Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Apakah ini sebuah mimpi (pindahan)

Part 2

Sesampainya dirumah, aku melihat Bi Imah sedang mencuci baju untuk dimasukkan kedalam mesin cuci yang ada diruang dapur sambil nungging, melihat pemandangan seperti itu ingin aku tampar pantatnya dan ku remas keras, tapi tidak mungkin melakukan itu, karena takut dibilang ke mama dan papa. Lalu aku menuju ke ruang dapur untuk mengambil segelas air putih, karena aku haus setelah melakukan coli tadi.

Bi Imah: I

Aku: A

Mama: M

I: Abis dari mana dek? Kok kamu keliatan kayak abis lari? (memergoki ku seperti maling)

A: Ga dari mana-mana, aku tadi lari buat ngejar jajan tadi, kenapa sih Bi nanya nya kayak gitu?

I: Ya ga, soalnya kalo kamu lari pagi ga mungkin, aneh aja gitu. Kan kamu masih pake baju biasa, ga pake baju olahraga. Yaudah ah, mau lanjut nyuci dulu.

Sedang asyiknya Aku ngobrol dengan Bi Imah selama kurang lebih 1 jam, mama pun datang dengan penih keringat, terlihat nyeplak BH mama dari luar.

M: Asaalamualaikum.

I dan A: Waalaikumsalam (bersamaan)

A: Kok mama lama banget sih? (Aku masih tidak menaruh curiga kepada mama, hanya sekedar bertanya saja)

M: Kan biasalah, namanya ibu-ibu, abis olahraga kita ngerumpi.

A: Rumpi apa rumpi? (bercanda kepada mama)

M: Rumpi biasa aja kok. (Mama merebahkan badannya di sofa)

A: Ih mamaaaaaa, kan keringetan, baauuuuuu…. (ejek ku)

M: Mama capek dek, mau istirahat sebentar.

Aku yang masih ada didapur pun segera menghampiri mama yang ada diruang tamu untuk duduk disamping mama.

A: Mau aku pijitin ga ma?

M: (mama menjawab hanya geleng-geleng kepala sambil tiduran terlentang)

Aku yang melihat mama ku disamping dengan posisi itu merasa nafsu akan pakaian yang dikenakan oleh mama ku ini. Bagaimana tidak cetakan BH mama sangat jelas terlihat dengan garis-garis itu, dan yang membuat ku makin bernafsu saat aku melihat BH mama ku tidak muat dengan ukuran payudara mama, jadi terlihat gumpalan daging payudara mama. Lalu aku lihat ke bagian legging yang dikenakan mama, cetakan CD mama terlihat juga, tapi sesaat aku melihat pada bagian memek mama, kok ada yang aneh? Seperti noda basah, tapi basahnya hanya ada dibagian memek mama. Apa mama ku ini abis diperkosa? Apa cuma pikiran ku aja?

MERDKZH_t.png

POV MAMA

Hari ini aku ada jadwal rutin senam dengan ibu-ibu komplek seperti biasa, meski aku umur ku sudah tidak muda lagi yaitu 38 tahun, namun tubuh ku seperti lebih muda 10 tahun. Aku melakukan senam bukan untuk memamerkan tubuh, akan tetapi menjaga tubuh adalah bagian dari kita mensyukuri nikmat hidup yang diberikan oleh Tuhan. Banyak teman-teman guru disekolah iri melihat badan ku, terutama bapak-bapak guru disana, yang tidak jarang menggodaku bahkan ada yang ingin menikahiku, tentu saja ku menolak permintaan itu karena aku sudah berkeluarga.

Sesampainya dilapangan komplek rumah yang tidak jauh dari rumah ku, hanya berbeda 1 blok saja. Disana sudah ada banyak ibu-ibu yang sudah siap untuk senam, oiya disini yang senam tidak hanya ibu-ibu tua, yang muda pun banyak, maka tidak mengherankan dipinggiran lapangan ini banyak bapak-bapak yang melihat. Aku tidak habis pikir, apakah suami mereka tidak puas akan istrinya?

Bu Darmi (istri pak Bagas): D

Bu Eka (istri pak Jaka): E

Aku: A

D: Ehh bu Sinta, apa kabar ???

E: Ih jarang banget kamu keluar, kemana aja sih? Di grup wa juga gitu, ga pernah bales.

A: Iya maaf, disekolah lagi ngadain acara, jadi sibuk, hehe

D: Bu Sinta sebelah kiri ku sini. (memberi ruang untuk mama)

A: Baik bu, makasih ya. (mama berada di Tengah antara bu Darmi dan bu Eka)

E: Emang acara sekolahnya sampe kapan? Kan kita lama ga kumpul bareng begini.

D: Oiyaya, suami saya selalu aja ngajak keluarga pergi terus, jadi ga bisa ngumpul.

E: Mending gitu, masih bisa kumpul keluarga, suami saya pergi merantau, sekalinya pulang, paling cuma nginep satu minggu, mana saya kurang puas lagi.

A: Masa sih? Saya juga gitu, kebanyakan rapat.

D: Kalo saya sih, hehe, hampir tiap hari dipuasin.

A: Huuuuuu, sombooong.

E: Tau nih, sombong banget jadi orang. (dengan gaya ala meme yang beredar)

Kami semua tertawa dengan logat yang diucapkan oleh bu Eka. Tidak lama kemudian acara senam dimulai, hingga 1 jam lamanya. Setelah itu aku berpamitan dengan bu Darmi dan bu Eka. Niat awal ingin membeli bubur ayam didepan komplek, lumayan agak jauh memang tukang buburnya, tapi gapapa lah itung-itung olahraga lagi.

Oiya pagi hari ini didepan komplek ini lumayan sepi, biasanya rame karena acara CFD, tapi kok ini malah sepi begini ? Apa mungkin lagi pergi kali ya, paling 1-2 orang yang lalu lalang. Ditengah jalan aku melihat seorang anak dengan membawa dagangannya itu didepan ruko kosong, aku memperkirakan kalau umur anak ini dibawahnya dari umur anak ku yang kedua, lalu aku menghampirinya.

Aku: A

Anak Jalanan: AJ

A: Dek, kamu jualan apa? (mama menunduk karena posisi dia lebih pendek dari mama)

AJ: (diam melihat belahan payudara mama meski sedikit yang terlihat karena tertutup oleh jilbab mama)

A: Dek. (membuyarkan lamunan dengan melambaikan tangan didepan anak itu)

AJ: Ehhh iyaa buuu, maaf.. (menunduk malu)

A: Jangan panggil bu dong, tante aja. Kamu jualan apa ini? (melihat dagangan yang dibawa oleh anak itu)

AJ: Iiiyaa… buu.. eh… tante. Ini aku jual donat goreng. (membuka plastik untuk dikeluarkan isi dagangan itu)

A: Tante mau beli dong, beli sepuluh donat ya.

AJ: Baik bu. (seketika anak itu menjadi semangat dan tersenyum puas akan dagangannya)

Aku menjadi tersentuh ketika anak ini tersenyum, karena dengan apa yang aku lakukan, setidaknya aku bisa membahagiakan orang lain, meski nilainya tidak seberapa. Disaat yang bersamaan, aku menintrogasi anak ini lebih lanjut, kadang rasa kepo ku tinggi ketika ada orang lain susah, rasanya ingin membantunya.

A: Kamu jualan donat ini sejak kapan dek? (mama duduk sejajar sebelah kiri dengan si anak ini)

AJ: Maaf tante, aku jualan dari kecil, karena aku di asuh diyayasan. Karena aku dibuang sama ibu kandung ku tante.

Mendengar ucapan seperti itu, aku secara otomatis menangis dan ingin ku jadikan sebagai anak angkat. Tapi untuk mengadopsi anak tidak semudah itu, harus ada banyak pertimbangan dan hukum.

A: Maaf ya nak, tante nangis. (mama mengusap air mata dengan tisu yang ada di tas mama)

AJ: Gapapa tante, aku udah biasa kok, hehe. (anak ini tersenyum kepada mama, agar anak ini memberikan pesan kepada mama, kalau aku ini kuat, aku ga selemah itu)

A: Boleh tante peluk?

AJ: Eeee.. emang boleh tante? (anak ini seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mama)

A: Boleh kok, sini duduknya agak deketan. (mama mebentangkan tangan untuk mempersilahkan anak itu berpelukan, anak itu pun menggeser dagangannya ke belakang)

AJ: Maaf ya tante, aku izin peluk.

A: Ga perlu izin, udah cepetan sini.

AJ: Baik tante. (berpelukan seperti anak dan mama, dimana posisi kepalanya berada di payudara mama, dan tangan anak ini berada di punggung mama)

Aku yang merasa iba dengan anak ini, mengelus kepalanya. Seakan-akan dia adalah anak ku. Setelah 5 menit kemudian, aku melepaskan pelukan.

A: Oiya, nama kamu siapa?

AJ: Nama ku Zaki tante, kalo tante namanya siapa?

A: Sinta, panggil aja tante Sinta. Kamu kan dari yayasan, berarti kamu dari kecil belum pernah sama sekali ketemu sama mama kamu?

Z: Belum tante, juju raja tante, itu tadi pelukan pertama saya, bahkan asi pun saya belum pernah tante.

A: Ya ampun. (mama menjadi tambah sedih karena zaki tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang dari orang tua kandung, tiba-tiba mama terbesit ide yang menurutnya dapat mengobati rasa kasih sayang orang tua)

A: Yaudah, kamu anggap tante ini mama kamu, supaya kamu lebih semangat dan tidak menyerah.

Z: Beneran tante? (dengan wajah tersenyum lebar)

A: Iya beneran, tapi kita pindah dulu, jangan disini, ga enak diliat orang, eeemmmm, yaudah, kamu ikut tante.

Z: Baik tante. (berjalan dibelakang mengikuti mama, melihat pantat mama yang besar kekiri dan kekanan, meski anak ini terlihat seperti anak kecil, akan tetapi didalam otaknya seperti orang dewasa)

Aku dan zaki pindah ke belakang ruko bagian sela-sela bangunan antara ruko dengan dinding yang tinggi. Sesampainya di tempat yang menurutku tidak terlihat oleh orang lain.

A: Dah sini aja. (mama menaruh tas gym disampingnya, begitu pula zaki)

Z: Terus kita ngapain tante?

A: Ya peluk, kalo tadi kita pelukan didepan, ga enak diliat orang nanti.

Z: Baik tante, aku peluk ya.

A: Kamu panggil tante mama gapapa, anggap aku ini mama mu.

Z: Iya ma. (zaki memeluk mama tanpa adanya rasa sungkan dan merasa sangat nyaman, karena kepalanya yang berada dipayudara mama yang empuk itu)

Aku memeluk zaki seperti aku memeluk anak sendiri, mengelus kepalanya hingga mencium keningnya. Setelah sepuluh menit kemudian, tiba-tiba zaki melepaskan pelukan.

Z: Ma, aku mau nyusu boleh ga?

A: Hah? Kok kamu gitu? (mama sedikit kaget atas permintaan zaki, pasalnya mama hanya membantu zaki hanya sebatas pelukan, tidak lebih dari itu)

Z: Yaudah kalo ga mau, aku mau pergi, mau dagang donat lagi. (sudah mau ambil dagangannya, lalu mama langsung mencegahnya dengan memegang tangannya)

A: Jangan pergi dong, yaudah iya iya, tapi kamu jangan bilang kesiapa pun ya. (akhirnya mama mengalah)

Permintaan zaki ini membuat ku menjadi bimbang, karena ditempat ku tinggal, aku dikenal sebagai istri yang tertutup, dan alim. Tapi karena aku ga tega dengannya, karena aku tau kondisi dia dulu bagaimana, mau ga mau aku menuruti permintaan dia.

Z: Iya ma. (mengganggukkan kepala)

A: Sebentar ya, mama mau angkat baju dulu. Dah, segini aja ya. (mengangkat baju senam mama hanya sebatas diatas payudara mama)

Z: Di lepas aja sekalian ma sama BH nya juga, biar ga ribet.

A: Kamu ini permintaannya ada-ada aja. (mama terpaksa mengikuti kemauan zaki, karena meras iba)

Aku malu setengah mati, karena aku melepaskan baju dan BH didepan yang bukan suami ku. Setelah aku telanjang dada, aku menutupi payudara ku dengan kedua tangan ku.

Z: Ga usah ditutupin ma, masih keliatan jelas itu tete mama, mana ga muat lagi. Mama niat mau jadi pengganti mama kandung ku ga sih?

A: Iii…iyaa… tapi mama masih malu, tapi janji cuma nyusu aja ya?. (perlahan tangan mama turun, dan jelas terlihat payudara mama yang agak kendor kebawah sedikit, tapi juga tidak terlalu kencang, jadi bentuk payudara mama wajar seperti itu dikarenakan gaya gravitasi, dimana benda berat akan menuju kebawah, apalagi ukuran payudara mama termasuk besar, jadi pasti agak kendor sedikit)

Z: Iya ma, aku janji.

A: Sini nak, nyusu ke mama. (dengan posisi masih berdiri didepan zaki, dimana kepala zaki sejajar dengan payudara mama, jadinya tidak perlu repot-repot untuk zaki nyusu, dan zaki pun mulai mendekati mama seperti halnya pelukan, namun kali ini mulut zaki sudah menghisap puting payudara mama).

Aku memegang payudara ku dari bawa dan ku busungkan agar zaki dapat nyusu lebih leluasa.

A: Sssshhh…. aaaahhh… (mama mendesah pelan, agar tidak terdengar oleh zaki)

Z: Ccrreeeppp…ccreeepp (seperti bayi yang haus akan asi dari mamanya)

A: Pelan-pelan sayang…. nnngghhh… (tangan kanan mama meremas kepala zaki yang berada di payudara kanan mama, sungguh pemandangan yang sangat kontras dimana badan mama yang terawat serta putih dan payudaranya yang besar itu sedang menyusui sambil berdiri, sedangkan zaki seorang anak jalanan yang memakai baju kumuh serta warna kulit coklat gelap berbadan pendek sedang menyusu kepada bidadari yang tingginya melebihi tinggi sang anak jalanan)

Rasa geli ini mulai aku dapatkan kembali, setelah sekian lama suamiku pergi keluar kota selama 1 bulan yang lalu, namun rasa yang aku dapatkan bukanlah dari suami sah ku, akan tetapi anak orang yang tidak tau asal-usulnya.

Aku berusaha untuk menahan desahan ku dengan menutup mulut memakai tangan, akan tetapi semua itu sia-sia, tubuhku bagian paling sensitif adalah payudara ku. Didalam memekku menjadi berkedut dengan kencang dan cairan cintaku mengalir ke paha. Zaki menyusu kepada ku selama 15 menit dan aku menikmati itu hingga aku orgasme.

A: Aaaahhhh…zaaakiiiii….isep yang kenceng nak…mmmhhh….sshhhh…. (mama menjadi lupa diri, bahwa mama sedang menyusui anak jalanan ditempat umum, dimana resiko ketauan oleh warga bahkan tetangga lebih besar)

Z: Mmmhhhh……cccrreeeepp….cccrrreeeppp…..ssssslllluuurrppttt….mmmhhh…(tangan Zaki satunya memeras payudara mama sebelahnya, sambil memelintir, mencubit, bahkan menarik pentilnya hingga mama ikut terdorong ke depan)

A: Aaaaahhhh…aahhh…aaahhh….(mama orgasme dan mengeluarkan cairan cinta mama hingga empat kali)

Z: Pppuuahhhh… mama gapapa? (Zaki bertanya kepada mama dengan pura-pura polos)

A: Gapapa nak, hosh hosh hosh (sambil mengatur napas seperti orang yang sedang lari marathon)

Z: Terimakasih ya tante, Zaki bisa merasakan rasanya kasih sayang mama. (sambil bersiap-siap untuk kembali berjualan)

A: Tunggu Zaki. (mama menahan tangan Zaki)

Setelah sekian lama, aku merasa lega akan orgasmeku, meski bukan dari suami, tapi aku puas. Dan aku akan memberikan hadiah terakhir kepadanya karena sudah membuatku orgasme yang sudah terbendung.

Z: Ada apa tante? Mmmppphhhh….sssrrreepppp…ooommpphhh…. (mama mencium bibir Zaki dengan membungkuk dan menahan kepala zaki dengan memegang pipi kiri dan kanan)

A: Oommmppphh….mmmppphhh….aaaammpphhh…sssrrreeeppp…. (lidah mama bermain didalam mulut Zaki, begitu pula Zaki memainkan lidahnya didalam mulut mama. Dua menit mereka berciuman, akhirnya mama melepaskan ciumannya)

A: Makasih juga ya nak, kamu buat tante senang. (tersenyum manis kepada Zaki, masih dengan bertelanjang dada)

Z: iii…iiiyyaa…sama-sama tante… (tertunduk malu)

Z: Aaa.. aku mau… jualan dulu ya tante. (langsung meninggalkan mama)

A: Iya zaki. (sambil memakai baju senam dan BH mama)

Akhirnya aku seperti lahir kembali, tapi kok tadi ada yang janggal ya, oiya, aku lupa kasih uang ke zaki. Sudahlah, kapan-kapan jika aku bertemu dengan Zaki lagi, semoga kita bertemu kembali ya, maaf tante lupa kasih uang donatnya. Sesampainya dirumah, aku melihat Andi dan Bi Imah sedang ngobrol biasa, rasa lelahku membuatku lemas dan ingin merebahkan badanku diatas sofa. Andi yang menawarkan diri ingin memijat, aku tolak dengan hanya menggelengkan kepala, karena saking lemesnya setelah lama aku tidak orgasme.
 
Part 3

POV ANDI

Hari yang paling tidak aku tunggu, masuk pagi buat ku selalu mengantuk saat jam Pelajaran. Seperti hari biasa, aku berangkat bersama mama menggunakan mobil menuju sekolah. Setelah berpisah pada mama, aku berlari menuju kelas karena takut telat, lalu aku berpapasan dengan pak Gito.

Pak Gito: PG

A: A

PG: Ga usah lari-lari, jam pelajaran belom mulai. (berjalan menuju parkiran)

A: Iya pak. (salim kepada pak Gito)

Saat aku berjalan menuju kelas, aku tengok kebelakang dimana pak Gito sedang menuju mobil. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan, masa bodo, karena jika aku telat kelas yang ada nanti aku kena skors lagi dari guru killer ini.

Jam istirahat pun berbunyi, aku berencana menuju ke kantin untuk makan siang bersama teman ku si Badu.

Aku: A

Badu: B

A: Jajan apa nih yang enak? Duit gua cuma ada sisa 20 ribu doang. (berjalan menuju kantin)

B: Ah lu, sana minta ke nyokap lu.

Setelah sampai di kantin, aku pun meninggalkan badu untuk menuju ke ruang guru. Sesampainya di ruang guru, aku tidak melihat adanya mama dimeja mama, diruang guru hanya ada 5 orang, meski ada yang ku kenal, tapi aku malas untuk bertanya, apalagi masuk ke ruang guru, pasti diajak ngobrol lama. Akhirnya aku memutuskan mencari mama sendiri, saat ku lewati WC khusus guru, ada suara aneh seperti orang ciuman. Aku menjadi ingin tahu, siapa yang berani berciuman di WC sekolah, ku cari titik celah agar dapat melihat siapa yang ada didalam, akhirnya aku menemukan ventilasi kecil yang berada di belakang WC itu, aku memanjat untuk dapat mengintip didalam. Terlihat pak Gito berciuman dengan seorang wanita, aku tidak tahu persis siapa karena pakaian guru semuanya berseragam, jadi susah untuk membedakan, apalagi aku tidak leluasa melihat wanita itu. Aku memutuskan untuk berhenti mengintip, lalu melanjutkan mencari mama. Setelah aku mengelilingi sekolah, aku kembali ke ruang guru dan aku melihat mama ada di meja mama. Aku masuk ke ruang guru untuk meminta uang jajan karena kurang.

Aku: A

Mama: M

A: Mama darimana sih? Tadi dedek cari ga ada?

M: Mama tadi abis keluar beli jajan sayang, kamu ada apa dateng ke sini?

A: Minta uang jajan lagi ma, kurang ini. (menjulurkan tangan ke mama seperti orang yang meminta)

M: Mau berapa? (mengambil domper yang ada di tas mama)

A: 50 ribu kalo ada.

M: ih banyak amat? Kamu mau beli jajan apa sih?

A: Ya buat makan sama minum lah, masa dedek makan doang? Trus minumnya apa?

M: Yaudah nih nih nih, awas kalo kamu jajan yang ga ga. (menaruh uang diatas tangan ku dengan nada suara rada kesal)

A: Emang dedek jajan apaan? Yaudah, makasih ya ma. (sambil memperhatikan penampilan mama)

Sepertinya keadaan mama tidak ada yang berubah, wangi parfum pun masih semerbak, dandanan mama rapih, sepertinya memang bukan mama yang ciuman dengan pak Gito. Kecurigaan ku memudar terhadap mama, lalu aku menuju kantin untuk makan dengan Badu. Skip.

Setelah jam pelajaran selesai, aku mengajak Badu ke rumah untuk bermain game, Badu mengiyakan ajakan ku. Badu adalah orang yang pintar disekolah, sering sekali aku meminta bantuan untuk mengerjakan PR. Dia dari keluarga yang bisa dibilang pas-pasan, makanya dia kalo ke sekolah kadang jalan kaki, menggunakan sepeda, atau naik angkot, itu pun kalo dia ada uang. Badu adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara, bapaknya Badu hanyalah seorang buruh kuli, sedangkan ibu nya hanya berjualan sayur dipasar. Untungnya dia mendapatkan beasiswa dari pemerintah, jadi uang yang tadinya dibuat untuk naik angkot, dia bisa beli makan atau minum dikantin. Badu memiliki wajah yang tidak ganteng, warna kulit coklat gelap karena dia selalu membantu ibunya dipasar, untuk tinggi badannya lumayan agak tinggi diatas 5 cm dari aku.

Aku: A

Badu: B

A: Ke rumah gua yuk, kita main PS. Mau ga lu?

B: Emang boleh?

A: Boleh lah, kok lu nanya gitu?

B: Kan lu tau sendiri gua kayak gimana.

A: Lu itu sohib gua, gua ga memandang lu dari apapun. Udah tenang aja, nanti barengan sama nyokap gua.

B: Yaudah deh, makasih ya udah bolehin gua maen ke rumah lu.

A: Santai. Yuk!

Sesampainya di parkiran aku tidak melihat mama, aku memutuskan untuk memanggil mama.

Aku: A

Badu: B

Mama: M

A: Ma, dimana? Dedek udah di parkiran.

M: … (diam tanpa kata)

A: Ma, haalooo…. Haaalooo… lagi dimana?

M: Lagi beresin buat laporan buat acara sekolahan, sebentar yad ek.

A: yaudah, aku tunggu

Setelah 20 menit kemudian, mama muncul dari ruang guru dengan roknya yang agak berantakan seperti kusut.

A: Ma, aku ngajak badu ke rumah boleh ga? Mau maen ps

M: Ooo, kamu yang namanya Badu?

B: Iya tante. (sambil salim ke mama)

M: Makasih ya udah bantu anak ibu, maaf ngerepotin kamu.

B: Gapapa tante, aku juga ga keberatan juga kok.

M: Yaudah yuk masuk.

Aku memutuskan duduk dikursi belakang, sedangkan Badu dan Mama berada dikursi depan. Karena hari ini banyak jam pelajaran yang membuat ku lelah, akhirnya aku tidur. Sekitar 15 menit, aku dibangunkan oleh Badu karena sudah sampai depan rumah. Aku turun duluan untuk membuka pagar rumah, melihat Badu dan mama tertawa bersama dari kaca depan mobil, aku menjadi senang karena mama ku orangnya susah untuk diajak tertawa.

Saat Badu dan mama turun dari mobil secara bersamaan, kulihat jilbab yang dikenakan oleh mama terlihat agak ke atas yang dililitkan ke samping leher, terlihat jelas payudara mama yang tercetak dari baju coklat mama. Ah mungkin mama sedang kegerahan.





















Aku dan Badu menuju kamarku yang berada dilantai 2, sedangkan mama menuju ke kamar mama. Tapi aku tidak melihat Bi Imah, aku berpikir palingan Bi Imah tidur di kamar, Bi Imah kalau sudah tidak ada kerjaan, pasti dia memutuskan untuk tidur, karena lelah akan banyak kerjaan yang dia lakukan.

Kami bermain game ps terbaru yang keluar tahun ini, saat itu hanya ada beberapa teman ku yang memiliki ps ini, setelah 15 menit kemudian ada suara ketokan pintu kamar ku. “tok..tok..tok..”.

A: Pintunya ga dikunci. (masih fokus ke TV)

Dan terbukalah pintu kamar ku, ternyata yang masuk adalah mama membawa minuman dengan memakai tanktop yang menurut ku bagian lehernya rendah berwarna merah, ketika mama menunduk untuk menaruh minuman terlihat belahan payudara mama, seakan-akan tumpah kebawah dan terlihat bh mama warna putih.

M: Maaf mengganggu ya Badu. (menaruh minuman di meja yang lumayan agak rendah)

B: Gapapa tante, maaf jadi ngerepotin. (lihat belahan payudara mama)

M: Kamu kok cuma liat aja? Ga main. (duduk disamping Badu)

B: Aku ga bisa main tante, soalnya aku ga ngerti juga, jadinya aku liat aja, takut rusak, hehe..

Mama dan Badu pun ngobrol satu sama lain ketika saat aku fokus bermain PS. 5 menit kemudian, aku mengajak Badu menggantikan ku bermain PS, tapi karena Badu belum pernah main PS, aku mengajarinya.

M: Mama tinggal dulu ya. (beranjak pergi)

A: Iya, ma. Mama ga mandi?

M: Ntar sore aja, males mandi siang-siang gini. (menutup pintu kamar)

Setelah aku mengajari Badu main PS, dia menjadi ketagihan bermain PS. Tak terasa 2 jam pun berlalu, aku melihat jam dinding menunjukkan pukul 5 sore.

B: Jam berapa nih? (masih fokus bermain PS)

A: Udah jam 5, kenapa? Lu mau balik?

B: Anjir, gua balik dulu lah, gua takut dimarahin sama bokap gua. (taruh stik PS tiba-tiba)

B: Anterin gua ke bawah dong, ga enak kalo sendirian.

A: Manja lu, yaudah.

Aku mengantarkan Badu menuju pintu depan rumah, setelah aku dan Badu di depan pintu kamar mama.

A: Ma, Badu mau pulang. (agak teriak, agar mama terdengar)

M: Iya, sebentar.

Mama buka pintu kamar dengan memakai handuk. Aku dan Badu bengong karena penampilan mama yang terlihat seksi, masih terlihat bulir-bulir air di bahu turun ke lengan, rambut yang basah.

M: Kok pulangnya cepet banget? Ga nunggu malem aja?

B: Eeee… engga tante, saaa.. saya takut dimarahin sama bapak. (menjadi gagap)

A: Eh, udah ayo, katanya mau balik? (buka pintu depan)

B: Ehh, ii..iiiyyaaa… saya pamit dulu ya tante. (salim tangan mama)

M: Iya, hati-hati ya. eeeeehhhh….(tangan mama melepas handuk untuk memberikan tangan ke Badu, lalu haduk mama pun turun kebawah, terlihat payudara mama dan memek mama terlihat sekilas, lalu mama langsung menutup pintu)

M: Bentar, mama benerin dulu.

B: Gede banget. (ngomong pelan)

A: Apa?

B: Ehhh, ga, gapapa.

Pintu kamar pun terbuka, terlihat mama sudah memperbaiki ikatan handuk mama di badan mama.

M: Maaf ya, tadi tante ga sengaja.

B: Iya tante, hehe..

M: Hati-hati ya dijalan, jangan bilang siapa-siapa. (suara mama agak pelan)

B: Siap tante.

A: Udah blom? (masih menunggu didepan pintu)

B: Iya sabar, mari tante, saya pamit dulu. (menuju depan pintu)

M: Iya, hati-hati ya. (mama masuk ke dalam kamar)

A: Napa lu senyum begitu? Kayak abis dapet rejeki.

B: Hehe, gapapa, yaudah gua balik dulu ya.

A: Hati-hati bray dijalan.

Aku menuju depan pintu kamar mama.

A: Ma, mama. (agak teriak dari depan pintu mama)

M: Ada apa? (buka pintu kamar masih menggunakan handuk, akan tetapi badan mama sudah terlihat lebih kering)

A: Bi Imah kemana? Ga masak?

M: Katanya lagi pulang kerumah dia, suaminya lagi sakit tiba-tiba.

A: Trus kita makan apa?

M: Yaudah nanti kita makan diluar aja, gapapa.

A: Jam berapa?

M: Jam 7 aja, nanti sambil jalan aja mau makan apa.

A: Yaudah, aku tunggu dikamar ya.

M: Iya. (menutup pintu kamar)

MERQ2TN_t.jpg
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd