Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Another Lonely Story

Bimabet
Jangan lupa updet ya....
 
Tiap kali buka cerbung selalu mencari update dari suhu balak
Semoga suhu balak sehat selalu dan dimudahkan urusan rl nya
 
Selamat malam para suhu semua.

Untuk momod, submod, pertapa dan calon, pendekar, guru besar, master suhu, ahli cerita, senior, guru suhu, senpai, tukang, addict, holic, lovers, dan para suhu semua yang terhormat.

Semoga selalu sukses, sehat dan bahagia.

Izinkan nubie hijau nan merah kuncup ini melanjutkan cerita ndeso nubie. Cerita yang sangat jauh dari bagus, dibanding para ahli cerita dan para senior di forum tercinta ini.

Mohon kritik dan saran nya di lemparkan ke nubie.

Akhirnya, selamat malam.

Salam....
 
Selamat malam para suhu semua.

Untuk momod, submod, pertapa dan calon, pendekar, guru besar, master suhu, ahli cerita, senior, guru suhu, senpai, tukang, addict, holic, lovers, dan para suhu semua yang terhormat.

Semoga selalu sukses, sehat dan bahagia.

Izinkan nubie hijau nan merah kuncup ini melanjutkan cerita ndeso nubie. Cerita yang sangat jauh dari bagus, dibanding para ahli cerita dan para senior di forum tercinta ini.

Mohon kritik dan saran nya di lemparkan ke nubie.

Akhirnya, selamat malam.

Salam....
Kalau ad ini pasti mau update hahaha
 
Mulustrasi...


Dr. Kamila Purnama Giman
817472999341164.jpg




Ayu Astuti


Mira Kusumawati


Pelabuhan Ikan Labuan


Puskesmas Labuan




Sebelumnya.....



"Ya sudah, besok ayah mau ketemu dia di rumah yah.."

"Aduh ayah... kok.. dadakan.. itu.. itu..."

"Itu apa..? memang gak boleh yah ayah ketemu..?"

"Boleh yahh... boleh kok... cuma.. jangan besok.. kan.. kan.. besok musti rawat dulu pasien nya..."

"Hmmmh.. ya sudah lusa aja. Soalnya ayah harus ada kunker ke makassar setelah lusa. Ayah mau tau, siapa sih lelaki yang bikin putri ayah kok bisa grogi gini..?"

"Grogi... ah.. nggak kok.. ayah ada-ada aja.. mas Aryo cuma orang biasa kok.."

"Yah justru itu.. sampe Arman saja gak di perhatiin. Sampe di berikan pesan khusus segala melalui anak buah kamu. Sampe pulang pun tadi di perhatiin.. "


Mila terdiam.. matanya membulat sesaat lalu mata itu tertutup sejenak.

Mila sadar, tingkah laku nya telah di perhatikan oleh sang Ayah. Mila juga bingung, bagaimana mungkin dia bisa peduli pada seseorang yang baru ketemu dalam setengah hari..?

Mila sadar, ini bisa menjadi sesuatu yang berbahaya buat dirinya, juga buat Aryo. Mila tau siapa ayahnya dan apa yang bisa beliau lakukan pada orang lain sesuai kuasa yang beliau punya.



Lanjutannya ya suhu...


Sementara itu di desa nelayan

Aryo telah sampai di depan pintu rumah Mira dan Pe'i. Tampak gelap hanya lampu ruang tengah yang kecil tampak masih hidup.

Tok.. tok.. tok..

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam"

sahut suara wanita dari dalam rumah.

Pintu dibuka. Nampak seraut wajah wanita yang nampak ngantuk muncul di pintu.

Wanita muda namun matang. Memakai kaos oblong putih tipis dan memakai kain panjang bagian bawah nya.

Dada nya yang membusung membuat ceplakan Bra nya terlihat walau samar.

"Masuk mas..."

"Makasih ya Mir..."

Anto masuk ke dalam rumah dan pintu ditutup kembali.

"Maaf ya Mir.. aku pulang malam karena aku harus mem.."

"Ssstt.. sudah.. Mira sudah tau. Kamu sudah makan mas??"

"Mira tau apa nih.."

"Sudah nanti cerita nya. Mas ke air atau makan dulu..?"

"Aku mau mandi dulu.."

"Bentar ya mas..."

Mira masuk kamar Pe'i. Aryo duduk di kursi sederhana di ruang tamu merangkap ruang tengah.

Mira tidak lama keluar lagi dengan sebuah kaos bola dan celana nya juga dan sebuah celana dalam.

"Ini punya siapa Mir..?"

"Punya mas.. tadi ada pedagang keliling menawarkan baju dan celana juga eh.. ini celana dalam. Mas pake aja udah Mira cuci dulu tadi. Karena panas terik langsung cepat kering. Udah Mira setrika juga..."

"Mira ehh.. uang yang dari Pe'i itu..?"

"Sebagian iya.. sisanya Mira ada kok simpen uang dikit.."

"Aduhh.. aku jadi nya..."

"Sudah mas.. mandi dulu sanah. Bau tau.."

"Iya.. iya.."

Aryo masuk kamar mandi. Lampu di hidupkan dan segera membasuh tubuh nya.

10 menit kemudian Aryo telah selesai. Baju yangdi kasih Mira sangat pas untuk nya. Pakaian kotor nya dia bawa tapi langsung diambil Mira dan dimasukkan pada sebuah ember.

"Ayo mas.. makan dulu. Nanti kamu sakit.."

Nampak di meja makan telah tersedia nasi panas dan lauk sangat sederhana.
Aryo yang dasarnya lapar segera menuju meja dan duduk. Mira segera melayani nya dengan menyendok nasi juga lauk nya ke piring Aryo.

Aryo yang memperhatikan semua tindakan Mira hanya diam. Namun senyum terus terpancar di wajah nya. Ia serasa memiliki seorang istri yang sepenuh hati melayani nya.

Aryo segera makan sebab Mira melarang Aryo bicara apapun sebelum ia makan. Mira dengan setia menemaninya di meja makan.

Tak sampai 15 menit, nasi dan lauk telah amblas masuk perut Aryo.

Mira segera membenahi meja. Aryo duduk di ruang tengah. Tak lama Mira menyusul.

"Mir.. aku mau omong ama Mira. Pe'i udah tahu yang sebenarnya. Aku ini adalah... seorang dokter, spasialis penyakit dalam. Aku memang sebenar nya memiliki sebuah klinik sendiri juga kantor biro jasa. Aku joint ama teman ku. Dokter Kamila yang mencari tau aku di media sosial dan tadi mengatakan semuanya di depan dik Pe'i juga. Aku seperti yang sudah aku bilang tadi, aku sudah tidak mau kembali ke hidup ku yang dulu. Aku sudah menganggap aku mati untuk hidupku yang lama. Dan aku hidup baru saat ini hanya karena kamu, Pe'i dan Mahdi. Aku gak mau lagi kenal hidup ku sebelumnya. Tapi hati dan jiwa ini tetap tidak bisa berubah. Aku mempunyai panggilan sebagai penyembuh, sebagai dokter. Keahlian dan pengetahuan ku masih utuh Mir. Takdir yang membawa kaki ku tadi pagi melangkah ke puskesmas. Takdir juga yang membuat dokter Mila belum datang saat korban masuk. Kebetulan juga perawat gak masuk hanya ada petugas puskesmas biasa. Aku terpanggil menyelamatkan korban. Setelah selesai, baru dokter tiba dan melihat semua yang aku lakukan. Dia langsung tau, aku adalah seorang dokter. Kami kenalan. Lalu aku pulang. Tapi ternyata dokter Kamila penasaran padaku dan mencari tau siapa aku. Dan dia temukan. Saat tadi sore aku di susuli kang Surpan, untuk merawat kembali pasien. Disana dia cerita semua yang dia tau. Terpaksa aku pun cerita latar belakang aku bisa di sini. Saat hendak menangani pasien, aku lihat obat darurat habis. Lalu dokter Mila menelpon orang nya untuk membeli obat itu. Kami menunggu sampai obat nya datang."


"Dan setelah obat datang, aku tangani pasien baru aku pulang Mir.."

Mira yang memperhatikan cerita Aryo, terdiam sampai selesai.

"Mas.. Mira gak tau musti bilang apa lagi. Mira hanya merasa jadi... ah.. apalah arti Mira buat mas.. "

"Ssstt.. jangan bilang gitu.. Mira sangat besar artinya buat aku. Aku bisa melihat matahari adalah karena kamu. Dan aku sudah gak mau kembali ke hidup yang lama, aku pasti di sini. Di rumah ini, di hidup kamu.. yang lalu hanya sejarah. Sudah yah.. jangan merasa rendah diri gitu. Kita semua sama."

"Ya mas.. Mira juga terkejut. Jadi mas nya besok masih di puskesmas?"

"Iya ini. Gak apa-apa kan Mir? Atau Mira keberatan? Mira bilang saja, aku akan turuti.."

"Nggak lah.. kok keberatan..? Justru aku bangga atuh mas.. dan ikut senang.."

"Syukurlah.. ini lah aku saat ini.. dan aku memulai semua dari sini. Dari dirimu.."

"Pe'i tau mas..?"

"Ya.. dia kan ama aku tadi.."

"Terus soal aku dan kamu satu rumah malam ini..?

"Ohh... eee... itu.. Pe'i.. menitipkan Mira ama aku malam ini... ka.. mu.. jangan salah paham yah..?"

"Kok salah paham sih..? Justru Mira bahagia.. saudara Mira satu-satunya mengizinkan kita satu atap.. aahh.. aku..
Eh.. mas pasti capek yah.. biar Mira pijit mas.. biar besok pagi mas seger lagi yah.."


"Mira gak keberatan..?"

"Ya nggak lah.. ayuk di kamar.. biar Mira siapin minyak nya.."

"Nggak.. aku gak mau di pijit pake minyak. Aku mau di pijit dengan.. cinta.."

Aryo bangkit.. lalu menggendong Mira dan membawa nya ke kamar utama..

"Aaahhh.. mass..."

Mira menggelayut mesra. Memeluk leher Aryo.

Dengan lembut Aryo menidurkan Mira. Lalu Aryo menaiki Mira. Kedua nya saling tatap mesra di bawah sinar lampu remang-remang..


Tak lama.. kedua nya sudah saling mengulum bibir dengan penuh nafsu. Aryo yang belum berpengalaman hanya mengikuti naluri nya saja. Tangan Mira meremasi rambut Aryo. Tangan Aryo juga tak tinggal diam. Kedua nya meremasi dan memencet ke dua gunung yang membusung indah.

Mira segera melepas kaos Aryo. Dan melemparkan ke bawah tempat tidur. Aryo pun tak mau kalah. Kaos Mira pun dia buka dengan penuh nafsu. Lalu disusul Aryo mencopot kancing Bra Mira di punggung nya.

Tampak dua buah susu besar dan indah terpajang di depan Aryo. Aryo menjulurkan tangan kanan nya. Dengan lembut menyentuh halus gunung sebelah kiri Mira. Menggosok tapak tangan nya di atas puting coklat sebesar ujung jari kelingking..

"Uuuugghh.. maaass.. iissshh... mmmpphhffhh... uuuhhh... di.. apa.. in susu.. kuh... masshh... "

Aryo masih hanya meraba seluruh aerola sampai puting itu. Tanpa meremas pun.. Mira sudah menggeliat.. mengerang...

Aryo juga ganti menjulurkan tangan kirinya. Dengan cara yang sama, mengelus dan meraba seluruh permukaan gunung putih nan indah itu.

Sekarang ke dua tangan bersama meraba sehalus mungkin dua permukaan susu itu. Mira makin menggeliat-geliat.

Lalu dengan cepat dua tangan Mira menangkap dua tapak tangan Aryo. Dan dengan cepat menempelkan di ke dua susu nya..

"Maaass... remass.. remaasshh.. yang kerass.. aaoohh.. Mira gak tahan... kamu nah.. kal... puting ku gateeelll mass..."

Aryo tetap meremas bukit indah itu. Lalu kepalanya maju. Di tempelkan wajah nya di puncak bukit putih montok itu. Hanya mengendusi kanan kiri. Lalu dengan pelan Aryo membuka mulut nya. Mengarahkah ke susu kanan Mira. Seakan ingin mencaplok... tapi hanya jilatan halus yang dilakukan.

Mira mengerang.. tindakan Aryo membuat wajah nya memerah. Mulut nya membuka, mata mengecil.

"Mass... ayooo... iiihhh..."

Mira pegang kepala Aryo dan menarik nya ke arah dada nya sambil membusungkan gunung nya ke mulut Aryo...

"Aaahhh... iiissshh.... iniihh... buat masss.. hissaapphhh... keraasss... ahhh.."

Aryo segera mencaplok dengan ganas susu itu. Menyedot dengan keras dan penuh nafsu. Seakan ingin menguras habis isi nya.

Sllrrppp... slurrpphh... sroorrtt... crepphh

Aryo menyedot payudara besar itu. Yang kanan ia sedot, yang kiri ia remasshh keras. Terus bergantian..

Mira makin melolong.. tangan nya makin meremas rambut Aryo..

Dengan ganas dan tergesa, keduanya membuka sisa kain yang masih menempel di tubuh ke dua nya hingga saat ini bugil total.

Aryo meraba selangkangan Mira yang ternyata telah basah. Bulu nya pun telah di cukur rapih tampak mengkilap. Mira membuka lebar paha nya dan membuka jalan masuk untuk Aryo

"Mass.. aku udah basahhh... ayo mass.. masukin.. tusuk mas.."

Aryo pun juga sudah tak tahan. Pelan dan pasti, tusuk masuk kan batang nya ke lubang Mira.

Sllrrp... sllrrppp... sreettt...

Oouugghh... oookkhh... aaahhhh....


Nampak kelegaan yang amat sangat saat penus Aryo bersarang penuh di vagina Mira.

Sesaat kedua nya diam.. saling pandang mesra. Saling meresapi bersatunya ke dua tubuh. Terasa hangat dan penuh. Rasa keintiman yang diidamkan semua pasangan. Puncak dari bersatunya hati, jiwa dan tubuh mereka.

Pelan.. mulai Aryo menggerakkan pinggul nya. Mulai memompa batang nya keluar masuk lubang hangat nan sempit milik Mira.


Batang Aryo berdenyut menyambut dari remasan yang di lakukan lubang vagina Mira. Aryo merasa gairah nya pelan tapi pasti menaik. Di iringi oleh pompaan nya yang makin cepat di selangkangan nya. Aryo makin gencar memompa batang nya yang kaluar masuk. Mira pun terlonjak-lonjak menerima tusukan dan kocokan Aryo. Susu besar Mira terayun indah mengikuti gerakan tubuh Mira.

Aryo meremas gemas susu itu. Memerah dengan sangat bergairah. Lalu mulut Aryo menunduk lalu mencaplok puting yang sudah keras ereksi dari Mira. Sedotan keras dan panjang dia lakukan. Itu membuat Mira mengerang laksana menangis. Tapi menangis dalam kenikmatan yang tiada tara...



Oooohhh... aaaiiihhh... aaaahhh... aagghhh... oouuggh.. massshh.. aahh..

"aakku.. gaak... ta.. haaaann.. teruusssh.. terusshh... yang dalammhh.."

"mentookh... menttookhh.. aaiihh.. "

"rahimm kuh.. enaakkhh.. taahaann maasss.. tahaann di dalamm.. mentokin.. mentokin.. tahaann.. aku mau rasakan dirimu di dalam aku sayangg... akuh.. gak mau kamuu pergii.. aku mauu kamuuu..."

Sllrrt... sllrrrttt... srrtttt... prrrtttt...

"Ohh... Miraa... enakkhh... nikkmaatthh.."

"Hiihh... hoosshh... hhiieehh..."

Croopphh... cloopphh... clookk.. prookk..

Crookhh.. cllookhh... cllookk.. crookh..

Crookhh... crookhh... prookh.. prookhh.


Aryo makin gencar mengayuh pinggulnya. Menusuk dan menarik dengan cepat pinggul nya..

Batang nya yang keras laksana kayu tampak mengkilat keluar masuk lubang sempit merah itu.

Saat batang nya bergerak masuk, bibir lubang itu terdorong ke dalam. Saat di tarik nampak kelentit Mira tergesek keluar. Dan saat itu.. erangan kenikmatan terdengar jelas di mulut Mira.

"Aoohhh... oouuhhh... iiiihhh... uuuhhh..."

"Eeeiihh... aaakkhh... aookkhh.. oohhh..."

"Maasshh... aku mau keluaarr..:

Mira merengkuh tubuh Aryo
Peluh membanjiri seluruh tubuh mereka..

"Sayaanngg... aku jugaa maauu saampee.."

"Ayyoohh maass.. genjot aku.. satria kuh"

"Ayoohh ayahh.. isi anak mu di rahim ku.."


"Buat aku hamill anak mu yah.. berikan aku anak muh.. aku mau.. aku mau.. aku sayang kamu.. akkuu.. cinntaa kamuuu.."

Aaahhh.....


Srrrttt... srrttt... seerrrtt.. sreett... srrtt...

Mira mengunci pinggul Aryo agar batang nya masuk seluruhnya dalam lubang rahim nya...

"Miraa.. sayaaangg... terima benih kuhh."

Crott... croott... croott... croott... crott...

Lima tembakan sperma Aryo memasuki langsung rahim Mira.. sampai tak ada yang tersisa.. lalu keduanya diam penuh kepuasan.

Kedua nya menegang dan memeluk sangat erat.

Diam sejenak.

Lalu mata Mira membuka dan melihat mata Aryo sedang melihat mata nya.

Mira sangat bahagia.

"Mas.. aku sangat bahagia.."

"Aku juga sama Mir..

Lalu Aryo berguling, Mira masih terlentang penuh kepuasan. Lalu Mira bangkit, dan berdiri di sisi tempat tidur.



Ia meraba vagina nya dan meraba, sperma Aryo yang merembes keluar.

Dan Mira juga meraba susu nya yang saat ini sangat terasa sensitif dan tegang. Ia meremas susu nya sambil mengerang kenikmatan.

Aryo yang melihat itu, langsung menarik tangan Mira dan menyeret nya kembali ke atas tempat tidur...


Hari telah kembali mulai terang. Matahari kembali melaksanakan tugas nya menerangi dan memberi kehidupan.

Sepasang manusia mulai membuka mata setelah semalam tidur berpelukan dengan mesra nya.

Kedua nya bangkit dan menuju kamar mandi. Sambil bergandengan dan wajah penuh senyum laksana orang yang sedang kasmaran.

Setelah mandi.. Mira membuat sarapan sedang Aryo menyiapkan pakaian ganti. Sambil berpikir apa yang harus dia kerjakan. Ia berencana kembali ke puskesmas. Membantu merawat pasien yang luka. Sekilas pikiran nya teringat akan istri durhaka nya.. Ayu Astuti. Kemarahan kembali mengganggu pikiran nya. Tapi terlintas juga rasa iba dan kasihan atas nasib yang menimpa Ayu. Tapi mengingat juga akibat perbuatan Ayu dan kekasih gelap nya itu, rasa benci kembali mendominasi.

Perubahan wajah Aryo itu ternyata juga terlihat oleh Mira..

"Mas.. ada yang dipikirkan yah.."

"Ehh.. nggak.. iya.. ya memang banyak yang mas pikirkan.."

"Bukan di sini kan..? Pikiran mas seperti nya sedang di tempat lain.. apa serius mas..?"

"Hmmmhhh (apa yang harus aku katakan ini..?)"

"Iya Mir.. mas lagi kepikiran pasien di puskesmas.."

"Kenapa mas?? Bukan nya mas itu dokter, pasti sudah paham musti apa. Tapi tadi Mira lihat, mas marah, sedih, trus marah lagi. Ini pasti bukan soal cara penanganan pasien. Betul mas..?"

"Ah.. gak tau lah mas juga. Mas marah sama kejadian yang menimpa mereka. Mas sedih harus banyak korban begini. Terlepas mereka orang baik atau jahat tapi sungguh keterlaluan.."

"Mas tau dari mana mereka orang jahat atau baik...?"

"Jahat.. jahat.. pasti jahat... eh.. bukan.. maksud mas kan mereka perang geng preman.. bia..sa nya pasti jahat..."

Aryo sedikit kelepasan

"Apa mas ada kenal mereka..?"

"Mmak.. sud Mira siapa..?

"Yang perang itu atau mungkin pasien yang luka..?"

"Nggak.. nggak mau kenal juga.. buat apa..?"

"Yah nggak sih.. lagian mas juga masih baru disini kan.. mana mungkin mas kenal kan yah...?"

seru Mira kemudian

"Iya aku gak kenal mereka.. "

"Ya udah.. ayo sarapan dulu. Ini udah Mira bawain juga bekal buat mas.."

"Oh.. Mira kapan siapin nya..??"

"Tadi subuh. Buat keperluan suami ku.. hihihi.. aku.. aku.. udah anggap kamu suami aku mas..."

"Makasih istri ku. Aku merasa lengkap jadi seorang lelaki saat ini. Aku janji.. setelah ini selesai dan aku ada sedikit uang, kita langsung ke penghulu.."

"Mira bahagia mas.. kalau bisa secepat nya ya mas.. kan tadi udah bikin dede. Aku lagi subur mas.. aku sangat bergairah tadi. Jadi dedenya ntar bisa resmi juga. Ya ayah..."


Aryo mengangguk mantap.

Setelah sarapan.. Aryo pamitan untuk segera pergi ke puskesmas. Saat hendak keluar rumah, Pe'i datang dari melaut.

"Assalamualaikum... eh mas.. udah mau jalan..?"

"
Wa'alaikumsalam..."

"Wa'alaikumsalam..."

"
Iya dik.. aku harus kembali ke puskesmas.. kasian para pasien udah nunggu. Udah jam 7 juga waktu nya pasien di urusin sebenarnya... "

"Mas.. Pe'i ikut yah.."

"
Udah.. istirahat dulu. Badannya biar pulih. Ntar kondisi nya drop bisa sakit. Kalau udah istirahat dan seger, mau nyusul gak apa-apa.."

"Iya mas.. oh iya.. Pe'i dapat kabar dari teman. Kejadian kemarin malam itu adalah sebenarnya ada usaha dari satu kelompok orang yang mau selundupin barang di kapal tongkang kata nya mas. Sampai sekarang kapalnya ditahan polisi Jakarta. Tadi Pe'i lewatin, banyak kapal Polair polda Banten di sekitar tongkang itu."

"
Ooohhh... ini memang ada kriminal yah.. pantas korban nya banyak.."

"Iya mas.. kata teman aku.. Kang Raga raja preman banten juga ada katanya tempur sama mat Rojak juga preman Banten yang saingan nya Kang Raga. Ada yang bawa senjata api juga.. katanya kaya perang di pilem-pilem..."

"
Yah.. berarti wilayah sini jadi lokasi membuat kejahatan buat mereka ternyata. Dasar penjahat.. tapi... (apa hubungan nya Ayu ama kejadian ini..)"

"Tapi kenapa mas...??"

"
Eh.. enggak.. ini akan jadi berita besar Dik.. mudah-mudahan gak ada lagi kejadian gini...."

"Wah.. kampung aing ternyata selama ini jadi sarang kejahatan... hmmmh... aku sebagai warga sini gak rela gini.."

"
Iya memang.. tapi kita jadi harus makin waspada pada lingkungan sekitar. Untuk soal hukum, biar aparat yangmengatasi. Kita dukung aparat kita aja.."

"Ya mas... mas.. Pe'i masuk dulu yah.. mas nya jadi ketahan deh..."

"
Ya dik.. mas jalan dulu.."


Mereka berpisah.

Aryo berjalan ke puskesmas, dengan membawa tas selempang milik Mira yang berisi baju dan bekal untuk nya..

10 menit kemudian Aryo telah sampai di gerbang puskesmas. Berbarengan sebuah CRV putih juga masuk.

"Pagi bu Dokter..."

sapa Aryo saat melihat seorang wanita keluar dari mobil itu.

"Pagi juga pak Dokter Aryo... wah pagi-pagi udah di sini.."

jawab wanita itu yang adalah dr. Kamila Purnama Giman.

"Saya memang udah janji kan pagi udah disini. Bu dokter yang jadi sibuk datang pagi nih.. urusan disini biar saya aja bu dokter...."

Tampak muka Kamila jadi kecut dan menunduk.

"Ehh.. saya salah ya bu.. maaf.. maaf.. jangan marah bu..."

Buru-buru Aryo meminta maaf. Dia takut menyinggung perasaan dari ibu dokter itu.

"Nggak mas.. aku gak marah. Kamu benar kok.. aku memang tersindir dari omongan mas nya. Tapi.. aku tau aku salah selama ini.. hah... aku malu pada mu mas.. kamu yang tidak terikat apapun saja bisa komit, aku jelas-jelas dokter tugas di tempat ini, bisa dihitung jari sebelah tangan aku datang pagi.. makasih mas.. aku lagi-lagi di tempelak oleh omongan mu dan aku gak bisa marah, malah gak tau.. aku.. malah seneng.."

"Aduuhh maaf ya bu dokter.. mau kan maafin saya...?"

"Kamu gak salah mas Aryo.. kamu justru omong yang benar. Kamu lah yang berani berkata seperti itu sama aku. Mungkin kalo yang lain akan gak berani.. huuuhh.. aku ternyata jadi dokter yang tidak di sukai. Aku akan rubah itu. Mass.. bimbing aku yah.. kamu kan senior.. juga pengusaha pasti ada anak buah yang kamu handle.. kamu mau kan..?"

"
Asal bu dokter nya mau.. aku siap kok.."

"Makasih ya dok... "

"
Silahkan duluan bu dokter..."

"Nggak... nggak.. mas nya duluan.."

"
No.. lady first..."

"Iiihhh... I not lady. I am still girl.. no married yet.."

"
Hehehe... oke dokter.. silahkan..."

Aryo membuka pintu puskesmas, mundur selangkah dan mempersilahkan Mila masuk sambil mempersilahkan dengan tangan kanan dan badan sedikit membungkuk.

"Mas... ahh kamu.."

Wajah Mila memerah. Ini hal sepele buat Aryo. Tapi membekas di hati Mila. Mila menganggap apa yang dilakukan Aryo sangat sopan dan satria.

Seseorang muncul dari dalam. Surpan. Ia sungguh terkejut melihat kedatangan dokter Mila dan Aryo sepagi ini. Dia lihat ke jam dinding. Setengah 8 pagi pun belum ada.

Ia terkejut, terutama kedatangan dokter Mila sepagi ini. Seingat nya baru dua kali ini dokter Mila datang pagi. Dulu pertama saat hari pertama bertugas. Dan ini yang kedua..

"Eh.. bu dokter dah datang.. eee... ini pasien udah saya kasih makan bu.. juga yang lelaki udah saya urusin bu. Hanya yang wanita yang belum bu.."

"Ya ga apa. Makasih kang.. nanti biar yang wanita aja yang urus..."

"Iya bu.. Amih lagi di jalan kata nya bu. Dia sms saya.."

"Oke.. saya masuk dulu ya Kang.. ayo mas.. kita ke ruangan ku aja... "

"
Iya.. kang aku masuk dulu yah.. makasih udah bantu urus pasien tadi malam.."

"Eh.. itu udah tugas aku mas.. kok makasih..?"

"
Ya ampun.. jelas makasih itu layak kang Surpan terima. Akang udah bertugas dengan baik. Itu bisa mempermudah tugas yang lain. Kalo di tanya ke pasien.. pasti mereka juga ucapin hal itu..."

"Haduh.. mas dokter.. saya.. saya.. belum pernah di lakukan kaya gini... saya janji akan lebih baik lagi dalam bertugas. Aku akan berusaha sekuat dan sebaik mungkin.."

jawab Surpan dengan semangat. Jelas ini sesuatu yang baru buat dirinya.

Apresiasi...

Ya...

Semua orang pasti akan perlu yang namanya..

Apresiasi...

Simple tapi sangat bermakna.

"Mantap kang... aku ke dalam dulu yah.."

"Mangga mas.. silahkan.."

Kamila yang memperhatikan kejadian itu hanya diam.. dia memandang Aryo lekat-lekat. Dan Aryo yang sadar di perhatikan.. senyum pada Mila.

Lalu Aryo mempersilahkan lagi Mila untuk lebih dulu masuk.

Saat di dalam ruang UGD, Aryo dan Mila langsung memakai jubah dokter nya. Mengobati pasien dan memberikan obat. Saat sampai pada giliran pasien Wanita, Aryo mundur dan membiarkan Mila yang mengurus.

Mila terlihat sangat semangat. Sampai saat memberi arahan pun dengan jelas dan rinci. Tapi Ayu terus melihat pada Aryo yang sudah memakai masker dan tutup kepala. Sedikitpun Aryo tak mau melihat pada Ayu. Bagi nya wanita yang di depan nya saat ini adalah hanya pasien biasa tapi pasien yang sangat dia benci. Ingin rasanya dia tinggal kan, tapi dia urungkan. Pikirnya, setelah baikan pasti aku biarkan dia kata nya.

Aryo akhirnya menggelosor pergi diam-diam dan keluar ruangan UGD.

"Dok... saya kondisi nya bagaimana?"

Ayu mencoba membuka omongan pada Mila.

"Ibu sudah jauh lebih baik bu.. pendarahan ibu sudah berhenti. Kita hanya menjaga agar jangan infeksi juga ya bu.. tadinya ibu kehilangan banyak darah sehingga perlu di berikan transfusi. Padahal cadangan darah disini lagi kosong. Untung lah ada seorang yang berhati malaikat menyumbangkan darahnya.."

"Ah.. siapa ya dok? "

Mila tersenyum.

"Sudah ibu gak udah di pikirkan. Nanti ibu jadi beban. Toh yang penting ibu selamat,
segera pulih dan bisa pulang berkumpul lagi dengan keluarga. Mungkin dengan suami dan anak."


Ayu termenung. Tatapan nya kosong. Mila jadi merasa agak sedikit bersalah.

"Maaf ibu.. kalau ucapan saya salah.."

"Nggak apa-apa bu. Hanya saya merasa apa saya masih pantas kembali? Saya sudah jadi sampah..."


"Wah.. jangan gitu ibu. Ibu masih muda. Apa ibu sudah menghubungi keluarga ibu..? Kalau belum biar kita bantu hubungi..??"

Ayu menggeleng...

"Dok.. siapa yang memberikan darah nya buat saya dok..?"

"Teman baik saya... eh.."


Mila menoleh ke belakang. Tapi yang dia cari sudah tidak ada.


Tok.. tok... tok...

Petugas yang lebih tua pengganti kang Surpan masuk..

"Bu dokter, ada polisi yang ingin ketemu dok.."

"Hah.. polisi.. ada apa yah? Ya udah saya ke sana... eh.. pak Amin.. makasih yah.."

"Ini tolong di bereskan ya pak.."

"Iii... ya bu.. makasih.."


Nampak wajah pak Amin terheran-heran saat dokter Mila mengucapkan terima kasih pada nya..

"Saya permisi dulu ya bu..."

Mila meninggalkan Ayu dengan pertanyaan nya yang belum terjawab.

Asep segera masuk dan membereskan alat.

"Pak.. bisa tanya pak..?"

Ayu menegur pak Amin

"Ya bu.. ada apa?"

"Bapak tau siapa yang memberi darah nya ke saya kemarin ya pak?"

"Oh.. saya nggak tau pak. Tapi setau saya di sini lagi kosong persediaan darah.."


"Tadi bu dokter bilang ada yang ngasih darah nya buat nolong saya.."

"Wah.. kalau itu saya gak paham deh bu. Kalau bu Dokter kaya nya gak mungkin saya tau lah.. atau mas dokter itu kali yah?? Cuma mereka berdua sama eh ada satu lagi orang sini. Iya kayanya sih si mas dokter yang nolong. Kalau harus ambil darah si akang temen nya mas dokter itu, harus cek dulu jenis darah nya pasti lama. Ibu nya udah genting. Ya harusnya si mas dokter itu sih, tapi gak tau lah.."

"Pak.. dokter itu namanya siapa..?"

"Aryo.. dokter Aryo.. katanya dokter spesialis... dia hebat bu, pintar, juga baik sama kita-kita. Gak kaya dokter Mila. Mudah-mudahan bisa lama disini.."

"Arr... yoo... "


Mila termenung. Hati nya pedih luar biasa. Tapi pikiran logika nya kadang muncul..

harus di pastikan.. bener nggak..

kan dia.. udah mati..?

gimana kalau bener..? Tapi kenapa dia tolong aku..?

gimana kalau bukan..?

Kenapa gak ada yang cari aku...?

Kenapa aku dibiarkan hiduppp..??

"Aaaahhh... aaahhh... ampuuunnn..."

Ayu menutup kedua telinga nya. Mata nya tertutup rapat. Tiba-tiba dia teriak..

"Eh.. ibu.. ibu.. sabar bu.. eh.. wah kambuh lagi kaya kemarin..."

Pak Amin keluar dan mencari bantuan. Pasien lain pun sampai terbangun..

"Heh... berisik.."

tegor seorang pasien yang terluka tikam


Pak Amin keluar dan mencari perawat. Tapi tidak ada, Amih, rekan nya pun gak kelihatan. Dia ke teras dan melihat Aryo yang sedang membuang sampah.

"Mas.. bu dokter kemana? Si Amih juga? Itu pasien perempuan teriak-teriak. Saya mau pegang gak enak. Harus nya sesama perempuan kalau ada.."

"Bu dokter lagi bicara ama pak polisi di kantor, Amih lagi cari air minum.. ayoo ditolong.."

"Eh iya dok.. ayoo... dokter lebih paham.."

Aryo berlari masuk. Tapi pas di depan pintu, dia berhenti seperti ingat sesuatu.

Aryo balik badan, menuju ruang perawat memakai jas putih nya, menyambar masker dan tutup kepala nya.

Setelah siap, dia langsung masuk ruang UGD.


Tampak Ayu menutup kedua telinga nya dan berguling miring ke kiri dan ke kanan. Inpus di tangan kanan nya pun tercabut dari selang nya.

Aryo segera memegangi pundak Ayu dan menahan gerakannya.

Mata Ayu terbuka. Sekejap ia melihat ke Aryo. Dan teriak nya berhenti.. Aryo tetap tidak ingin kontak mata dengan Ayu. Dia lalukan sesuai tugas nya saja.

Pasien lain setelah melihat ada dokter yang masuk segera kembali tak peduli.

"Pak Amin.. siapkan suntik penenang.. "

"Ya dok.."

Pak Amin segera masuk ke bagian dalam.

"Mas Aryo..."

Aryo diam..

"Aku tau.. mata mu, suara mu.. aku kenal.. kenapa mas.. kenapa kau tak biarkan saja aku mati. Kenapa kau biarkan aku hidup. Kenapa kau menolong ku setelah semua yang telah ku lakukan pada mu..?"

Aryo diam.. seolah tak mendengar. Sambil berharap pak Amin segera keluar sambil membawa suntik.

"Mas.. biarkan aku mati. Keluargaku pun tak peduli padaku. Ini hukuman buat ku. Aku pantas menerima lebih dari ini. Aku pelacur.. aku lonte.. aku gak berani berharap maaf mu.. aku kotoran busuk.."

Diam sambil tersedu-sedu...

"Sudah.. diam.. aku gak tau apa pun.. buat ku.. Aku tidak kenal kamu. Aku menolong karena kewajiban, bukan karena kasian. Karena aku sangat benci sama kamu..."

Ayu melihat mata Aryo yang penuh kegeraman.

Ayu menggeleng keras dan menangis terisak.

Iyaaa...

Dia saat ini sadar. Masih hidup dan di rawat saat ini adalah karena seorang yang dia tipu dan khianati habis-habisan.

Habis sudah semua harga diri. Habis juga harapan nya.. tubuh nya lunglai.. dan ... pingsan..

Saat yang sama pak Amin masuk. Dan memberikan alat suntik pada Aryo. Melihat Ayu yang pingsan, Aryo cepat membuka blazer putih nya. Menggantung nya cepat di tiang gantungan.

"Panas juga ya pak.."

"Muhun.. namanya juga daerah pantai.. ini masih ada AC kok mas.. walau gak dingin paling tidak juga tidak panas buat saya sih.."


Tiba-tiba...

Pintu ruang UGD terbuka

"Mas Aryo, pak Amin... maaf ini ada pak Polisi dari Jakarta. Mau ketemu ibu itu. Katanya ada yang mau di tanyain soal kejadian kemarin..."

Nampak Dokter Mila dan dua opsir polisi masuk ruang UGD

"Ohh... tapi..."

"Kenapa mas..?"

"Ibu ini tadi meronta-ronta. Kaya nya sedang punya beban masalah berat sehingga depresi. Ini sedang gak sadarkan diri dok.."

"Oh.. gitu.."

"Bapak siapa?"


tanya si polisi ke Aryo

"Saya.. saya hanya perawat disini pak.."

"Kalo bapak?"

tanya polisi ke pak Amin

"Saya petugas di puskesmas ini pak.."

"Oh.. bisa saya lihat..?"


"Ya pak.."

Si polisi reserse berkemeja putih lengan panjang yang di gulung se siku dan bercelana jeans hitam sepatu kets hitam, maju menuju ranjang tempat Ayu tergeletak.

Rekannya berkemeja krem lengan pendek dengan celana jeans biru sepatu kets hitam menunggu di pintu. Tapi mata nya memperhatikan satu-satu para pasien yang luka. Aneh nya, pasien jadi tertidur semua. Saat tau yang datang adalah opsir polisi.

Si polisi kemeja putih balik arah setelah memeriksa kondisi Ayu.

"Benar bu.. ibu itu masih belum sadar. Baiklah kami tunggu saja.."

"Kasihan pak. Usul saya sih mungkin kalau sudah agak baikan pak..."

"Dokter nya aja gak ngelarang kok situ ngelarang..?"

jawab si baju putih dengan congkak nya khas seorang polisi pemeriksa

"Eh.. saya gak larang hanya usul pak.."

jawab Aryo segera

"Oh.. iya pak.. kok saya pikir ada benarnya. Sebab saya dari tadi belom pegang lagi kan temui bapak-bapak. Pasien ini jadi tanggung jawab saya selagi di rawat disini pak. Nanti jika sudah memungkinkan saya akan izinkan pak.."

Mila juga membenarkan omongan Aryo

Aryo jadi sedikit khawatir dengan datang nya polisi ke puskesmas itu dan yang di sasar adalah Ayu

Ayu akan di interogasi dan di cari tau semua latar belakang nya. Andai polisi mengetahui kalau Ayu terlibat kejadian penghilangan pada dirinya, ini bahaya. Ayu bisa saja membocorkan jati dirinya dan dia jadi di temukan oleh keluarga nya. Itu yang Aryo tak inginkan.

Ternyata maksud Aryo mencegah polisi itu sedikit di pahami Mila. Dan akhirnya Mila pun mengambil peran untuk memutuskan menunda pemeriksaan pada Ayu. Karena dia memang dokter penanggung jawab nya.

Ke dua polisi keluar ruang an dan dokter Mila menemui Aryo.

"Mas.. ada berita baik.. tapi nanti ya mas.. aku temui bapak polisi dulu.."

Mila tersenyum lebar dan manis.

"Iya dok.. silahkan.."

Mila ke luar..

"Tumben mas bu Dokter kaya nya ceria terus.. kalo sering begini orang gak akan takut berobat.."

"Syukur mas.. mudah-mudahan setelah kejadian ini, pertanda baik akan menghampiri kita.."

"Amiinn.."

Sesaat kemudian, Aryo menyuntikkan obat pada Ayu yang tadi tertunda. Aryo ingin Ayu istirahat total agar segera sembuh, pergi dan melupakan dia.

Tapi Aryo juga bingung bagaimana jika Ayu memberitahukan keberadaannya di dini? Ah.. Ayu harus di yakinkan kalau perlu di ancam. Sekali dia bocorkan keberadaan Aryo, Aryo juga akan langsung melaporkan Ayu ke polisi atas persekongkolan pencobaan pembunuhan.

Tapi dimana pacar si Ayu? Dia sumber kejadian ini semua.


Aryo memutuskan tetap di ruang UGD. Dia tidak ingin ditanya-tanya dan dikenali. Dia tunggu di ruang dokter Mila. Pak Amin keluar ruangan.

15 menit menunggu, ruang UGD kembali dibuka dan dokter Mila masuk dan langsung menuju ruangannya.

"Mas.. udah selesai yah sama pasien nya?"

"Udah dok.. tapi aku putusin tetap disini menjagai mereka sambil menghindari para polisi itu.."

"Mas.. kita cuma berdua katanya jangan pake gelar..?"

Mila merajuk

"Iya deh. Tapi ini lagi tugas lho.."

"Tapi hanya kita kok mas.. Mila merasa semangat hari ini.."

"Oh iya.. mas Aryo tadi gak mau di temui yah? Mila paham mas. Juga mas nya sengaja menunda polisi menanyai ibu itu yah..?"

"Iya Mil. Dia masih lemah dan shock."

"Atau ada sebab lain mungkin..?"

"Maksud Mila..?"

"Aku kan lihat mas. Mas menghindari pasien itu, sampai mata pun gak ingin bentrok. Juga si wanita melihat padamu mas dengan serius seakan ingin tahu siapa yang ada di balik masker dan surgeon cap yang kamu pakai. Dan kamu yang memberi donor padanya saat dia sekarat kemarin. Betul kan mas..?"

ujar Kamila beruntun. Wajah nya cemberut dan seperti nampak agak sewot.

"Itu kewajiban ku Mila menyelamatkan nyawa pasien. Siapa pun yang sekarat kemarin wajib aku bantu bu dokter .."

Aryo diam. Ternyata dia diperhatikan oleh dokter Kamila semua gerak-geriknya. Aryo merasa gagal untuk menyembunyikan dirinya.

Memang Aryo merasa terpanggil menolong Ayu. Dia juga merasa perlu untuk merawat Ayu. Tapi bukan karena dia suka atau memaafkan, tapi sudah jadi jiwa nya. Saat polisi tiba dan ingin menemui Ayu, dia langsung berpikir akan bahaya terhadap keberadaan dirinya. Dia tidak ingin ditemui oleh masa lalu nya. Maka dari itu dia mengatakan Ayu masih tidak bisa di interogasi. Padahal kenyataan nya, mungkin Ayu memang ingin pulang dan di selamatkan dari kejadian ini. Tapi apa ada jaminan Ayu tidak bicara mengenai diri nya. Sekali saja salah ucap, fatal akibatnya.

"Iya mas maaf.. aku bangga sama kamu mas Aryo.. hanya aku merasa ada yang janggal. Tapi sudah deh.. nanti biar kamu aja yang omong sendiri. Tapi kalo mau apa-apa diomongin dulu ya mas biar aku gak salah arti ntar.."

"Iya dokter Kamila. Makasih pengertiannya. Aku hanya menjalankan tugas ku menjaga para pasien ini."

"Aaahhh... panggil dokter lagi.. udah gini aja, mas aku ajak ke rumah yah. Papa mau ketemu ama kamu mas besok.."

"Hah, kok bisa..?"

"Ternyata papa melihat kita di dalam ini kemarin saat kita mengobati pasien itu mas. Dia bilang kalau.. eh.. mau ketemu mas Aryo. Sebab.. aku mengiyakan saat papa menawarkan aku untuk ajak kamu gabung di rumah sakit yang papa buatkan buat aku. Memang ini cita-cita Mila punya rumah sakit sendiri. Bulan depan rumah sakit nya sudah siap. Tapi masa tugas ku masih tiga bulan lagi disini.."

"Oh.. kamu beruntung Mila.. tapi baiknya Mila selesaikan dulu masa bakti mu. Baru Mila urus rumah sakit nya. Memang bisa memajukan gitu..?"

"Kata papa bisa. Asal.. asal aku mau.."

"Dan Mila mau..?"

"Mila bingung mas.. jujur sebelumnya Mila males sekali mengabdi disini. Desa miskin, bau, dan kotor. Belum lagi kalau malam, koridor puskesmas ini kerap di pakai tidur para gelandangan. Mila gak betah banget.. tapi... karena kejadian datang nya para pasien, dan ada kamu disini, merubah semua pandangan aku soal pengabdian dan kemanusiaan yang menjadi tugas seorang dokter. Kamu yang... ahh.. ee.. membuat.. aku jadi betah disini. Aku ingin.. selalu bersama kamu mas.. maaf aku gak pintar simpan perasaan..."

"Mungkin Mila hanya exited. Menemukan sesuatu yang baru di dalam tugas kita, itu wajar kok mengembalikan semangat, semangat Mila dalam bertugas. Aku hanya sebatas memberi masukan buat Mila.."

"Tapi.. ini beda mas.. aku yang dulu sangat ingin segera selesai, tapi.. tapi.. sekarang aku ingin lebih lama. Biar bisa lama ketemu mas Aryo.."

"Ya aku paham. Sekarang kembali pada Mila. Mau cepat atau normal.."

"Aku.. aku.. aku sih ingin cepat mas, tapi kamu juga ikut aku. Kalau kamu gak mau, aku lebih baik lama disini. Aku mau nya, kamu kerja nya disini maka aku disini kalau kamu gak mau kerja disini aku maunya kamu ikut di rumah sakit ku.."

"Kamu memang manja yah Mil. Biasa seluruh keinginan mu dituruti orang jadi kamu menganggap semua orang akan ikut mau kamu. Hmmmhh.. mas paham tapi kalo sesuatu itu gak sesuai dengan keinginan kamu, kamu akan marah dan ngambek. Kamu harus mau belajar menerima perbedaan itu, walau itu sakit. Kamu harus tau, kamu itu gadis cantik yang beruntung. Apalagi cita-cita mu memiliki rumah sakit sendiri akan segera tercapai."

"Tapi mas.. aku gak merasa beruntung. Aku.. aku.. bo..leh.. memimpin rumah sakit.. asal aku mau nikah sama Arman. Lelaki yang tadi malam datang sama papa. Kalau aku gak mau, semua mimpi ku akan hancur.."

"Hah.. kamu mau dijodohin juga. Aaahhh.. kenapa harus ada yang namanya DIJODOHIN.. aku muak dengan kata itu. Aku.. aku adalah contoh lelaki yang dijodohin Mil.. lihat hasil nya pada aku saat ini. Lihat Mila. Ini lelaki yang dijodohin.." (memukul dada)

"Ya mas.. Mila paham sekarang. Tapi Mila bisa apa? Ini demi melanggengkan hubungan keluarga besar juga, memperbesar kekuasaan. Hanya.. Mila..
bingung mas.."


Mila menunduk, matanya memerah.

"Mila gak mau ngecewain keluarga kan? Juga gak mau hancurin perasaan banyak orang kan? Dan tetap dapat meraih mimpi Mila kan?"

Mila mengangguk halus..

"Aku pun kemarin berpikiran seperti itu. Tapi apa yang aku alamin..? Aku salaaaahh.. beeesaaar... mempercayai seorang yang bernama Ayu Astuti. Iblis betina binal yang sangat menjijikkan. Dia bunuh aku.. tapi Tuhan belum mengizinkan aku pulang ke sana. Dan apa yang aku temui..? Rasa sakit dan kecewa yang sangat pahit dalam hati ini. Sampai aku membiarkan diriku dianggap mati. Lenyap dan musnah. Karena apa? Karena aku benci dan marah pada mereka. Terutama Romo ku. Dan karena aku gak mau terus menerus di rongrong rasa itu, aku mundur, aku rela melepas dan membuang semua milikku dan mimpi ku. Aku mulai dari nol dari tidak memiliki apapun. Ini akibat dari di jodohin.. dan salah jodoh. Aku hanya minta pada Mila, pikirkan baik-baik. Aku gak mempengaruhi kamu, kamu telah dewasa dalam menentukan hidup mu. Hanya pengalaman yang aku alami jangan lah sampai terjadi pada orang lain lagi. Apalagi pada mu.."

"Jadi Mila musti apa masss..??"

"Ya untuk menyenangkan semua pihak, ada dua cara menurut aku. Menerima dan mencoba ikhlas, mencoba mencintai calon jodoh kita atau kedua kita menolak dijodohkan dan kasih tau kita sudah ada pilihan..."

"Mencoba mencintai Arman..? Mila gak bisa mas, gak mauu... "

"Atau Mila ikhlas menerima tapi kondisi nya jelas Mila yang menderita.. lahir bathin.."

"Aku gak mau mass.. aku gak mau.. aku mau nya.. membawa calon ku pada papa dan meyakinkan papa.."

"Yah itu paling bagus. Calon Mila ajak lah ketemu pak Giman.."

"Aku maunya... kamu.... mas yang aku ajak.."

Mila berbisik dan menunduk

"Eh kok.. tapi.. aku kan bukan calon mu. Dan... aku... tidak mencintai kamu.."

"Ya memang.. tapi.. izinkan dan kasih aku kesempatan mencoba merebut hatimu dan membuktikannya.."



Bersambung ya suhu....
Mohon kritik dan saran di sambit ke nubie ndeso ini...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd