Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Api Dalam Sekam

Episode 3

Flash Back Masa Lalu.

Mery Caesarany


Sudah dua tahun hubungan mereka terjalin dengan indah, namun kesedihan harus menghampiri mereka, dia adalah Mery caesarany dan Nugroho, hubungan mereka harus kandas akibat tidak mendapat restu dari Ranti Ibunya Mery. dari hasil buah cinta mereka berdua kini Mery hamil.

Nugroho melepaskan pelukan lalu menatap mata Mery yang sembab habis menangis, Nugroho menghelakan nafas, " Aku ikhlas jika kamu harus menikah dengan pilihan orang tuamu." Ucap Nugroho mengijinkan Mery menikah dengan pilihan orang tuanya.

" Hay...Kamu bicara apa, aku gak mau ya kamu berbicara lagi tentang hal itu, aku sangat mencintaimu, tidak ada tempat lain buatku untuk laki-laki lain kecuali kamu." Mery nampak kesal dengan perkataan Nugroho untuk menikah dengan pilihan ibunya.

" Maaf ini jalan satu-satunya, agar kamu keluar dari masalah ini, sebelum kandunganmu sayang terus membesar." Jelas Nugroho.

" Aku gak mau....Aku mencintaimu, aku gak nyaman hidup dengan laki-laki lain selain dirimu." Ucap Mery.

" Mer...Mer... Aku juga sangat mencintaimu, aku sudah mau bertanggung jawab dan mau menikahi mu, tapi ibu kamu sendiri yang tidak merestui, kamu harus terima kenyataan ini." Jelas Nugroho.

" Tapi...Tapi Aku tidak bisa hidup tanpamu." Ucap Mery kembali.

" Percayalah Aku juga sangat mencintaimu sayang, Cinta ini tetap ada sampai kapanpun buat dirimu." Jelas Nugroho sambil memegang kedua tangan Mery.

Akhirnya Mery pun mulai luluh dengan penjelasan pacarnya, mau tidak mau Mery pun harus mengikuti saran ibunya demi bayi yang di kandungannya. Dan mereka berdua sepakat, walaupun Mery sudah menikah dan begitu kelak Nugroho sudah menikah, akan tetapi mereka berdua akan tetap berhubungan secara sembunyi-sembunyi, atau lewat belakang.

Mery langsung di sambut datar oleh Ranti ibunya, Ranti langsung mencecar pertanyaan terhadap Mery sambil melepit kedua tangan di dadanya. " Habis dari mana aja kamu.?" Tanya ibunya.

" Kerumah teman Bu." Jawab Mery santai, sambil masuk kedalam rumah dan di ikuti oleh ibunya.

" Habis ngapain aja kamu sama teman kamu tadi.?" Tanya ibunya lagi.

" Mery habis curhat aja, Bu." Jawab Mery.

" Kamu gak ketemu laki-laki yang menghamili kamu itukan.?" Tanya ibunya kembali.

" Gak Bu." Jawab Berbohong

" Bu...Mery mau menerima tawaran ibu, Mery siap di jodohkan dengan Surya." Ucap Mery.

" Apa....Kamu mau menikah dengan Surya.?" Tanya ibunya seolah gak percaya.

" Iya Bu." Jawab Mery singkat.

Kemudian ibunya memeluk Mery, dengan decak bahagia, sambil mengelus rambutnya ibunya berkata kembali," ini baru anak ibu, ibu akan kasih tahu pada ayahmu dan kakakmu Wijaya, tentang kabar ini." Ucap Ibunya.

" Dan ingat kamu harus tetap menyembunyikan kehamilan ini dari Surya calon suamimu." Jelas ibunya.

" Yaa sudah sekarang kamu istirahat.," Ucap ibunya kembali.

Malam hari, sambil menikmati makan malam, mereka berkumpul, diantara ada Ayah, ibunya, dan kakaknya Wijaya, dan Mery sendiri, mereka berbincang membahas pernikahan Mery, " Yang terpenting kamu bahagia nak, Ayah ikut gimana baik menurut ibumu." Ucap ayahnya.

" Ibu pasti memberikanmu yang terbaik, Surya itu sudah pegawai negri, ia sudah mapan, dari pada Nugroho yang belum jelas masa depannya." Jelas ibunya

" Iyaa betul kata ibu, Aku setuju." Sahut Wijaya.

Mereka lalu sampai pada topik menentukan hari dan tanggal pernikahannya, dan akhirnya tanggal pernikahan di tentukan, waktu berjalan dengan cepat, sampai akhirnya acara pernikahan diselenggarakan pada waktunya.

Hari ini pernikahan Surya dan Mery digelar, pernikahan di gelar dengan hikmat hanya ada keluarga terdekat yang di undang, Mery sudah sah menjadi istri dari Surya, meskipun sedih Mery harus kuat, selesai pernikahan mereka... Surya membawa Mery untuk tinggal di rumahnya.

Tak terasa sebulan sudah Mery menjalani pernikahan, dan ia pun kini tinggal bersama suaminya Surya, Ranti ibunya pun merasa sangat kehilangan Mery, yang biasa hari-hari sepulang kuliah Mery selalu menghabiskan waktu dengannya, kini tiada lagi kebersamaan itu.

Sementara suaminya Ranti sangat sibuk mengurusi usahanya, dan Wijaya anak tiri Ranti sekarang jarang tinggal di rumah, ia lebih memilih tinggal di apartement, dengan alasan lebih dekat ke kampus.

Hari ini Ranti bangun lebih awal, di karena kan pembantunya ijin pulang, untuk menengok orang tuanya yang sedang sakit di kampung, Ranti pun menyiapkan seluruh keperluan suaminya, dari mulai menyiapkan baju kerja, sampai memasak untuk sarapan pagi.

Setelah selesai sarapan pagi, Ranti mengantar suaminya untuk pergi ke kantor sampai teras depan rumah, setelah suami pergi berangkat kerja, Ranti kembali masuk kedalam rumah, lalu ia pun membereskan piring-piring kotor bekas sarapan tadi

" Sibuk yaa..Bu." Tegur seseorang membuyarkan lamunan Ranti.

" Duh...Jaya kamu ngagetin ibu aja." Ucap Ranti, yang tiba-tiba Wijaya ada di belakangnya.

Belum juga rasa kagetnya hilang, tiba-tiba Ranti di kagetkan oleh sentuhan jari tangan Wijaya di pantatnya, jemari tangan Wijaya dengan nakal membelai pantatnya, lalu mencubit kecil pantatnya, membuat Ranti bergetar nikmat, Ranti menggigit bibirnya sendiri untuk menahan birahi yang tiba-tiba datang.

" Apa yang kamu lakukan, Jaya." Bentak Ranti, Sambil menepis tangan Wijaya anak tirinya itu.

Dan tangan Wijaya kembali meremas pantat bulat Ranti yang menggoda, ," Nikmaktin aja Bu jangan di lawan." Ucap Wijaya sambil tersenyum meseum.

" Kamu sudah gila yaa, Aku ini ibumu." Bentak Ranti.

" Kamu ini Bukan ibuku, tapi Ibu tiri, kamu ini hanya mengincar harta ayahku saja. Haii ibu tiri.," Wijaya tidak kalah membentaknya.

" Tidak....Itu tidak benar Jaya, Ibu sama Ayahmu saling mencintai dan menyayangi." Jelas Ranti.

" Bohong....Kamu berbohong, buktinya anakmu Mery kamu tidak ijinkan menikah dengan Nugroho, justru kamu malah menjodohkannya dengan Surya hanya karena Surya udah mapan, apa itu bukan materialistis." Bentak Wijaya lagi.

Deg... Ucapan Wijaya mengena di hatinya Ranti, ia terdiam sambil meneteskan air mata, Ranti tidak bisa berkata apa-apa lagi ia hanya terdiam seribu bahasa.

" Cukup...cukup...Aku mohon kamu jangan bicara itu lagi." Ucap Ranti sambil terisak menangis.

" Baik...Aku tidak akan bicara dan ngebahas ini lagi, asal kamu mau melayaniku." Ucap Wijaya.

Ranti terkejut mendengar kata-kata itu dari mulut Wijaya, Anak tirinya itu berani-beraninya meminta Ranti untuk melayaninya.

" Apa maksudmu, Jaya." Jawab Ranti dengan marah.

" Lho gak usah marah-marah, klau gak mau gak apa-apa... Tapi ingat bukan saja akan mengungkitmu mengincar harta ayahku, tapi juga aku akan memberi tahu kepada Surya, bahwa anak yang di kandung bukan anaknya." Jelas Wijaya.

Ranti hanya terdiam bingung menghadapi hal ini, di satu sisi klau Wijaya memberi tahukan, bahwa anak yang di kandung Mery bukan anak Surya, sudah pasti rumah tangga Mery akan hancur, namun di sisi lain dia di minta untuk melayani anak tirinya ini.

Pergulatan bathin terjadi dalam dirinya, dia tidak ingin terjadi kehormatan sebagai istri direngut oleh anak tirinya, namun Ranti juga tidak ingin terjadi hal buruk pada rumah tangganya Mery.

" Gimana setuju.?" Tanya Wijaya.

Ranti hanya mengangguk pelan, dan tersungging senyum kemenangan di wajahnya Wijaya, " Mari kita pindah ke kamar." Sahut Wijaya sambil membopong tubuh Ranti ibunya. Dan tidak ada penolakan dari Ranti, dia hanya terdiam.

Sesampainya di kamar tubuh Ranti disadarkan di atas tempat tidur, tangan Wijaya membelai kepala Ranti ibunya, dan tangan yang lain melepaskan ikat pinggang dan celananya, Ranti terkejut melihat Wijaya melepaskan celana dan melihat penisnya.

Walaupun Wijaya masih anak muda, namun penis belum tegang aja sudah sebesar penis milik ayahnya, bahkan penis Wijaya anaknya lebih gemuk dari pada penis ayahnya.

" Nah... Sekarang ibu kocok dulu penisku." Kata Wijaya menunjukkan penis putih yang sewarna dengan kulitnya.

Dengan ragu-ragu Ranti memegang penis Wijaya anaknya, awalnya ibunya ragu-ragu untuk mengocok Penis anaknya, namun setelah anaknya membimbing untuk mengocok penisnya agak cepat, kini ibunya pun agak terbiasa, ibunya terkejut melihat kini penis anaknya menjadi lebih besar dan tegang, ibunya juga merasakan panas di penis anaknya.

" Gimana Bu besarkan." Tanya anaknya tanpa ada jawaban dari Ranty.

" Lebih besar mana dari punyanya ayah? Haha.. hahaha." Kini Wijaya mulai seenaknya.

Kini tangan anaknya juga meremas-remas payudara ibunya dari balik gaun tidur yang di pakainya, dan ia juga tiba-tiba mencium bibir ibunya dengan paksa. " Hhmmmm....hhmmm." guman Ranti sambil berusaha melepaskan ciuman anaknya.

" Uphs..hhahh. Jangan jaya."

Namun bukannya berhenti, malah anaknya semakin kuat menciumnya, lidahnya masuk kedalam mulut ibunya, membelit dan menghisap lidah ibunya, air liur mereka bercampur di mulut mereka, begitu juga tangan anaknya semakin kasar meremas buah dada ibunya.

Puas bermain dengan buah dada ibunya, tangan anaknya mulai mengelus-elus paha ibunya tetap dalam posisi sambil berciuman.

" Sshhh.....Sudah Nak."

Tanpa menghiraukan protes ibunya, tangan anaknya kini lebih berani, tangan kanannya kini masuk kedalam gaun tidur, dan jari tangannya menggosok-gosok vagina ibunya dari balik celana dalam yang di pakainya.

" Jangan nak....Jangan."

" Jangan kok basah gini, hahahaha...." Sahut Wijaya.

Ibunya berusaha tidak menikmati perlakuan anaknya, ibunya berusaha menahan gejolak birahi dalam tubuhnya, namun semua itu hanya sia-sia. " Sudah Bu....Ibu nikmatin aja."

Kini anaknya menuntun ibunya berjongkok di hadapannya, penis yang tadinya sudah tegang, kini makin tegang sempurna, anaknya memegang kepala ibunya dan mengarahkannya agar menghisap penisnya.

" Ayo Bu...Emut kontolku." Wijaya mulai berbicara kotor dan kasar.

" Duh...Enaaak...Emutan ibu, ahk...ahk.."

Ibunya merasa bersalah terhadap suaminya karena mau melayani anaknya, ibunya semakin cepat menghisap penis Wijaya anaknya seperti yang di perintahkannya, bahkan ibunya sempat berpikir bagaimana jika penis besar dan panjang ini masuk kedalam vaginanya.

" Suurrp....Suurrpp....Suuurp."

" Ouwhh....Enaaaknya...oohk...Ibu pinter ngisap, ngemut kontlku, ibu suka ya..hahah"

Entah kenapa kini ibunya mulai suka mengoral penis anaknya, apalagi kini penis Wijaya anaknya semakin lama semakin keras dan panas.

" Oouwwhh...ouww...Udah Bu..udah aku gak tahan, sekarang ibu nungging dulu."

Setelah ibunya berbalik memunggunginya anaknya, dengan paksa anaknya melucuti gaun tidur dan celana dalam warna kream ibunya, Vagina yang selama ini di lihat oleh suaminya, kini bebas terlihat oleh Wijaya anaknya.

" Nak jangan nak....Ibu mau ngoral penismu aja sampai keluar, ibu mohon jangan di masukan."

" Apa..? Memek ibu sudah basah begini, masih ngomong jangan di masukan." Ucap Wijaya kasar.

Dengan sengaja anaknya memasukkan dua jari tangannya, kedalam vagina ibunya. " Ah...Ahhkk.....Ahk." desahan ibunya merasakan jari tangannya Wijaya.

" Wah...Suara ibu menggairahkan, ibu sudah pengen yaaa, Sabar...sabar, hehehe." Wijaya melecehkan ibunya.

Anaknya mengarahkan penisnya ke vagina ibunya, sedangkan kini ibu menungging membelakangi anaknya tubuhnya bertumpu pada sandaran tempat tidur.

" Kamu pengen inikan Bu...?" Ucap Wijaya sambil mendorong penisnya masuk kedalam vagina ibunya.

" Gimana enakkan Bu.?"

Ibunya tidak mengatakan apapun, tapi tubuhnya merespon dengan semakin ikut menggoyangkan pinggulnya, buah dada ibunya berguncang hebat seiring hantaman penis anaknya, dan tangan anaknya meraih buah dada, dan bermain di puting susunya.

" Nak...Ibu mau keluar, Oughs..Ahk...uhks."

" Jangan di tahan Bu keluarin aja, Aku akan membuat memek ibu keluar berkali-kali dengan kontolku ini."

" Ooughss...Ohhkk....Ibu keluar Nak...Ibu keluar...Oohhkk..." ibunya klimaks sambil masih menggoyangkan tubuhnya.

Meskipun ibunya sudah mengalami orgasme, akan tetapi anaknya masih menghujamkan penisnya tanpa ampun, bahkan anaknya belum menunjukan tanda-tanda akan keluar.

Dan kini mereka merubah posisi, anaknya berada di bawah sambil bersandar di tempat tidur, sementara ibu di atas sambil memunggungi anaknya, dan tanpa di perintah lagi, ibunya langsung menaik turun kan pantatnya, dan sesekali pantat ibunya di tampar- tanpar oleh tangan anaknya, sampai meninggalkan bekas merah di kedua bongkahan pantat ibunya yang montok itu.

Dan ketika mereka berdua sedang asik memacu birahi, tiba-tiba mereka berdua di kagetkan dengan bentakan suara dari arah pintu kamar yang tidak di tutup.

" IBU...MAS WIJAYA.....APA YANG KALIAN LAKUKAN... KALIAN SUDAH GILA YAA... MELAKUKAN INI."

Suara itu adalah suara Mery anak kandung Ranti, adik tirinya Wijaya, Mery berdiri di depan pintu kamar, melihat ibunya sedang bersetubuh dengan kakak tirinya, Matanya Mery terbelalak dengan ekspresi penuh emosi, Ranti ibunya pun kaget, panik, dan tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat Mery berada di depan pintu kamar.

Keadaan ibunya yang panik berbanding terbalik dengan Wijaya yang nampak santai, dan terus menggoyangkan pantatnya, melihat semuanya itu tangis Mery pun pecah, dan ia pergi berlalu meninggalkan ibunya dan kakaknya yang sedang bersetubuh.

Ibunya pun segera bangkit dan melepaskan penis Wijaya yang berada didalam vaginanya, ia segera mengejar Mery, " Mer...Mer.... Tunggu., Ini tidak seperti yang kamu kira." Ucap ibunya sambil mengejar Mery sampai di ruang keluarga.

Mery berbalik, di lihat ibunya dalam keadaan telanjang bulat, dan terlihat cairan yang keluar dari dalam vaginanya mengalir ke bagian pahanya.

" Apa....Tidak seperti yang Aku kira....Udah jelas-jelas aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri, ibu masih mau mengeles juga." Teriak Mery membentak ibunya.

Lalu ibunya memeluk kedua kaki dan bersimpuh di bawah kakinya Mery, " Ibu mau jelasin apa lagi... Semuanya udah jelas Bu." Bentak Mery lagi.

" Hiks....hikss... semua yang ibu lakukan demi kamu, Sayang." Ucap Ranti sambil menangis.

" Apa demi aku? Kok bisanya aku dibawa-bawa.?" Tanya Mery heran.

" Wijaya memaksa ibu untuk melayaninya, klau tidak mau ia mengancam ibu, akan memberi tahukan ke Surya suamimu, bahwa anak yang di kandung olehmu bukan anaknya Surya, jadi ibu gak punya pilihan lagi." Jelas Ranti.

" Wah...Wah....wah, ada drama yang menarik nih." Ucap Wijaya muncul sambil bertepuk tangan, dan masih sama seperti ibunya dalam kondisi telanjang bulat.

Entah kenapa ketika melihat kakaknya Wijaya telanjang bulat, kedua mata Mery tertuju pada selangkangannya, dan di lihatnya penis kakaknya yang tegang serta panjang dan besar, dan mengkilat bekas cairan, seketika detak jantungnya berdetak dengan kencang, darahnya berdesir, entah kenapa birahinya jadi datang secara tiba-tiba.

Mery berusaha untuk mengontrol keadaan, dan menetralisir, ia lalu menghampiri kakaknya yang berdiri dekat sofa, " Bajingan kamu mas...Bangsat kamu." Umpat Mery sambil melayangkan tamparan ke muka Wijaya, tapi dengan cepat Wijaya menepis tangannya Mery.

Lalu tangannya Mery di tariknya oleh Wijaya, dan kini tubuhnya Mery di peluknya oleh Wijaya, Mery pun langsung berontak untuk melepaskan dekapannya.

" Lepaskan... Lepaskan aku bajingan." Umpat Mery sambil meronta-ronta.

Dengan sekuat tenaga Mery hendak melepaskan diri, tapi Wijaya dengan erat memeluknya, " Sebagai hukumanmu...Karena kamu telah menggangu kesenanganku, sekarang kamu harus layani aku, hahaha." Ucap Wijaya.

" Lepaskan adikmu...Jaya, Sesuai kesepakatan Akulah yang akan melayani." Bentak Ranti. Sambil menghampiri Wijaya dan berusaha membantu melepaskan Mery dalam dekapannya, Wijaya mendorong tubuh Ranti hingga ia terjatuh di lantai.

" Aku sudah bilang...Layani Aku, Klau kamu menolak akan ku sakiti ibumu dan akan ku bocorkan rahasiamu sama Surya." Ancam Wijaya. Sambil menggerayangi tubuhnya Mery.

" Kamu benar-benar tidak tahu diri, lepaskan aku."

" Udah kamu diam." Bentak Wijaya.

Wijaya lalu mencium tenguk, sambil mencengkram kedua payudaranya Mery, " Yaa Tuhan...Aahkk..." Remasannya itu sedikit banyak membuat Mery terangsang.

Mery terus meronta-ronta kecil, dan Wijaya semakin keras meremas buah dadanya Mery, bahkan sambil mencium pipinya, sementara Ranti ibunya yang berada di hadapannya terus memohon agar Mery di lepaskan.

Bukannya malah melepaskan, Wijaya malah semakin menjadi-jadi, tangan kanannya beralih menuju selangkangannya, Mery pun dapat merasakan jarinya Wijaya menekan selangkangannya. Sementara itu Mery juga merasakan penisnya seperti menyundul pantatnya.

" Kayanya kamu sudah terangsang, yaa." Wijaya berbisik sambil menggodanya.

Mery menggeleng lemah. " Tidak, Aahk...lepaska Aku mas, Aahkk....Oughs...cukup mas." Mery memohon.

" Coba kamu lihat ibumu.....Ibumu aja mau." Wijaya melecehkan Ranti.

" Hmm... apalagi kamu sedang hamil, klau ku entot pasti nikmat." Sahut Wijaya dengan kata kotor.

Tak lama tiba-tiba, Wijaya memangut dan melumat bibir merah Mery, menghisapnya dengan perlahan, sehingga membuatnya Mery terbawa suasana erotis, dan Mery mulai menikmati sentuhan bibir Wijaya.

" Cukup...." Mery tersadar sambil mendorong dada Wijaya.

Mery berusaha memberontak, tapi dengan cepat Wijaya langsung mendekap tubuh Mery kembali, " Jangan pedulikan Ibumu, mari kita bersenang-senang." Ucap Wijaya sambil kembali melumat bibirnya Mery.

Walaupun Mery terus menolak dan berontak, akan tetapi Wijaya gak menyerah begitu saja, Wijaya mulai menciumi lehernya Mery, tangan kanannya mulai menerobos bajunya, meremas-remas teteknya dengan ganas.

Penolakan Mery mulai melemah, lalu tangannya Wijaya mulai membuka kancing bajunya Mery, kini tampaknya tete besar Mery yang terbungkus bh warna hijau, yang aduhai.

Setelah bajunya Mery terlepas, kini tangannya Wijaya mulai bergerilya di balik roknya, dan dirasakan cd-nya sudah sangat basah." Hmmm percuma saja kamu menolak, tapi memekmu itu sudah sangat basah." Ledek Wijaya.

Dalam situasi seperti ini Mery sudah tidak bisa menahan nafsu birahi yang kian memuncak, Kemudian Wijaya menyuruh Mery untuk berlutut, " Ayo berlutut." Wijaya memegang bahunya dan menekannya agar berlutut.

Mery menghelakan nafasnya, dan ia memandang penis Wijaya yang sudah menegang, nafas Mery terasa berat, dengan gemetar tangannya Mery memegang penis Wijaya, dan memasukkan penisnya kedalam mulutnya.

"Ayo jilat kontolku....terus emut kontolku."

" Hmmm ... ternyata jilatan dan emutan masih lebih baik ibumu, hahaha..." Teriak Wijaya.

Lalu ditariknya tubuh Mery, dan di dorong ke sofa, Mery melawan saat di dorong ke sofa, lalu tangan Wijaya menarik keatas roknya Mery, dan terlihat cd g-string hijau yang senada dengan bhnya dipakai oleh Mery.

" Tunggu jaya...Mery itu adikmu." Sahut Ranti.

Wijaya tidak menghiraukan ucapan ibunya, di tariknya cd g-string Mery." Hmm memek mu sudah sangat basah, aku tahu kamu menginginkannya, kamu lebih jalang seperti ibumu, hahaha."

Wijaya menekan penisnya kedalam vaginanya Mery, Mery menghelakan nafas, dan penisnya melesak masuk kedalam vaginanya. " Ahhkkk.......Ahhkk.." Mery mendesah panjang.

Wijaya memegang pantatnya Mery, lalu memompanya dalam-dalam vaginanya, " Ahok....Oughss...Ahkk." jerit Mery merem melek mendapatkan sodokan nikmat penis Wijaya.

" Hentikan Wijaya." Teriak Ranti.

Wijaya memelankan genjotan di vagina Mery, lalu Mery memalingkan wajahnya menatap ibunya, padahal Mery sebentar lagi akan mendapatkan orgasme, tanpa sadar Mery menggoyang-goyangkan pantatnya.

" Jaya hentikan, cabut penismu." Sahut Ranti.

" Cabut penismu...dan masukkan ke vagina ibu."

" Tapi Bu...Mery menginginkannya." Jawab Wijaya.

" Tidakk....Tidaaak...Mas." jawab Mery.

Kemudian ibunya menghampiri Wijaya, dengan kondisi penis yang masih tertanjap di vaginanya, Wijaya masih memompa dengan ritme pelan.

" Jaya...Tolong Nak....Cabut penismu." Ucap Ranti kembali.

Kali ini Wijaya mendengarkan ucapan ibunya, di cabutnya penisnya, Mery menghela, dan vaginanya terlihat merah akibat sodokan penis Wijaya.

" Kamu baik-baik saja sayang." Ucap ibunya sambil mengelus rambutnya Mery.

Mery mengangguk lemas, " Maafkan ibu Sayang."

Ibunya mendesah ketika penis Wijaya masuk kedalam vaginanya, Penisnya masuk dengan mudah, karena vagina ibu sudah sangat basah akibat melihat Mery anak kandungnya di setubuhi.

" Oohk....Ouughss....Sshhhh. Ahkk...Ohk."

" Enak...?" Tanya Wijaya.

Penis Wijaya mentok di vagina ibunya, lalu ibunya menoleh ke arah belakang menatap Wijaya, " Ibu suka Bu.?" Ranti hanya mengangguk pelan.

" Hahaha..... Hahahaha..... Hahaha." Wijaya tertawa terbahak-bahak.

" Memang ibu jalang...Binal, seperti pelacur." Wijaya terus melecehkan ibunya.

Sambil mulai menggenjot vagina ibunya dengan posisi nungging, lalu Wijaya memegang pantat ibunya, dan menyodoknya dengan cepat.

" Ahhkk .....Ohhkk.....Hhmmmm." desah Ranti.

" Oww.... Pelan-pelan Nak...Oughs."

" Shhhh.....Ouughss....Sshhh,.."

" I.....Ibuuu...mau keluar...Ohk." jerit Ranti sambil melepaskan orgasmenya.

Sementara Mery hanya bisa memandang dengan pandangan sayu, Mery sangat emosi ketika dirinya dan ibunya terus di lecehkan, tapi apa daya Mery tidak bisa berbuat apa-apa, kini yang ada hanyalah kebencian yang dalam terhadap kakak tirinya itu.

Setelah mendiamkan penisnya sejenak, Wijaya lalu menghujamkan kembali penisnya tanpa ampun, selama 15 menit Wijaya terus menyetubuhi Ibunya.

" Ohhkk......Ohhkk...Ibu mau keluar lagi."

" Tahan Bu....Aku juga udah mau keluar."

Dan Wijaya mempercepat gejotan penisnya, dan Akhirnya mereka pun keluar secara bersamaan, ibunya merasakan sperma panas ibunya mengalir di vaginanya.

Setelah kejadian itu, akhirnya ibunya jadi budak nafsu Wijaya anaknya, kini mereka sering menuntaskan hasratnya tanpa memandang tempat, mereka sering bersetubuh di ruang tengah, dapur, atau di kamar mandi.

Enam bulan sudah hubungan terlarang mereka berdua tanpa di ketahui oleh suaminya, sampai akhirnya pada suatu hari, ketika mereka sedang asik bercumbu, mereka pun tertangkap basah oleh suaminya.

Ketika mendapati istrinya sedang berselingkuh dengan anaknya, suaminya sangat kaget dan terkena serangan jantung, yang mengakibatkan suaminya meninggal.

Setelah suaminya meninggal akhirnya perusahaan pun jatuh ke tangan Wijaya anaknya, dan Wijaya pun menjanjikan kepada Ranti ibunya dan Mery, akan mendapatkan sebagai saham perusahaan, dan bukan hanya itu Wijaya juga menjanjikan Ranti Ibu tirinya itu akan di peristri olehnya.

Seiring berjalannya Waktu, janji tinggal janji, Wijaya tidak menepati semua janjinya itu, malahan ia mempunyai seorang pacar bernama Wina Puspita, hatinya Ranti sangat sedih akan semuanya itu, begitu juga dengan Mery, hingga akhirnya Ranti jatuh sakit dan meninggal dunia.

Mery sangat bersedih akan kematian ibunya, Mery berjanji dan bersumpah, akan membalas rasa sakit hati ibunya dan dirinya.

Setahun kemudian setelah kematian ibunya, Wijaya pun menikahi Wina, setelah Wina menikah dengan Wijaya, beberapa tahun kemudian adiknya Wina yang bernama Ruth, menyusul menikah dengan seorang laki-laki bernama Nugroho, yang tak lain adalah kekasihnya Mery.

Mery patah hati ketika Nugroho menikahi Ruth, hujan deras mengguyur tubuh Mery, petir menggelegar goreskan kilat diantara mendung, Mery masih berdiri tak di hiraukan angin yang membuat rambutnya berantakan, juga tak ada keinginan untuk berteduh atau sekedar mengusap lelehan air hujan di wajahnya.

Masalah yang menimpa membuat Mery sakit hati yang tiada terkira, hatinya sangat pedih, terasa di cabik-cabik, akumulasi dari semuanya itu membuat dendam Mery semakin mendalam terhadap hadap Wijaya, Wina, dan Ruth, Mery bersumpah akan membalas rasa sakit hatinya itu, dan akan membuat perhitungan dengan mereka. BERSAMBUNG.
 
Episode 3

Flash Back Masa Lalu.

Mery Caesarany


Sudah dua tahun hubungan mereka terjalin dengan indah, namun kesedihan harus menghampiri mereka, dia adalah Mery caesarany dan Nugroho, hubungan mereka harus kandas akibat tidak mendapat restu dari Ranti Ibunya Mery. dari hasil buah cinta mereka berdua kini Mery hamil.

Nugroho melepaskan pelukan lalu menatap mata Mery yang sembab habis menangis, Nugroho menghelakan nafas, " Aku ikhlas jika kamu harus menikah dengan pilihan orang tuamu." Ucap Nugroho mengijinkan Mery menikah dengan pilihan orang tuanya.

" Hay...Kamu bicara apa, aku gak mau ya kamu berbicara lagi tentang hal itu, aku sangat mencintaimu, tidak ada tempat lain buatku untuk laki-laki lain kecuali kamu." Mery nampak kesal dengan perkataan Nugroho untuk menikah dengan pilihan ibunya.

" Maaf ini jalan satu-satunya, agar kamu keluar dari masalah ini, sebelum kandunganmu sayang terus membesar." Jelas Nugroho.

" Aku gak mau....Aku mencintaimu, aku gak nyaman hidup dengan laki-laki lain selain dirimu." Ucap Mery.

" Mer...Mer... Aku juga sangat mencintaimu, aku sudah mau bertanggung jawab dan mau menikahi mu, tapi ibu kamu sendiri yang tidak merestui, kamu harus terima kenyataan ini." Jelas Nugroho.

" Tapi...Tapi Aku tidak bisa hidup tanpamu." Ucap Mery kembali.

" Percayalah Aku juga sangat mencintaimu sayang, Cinta ini tetap ada sampai kapanpun buat dirimu." Jelas Nugroho sambil memegang kedua tangan Mery.

Akhirnya Mery pun mulai luluh dengan penjelasan pacarnya, mau tidak mau Mery pun harus mengikuti saran ibunya demi bayi yang di kandungannya. Dan mereka berdua sepakat, walaupun Mery sudah menikah dan begitu kelak Nugroho sudah menikah, akan tetapi mereka berdua akan tetap berhubungan secara sembunyi-sembunyi, atau lewat belakang.

Mery langsung di sambut datar oleh Ranti ibunya, Ranti langsung mencecar pertanyaan terhadap Mery sambil melepit kedua tangan di dadanya. " Habis dari mana aja kamu.?" Tanya ibunya.

" Kerumah teman Bu." Jawab Mery santai, sambil masuk kedalam rumah dan di ikuti oleh ibunya.

" Habis ngapain aja kamu sama teman kamu tadi.?" Tanya ibunya lagi.

" Mery habis curhat aja, Bu." Jawab Mery.

" Kamu gak ketemu laki-laki yang menghamili kamu itukan.?" Tanya ibunya kembali.

" Gak Bu." Jawab Berbohong

" Bu...Mery mau menerima tawaran ibu, Mery siap di jodohkan dengan Surya." Ucap Mery.

" Apa....Kamu mau menikah dengan Surya.?" Tanya ibunya seolah gak percaya.

" Iya Bu." Jawab Mery singkat.

Kemudian ibunya memeluk Mery, dengan decak bahagia, sambil mengelus rambutnya ibunya berkata kembali," ini baru anak ibu, ibu akan kasih tahu pada ayahmu dan kakakmu Wijaya, tentang kabar ini." Ucap Ibunya.

" Dan ingat kamu harus tetap menyembunyikan kehamilan ini dari Surya calon suamimu." Jelas ibunya.

" Yaa sudah sekarang kamu istirahat.," Ucap ibunya kembali.

Malam hari, sambil menikmati makan malam, mereka berkumpul, diantara ada Ayah, ibunya, dan kakaknya Wijaya, dan Mery sendiri, mereka berbincang membahas pernikahan Mery, " Yang terpenting kamu bahagia nak, Ayah ikut gimana baik menurut ibumu." Ucap ayahnya.

" Ibu pasti memberikanmu yang terbaik, Surya itu sudah pegawai negri, ia sudah mapan, dari pada Nugroho yang belum jelas masa depannya." Jelas ibunya

" Iyaa betul kata ibu, Aku setuju." Sahut Wijaya.

Mereka lalu sampai pada topik menentukan hari dan tanggal pernikahannya, dan akhirnya tanggal pernikahan di tentukan, waktu berjalan dengan cepat, sampai akhirnya acara pernikahan diselenggarakan pada waktunya.

Hari ini pernikahan Surya dan Mery digelar, pernikahan di gelar dengan hikmat hanya ada keluarga terdekat yang di undang, Mery sudah sah menjadi istri dari Surya, meskipun sedih Mery harus kuat, selesai pernikahan mereka... Surya membawa Mery untuk tinggal di rumahnya.

Tak terasa sebulan sudah Mery menjalani pernikahan, dan ia pun kini tinggal bersama suaminya Surya, Ranti ibunya pun merasa sangat kehilangan Mery, yang biasa hari-hari sepulang kuliah Mery selalu menghabiskan waktu dengannya, kini tiada lagi kebersamaan itu.

Sementara suaminya Ranti sangat sibuk mengurusi usahanya, dan Wijaya anak tiri Ranti sekarang jarang tinggal di rumah, ia lebih memilih tinggal di apartement, dengan alasan lebih dekat ke kampus.

Hari ini Ranti bangun lebih awal, di karena kan pembantunya ijin pulang, untuk menengok orang tuanya yang sedang sakit di kampung, Ranti pun menyiapkan seluruh keperluan suaminya, dari mulai menyiapkan baju kerja, sampai memasak untuk sarapan pagi.

Setelah selesai sarapan pagi, Ranti mengantar suaminya untuk pergi ke kantor sampai teras depan rumah, setelah suami pergi berangkat kerja, Ranti kembali masuk kedalam rumah, lalu ia pun membereskan piring-piring kotor bekas sarapan tadi

" Sibuk yaa..Bu." Tegur seseorang membuyarkan lamunan Ranti.

" Duh...Jaya kamu ngagetin ibu aja." Ucap Ranti, yang tiba-tiba Wijaya ada di belakangnya.

Belum juga rasa kagetnya hilang, tiba-tiba Ranti di kagetkan oleh sentuhan jari tangan Wijaya di pantatnya, jemari tangan Wijaya dengan nakal membelai pantatnya, lalu mencubit kecil pantatnya, membuat Ranti bergetar nikmat, Ranti menggigit bibirnya sendiri untuk menahan birahi yang tiba-tiba datang.

" Apa yang kamu lakukan, Jaya." Bentak Ranti, Sambil menepis tangan Wijaya anak tirinya itu.

Dan tangan Wijaya kembali meremas pantat bulat Ranti yang menggoda, ," Nikmaktin aja Bu jangan di lawan." Ucap Wijaya sambil tersenyum meseum.

" Kamu sudah gila yaa, Aku ini ibumu." Bentak Ranti.

" Kamu ini Bukan ibuku, tapi Ibu tiri, kamu ini hanya mengincar harta ayahku saja. Haii ibu tiri.," Wijaya tidak kalah membentaknya.

" Tidak....Itu tidak benar Jaya, Ibu sama Ayahmu saling mencintai dan menyayangi." Jelas Ranti.

" Bohong....Kamu berbohong, buktinya anakmu Mery kamu tidak ijinkan menikah dengan Nugroho, justru kamu malah menjodohkannya dengan Surya hanya karena Surya udah mapan, apa itu bukan materialistis." Bentak Wijaya lagi.

Deg... Ucapan Wijaya mengena di hatinya Ranti, ia terdiam sambil meneteskan air mata, Ranti tidak bisa berkata apa-apa lagi ia hanya terdiam seribu bahasa.

" Cukup...cukup...Aku mohon kamu jangan bicara itu lagi." Ucap Ranti sambil terisak menangis.

" Baik...Aku tidak akan bicara dan ngebahas ini lagi, asal kamu mau melayaniku." Ucap Wijaya.

Ranti terkejut mendengar kata-kata itu dari mulut Wijaya, Anak tirinya itu berani-beraninya meminta Ranti untuk melayaninya.

" Apa maksudmu, Jaya." Jawab Ranti dengan marah.

" Lho gak usah marah-marah, klau gak mau gak apa-apa... Tapi ingat bukan saja akan mengungkitmu mengincar harta ayahku, tapi juga aku akan memberi tahu kepada Surya, bahwa anak yang di kandung bukan anaknya." Jelas Wijaya.

Ranti hanya terdiam bingung menghadapi hal ini, di satu sisi klau Wijaya memberi tahukan, bahwa anak yang di kandung Mery bukan anak Surya, sudah pasti rumah tangga Mery akan hancur, namun di sisi lain dia di minta untuk melayani anak tirinya ini.

Pergulatan bathin terjadi dalam dirinya, dia tidak ingin terjadi kehormatan sebagai istri direngut oleh anak tirinya, namun Ranti juga tidak ingin terjadi hal buruk pada rumah tangganya Mery.

" Gimana setuju.?" Tanya Wijaya.

Ranti hanya mengangguk pelan, dan tersungging senyum kemenangan di wajahnya Wijaya, " Mari kita pindah ke kamar." Sahut Wijaya sambil membopong tubuh Ranti ibunya. Dan tidak ada penolakan dari Ranti, dia hanya terdiam.

Sesampainya di kamar tubuh Ranti disadarkan di atas tempat tidur, tangan Wijaya membelai kepala Ranti ibunya, dan tangan yang lain melepaskan ikat pinggang dan celananya, Ranti terkejut melihat Wijaya melepaskan celana dan melihat penisnya.

Walaupun Wijaya masih anak muda, namun penis belum tegang aja sudah sebesar penis milik ayahnya, bahkan penis Wijaya anaknya lebih gemuk dari pada penis ayahnya.

" Nah... Sekarang ibu kocok dulu penisku." Kata Wijaya menunjukkan penis putih yang sewarna dengan kulitnya.

Dengan ragu-ragu Ranti memegang penis Wijaya anaknya, awalnya ibunya ragu-ragu untuk mengocok Penis anaknya, namun setelah anaknya membimbing untuk mengocok penisnya agak cepat, kini ibunya pun agak terbiasa, ibunya terkejut melihat kini penis anaknya menjadi lebih besar dan tegang, ibunya juga merasakan panas di penis anaknya.

" Gimana Bu besarkan." Tanya anaknya tanpa ada jawaban dari Ranty.

" Lebih besar mana dari punyanya ayah? Haha.. hahaha." Kini Wijaya mulai seenaknya.

Kini tangan anaknya juga meremas-remas payudara ibunya dari balik gaun tidur yang di pakainya, dan ia juga tiba-tiba mencium bibir ibunya dengan paksa. " Hhmmmm....hhmmm." guman Ranti sambil berusaha melepaskan ciuman anaknya.

" Uphs..hhahh. Jangan jaya."

Namun bukannya berhenti, malah anaknya semakin kuat menciumnya, lidahnya masuk kedalam mulut ibunya, membelit dan menghisap lidah ibunya, air liur mereka bercampur di mulut mereka, begitu juga tangan anaknya semakin kasar meremas buah dada ibunya.

Puas bermain dengan buah dada ibunya, tangan anaknya mulai mengelus-elus paha ibunya tetap dalam posisi sambil berciuman.

" Sshhh.....Sudah Nak."

Tanpa menghiraukan protes ibunya, tangan anaknya kini lebih berani, tangan kanannya kini masuk kedalam gaun tidur, dan jari tangannya menggosok-gosok vagina ibunya dari balik celana dalam yang di pakainya.

" Jangan nak....Jangan."

" Jangan kok basah gini, hahahaha...." Sahut Wijaya.

Ibunya berusaha tidak menikmati perlakuan anaknya, ibunya berusaha menahan gejolak birahi dalam tubuhnya, namun semua itu hanya sia-sia. " Sudah Bu....Ibu nikmatin aja."

Kini anaknya menuntun ibunya berjongkok di hadapannya, penis yang tadinya sudah tegang, kini makin tegang sempurna, anaknya memegang kepala ibunya dan mengarahkannya agar menghisap penisnya.

" Ayo Bu...Emut kontolku." Wijaya mulai berbicara kotor dan kasar.

" Duh...Enaaak...Emutan ibu, ahk...ahk.."

Ibunya merasa bersalah terhadap suaminya karena mau melayani anaknya, ibunya semakin cepat menghisap penis Wijaya anaknya seperti yang di perintahkannya, bahkan ibunya sempat berpikir bagaimana jika penis besar dan panjang ini masuk kedalam vaginanya.

" Suurrp....Suurrpp....Suuurp."

" Ouwhh....Enaaaknya...oohk...Ibu pinter ngisap, ngemut kontlku, ibu suka ya..hahah"

Entah kenapa kini ibunya mulai suka mengoral penis anaknya, apalagi kini penis Wijaya anaknya semakin lama semakin keras dan panas.

" Oouwwhh...ouww...Udah Bu..udah aku gak tahan, sekarang ibu nungging dulu."

Setelah ibunya berbalik memunggunginya anaknya, dengan paksa anaknya melucuti gaun tidur dan celana dalam warna kream ibunya, Vagina yang selama ini di lihat oleh suaminya, kini bebas terlihat oleh Wijaya anaknya.

" Nak jangan nak....Ibu mau ngoral penismu aja sampai keluar, ibu mohon jangan di masukan."

" Apa..? Memek ibu sudah basah begini, masih ngomong jangan di masukan." Ucap Wijaya kasar.

Dengan sengaja anaknya memasukkan dua jari tangannya, kedalam vagina ibunya. " Ah...Ahhkk.....Ahk." desahan ibunya merasakan jari tangannya Wijaya.

" Wah...Suara ibu menggairahkan, ibu sudah pengen yaaa, Sabar...sabar, hehehe." Wijaya melecehkan ibunya.

Anaknya mengarahkan penisnya ke vagina ibunya, sedangkan kini ibu menungging membelakangi anaknya tubuhnya bertumpu pada sandaran tempat tidur.

" Kamu pengen inikan Bu...?" Ucap Wijaya sambil mendorong penisnya masuk kedalam vagina ibunya.

" Gimana enakkan Bu.?"

Ibunya tidak mengatakan apapun, tapi tubuhnya merespon dengan semakin ikut menggoyangkan pinggulnya, buah dada ibunya berguncang hebat seiring hantaman penis anaknya, dan tangan anaknya meraih buah dada, dan bermain di puting susunya.

" Nak...Ibu mau keluar, Oughs..Ahk...uhks."

" Jangan di tahan Bu keluarin aja, Aku akan membuat memek ibu keluar berkali-kali dengan kontolku ini."

" Ooughss...Ohhkk....Ibu keluar Nak...Ibu keluar...Oohhkk..." ibunya klimaks sambil masih menggoyangkan tubuhnya.

Meskipun ibunya sudah mengalami orgasme, akan tetapi anaknya masih menghujamkan penisnya tanpa ampun, bahkan anaknya belum menunjukan tanda-tanda akan keluar.

Dan kini mereka merubah posisi, anaknya berada di bawah sambil bersandar di tempat tidur, sementara ibu di atas sambil memunggungi anaknya, dan tanpa di perintah lagi, ibunya langsung menaik turun kan pantatnya, dan sesekali pantat ibunya di tampar- tanpar oleh tangan anaknya, sampai meninggalkan bekas merah di kedua bongkahan pantat ibunya yang montok itu.

Dan ketika mereka berdua sedang asik memacu birahi, tiba-tiba mereka berdua di kagetkan dengan bentakan suara dari arah pintu kamar yang tidak di tutup.

" IBU...MAS WIJAYA.....APA YANG KALIAN LAKUKAN... KALIAN SUDAH GILA YAA... MELAKUKAN INI."

Suara itu adalah suara Mery anak kandung Ranti, adik tirinya Wijaya, Mery berdiri di depan pintu kamar, melihat ibunya sedang bersetubuh dengan kakak tirinya, Matanya Mery terbelalak dengan ekspresi penuh emosi, Ranti ibunya pun kaget, panik, dan tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat Mery berada di depan pintu kamar.

Keadaan ibunya yang panik berbanding terbalik dengan Wijaya yang nampak santai, dan terus menggoyangkan pantatnya, melihat semuanya itu tangis Mery pun pecah, dan ia pergi berlalu meninggalkan ibunya dan kakaknya yang sedang bersetubuh.

Ibunya pun segera bangkit dan melepaskan penis Wijaya yang berada didalam vaginanya, ia segera mengejar Mery, " Mer...Mer.... Tunggu., Ini tidak seperti yang kamu kira." Ucap ibunya sambil mengejar Mery sampai di ruang keluarga.

Mery berbalik, di lihat ibunya dalam keadaan telanjang bulat, dan terlihat cairan yang keluar dari dalam vaginanya mengalir ke bagian pahanya.

" Apa....Tidak seperti yang Aku kira....Udah jelas-jelas aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri, ibu masih mau mengeles juga." Teriak Mery membentak ibunya.

Lalu ibunya memeluk kedua kaki dan bersimpuh di bawah kakinya Mery, " Ibu mau jelasin apa lagi... Semuanya udah jelas Bu." Bentak Mery lagi.

" Hiks....hikss... semua yang ibu lakukan demi kamu, Sayang." Ucap Ranti sambil menangis.

" Apa demi aku? Kok bisanya aku dibawa-bawa.?" Tanya Mery heran.

" Wijaya memaksa ibu untuk melayaninya, klau tidak mau ia mengancam ibu, akan memberi tahukan ke Surya suamimu, bahwa anak yang di kandung olehmu bukan anaknya Surya, jadi ibu gak punya pilihan lagi." Jelas Ranti.

" Wah...Wah....wah, ada drama yang menarik nih." Ucap Wijaya muncul sambil bertepuk tangan, dan masih sama seperti ibunya dalam kondisi telanjang bulat.

Entah kenapa ketika melihat kakaknya Wijaya telanjang bulat, kedua mata Mery tertuju pada selangkangannya, dan di lihatnya penis kakaknya yang tegang serta panjang dan besar, dan mengkilat bekas cairan, seketika detak jantungnya berdetak dengan kencang, darahnya berdesir, entah kenapa birahinya jadi datang secara tiba-tiba.

Mery berusaha untuk mengontrol keadaan, dan menetralisir, ia lalu menghampiri kakaknya yang berdiri dekat sofa, " Bajingan kamu mas...Bangsat kamu." Umpat Mery sambil melayangkan tamparan ke muka Wijaya, tapi dengan cepat Wijaya menepis tangannya Mery.

Lalu tangannya Mery di tariknya oleh Wijaya, dan kini tubuhnya Mery di peluknya oleh Wijaya, Mery pun langsung berontak untuk melepaskan dekapannya.

" Lepaskan... Lepaskan aku bajingan." Umpat Mery sambil meronta-ronta.

Dengan sekuat tenaga Mery hendak melepaskan diri, tapi Wijaya dengan erat memeluknya, " Sebagai hukumanmu...Karena kamu telah menggangu kesenanganku, sekarang kamu harus layani aku, hahaha." Ucap Wijaya.

" Lepaskan adikmu...Jaya, Sesuai kesepakatan Akulah yang akan melayani." Bentak Ranti. Sambil menghampiri Wijaya dan berusaha membantu melepaskan Mery dalam dekapannya, Wijaya mendorong tubuh Ranti hingga ia terjatuh di lantai.

" Aku sudah bilang...Layani Aku, Klau kamu menolak akan ku sakiti ibumu dan akan ku bocorkan rahasiamu sama Surya." Ancam Wijaya. Sambil menggerayangi tubuhnya Mery.

" Kamu benar-benar tidak tahu diri, lepaskan aku."

" Udah kamu diam." Bentak Wijaya.

Wijaya lalu mencium tenguk, sambil mencengkram kedua payudaranya Mery, " Yaa Tuhan...Aahkk..." Remasannya itu sedikit banyak membuat Mery terangsang.

Mery terus meronta-ronta kecil, dan Wijaya semakin keras meremas buah dadanya Mery, bahkan sambil mencium pipinya, sementara Ranti ibunya yang berada di hadapannya terus memohon agar Mery di lepaskan.

Bukannya malah melepaskan, Wijaya malah semakin menjadi-jadi, tangan kanannya beralih menuju selangkangannya, Mery pun dapat merasakan jarinya Wijaya menekan selangkangannya. Sementara itu Mery juga merasakan penisnya seperti menyundul pantatnya.

" Kayanya kamu sudah terangsang, yaa." Wijaya berbisik sambil menggodanya.

Mery menggeleng lemah. " Tidak, Aahk...lepaska Aku mas, Aahkk....Oughs...cukup mas." Mery memohon.

" Coba kamu lihat ibumu.....Ibumu aja mau." Wijaya melecehkan Ranti.

" Hmm... apalagi kamu sedang hamil, klau ku entot pasti nikmat." Sahut Wijaya dengan kata kotor.

Tak lama tiba-tiba, Wijaya memangut dan melumat bibir merah Mery, menghisapnya dengan perlahan, sehingga membuatnya Mery terbawa suasana erotis, dan Mery mulai menikmati sentuhan bibir Wijaya.

" Cukup...." Mery tersadar sambil mendorong dada Wijaya.

Mery berusaha memberontak, tapi dengan cepat Wijaya langsung mendekap tubuh Mery kembali, " Jangan pedulikan Ibumu, mari kita bersenang-senang." Ucap Wijaya sambil kembali melumat bibirnya Mery.

Walaupun Mery terus menolak dan berontak, akan tetapi Wijaya gak menyerah begitu saja, Wijaya mulai menciumi lehernya Mery, tangan kanannya mulai menerobos bajunya, meremas-remas teteknya dengan ganas.

Penolakan Mery mulai melemah, lalu tangannya Wijaya mulai membuka kancing bajunya Mery, kini tampaknya tete besar Mery yang terbungkus bh warna hijau, yang aduhai.

Setelah bajunya Mery terlepas, kini tangannya Wijaya mulai bergerilya di balik roknya, dan dirasakan cd-nya sudah sangat basah." Hmmm percuma saja kamu menolak, tapi memekmu itu sudah sangat basah." Ledek Wijaya.

Dalam situasi seperti ini Mery sudah tidak bisa menahan nafsu birahi yang kian memuncak, Kemudian Wijaya menyuruh Mery untuk berlutut, " Ayo berlutut." Wijaya memegang bahunya dan menekannya agar berlutut.

Mery menghelakan nafasnya, dan ia memandang penis Wijaya yang sudah menegang, nafas Mery terasa berat, dengan gemetar tangannya Mery memegang penis Wijaya, dan memasukkan penisnya kedalam mulutnya.

"Ayo jilat kontolku....terus emut kontolku."

" Hmmm ... ternyata jilatan dan emutan masih lebih baik ibumu, hahaha..." Teriak Wijaya.

Lalu ditariknya tubuh Mery, dan di dorong ke sofa, Mery melawan saat di dorong ke sofa, lalu tangan Wijaya menarik keatas roknya Mery, dan terlihat cd g-string hijau yang senada dengan bhnya dipakai oleh Mery.

" Tunggu jaya...Mery itu adikmu." Sahut Ranti.

Wijaya tidak menghiraukan ucapan ibunya, di tariknya cd g-string Mery." Hmm memek mu sudah sangat basah, aku tahu kamu menginginkannya, kamu lebih jalang seperti ibumu, hahaha."

Wijaya menekan penisnya kedalam vaginanya Mery, Mery menghelakan nafas, dan penisnya melesak masuk kedalam vaginanya. " Ahhkkk.......Ahhkk.." Mery mendesah panjang.

Wijaya memegang pantatnya Mery, lalu memompanya dalam-dalam vaginanya, " Ahok....Oughss...Ahkk." jerit Mery merem melek mendapatkan sodokan nikmat penis Wijaya.

" Hentikan Wijaya." Teriak Ranti.

Wijaya memelankan genjotan di vagina Mery, lalu Mery memalingkan wajahnya menatap ibunya, padahal Mery sebentar lagi akan mendapatkan orgasme, tanpa sadar Mery menggoyang-goyangkan pantatnya.

" Jaya hentikan, cabut penismu." Sahut Ranti.

" Cabut penismu...dan masukkan ke vagina ibu."

" Tapi Bu...Mery menginginkannya." Jawab Wijaya.

" Tidakk....Tidaaak...Mas." jawab Mery.

Kemudian ibunya menghampiri Wijaya, dengan kondisi penis yang masih tertanjap di vaginanya, Wijaya masih memompa dengan ritme pelan.

" Jaya...Tolong Nak....Cabut penismu." Ucap Ranti kembali.

Kali ini Wijaya mendengarkan ucapan ibunya, di cabutnya penisnya, Mery menghela, dan vaginanya terlihat merah akibat sodokan penis Wijaya.

" Kamu baik-baik saja sayang." Ucap ibunya sambil mengelus rambutnya Mery.

Mery mengangguk lemas, " Maafkan ibu Sayang."

Ibunya mendesah ketika penis Wijaya masuk kedalam vaginanya, Penisnya masuk dengan mudah, karena vagina ibu sudah sangat basah akibat melihat Mery anak kandungnya di setubuhi.

" Oohk....Ouughss....Sshhhh. Ahkk...Ohk."

" Enak...?" Tanya Wijaya.

Penis Wijaya mentok di vagina ibunya, lalu ibunya menoleh ke arah belakang menatap Wijaya, " Ibu suka Bu.?" Ranti hanya mengangguk pelan.

" Hahaha..... Hahahaha..... Hahaha." Wijaya tertawa terbahak-bahak.

" Memang ibu jalang...Binal, seperti pelacur." Wijaya terus melecehkan ibunya.

Sambil mulai menggenjot vagina ibunya dengan posisi nungging, lalu Wijaya memegang pantat ibunya, dan menyodoknya dengan cepat.

" Ahhkk .....Ohhkk.....Hhmmmm." desah Ranti.

" Oww.... Pelan-pelan Nak...Oughs."

" Shhhh.....Ouughss....Sshhh,.."

" I.....Ibuuu...mau keluar...Ohk." jerit Ranti sambil melepaskan orgasmenya.

Sementara Mery hanya bisa memandang dengan pandangan sayu, Mery sangat emosi ketika dirinya dan ibunya terus di lecehkan, tapi apa daya Mery tidak bisa berbuat apa-apa, kini yang ada hanyalah kebencian yang dalam terhadap kakak tirinya itu.

Setelah mendiamkan penisnya sejenak, Wijaya lalu menghujamkan kembali penisnya tanpa ampun, selama 15 menit Wijaya terus menyetubuhi Ibunya.

" Ohhkk......Ohhkk...Ibu mau keluar lagi."

" Tahan Bu....Aku juga udah mau keluar."

Dan Wijaya mempercepat gejotan penisnya, dan Akhirnya mereka pun keluar secara bersamaan, ibunya merasakan sperma panas ibunya mengalir di vaginanya.

Setelah kejadian itu, akhirnya ibunya jadi budak nafsu Wijaya anaknya, kini mereka sering menuntaskan hasratnya tanpa memandang tempat, mereka sering bersetubuh di ruang tengah, dapur, atau di kamar mandi.

Enam bulan sudah hubungan terlarang mereka berdua tanpa di ketahui oleh suaminya, sampai akhirnya pada suatu hari, ketika mereka sedang asik bercumbu, mereka pun tertangkap basah oleh suaminya.

Ketika mendapati istrinya sedang berselingkuh dengan anaknya, suaminya sangat kaget dan terkena serangan jantung, yang mengakibatkan suaminya meninggal.

Setelah suaminya meninggal akhirnya perusahaan pun jatuh ke tangan Wijaya anaknya, dan Wijaya pun menjanjikan kepada Ranti ibunya dan Mery, akan mendapatkan sebagai saham perusahaan, dan bukan hanya itu Wijaya juga menjanjikan Ranti Ibu tirinya itu akan di peristri olehnya.

Seiring berjalannya Waktu, janji tinggal janji, Wijaya tidak menepati semua janjinya itu, malahan ia mempunyai seorang pacar bernama Wina Puspita, hatinya Ranti sangat sedih akan semuanya itu, begitu juga dengan Mery, hingga akhirnya Ranti jatuh sakit dan meninggal dunia.

Mery sangat bersedih akan kematian ibunya, Mery berjanji dan bersumpah, akan membalas rasa sakit hati ibunya dan dirinya.

Setahun kemudian setelah kematian ibunya, Wijaya pun menikahi Wina, setelah Wina menikah dengan Wijaya, beberapa tahun kemudian adiknya Wina yang bernama Ruth, menyusul menikah dengan seorang laki-laki bernama Nugroho, yang tak lain adalah kekasihnya Mery.

Mery patah hati ketika Nugroho menikahi Ruth, hujan deras mengguyur tubuh Mery, petir menggelegar goreskan kilat diantara mendung, Mery masih berdiri tak di hiraukan angin yang membuat rambutnya berantakan, juga tak ada keinginan untuk berteduh atau sekedar mengusap lelehan air hujan di wajahnya.

Masalah yang menimpa membuat Mery sakit hati yang tiada terkira, hatinya sangat pedih, terasa di cabik-cabik, akumulasi dari semuanya itu membuat dendam Mery semakin mendalam terhadap hadap Wijaya, Wina, dan Ruth, Mery bersumpah akan membalas rasa sakit hatinya itu, dan akan membuat perhitungan dengan mereka. BERSAMBUNG.
Lancrot keun boss .. Pertamax turbo
 
Episode 4
Wina Puspita


Di balkon sebuah rumah mewah, Wina tengah memandangi langit malam tanpa bintang, Wina melamun seorang diri, ia memikirkan mahligai rumah tangga dengan Wijaya, ia tidak membenci keadaan...Tapi ia membenci ketidak sanggupannya untuk mengerti keadaan ini.

Ia beranjak dari tempat duduknya, tubuhnya yang hanya memakai pakaian tipis memancarkan keindahan lekukan dari ujung rambut hingga ujung kaki, menjadi bukti bahwa Wina adalah seorang yang menjaga bentuk tubuhnya, sebagai tuntutan, atau ia sendiri yang menyukai keindahan bentuk tubuhnya sendiri.

Hari demi hari berlalu berat dan terasa lama, Wina sangat merindukan belaian suaminya yang hangat seperti dulu, ketika ia sedang ingin, dan disaat itu jugalah suami selalu memuaskan hasratnya, kerinduan akan hal itu terkadang terbesit dalam pikirannya untuk menyewa jasa gigolo, tapi ia selalu menepiskan pikiran itu.

Malam semakin merangkak naik, udara dingin berhembus menusuk tulang, Wina berjalan masuk untuk menuju kamarnya, sesampai di kamar ia duduk di depan cermin meja riasnya.

Esok hari seperti biasa, setelah mengintruksikan kepada pembantunya Sri untuk mengurusi suami, Wina pun langsung menuju tempat kerja, Tok....tok...pintu ruang Wina di ketuk, dan terlihat sekertarirnya masuk.

" Bu...Berkas sudah saya taruh di meja ibu." Ucap sekretarisnya sambil menghampirinya.

" Yaa...Tahnks ya, Aku minta berkasnya cepat di kelarin soalnya bakal jadi bahan buat meeting nanti sore." Sahut Wina.

" Iyaa Bu, ada lagi yang bisa saya bantu Bu.?" Tanya sekertaris kembali.

" Ohh..yaa, tolong ke office boy buatin aku kopi, jangan terlalu banyak gulanya." Pinta Wina.

" Baik Bu." Jawab sekretarisnya sambil berlalu keluar ruangan.

Wina memeriksa berkas yang telah di kerjakan oleh sekretarisnya, Wina harus segera menyimpulkan materi meeting sebelum pertemuan dengan kliennya, agar lebih mudah ketika nanti presentasi, dan tidak lama berselang masuk OB dengan membawa kopi.

" Pagi Bu....Ini kopi yang ibu minta." Ucap OB sambil membungkukkan badan.

" Letakkan di atas meja." Ucap Wina sambil matanya fokus ke berkas-berkas yang sedang di periksanya.

Akhirnya waktu meeting pun tiba, lalu Wina mempersentasikan di depan kliennya, meeting selesai jam 17:00 bertepatan dengan jam pulang karyawan, kemudian Wina pun menyuruh sekertaris untuk membereskan bekas meeting.

" Sore Bu..***ang meeting sudah di bereskan Bu, ada lagi yang saya bantu." Ucap sekretarisnya.

" Oke...Klau kamu mau pulang silahkan pulang.." sahut Wina.

" Baik Bu terima kasih, saya pulang duluan." Jawab sekertaris.

Sore yang melelahkan bagi Wina..." Hooaamm.... Akhirnya kelar." Guman Wina sambil merenggangkan badannya yang kaku karena fokus ke komputer.

Setelah merapikan meja kerjanya, Wina pun segera pulang, jalan padat merayap sepanjang kota Jakarta, macet dimana-mana tak bis di hindari, Apalagi di jam sibuk dimana para pekerja yang sedang dalam perjalanan pulang kerumah seperti sekarang ini, setelah berjibaku dengan macet akhirnya Wina sampai di rumahnya.

" Hhaahh....." Suara Wina menghembuskan nafas panjang duduk di atas sofa.

Ia lalu mengambil remote tv dan di nyalakannya tv, kemudian ia mengganti-ganti terus Chanel TV terus-menerus, padahal matanya tidak fokus kepada layar tv, Brrukk... Tubuhnya kemudian terlentang di atas sofa.

Suara bell berbunyi, Wina tersadar dalam lamunannya, kemudian ia beranjak dari sofa dan berjalan malas menuju menuju pintu depan rumah, Ruth sudah berdiri cantik di depan Wina dengan gaun hitam diatas lutut menampilkan kaki jenjangnya.

RUTH


" Yaa...Ampun Mbak belum siap." Ucap Ruth seketika menatap kakaknya.

" Aduh Mbak lupa Ruth." Ucap Wina sambil menepuk jidatnya.

Sebenarnya malam ini Wina mempunyai janji dengan adiknya untuk pergi ke sebuah karoke, di karenakan kesibukan pekerjaan sehingga Wina lupa." Klau gitu cepat mbak ganti baju." Sahut Ruth.

" Oke...oke...oke.... Tunggu yaa." Sambung Wina.

" Cepat yaaa gak pakai lama.' sahut Ruth sambil menghelakan nafas kencang, sambil beranjak masuk.

Tidak lama berselang Wina pun selesai berdandan, dengan tampilan sangat anggun memakai gaun putih yang memamerkan bentuk tubuh indahnya, lalu ia keluar dari kamarnya, Ruth pun sangat terpukau akan kecantikan dan kesexyan kakaknya malam itu.

" Wow....Mbak cantik sekali dengan gaun itu." Ucap Ruth.

" Kamu juga cantik Ruth... Dengan gaun hitam yang kamu pakai." Balas Wina sambil melempar senyum manisnya.

Kemudian mereka berdua pun berangkat ke tempat karoke, mereka berdua mempunyai hobi yang sama yaitu suka hiburan karaoke, tak heran klau mereka berdua sudah pergi ke tempat karoke mereka berdua akan menghabiskan waktu berjam-jam lamanya.

Sesampainya di tempat karoke mereka pun langsung memesan minuman, dan Wina pun mulai bernyanyi bareng Ruth, tidak lama berselang waiters datang membawa minuman yang mereka pesan.

" Mbak...Mbak jangan minum terlalu banyak nanti mabuk." Ruth mengingatkan.

" Iyaa Ruth....Kamu juga." Timpal Wina.

Mereka pun asik bernyanyi sambil minum, sesekali Ruth beranjak dari sofa untuk berjoget, begitu juga dengan Wina, mereka berdua sangat happy malam ini, tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 12 malam, akhirnya mereka pulang dengan kondisi setengah mabuk.

" Ruth kamu mendingan nginep di rumah Mbak aja, ini udah larut malam, terlalu beresiko untuk pulang sendirian." Ucapan Wina khawatir.

" Iyaa mbak. Badan aku juga letih banget." Sahut Ruth.

" Yaa udah terserah kamu mau tidur di kamar mana tinggal pilih, dan juga baju tidur kamu pilih aja ada di dalam lemari kamar Mbak. " Timpal Wina.

Wina menuju kamarnya, Ruth pun mengekor di belakangnya, sesampai di dalam kamar di lihat suaminya sudah terlelap tidur, dan begitu juga dengan Sri sudah terlelap tidur di atas sofa pojok kamar.

Sudah menjadi tugas Sri, ketika Wina tidak ada di rumah, Srilah yang menunggui dan mengurusi suaminya Wina, dan Wina pun dengan pelan-pelan membangunkan Sri untuk pindah ke kamarnya, Sri terbangun, dan pamit untuk tidur di kamarnya.

Setelah Sri keluar dari kamarnya, Wina membuka lemari bajunya yang besar, kemudian Wina pun mempersilahkan Ruth untuk milih baju tidur yang akan di pakainya, banyak sekali gaun tidur model kimono yang pendek, dan transparan didalam lemari pakaiannya Wina.

Kemudian Ruth mengambil gaun tidur minimalis model kimono berwarna biru muda, begitu juga dengan Wina mengambil baju tidur yang bermotif bunga-bunga warna putih, setelah itu Ruth pun keluar dari kamar Wina, Untuk istirahat di kamar.

" Mbak...Oke selamat tidur." Ucap Ruth sambil berlalu.

" Iyaa Ruth...Semoga mimpi yang indah." Balas Wina.

Mery Caesarany.


Pagi ini Mery telah berada di Bandara Ngurah Rai Bali, Untuk menjemput kedatangan Nugroho, dan tidak lama berselang Nugroho datang, dengan memberikan kejutan hadiah untuk wanita yang ia cintai.

Nugroho jalan mengendap-endap sengaja untuk mengejutkan Mery yang telah menunggunya cukup lama. " Doorr...." Mery kaget, sampai dirinya loncat.

" Iiih...Kamu ngagetin aja." Katanya sambil memegang dadanya.

" Ini buat kamu sayang." Memberikan sekotak kalung perhiasan.

" Thank you. Ya." Ucapnya sambil tersenyum.

Kemudian Nugroho memeluk Mery, sambil mencium bibir merahnya, sesaat Mery membalas ciumannya, Mery melepaskan ciuman bibir Nugroho." Sudah sayang nanti banyak yang cemburu lho." Kata Mery sambil tersenyum manis.

Nugroho membalas senyumannya, kemudian mereka langsung menuju parkiran, sambil merangkul layaknya suami istri saja, " kamu kesini sama siapa sayang.?" Tanya Nugroho.

" Sendiri Mas, Aku pinjam mobilnya Sarah." Jawabannya.

" Kamu gak nyasar sayang.?" Tanya Nugroho kembali.

" Enggaklah Mas...Aku sudah familiar dengan jalanan di Bali." Jawab Mery.

Kemudian mereka berdua telah sampai di parkiran, " Sayang aku aja yang bawa mobilnya. " Pinta Nugroho, lalu Mery memberikan kuncinya, Kemudian ia pun duduk di samping Nugroho yang mengemudikan mobil.

" Sayang pagi ini kamu cantik banget." Puji Nugroho.

" Iih..Kamu bisa aja makasih pujiannya." Mery tersipu malu.

" Sayang gimana keadaan anak kita.?" Tanya Nugroho.

" Operasi berjalan lancar, sekarang kondisinya sudah pulih, Mas." Jawab Mery.

" Makasih sayang...Kamu selama ini telah menjaga dengan baik ALbet anak kita." Sahut Nugroho.

Kemudian dua sejoli ini mencuri-curi pandang, Nugroho dan Mery mereka sibuk memandang satu sama lain, sambil sesekali melemparkan senyum tanda menggoda satu sama lainnya. " Mas ..***tel, nih." Mery menggodanya.

" Apanya yang gatel sayang." Tanya Nugroho menggoda balik.

" Ini loh ..Yang di balik celana dalam aku." Ucap Mery sambil melirik dengan senyum manja.

" Yakin cuma yang dibalik celana dalem yang gatel." Balas Nugroho sambil tersenyum mesum.

" Puting teteku juga nih mas... Gatel dari tadi."

" Terus gimana dong..biar gak gatel lagi.?"

" Garukin pakai punya kamu ini mas." Ucap Mery sambil meremas penis Nugroho dari balik celananya.

" Wah...Klau punyaku udah siap banget buat garuk punyamu sayang."

" Mas... Punyaku udah basah nih..***k kuat membayangi punyamu." Ucap Mery menarik keatas rok yang di pakainya, sehingga memperlihatkan, cd tipis warna ungu yang di pakainya.

" Iya Cd kamu sudah basah nih...Wow Memek kamu juga sudah becek Sayang." Sahut Nugroho sambil mengelus cd lalu menyelipkan jarinya ke cd yang dipakai Mery.

Hmmm.....Shhhh.....Mery mendesah ketika jari Nugroho menembus dan mengocok vaginanya. " Mas....Kita kehotel aja dulu, setelah itu baru kerumah sakit." Pinta Mery.

" Ok... Sayang." Jawab Nugroho.

Sesampai di kamar hotel mereka berdua langsung naik ke tempat tidur, tak ada lagi obrolan di antara keduanya, karena Mery sudah menaiki tubu Nugroho, mereka saling melumat bibir, dan lidah mereka saling membelit bertukar air liur.

Sruuppp.....Sruuuuupppp.....Sruuuuppppp...

Mery memang sangat ganas jika mengenai urusan sex, ia sangat menggebu-gebu dalam urusan yang satu ini, ketika pakaian telah semua di lepaskan, ketika posisi Mery berada di atas tubuh Nugroho, dan Nugroho pun sama sekali tak melawan ia mati kutu di hadapan Mery, Mery begitu ganas dan buas dalam mencumbu Nugroho.

" Mas jilat memekku." Ucap Mery sambil memajukan pinggulnya ke mulut Nugroho.

Nugroho langsung menempelkan lidahnya, dan ia mulai menjilati vaginanya Mery, di sapunya itilnya oleh lidah Nugroho membuat Mery mendesah. " Oohkk.....Ohk..." Desah Mery sambil merem melek.

" Ohhk... Sayang...terus Sayang ohkk...Enak banget sayang..Ohhkk.." racau Mery.

Lalu tangannya Mery tak tinggal diam, ia pun melucuti pakaian Nugroho satu persatu bagaikan pemerkosa kepada seorang pria, dan penis Nugroho sudah tegak berdiri.

" Masukan sekarang Mas....Aku udah gak tahan." Kata Mery. Sambil mengarahkan vaginanya ke penisnya Nugroho, sambil tetap dalam posisi di atas.

Blessss.......Perlahan penis itu menyeruak masuk dengan mudah kedalaman vaginanya Mery yang sudah sangat basah. " Oughs..oh." Mery melengkuh nikmat.

" Ahhk.....Enak Sayang...Ahk." begitu juga Nugroho mengeram nikmat.

Kemudian Mery menggoyangkan pantatnya, vagina Mery begitu kuat dalam mencengram penis Nugroho sehingga membuat Nugroho mengeluarkan desahan.

" Ahhk......Fuck.....Ahk...Ahhh." erangan Nugroho.

" Gimana Mas...Memekku enak bukan.?"tanya Mery sambil menggoyang pantatnya.

" Uhhkk....Aahk....enaaaakkk...Sayang...Uhk."

" Enaak mana sama punya Ruth istrimu.Mas."

" Jelas enakan memekmu sayang...Ahk..Ahk."

" Enak memek siapa Mas Jawa lebih keras."

" Memeeekk....Kamu Sayang......"

Bokong serta pantat Mery begitu leluasa menggoyangkan kemaluannya Nugroho, sehingga membuat Nugroho tak kuat lagi, dan Nugroho mengeluarkan sperma begitu lebih cepat. " Aauuuu.....Sayang aku keluar." Teriak Nugroho dengan nafas ngos-ngosan.

" Tahaaann....Mas Aku belum keluar nih.." cetus Mery.

Nugroho melepaskan penisnya, dan tubuh Mery terhempas seketika, Nugroho tidak ingin mengeluarkan sperma di dalam vaginanya Mery. dan crot...crott....crot sperma Nugroho menyembur keluar.

Mery tak berhenti sampai di situ, ia langsung mengocok penis Nugroho yang lengket, yang sudah mengeluarkan sperma, Mery meminta ronde kedua, namun Nugroho meminta untuk istirahat sejenak.

Setelah beristirahat sejenak, kemudian Mery mulai memainkan penis Nugroho kembali, di kocok, dan di jilati dengan lidah Mery, sesekali di masukkannya penis itu kedalam mulutnya, tapi sayang penis itu tak mau tegak berdiri, dan masih lembek.

Dengan wajah yang sangat kesal Mery meninggalkankan Nugroho, ia pergi ke toilet, di toilet ia memainkan sendiri vaginanya dengan tangannya.

" Aaauu.....Aaaww.....Aahhkk..." Erangnya sambil menyemprotkan air shower ke vaginanya.

" Gila Mery kamu kuat banget." Guman Nugroho lemas karena efek goyang pantat Mery.

Dering handphone pun berbunyi, ternyata panggilan masuk dari istrinya Ruth, Mery yang keluar dari toilet pun berbicara berbisik ketika Nugroho mengangkat telpon dari Ruth." Siapa..?" Tanya Mery dengan suara pelan serta menaikkan keningnya.

" Ruth." Jawab Nugroho, dengan jari telunjuk di bibirnya.

" Iya hallo ada apa.Mam.?" Tanya Nugroho.

" Masih tanya ada apa, kamu dimana.? Harusnyakan papa udah pulang hari ini." Cetus Ruth dengan kegalakannya.

" Iyaa mam, ini kerjaan papa belum selesai, jadi papa pulang sore atau malam, mam."

" Yaa udah malam ini Mama tunggu, nanti mama masakin masakan enak, ndah, love you." Ucap Ruth di sembarang sana.

" Iyaa mam...Love you too." Dan sambungan telpon terputus.

" Muak...Aku dengarnya Mas...pakai love you. Segala." Cetus Mery cemburu.

" Iyaaa...Maaf sayang." Ucap Nugroho.

Mery memberikan kode ia meminta ronde kedua harus di lakukan sekarang, sambil tangan Mery mengelus dadanya Nugroho, namun Nugroho menolak dan memakai pakaian kembali.

" Next time Sayang."

" Mas...Aku ingin sekarang." Cetus Mery.

" Sayang lain kali aja yaa, sekarang kita kerumah sakit nengok AL anak kita." Rayunya.

Mery cemberut... Wajah Mery menyimpan sejuta kekecewaan, " enggak enak banget rasanya menggantung seperti ini." Lirih Mery.

" Sepertinya aku gak bisa ngendelin dia lagi, pria payah." Oceh Mery dengan rasa kesal.

Kemudian Mery pun memakai kembali semua pakaiannya dengan perlahan, setelah rapih, mereka pun keluar kamar, dan langsung menuju rumah sakit, sementara Mery menuju rumah sakit dengan rasa kecewa, dalam perjalanan pun Mery nampak diam, hening di dalam mobil.

" Sayang sudahlah...Aku minta maaf kamu jangan marah gitu dong." Ucap Nugroho.

" Iyaa Mas... Aku lagi kesal aja sama kamu, kamu egois, mau enak sendiri aja." Cetus Mery.

" Lain kali aku janji sayang..***k bakalan seperti ini lagi, aku akan buat kamu puas."

" Oke...Kali ini aku maafin kamu mas." Ucap Mery tersenyum.

Sesampainya di rumah sakit mereka pun langsung menuju ruangannya AL, di lihatnya AL sedang berbaring sambil tangannya memainkan handphone.

" Haii AL...Gimana keadaanmu." Sapa Nugroho.

" AL ....Udah lumayan baik, Om." Jawab AL.

" Awas nanti kamu jangan capek dulu, apalagi mengangkat barang yang berat."

" Iyaa Om."

" Tuh...AL ingat pesan.Ommu." sahut Mery.

Tidak lama kemudian pintu kamar pun di ketuk, dan di lihatnya dokter Sarah Masuk, karena dokter Sarah dan Nugroho sudah saling mengenal, akhirnya mereka bertiga pun saling berbincang, Mereka berbincang di sofa pojok ruangan.

" Sar...Ini kunci mobilnya, thank yaa." Ucap Mery sambil memberikan Kunci mobil kepada Sarah.

" Ohh yaa sebentar aku periksa AL dulu." Ucap Sarah.

" Silahkan." Jawab Nugroho.

Dokter Sarah bangkit dari tempat duduknya, begitu juga dengan Mery mengikuti dokter Sarah dari belakang, Dokter Sarah memeriksa AL dengan detail. Sesaat kemudian dokter Sarah selesai memeriksa AL.

" Gimana Sar.?" Tanya Mery.

" Luka bekas operasinya sudah mulai kering, besok jahitannya sudah bisa di lepas, dan AL besok sudah bisa pulang." Jelas Sarah.

" Ohh... Thank yaa, Sar." Sahut Mery senang.

Kemudian Sarah pun pamit, dan menjelang Sore Nugroho pun pulang," AL...Om pulang dulu, karena Om masih ada kerjaan, sampai ketemu nanti di Jakarta." Ucap Nugroho.

" Iyaa Om... Makasih Om telah jenguk AL."

Kemudian Nugroho melangkahkan kakinya keluar, di ikuti oleh Mery. " Sayang Aku udah transfer 25 juta, buat keperluanmu sama AL dirumah sakit."

" Makasih..Mas."

" Klau ada apa-apa kabarin aku aja, sayang."

" Ohh yaa Mas, jangan sampai kasih kabar kepada keluarga di Jakarta, tentang AL."

" Pasti sayang..Aku gak bakalan bicara apapun."

Sesampai di lobby rumah sakit, Nugroho langsung masuk kedalam mobil yang sudah mengantarkannya ke bandara." Sayang jaga baik-baik, AL." Ucap Nugroho, Nugroho sangat menyayangi sekali ALbet, dan mobil yang di tumpangi Nugroho mulai meninggalkan rumah sakit.BERSAMBUNG.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd