanya memakai Kain, Bra dan celana dalam dan berselimut kain panjang. Tapi, mungkin tanpa di sadari si teteh, kain itu tersingkap.
Darah nya seketika berdesir.
Pemandangan yang dilihat nya sungguh mengundang nafsu.
Sosok wanita matang, dengan rambut di gelung dan di jepit, terlentang dengan sebelah kaki tertekuk membuka. Sehingga celana dalam nya yang membungkus vagina nya sangat menantang. Terlihat beberapa bulu hitam kasar tersembul keluar celana dalam nya.
Kain itu sudah tersingkap ke paha nya.
Aryo tercenung cukup lama. Seketika nafsu nya bangkit dan memburu. Tanpa di sadari nya ia sudah mengocok penis nya yang sudah di keluarkan dari celana dalam nya.
Aryo maju lagi..
Dan dengan pelan, ia menjulurkan tangan nya dan mengelus gunung kembar yang hampir melompat keluar dari Bra yang kekecilan itu.
Tampak telapak tangan Aryo tak cukup untuk menutup walau hanya setengah bagian gunung itu saat meremas salah satu gundukan nya.
Tak disadari Aryo telah meremas dengan penuh nafsu kadang yang kanan kadang kiri..
Eehh... sssshhhh... ssshh...
Terdengar desis halus dari mulut teteh. Yang sampai saat ini pun, Aryo tidak mengetahui nama nya.
Aryo membuka kain teteh melemparkan nya ke bawah. Lalu mengeluarkan dua payudara besar itu dari sarang nya.
Dengan lahap, Aryo mencaplok gunung itu, menyusu dengan lahap laksana seorang bayi yang sangat lapar. Di pilin oleh lidah nya dan di gesek-gesek kan di gigi nya. Kiri kanan pentil itu telah mengeras sempurna, sangat menantang untuk di garap habis.
Tetek kiri di sedot, tetek kanan diremas penuh nafsu oleh tangan kiri Aryo.
Bergantian kiri dan kanan.
Basah sudah gunung kembar itu oleh liur Aryo yang menyedot penuh gairah.. sangat bergairah..
Eeghh.. uuuhh... aaahhhh... aasshhh...
Lenguhan tertahan keluar dari mulut teteh. Tangan nya meremas kepala Anto dan mengacak-acak rambut nya.
Anto setengah tersadar apa yang terjadi, tapi dia sudah tak peduli lagi. Tangan kanan nya memperosotkan celana nya sekaligus celana dalam nya. Dia sadar dia memakai celana yang bukan milik nya. Mungkin celana adiknya ini pikir nya. Dan juga kemudian dia membuka baju nya sehingga saat ini ia telanjang bulat. Batang nya sudah mengeras sempurna.
Lalu dengan cepat, ia juga menelanjangi teteh.
Teteh yang sudah menjanda lebih dari lima tahun harus diakui ia pun sangat kering akan sex. Dan saat di sentuh penuh nafsu tadi, otomatis gairahnya terbangkit, membuncah keluar tanpa dapat di cegah. Kehausannya sangat memerlukan penyaluran saat ini.
Dan sebenarnya, teteh sudah menaruh gairah pada lelaki yang di tolong adik nya ini. Apalagi, ia yang membantu dan merawat Aryo sejak dua hari lalu.
Membersihkan badannya, mengobati memar, sampai mengganti pakaian Aryo. Teteh telah melihat semua badan Aryo. Dan itu sangat membuat gairah nya muncul dan meledak saat itu.
Saat Teteh sadar tadi seseorang meremas dada nya, sempat terkejut. Tapi setelah mengetahui itu adalah Aryo, ia menjadi senang sekali. Dan mengikuti melayani cumbuan Aryo dengan sama gairah nya.
Kedua nya sama-sama bugil.
Kedua nya terdiam dan saling memandang. Pandangan sayu penuh gairah.
"
Teh..."
"
Ayo cepat.. masukkan.... aman.. hahhh.. haahh... Pe'i sedang melaut... ayohh..."
Aryo mengelus wajah.. dan mencium nya dengan lembut..
Di bawah, tangan meraih batang Aryo dan memasukkan ke lubang vagina nya yang sudah basah dan sangat siap.
Aryo dengan pelan menusuk masuk batang nya sambil memandang mata teteh.
Sleebb... slleebb...
Aaagghhh...
ooohhhh...
aahhh...
Tampak kelegaan yang amat sangat di mata kedua nya saat kelamin mereka telah terpaut sempurna.
Tanpa kata Aryo segera mengayun kan pinggul nya dan mengocok dengan lembut batang nya keluar masuk dalam vagina hangat itu.
Teteh walau sudah kepala empat, tapi ia hanya memiliki satu anak yang sudah pergi ikut adik suaminya almarhum dan telah lima tahun lebih tak di sentuh lelaki sejak kematian suami nya.
Vagina nya tetap sempit, mulus dan terawat baik. Menjadikan Aryo merasa batang nya laksana di jepit erat dan hangat..
Aryo mengandalkan insting nya, mengayuhkan pinggul nya naik turun. Lalu kepala nya turun, dan mencaplok susu montok.. menyedot lembut..
Srrpp.. slruupp.. sruuppp...
Slebb... sleebb.. slebb..
Eeghh... emmhhh.. eegghhh... oooo..
Ahhh.. aaahhh....uugghhh.. eeeehh...
Kepala teteh mengadah, kepala nya menggeleng kiri kanan. Mulut menganga tanpa suara, mata mendelik, mengerang haluss..
Aryo terus mengayuh.. makin cepat.. makin keras...
Tangan berpindah ke dada.. meremas.. memencet.. memerah susu itu.. dan payudara itu menjadi memerah.. mengembang sempurna.
Plookk... plokk.. plookk.. plokk.. plookk..
Crok.. crookk... crookk.. crookk.. crookk..
Nyata semakin basah vagina teteh.. makin lancar keluar masuk nya..
Arr..yooo... Arr.. yoo.. teruuss.. teruus..
"Keras... keraass.. lagiihh... oohh.. mentookk.. mentokk.. iihh.. ahh.. dalem.. Eegghh.. aduhh.. sampaiii.. mulut rahimm aku.. oohh.. akuu... nikmaatt... nik.. maat.."
Teteh akhirnya tak tahan dan bersuara..
"
Teh.. enaakk.. ahh.. aku mau keluaarr.."
"Samaan.. samaaann... iihhh... ayoohh.."
Arrgghhssshhh..
Plok.. plokk.. plokk.. plokk..
Aaaiiihhh...
Croott.. croott.. croott.. croott.. croott..
srrt... srrtt.. slrrpp...
Kedua nya mengejang, memeluk erat, mencium satu sama lain dengan erat. Seakan mereka menyatu.. menempel erat. Sedang di bawah, mengalir deras sperma Aryo bersamaan dengan cairan orgasme dari si teteh..
Kelamin menyatu erat.. kuat seakan ingin ditancapkan seluruh batang itu..
Lalu kedua nya diam.. dan lambat laun melemah. Sampai kemudian Aryo berguling ke kiri.
Senyum puas terpancar di wajah Aryo terlebih Teteh. Teteh bangun dan duduk miring menghadap Aryo.
Tampak saat ini oleh Aryo, secara utuh tubuh telanjang teteh.
Sungguh masih sangat menggairahkan.. payudara montok walau sudah agak jatuh, tapi nampak masih keras. Nyata, jarang sekali bahkan lama sudah tidak di aliri nafsu..
Badan walau sudah ada lemak, tapi tidak berlebih. Kulit mulus, wajah masih sangat segar. Dan.. yang jelas.. wajah itu.. tersenyum lebar dan puas..
"Aihh.. ini masih keraass... padahal baru nyemprot memek aku.. gemess amat.."
"Aku baru kali ini.."
"Hah.. beneran ?"
"Iya teh.. maaf.."
"
Aaahhh.. ini nya masih bangun.. mau lagi yah.. ayoo.. lagi.. "
Teteh mengguling menaiki Aryo.. tanpa basa basi, langsung mengarahkan batang itu ke lubang hangat nan lembut itu...
Sleebbb... leebbb...
Uuhh.. penuhh... mentookh...
Teteh menjulurkan tangan kanan nya meraba selangkangan nya...
Penuh.. full.. tanpa ada batang yang tersisa di luar..
Oooohh.. aaahh..
Leeebb... sleebbb... sleebb.. sreebb...
Teteh mulai mengoyang pinggul nya naik turun..
Batang itu dengan gagah nya keluar masuk dengan ditambah cairan yang membuat nya tambah berkilat..
Aryo merasakan sengatan kenikmatan yang amat sangat dari goyangan teteh yang ternyata liar dan penuh gairah.
Teteh seakan menemukan oase kekeringan yang selama ini dia pendam selama lebih dari lima tahun.
Tangan teteh menopang di kiri kanan tubuh Aryo. Ke dua tangan Aryo memegang pipi , dan mencium bibir nya dengan ganas nya. Lima menit mereka saling mencium. Aryo melepas wajah. Teteh segera membusungkan dada nya penuh kenikmatan. Melihat pemandangan yang sangat menggairahkan itu, Aryo segera menerkam puting colkat tegang dengan mulut nya, lalu menyedot nya kuat-kuat.
Srruuppp... slruuppp... cupp....crlluupp..
"
Teruuss... ayooohhh... puaskan aku... puaskaannn akkkuu..."
"
Sejak kamu datang.. aku udah tau, kamu itu perkasaa... kuaatt... aku pengeennn.."
"
Ayo sayang.. aku juga.. persetan dengan istri.. persetan dengan perjodohan.. ternyata.. pelacurr.. hanya mau harta.."
"Aku di khianati... aku di tipu.. bagiku..
Ayu Astuti sudah matiii... "
Teteh tiba-tiba berhenti..
"Kamu ada istri... tadi katanya baru pertama..?"
"
Iyah.. aku baru nikah satu hari.. tapi pelacur itu bilang dia sedang merah.. ternyata dia bohong.. dia bercinta dengan pacarnya di hotel.. di depan mataku.. tanpa pakaian.. dia ternyata sudah sering.. dan dia masih berhubungan dengan pejantannya.."
"Ahh.. kamu.. kenapa begitu.."
"Aku nikah di jodohkan Romo ku. Aku berproses kenal hanya 1 bulan. Lalu kami dinikahkan. Di depanku, ia sangat lembut, malu-malu dan penurut. Tapi baru satu hari kami menikah, dia sudah menikam aku dari belakang. Dia dan komplotannya menculik aku yang dalam keadaan pingsan dan entah bagaimana, aku sudah hampir meregang nyawa di lautan. Dan... aku berkeputusan... aku tidak akan memaafkannya. Bagiku, dia sudah mati.."
"Jika yang Kuasa berkehendak aku ketemu lagi dengan dia, akan aku habisi dia dengan tangan ku sendiri. Aku sudah menjaga hati, perasaan juga keperjakaan ku hanya buat dia, ternyata ini balasannya.. "
"Teh.. aku rela menyerahkan keperjakaan ku untuk teteh, tubuh ku... setelah ini izinkan aku yang membantu teteh.. aku akan bersama teteh sampai sisa hidup ku.. persetan dengan Romo.. persetan dengan semua keluarga ku.. mereka yang menghancurkan semua hidup ku.."
Teteh mengelus kepala Aryo.. mengelus wajah nya..
"
Cobaan mu sangat berat mas.. kamu pasti sangat lelah.. sekarang.. kalau begitu.. biar aku yang melayani mu mas.."
"Ya bu.. aku butuh.. aku mau teh... "
"
Tenangkan pikiran mu mas.. kamu masih emosi... aku jadi sadar, aku tidak bisa melarang mu, karena kamu milik orang.. andai setelah ini kamu pergi, teteh ikhlas..."
"Nggak.. teteh yang membuat aku hidup. Aku berhutang nyawa pada teteh dan adik teteh juga teman nya.. aku gak akan meninggalkan teteh, tidak akan... selama teteh masih mau dengan aku.."
Kelamin mereka masih saling terpaut rapat, walau kedua nya terlibat pembicaraan..
"
Aku dan Pe'i hanya menolong mas.. tanpa apapun. Tapi kalau memang mas bisa memberi yang aku butuhkan, aku gak munafik, aku butuh, teteh hauss.. teteh lapar.. aku butuh kamu mas..."
"
Saya ada disini sayang.. ini Aryo disini.. setelah aku sembuh.. aku akan menemui RT dan RW, Aryo mau menikahi teteh.."
"
Mas.. jangan begitu.."
"
Nggak .. aku merasa hanya teteh yang mengerti aku.. bu.. teh... teh...."
Teteh terdiam.. mata nya basah..
Teteh lalu tersenyum.. wajah nya memerah..
"
Hmmmhh... kamu suami aing sekarang.. kamu yang memiliki aku saat ini.. aku gak akan membiarkan kamu sedih, kecewa dan marah.. bagikan dengan aku mas.. ayo kejar dan keluarkan semua nya. Tubuhku siap menerima mu mas.. ayoo.. jangan ditahan sayang..."
Tampak anggukan mantap dari Aryo
Sedetik kemudian...
Kedua nya laksana kesetanan
bercumbu...
dengan liar nya..
Lenguhan, erangan dan teriakan kecil di ikuti kata-kata liar terlontar tak tertahan kan sampai menjelang pagi.
Setelah pertempuran gairah itu. Aryo mencuci tubuh nya. Teteh juga melakukan hal yang sama.
Teteh hanya memakai kain dan Aryo dengan celana pendek, bergandengan kedua nya kembali ke kamar ibu.
Terlihat wajah puas dan cerah ke dua nya..
"
Mas.. kamu udah sembuh? masih ada yang sakit..?"
"Udah gak teh.. aku udah baik kan jauh. Berkat kamu juga kan..?" (sambil mencolek pipi si teteh)
"Aaahh.. genit ah.."
"Tapi suka kan.. ??"
"E em.."
Angguk teteh cepat..
"Lagi yuk.."
"Jangan.. udah subuh ini.. aku udah capek banget.. bentar lagi juga si Pe'i akan pulang melaut.."
"Tapi.. aku masih pengen.."
BERSAMBUNG ya gann..
Mohon kritik dan saran ya suhu..