Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Another Lonely Story

Selamat malam semua. Buat momod, submod, pertapa, king, staff member, sesepuh, maha guru, master, pendekar, guru besar, ahli cerita, senior, senpai, guru master, addict, holic, lover, kakak, adik dan para suhu terhormat, semoga semua dalam keadaan sehat, sukses dan bahagia senantiasa.

Izinkan nubie yang masih merah, hijau dan kuncup ini melanjutkan cerita nubie.

Cerita yang tertunda akibat sedikit masalah di gadget nubie.

Nubie lanjutkan cerita ndeso, dan jauh kelas di bawah cerita para ahli cerita dan senior di forum terhormat ini.

Ini cerita fiksi, masih sangat perlu kritik dan saran dari para sesepuh dan suhu terhormat.

Akhir kata, salam semprooott
 
Terakhir diubah:
Selamat malam semua. Buat momod, submod, pertapa, king, staff member, sesepuh, maha guru, master, pendekar, guru besar, ahli cerita, senior, senpai, guru master, addict, holic, lover, kakak, adik dan para suhu terhormat, semoga semua dalam keadaan sehat, sukses dan bahagia senantiasa.

Izinkan nubie yang masih merah, hijau dan kuncup ini melanjutkan cerita nubie.

Cerita yang tertunda akibat sedikit masalah di gadget nubie.

Nubie lanjutkan cerita ndeso, dan jauh kelas di bawah cerita para ahli cerita dan senior di forum terhormat ini.

Ini cerita fiksi, masih sangat perlu kritik dan saran dari para sesepuh dan suhu terhormat.

Akhir kata, salam semprooott


Kukira lupa pasword, suhu.
Di tunggu kelanjutannya!
 
  • Bentar lagi update
  • Siap hadir hu :haha:
 
Mulustrasi.....


dr. Kamila Purnama




Ibu Sutardi
5c42711089228354.jpg



Puskesmas Labuan


RSUD Labuan



Pelabuhan ikan Labuan




Sebelumnya....



Tak terasa hari sudah sore. Dokter Mila yang biasa nya sudah izin pulang, tapi kali ini dia masih tenang di puskesmas.

"Mas.. kamu ikut sama aku aja yah.. kan memang ayah yang minta kamu datang malam ini. Lagi pula kamu kan belum paham daerah sini kan..?"

"Iya.. aku memang gak paham..."

"Yok kita siap-siap. Kita makan dulu baru ke rumah yah..."

"Terserah dokter saja.. saya izin membersihkan badan dan ganti baju yah.."

"Eh.. aku juga deh. Aku bawa pakaian ganti kok..."

"Tapi kan kamar mandi sini sangat sederhana. Mana cocok buat kamu..?"

"Ah.. cocok aja lah.. pak Amin pasti rawat juga kok. Aku gini-gini kan pernah KOAS juga mas. Yah hidup di lingkungan sederhana juga lah..."

"Ya oke lah.. hebat kamu dok..."

"Udah lewat jam kantor.. panggil nama aja ya sayang..."

"Tapi gak enak ah ama yang lain.. nanti jadi contoh gak baik.."

"Oke deh mas dokter ku yang ganteng..."

Selepas Aryo dan Mila berganti pakaian dan pamit, Mila menyerahkan kunci mobil ke Aryo. Kedua nya meluncur dari labuhan menuju kota Pandeglang. Jalan provinsi yang mempunyai kuntur tanah perbukitan, tapi hampir tidak ada antrian kemacetan layaknya kota metropolitan. 1.5 jam perjalanan dilalui dengan tak terasa.

Menjelang waktu Isya, kedua nya masuk wilayah suatu rumah makan besar nan megah di jantung kota Pandeglang. Cuaca gerimis tipis.

Aryo dan Mila mengambil tempat di sudut ruangan. Dan mulai memesan makanan.

"Mas... Ini kota ku mas.. kota kabupaten di tengah Provinsi Banten. Di dataran lebih tinggi karena udah masuk kawasan perbukitan sebelah selatan sana.."

"Sama kok.. kota ku juga di tengah pulau Jawa. Dekat dengan daerah wisata dingin.. Baturaden.. yah tempat aku dulu praktek lapangan pertama.."

"Mas.. aku mau tanya.. kalau nanti ayah tanya, mas udah siap jawaban nya..?"

"Insya allah"

Aryo dan Mila duduk berhadapan, di pisahkan meja kecil yang memang hanya untuk dua orang.

Saat sudah selesai memesan makanan, dari depan masuk seorang lelaki dan seorang wanita. Di susul juga dua orang lelaki.

Aryo dan Mila yang duduk di sudut dan agak temaram. Posisi kedua nya menyamping dari pintu masuk.

Lelaki memeluk seorang wanita cantik pertengahan 20 an dengan tubuh montok, mulus. Wajah laksana artis dan berpenampilan sangat menarik mata pria. Memakai baju tanpa lengan dan berbelahan dada rendah, juga rok span ketat 10cm diatas lutut, kaki jenjang putih mulus nya makin menonjol. Dengan sepatu high heels makin menambah keseksian wanita ini.

Sedang dua lelaki lain, seorang berpangkas cepak, atletis dan kulit gelap, sedang satu nya berperawakan sedang rambut di biarkan panjang se bahu.

Mereka ambil posisi juga meja pinggir tembok dan agak tersembunyi.

Si lelaki memeluk sang wanita sambil sesekali mencumbu dan mencium pipi si wanita. Sang wanita hanya tertawa genit.

Sedang dua lelaki lain seperti hormat pada lelaki itu. Tak lama mereka terlibat pembicaraan.

Mila yang telah melihat rombongan kecil ini sejak di dalam restoran, menatap tajam.

Aryo menyadari Mila sedang memperhatikan sesuatu, akhirnya juga ikut melihat ke rombongan kecil itu...

"Eh.. itu..."

Tampak kegeraman di wajah Aryo, juga kegusaran sangat nampak di wajah Mila.

"Kurang ajar, jadi gini kelakuan nya..?"



Lanjutannya....


Aryo melihat sesosok yang sangat dia benci. Mila pun juga melihat seseorang yang sangat tidak disukai.

"Mas... tunggu di sini sebentar, aku mau tangkap basah lelaki bejat itu."

"Aku pun sama, aku ingin menghajar lelaki itu. Penghancur hidup ku.."

"Eh... Siapa maksud nya..? Si Arman gendut itu...? Dia memang gak tau malu, sudah tua, mesum masih mau mencoba menikah sama aku... Nazisss..."

"Bukan... Itu lelaki cepak yang ada di depan si gendut.. Itu Yudhi.. Pacar Ayu.. Yang memaksa Ayu dan memperalat nya. Dan.. mencoba membunuh aku... Hmmhh.. Kalau tidak ingat kita ada rencana ini, sudah aku hajar dia..."

"Itu.. Itu.. Lelaki yang merebut dan mau membunuh mu..? Pas sekali... Dia harus mempertanggung jawabkan kelakuan nya. Sebentar, aku mau bikin bukti dulu. Aku akan video kan..."

"Ini pasti ada konspirasi. Mereka seperti sudah saling kenal. Mil... Panggil orang ke tiga buat ikut melihat mereka. Siapa menurut kamu...?"

"Oh.. Arifin... Sebentar... Mas.. Tolong video in juga, aku kontak Arifin agar kesini..."

Mila menghubungi Arifin. Tak lama dia sudah kembali mengamati kelompok yang ada di sudut itu. Sedang pesanan mereka sudah datang, tapi sedikitpun belum di sentuh oleh kedua nya.

Lima menit kemudian Arifin tiba dan masuk dari pintu samping yang tak terlihat dari sudut seberang.

Mila segera menyeret Arifin mendekat dan tetap tersembunyi..

"Kang... Tolong saya. Akang lihat empat orang yang duduk di seberang sana dekat jendela..? Tetap merapat kang, jangan sampai terlihat."

"Eh.. Non.. Itu kan pak Boy... Ama cewek siapa itu.. Kok.. Kok mesra amat..? Wah.. gak bener ini..."

"Kang, tolong rekam dengan hp mu, tapi jangan sampai ketahuan. Dan, ikuti kemana mereka pergi."

"Siap non.. Serahkan ke Arifin..."


"Hati-hati kang sama yang rambut cepak. Dia sangat berbahaya dan terlatih. Dia penjahat profesional..."

"Pak Boy berteman dengan penjahat..? Arifin udah dari awal gak setuju non mau di kawin sama dia. Ternyata gini nih.. "

"Kang, aku dan Aryo harus pergi mau ketemu Ayah di rumah. Ee... Ini makanan bungkus aja buat kamu dan keluarga yah. Dan tolong bayarkan sekalian, ini uang nya..."


Mila mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompet nya.

"Kembalian nya ambil aja buat akang..."

"Wah non.. Udah makanan semua buat saya, kembalian nya juga buat saya. Saya jadi gak enak ini non..."

"Rezeki jangan ditolak, gak baik. Pokok nya aku minta tolong, akang sebagai pihak ke tiga yang ikut menyaksikan juga dan mempunyai bukti kuat. Ikuti kemana si gendut itu pergi setelah dari restoran ini. Setelah dirasa cukup, akang bisa tinggal.."

"Siap non.. Arifin kerjakan.."

"Kita jalan dulu ya kang. . Assalamualaikum.."


"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."

Aryo dan Mila menyusup keluar restoran dari pintu samping dan segera menuju parkiran.
Semenit kemudian, CRV putih meluncur meninggalkan restoran itu...

Tidak sampai 15 menit, mobil telah memasuki siatu gerbang warna hijau muda yang megah. Di apit sebuah gapura mewah dengan gaya bangunan khas Banten.

Setelah gerbang di buka seorang lelaki setengah baya sekitar 50 tahunan, mobil masuk halaman sebuah rumah megah 3 lantai. Warna putih dengan tiga teras. Depan, kiri dan kanan. Mobil langsung menuju teras kiri dan parkir di sisi teras.

Mila turun dari mobil, Aryo pun turun dari sisi kemudi. Lalu di pintu telah berdiri seorang perempuan tengah baya sekitar 50 tahunan. Dengan pakaian sederhana, baju gamis longgar, hanya tampa kerudung. Rambut di gelung rapih ke belakang.

Perempuan berkulit putih, nyata terawat baik walau tanpa make up, tetap menancarkan aura sisa kecantikan masa muda nya. Baju nya yang di kenakan pun model sangat biasa, hanya memang nyata terbuat dari bahan dan kwalitas atas.

"Assalamualaikum... Ibu..."

Mila mengampiri ibu itu. Mila segera menyalim tangan kanan nya dan mencium pipinya. Beliau adalah ibu kandung Kamila, istri pak Suardi Giman, bupati Pandeglang.

"Wa'alaikumsalam.. Neng.. Dari mana kok malam baru pulang..?"

"Dari puskesmas bu, trus makan dulu baru pulang, mau ketemu ayah udah janjian mau ngenalin dokter Aryo. Karena ayah yang minta datang kesini ketemuan."

"Oohh.."


"Assalamualaikum bu... Saya Aryo. Maaf datang malam bu.. Maaf sebelumnya kalau kurang berkenan.."

"ohh.. Kamu yah yang namanya Aryo..?"

"Ya saya bu.. Saya minta izin mau ketemu pak Bupati, mengenai dokter untuk puskesmas labuan bu..."

"Nak Aryo asli mana? Udah lama kenal Mila..?"

"Aryo asli jawa tengah bu, tepatnya Cilacap. Aryo belum lama kenal dengan... Mila.. Baru empat hari. Dan kebetulan Aryo memang sedang bebas dan ingin mencari kerja. Lalu Aryo bantu-bantu di puskesmas.."

"Hah... Baru kenal??... Kok.. Eemmm... Mila bisa berbeda yah sejak kenal Aryo.. Ayah nya juga ada cerita. Hanya gak nyangka ajah..? Dulu kalau kerja sangat cuek, gak peduli dan mau nya cepat-cepat pulang trus main ama temannya. Tapi sekarang pulang aja malam terus, juga jadi betah di puskesmas."

"Aryo hanya seorang dokter biasa bu. Mungkin selama ini Mila tidak bertemu rekan kerja yang tepat, Aryo hanya mencoba memberi sedikit pengalaman tentang tugas seorang dokter..."

"Ah ibu... Kok nanya melulu.. Mila memang kenapa sih..?"

Tapi ibu Mila hanya menatap ke Mila sebentar lalu kembali melihat ke Aryo.

"Kamu sungguhan ingin kerja sebagai dokter di puskesmas atau ada yang lain..?"

"Ya bu.. Saya ingin kerja bu di puskesmas dengan senang hati bisa di beri kesempatan. Juga ingin sedikit bicara mengenai bagaimana rencana dokter Mila kedepan. Karena puskesmas masih membutuhkan dokter Mila."

"Tapi Mila sudah mau selesai tugas nya di puskesmas. Kalau kamu yang gantikan boleh juga. Mila akan punya rumah sakit sendiri.."

"Bu.. Mila gak mau pimpin rumah sakit.."

"Haahh.. Apa nak..? Apa ibu gak salah denger..? Aneh ini mah... Kamu yang teriak-teriak mau keluar dari tugas puskesmas dan setuju pimpin rumah sakit sendiri, kok jadi gak mau..?"

"Mila akan pimpin rumah sakit tapi dengan syarat, bareng ama Aryo dan tanpa menikah ama Arman gundul buntet itu. Kalau gak gitu, biar Mila tetap di puskesmas saja..."

"Eh.. Kok.. Hmmm... Kamu omong Aryo tanpa embel-embel gelar ini.."


Tampak raut terkejut di wajah bu bupati itu. Tapi hanya sesaat, lalu seulas senyum tipis tersungging di wajah sang ibu.

"Bu.. Boleh ikut bicara sedikit bu..?"

timpal Aryo

"Ya.. Apa ..?"

"Mohon maaf yang sebesar nya ya bu kalau Aryo lancang. Aryo tau kondisi dokter Mila. Bu.. Maaf Aryo sebut nama saja langsung. Aryo ini adalah contoh anak yang dijodohkan bu. Aryo alamin sendiri, dan itu sangat tragis dan menyakitkan bahkan fatal. Aryo nyaris kehilangan nyawa, Aryo memang di bunuh bu. Tapi kehendak Tuhan yang masih membuat Aryo sehat wal'afiat. Mila mau di jodohkan dengan orang atau kenalan bapak bupati. Sedang Mila tidak menyukai apalagi menyayangi calon nya. Aryo beranikan diri untuk memberi pendapat baik nya Mila jangan dipaksa untuk menikah. Andaipun memang menikah, hendaknya dengan yang di setujui dan diterima ke dua belah pihak yang akan menikah. Kasihan bu.. terutama dengan pihak perempuan nya..."

"Hmmm.. (menatap Aryo dengan tajam).. Kamu suka ama Mila..?"

Aryo menatap bu bupati. Tapi dengan lembut dan lembut. Lalu dengan menarik nafas..

"Ya bu.. Saya suka sama Mila.. Tapi baru tahap itu. Maaf..."

Ibu Mila menatap tajam ke Aryo. Tapi sesaat kemudian tatapan nya melembut.

"Terima kasih kamu sudah jujur. Itu cukup buat ibu. Nak Aryo.. Perjuangkan Mila..."

Mila tercengang, lalu tersenyum malu. Laksana seorang gadis hijau yang sedang dilanda kasmaran.

"Ii.. iya bu.. Aryo kesini memang mau bicara dengan bapak. Karena memang juga di panggil oleh beliau.."

"Ya udah. Duduk aja dulu, bapak belum pulang. Ada rapat di gubernur an. Biasanya gak lama lagi.. Ibu masuk dulu yah.."

"Baik bu. Terima kasih banyak bu.."

"Ya sama-sama.."

Ibu Mila masuk ke ruang dalam. Aryo dan Mila masih sama berdiri di ruang tamu itu..

"Eeh.. Mas.. Ayo duduk dulu. Biar Mila ke dalam sebentar ya mas.."

Mila masuk ke dalam dengan kepala menunduk. Tapi gak lama langsung keluar lagi dengan membawa nampan berisi segelas es sirup dan kue kering.

Mila menyugukan minuman dan kue itu untuk Aryo. Setelah mempersilahkan dan dijawab terima kasih oleh Aryo, Mila masuk lagi dengan membawa nampan kosong dan menghilang di balik tembok.

Tapi hal itu tak lepas dari tatapan sepasang mata. Yang melihat sejak Mila meminta minuman itu dari tangan pelayan yang tadi nya ingin menyuguhkan, lalu Mila membawa dan menyuguhkan nya sendiri, mempersilahkan sampai pada kembali masuk ruang dalam. Lalu sosok itu putar badan dan masuk sebuah ruang kerja.

Aryo minum minuman itu, duduk tenang. Tampak sedikit ketegangan terlihat di wajah nya. Tapi hal itu tidak terlalu kentara. Aryo dengan sabar seorang diri menunggu. Detik dan menit terus berjalan. Aryo sempat sedikit memperhatikan situasi sekeliling nya. Tampak sebuah lukisan keluarga terpampang dengan mewah. Empat orang terlukis disana. Pak bupati atau ayah Mila, ibu nya, seorang lelaki terlihat berumur diatas Mila, dan Mila sendiri. Ya, memang Mila memiliki seorang kakak lelaki. Aryo belum ingin mencari tau sosok lelaki muda itu saat ini. Pikirannya masih terkonsentrasi pada semua hal yang mubgkin terjadi saat pertemuan dengan pak Bupati nanti nya. Aryp pun juga tak lupa membawa sebuah map plastik yang berisi dokumen diri dan ke profesionalan nya.

Selang setengah jam kemudian, Mila keluar dari dalam ruangan. Telah berganti baju dengan pakaian rumah an. Kaos lengan panjang, celana tanggung 3/4 dan sudah nampak bersih. Dan.. Dibelakang nya mengikuti sesosok lelaki.

Sosok lelaki dengan memakai kaos oblong putih, bersarung kotak-kotak biru. Berambut rapih dan masih hitam. Berusia 50 tahunan. Beliau lah, Sutardi Giman, bupati Pandeglang, ayahanda dari Kamila Purnama Giman.

Aryo yang mengenali siapa yang masuk, segera bangun dan menghampiri si bapak dan langsung menyalami pak Sutardi.

"Assalamualaikum pak..."

"Wa'alaikumsalam... Silahkan duduk..."

Kembali Aryo duduk...

Tampak kegugupan di wajah Aryo. Tapi di tekan semaksimal mungkin sehingga nampak se biasa mungkin.

"Aryo yah nama nya..?"

"Nama lengkap saya Aryadi Satrio Putro, saya asli Jawa tengah bagian selatan pak, tepat nya kota Cilacap."

"Status dan pekerjaan nya apa nih..?"

"Saya dokter spesialis penyakit dalam pak. Anak pertama dari tiga bersaudara pak. Orang tua saya... (diam sejenak).. Pengusaha dan juga seorang Legislator daerah pak.."

"Aryo tau kenapa bapak panggil..?"

"Secara jelas belum pak. Tapi memang Aryo juga ada yang ingin disampaikan pada bapak bupati.."

"Ooh gitu... Ya sudah kamu mau bicara apa..?"

"Maaf pak, tidak sopan seperti nya Aryo mendahului. Silahkan bapak lebih dulu yang mengutarakannya pak.."

Pak Bupati terdiam lalu tersenyum..

"Baiklah.. Bapak ingin tanya.. Aryo benar ingin bekerja di puskesmas..? Kenapa..?"

"Karena Aryo terpanggil pak. Aryo seorang dokter karena memang hati Aryo tidak sanggup melihat orang yang menderita akibat penyakit. Dan Aryo selalu ingin membantu, itu sebab nya Aryo mengambil study tentang ilmu kedokteran... (diam sejenak) yang ke dua, Aryo memang sedang dan tinggal di perkampungan nelayan pelabuhan labuan. Aryo sudah pindah kesana walau belum lama.."

Aryo belum mau membuka kejadian yang dia alami. Itu akan dia buka pada saat yang tepat.

"Dokumen profesi kamu ada..?"

"Ada pak.. Izin pak.. Ini pak.."

Aryo mengangsurkan map plastik yang ia bawa..

Pak Bupati menerima tapi membuka dan membaca sekilas. Kemudian hanya menaruhnya lagi di meja di depan nya.

"Menurut kamu, apa yang harus di perbaiki di puskesmas labuan saat ini..?"

"Saat ini sudah bagus pak. Buka sudah tepat waktu, pelayanan masyarakat minimum sudah terlaksana bagus, sanitasi dan kebersihan pun jauh lebih baik. Dan yang paling penting... (jeda sejenak) sebagai yang paling mempunyai peran penting dalam aktivitas layanan kesehatan, yaitu dokter.. Dokter nya sudah jauh lebih baik pak. Sudah bekerja dengan baik..."

Mila yang dimaksud Aryo, menundukkan kepala tapi melirik Aryo dan ayahnya bergantian.

Pak Sutardi bukan tidak tahu akan tindakan putri nya, hanya beliau pura-pura tidak tahu..

"Jadi menurut Aryo saat ini, dokter nya sudah berubah..?"

"Iya pak.. Sudah makin menyadari penting dan mulia nya tugas seorang dokter. Sudah makin dewasa dalam melaksanakan tugas nya.."

"Kalau begitu, menurut Aryo sudah layak untuk di promosi naik kelas..? Menjadi pimpinan sebuah rumah sakit..?"

"Iya pak.. Aryo rasa sudah layak. Hanya.. Aryo minta izin bicara pak.."

"Ya bagaimana..?"

"Aryo minta maaf pak, Aryo tau mengenai rencana mengenai Mila yang ingin memimpin rumah sakit. Hanya.. Jika bisa, hendak nya rencana ini tidak di teruskan pak. Maksud nya kalau itu harus dijalan kan oleh Mila dengan syarat rencana perjodohan nya dengan orang yang Mila tidak inginkan..."

Pak Sutardi terdiam, menatap tajam pada Aryo..

Suasana hening sejenak. Mila terdiam dan tertunduk.

Pak Sutardi masih menatap tajam, Aryo pun mengangkat wajah nya, manatap dengan lembut tapi tegas pada pak Bupati..

Tiba-tiba pak Bupati menarik nafas.

Di samping nya, Mila menutup mukanya dengan dua tapak tangan nya. Badannya bergetar halus..

"Kamu sungguh berani bicara seperti itu ke saya. Apa yang melandasi kamu bicara seperti itu? Padahal kamu tau, hal itu sia-sia kamu lakukan. Semua tergantung pada saya. ."

"Maaf pak bupati, terlepas bahwa saya adalah baru dan belum mengenal siapa itu calon yang di setujui bapak untuk Mila, saya sejak awal sudah menentang adanya perjodohan pak. Saya punya alibi kuat yang mendasari keputusan saya itu."

"Dari zaman dulu, mungkin kamu sebagai orang suku Jawa dan juga berkedudukan baik di masyarakat, pasti ada penilaian yang namanya Bebet, Bibit, Bobot. Betul..?"

"Iya pak.."

"Saya juga menerapkan hal yang sama pada keluarga saya. Saya memilihkan yang terbaik untuk anak perempuan tunggal saya ini. Tidak mungkin saya memilihkan yang tidak baik, untuk cinta, pasti bisa seiring waktu.."

"Ya pak, saya tidak pungkiri, hal itu mungkin terjadi pak. Tapi berdasar pengalaman saya dan pandangan pribadi saya, saya berpendapat bahwa perjodohan itu tidak layak di lakukan pak. Andai nanti memang takdir menentukan mereka bersatu, tentu hal itu terjadi secara alami. Dan berdasar rasa saling suka ke dua nya."

"Jadi kamu punya pengalaman? Pengalaman apa?"

"Saya menikah dengan di jodohkan oleh Romo saya pak. Dan.. pernikahan itu hanya berlangsung 1 hari, sebab istri pilihan Romo saya itu, berselingkuh dengan lelaki kekasih nya di depan mata saya. Bahkan... (menarik nafas dalam) saya di pukul dan dilumpuhkan kekasih perempuan itu dan dibuang di laut di labuan sana. Saya memang ingin dibunuh dan di lenyapkan. Tapi.. Tuhan masih berkehendak saya hidup. Di selamatkan dan di rawat sampai kondisi saya seperti saat ini."

"Apa kamu berpendapat semua akan begitu, atau akan berakhir tak baik..?"

"Iya.. Saya berpendapat seperti itu pak. Walau subjektif tapi bisa di jelaskan secara logika pak.. Karena saat kedua orang disatukan secara paksa, apa yang bisa membuat mereka bersatu selain rasa terpaksa dan rasa takut..?"

"Hmmmhh... Apa yang bisa meyakinkan saya kalau Mila tidak akan bahagia dengan Arman..?"

"Saya tidak tahu pak, dan saya pun tidak berhak mencari tahu atas kejelekan orang lain. Tidak akan saya ikut campur akan hal itu... Bapak bisa menanyakan langsung pada Mila saja..."

jawab Aryo lembut tapi jelas sambil tersenyum.

"Mila... Memang ada sesuatu sama Arman? Dia lelaki baik, sampai saat ini masih belum mau menikah lagi sejak selesai pernikahannya yang pertama dua tahun lalu demi menunggu kamu. Dia juga yang menjadi pimpro pembangunan PLTU dan infrastruktur PU di kabupaten ini. Dia tidak pernah mengecewakan ayah. Soal umur, ayah pikir bukan masalah. Yang pasti masa depan kamu terjamin. Juga cucu-cucu ayah nanti nya..."

"Mila tidak suka Arman... Dia yang ayah bilang baik, setia, dan sayang sama Mila... Itu bohoonngg... Allah maha baik, masih mau membela Mila. Mila ada bukti kalau Arman itu nakal dan bukan orang yang setia. Mila tadi.. satu jam lalu, sebelum kesini. Dan Mila mengikutkan pihak ke - 3 biar netral. Maaf ayah, biar kang Arifin ke sini yah..?"

"Arifin...? Oke coba kamu buktiin. Arifin orang kepercayaan ayah, tidak mungkin dia bohong.."


Mila bangkit, menuju arah ruang tengah, tapi belum sampai keluar dari ruang tamu, Mila sudah memanggil Arifin. Ternyata Arifin memang telah disana, dan Mila mengetahui nya.

"Kang Arifin... Ke sini kang..."

Arifin masuk ruangan dan menunduk hormat pada pak Bupati.

"Kang... Tolong kang ceritain yang tadi kejadian di restoran Kuring..."

"Punten juragan... Saya memang melihat sendiri kalau tadi.. Pak Boy main ama perempuan lain. Setelah dari restoran, pak Boy dan perempuan itu masuk hotel H****** pak. Saya sempat ikutin, mereka check in pak di kamar VVIP. Juga rekan nya tadi sempat saya curi dengar saat sesaat mereka berpisah, rekan nya itu... mau... mau.. minta bantuan pak Boy minta dana bayar orang yang sudah siapin orang buat bongkar muat di PLTU dan buat temannya itu lari.. Katanya misi hari ini gagal. Misi apa, Arifin gak paham. Pak Boy bilang... Kacau.. Kacau.. gitu... Uang nya habis buat.. Judi... Buat bayar ke penambang pun habis katanya."

"Bayar orang..? Penambang..? Apa ini...? Tambang apa? Kirim apa..?"

"Kalau itu Arifin gak paham pak. Tapi ini Arifin ada video nya..."


Arifin memutarkan video di hape nya. Disitu terlihat Arman yang bermesraan dengan wanita muda, di depan nya ada Yudhi dan Asep orang kepercayaan Yudhi yang menyiapkan orang untuk bongkar muat, dan juga sebagai tangan nya Yudhi, unruk melenyapkan Aryo. Hanya, Aryo masih diizinkan selamat.

Disitu juga, Arifin mem video kan saat Arman dan Wanita itu berpelukan mesra masuk hotel kelas satu di kota itu tanpa peduli sekeliling nya. Jelas ke dua nya telah di rasuki nafsu birahi yang tinggi.

Pak Sutardi yang melihat video itu, mukanya menjadi kelam dan geram. Jelas amarah telah merasuki hati dan pikiran nya.

Di video akhir, terlihat, dengan tak kentara, sambil video on, Arifin mendatangi resepcionist, dan pura-pura menanyakan keberadaan tamu. Dan di jawab oleh sang resepcionist itu. Dan Arifin pun berlagak menelpon Arman, dan tentu tidak tersambung. Lalu Arifin bilang sama sang resecionist mau ke toilet. Dan Arifin menghilang dari hotel itu.

Pak Sutardi mengepal ke dua tangan nya. Matanya menatap langit-langit rumah.

Semenit lebih suasana hening.

"Terima kasih nak sudah menyadarkan ayah.. Terima kasih Arifin, kamu tetap tidak mengecewakan aku. Terima kasih Aryo atas keteguhan mu, kalau kamu tidak nekat bicara, hal ini tak akan bapak ketahui.. Hmmm... Pertunangan Mila selesai... Tidak akan sudi ayah menikahkan putri ayah dengan lelaki seperti itu. Tidak akan.."

Mila bangkit, dia berlutut di depan kaki ayah nya, matanya basah... Mila menundukkan badan nya bersujud...

Tapiii...

Ayah nya... menahan...

Sang ayah berdiri, menarik Mila bangun.. Dan... Memeluk kepala putri tersayang nya se erat-erat nya...


Bersambung...
Mohon kritik dan saran nya dari para suhu semua.

Salam semprottt...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd