Bagian Empat
SEBASTIAN CHANG
Sebastian Chang dilahirkan di Semarang namun dibesarkan di Jakarta, dia adalah sulung dari 3 bersaudara. Ayahnya adalah seorang kepala teknisi di perusahaan elektronik Samsung Corp. yang sangat sibuk. Pada tahun 1980, ketika sebastian berumur 13 tahun, ayahnya naik jabatan dan di mutasi ke Singapura sebagai Kepala Divisi Produksi dan tidak pernah kembali lagi ke Jakarta. Dia menetap di sana dan menjadi warga negara Singapura diikuti ke dua orang adiknya, Greg dan Selena Chang yang menyusul beberapa tahun kemudian. Ibunya yang asli Semarang tidak mau pindah ke negeri itu dan bertahan di Jakarta dengan bisnis lumpianya yang semakin besar.
Sebastian sebenarnya ingin menyusul ke dua adiknya ke Singapura, tapi ibunya tiba-tiba sakit. Setelah dibawa ke dokter, ternyata ibunya menderita kanker payudara. Pada tahun 1990 ibunya meninggal, beberapa bulan setelah Sebastian lulus sarjana. Sepeninggal ibunya, Sebastian menjual seluruh properti ibunya beserta bisnis lumpianya, dia kemudian pergi ke singapura. Namun di Singapura dia tidak menemukan ayahnya karena ternyata sudah meninggal. Sementara Greg ikut adiknya, Selena, yang menikah dengan seorang expatriat asal Toronto, Canada.
Bastian kemudian pulang ke Indonesia dan pindah ke Bogor. Membeli tanah dan membangun rumah kontrakan di sekitar Tanah Sareal sambil berbisnis jual beli motor bekas. Sebelum bertemu dengan Anastasia Danuwijaya, Sebastian sempat hidup bersama dengan Connie Alexandra selama hampir setahun. Namun entah apa penyebabnya, hubungan mereka tiba-tiba terputus dan mereka pun berpisah. Connie Alexandra di kemudian hari akan dikenal sebagai salah satu pengusaha wanita Indonesia terkaya di bawah Ny. Menneer, Marry Sudibyo dan Hj. Wardah Rosidah Rashid.
Tidak sebagaimana umumnya sifat-sifat warga keturunan yang sangat fokus terhadap bisnis dan mementingkan "cuan" di atas segala-galanya; alih-alih Bastian bersifat agak eksentrik dan menyukai seni. Dia pernah ikut bermain dalam sejumlah sinetron, namun dia melakukannya sebagai hobi. Selain kolektor batu akik dia juga sangat gemar naik gunung, sampai suatu saat ketika mendaki gunung salak, dia tergelincir dan sendi kaki kirinya --nyaris-- putus. Di komunitas pecinta alam itulah dia bertemu Anastasia, gadis asal Bandung anak pemilik toko sepatu di Cibaduyut; mereka saling jatuh cinta dan kemudian menikah.
Sebastian pun akhirnya pindah ke Bandung dan merintis dealer motor di Jl. Pajajaran. Sedangkan Anastasia membuka "Kedai Catering" yang letaknya bersebelahan. Beberapa hari setelah Imelda lahir pada tahun 1993, dealer yang dikelola Sebastian mendapat "sertifikasi" sebagai dealer resmi 3 merk pabrikan motor Jepang. Namun pada saat yang sama, malamnya, showroomnya disatroni perampok, para perampok itu berhasil menggondol 4 unit sepeda motor pesanan pelanggan. Bastian dan pegawai setianya, Bagas, yang saat itu tidur di lantai 2 showroom, melakukan perlawanan namun mereka kalah jumlah. Perampok itu ada 4 orang, Bastian terluka oleh sabetan samurai di bagian dadanya sedangkan Bagas robek perutnya oleh tusukan belati dan kemudian meninggal di rumah sakit.
Sejak kejadian itu, Sebastian kemudian memindahkan showroomnya ke sekitar Jl. Nias yang lokasinya tidak jauh dengan Markas Kepolisian Sektor Bandung Wetan.
Anastasia kemudian mengubah bekas showroom dealer menjadi kafe yang berkonsep nyeleneh, yakni "Kafe Para Petualang Alam". Dan ternyata konsep kafe yang nyeleneh itu sangat digemari oleh anak muda Bandung zaman itu. "Kafe Para Petualang Alam" itu kemudian tumbuh menjadi ikon tempat nongkrong anak muda yang sangat terkenal dan menjadi semacam contoh kafe-kafe nyeleneh lain yang bermunculan di berbagai kota besar di Jawa.
Kafe tumbuh dengan pesat, selain karena konsepnya juga karena makanan yang lezat dan minumannya yang segar dengan harga terjangkau, memberi keuntungan yang besar namun juga menuntut waktu dan pengabdian pengelolaan yang total. Itulah sebabnya Anastasia lebih banyak tinggal di kafe daripada di rumah. Bastian sendiri sebenarnya keberatan dengan kesibukan istrinya yang keterlaluan itu, dia khawatir Anastasia jatuh sakit karena cape namun Anastasia malah mentertawakannya.
Seminggu kemudian Anastasia terkapar di dapur Kafe karena pingsan kekurangan oksigen, namun setelah dianalisa lebih dalam dia menderita kanker otak. Satu bulan kemudian dia meninggal. Saat itu Imelda sudah berumur 9 tahun.
Sejak istrinya meninggal, sifat Bastian yang semula periang berubah drastis menjadi pendiam dan mudah murung. Dia menjadi pecandu alkohol dan hampir setiap malam mabuk-mabukkan. Suatu hari seorang sahabat karibnya, Donny, mendatangi rumahnya. Saat itu dia sedang menenggak miras dan mengajak sahabatnya itu untuk sama-sama minum. Tapi Donny malah menampar wajahnya dan menggusurnya ke kamar mandi. Dan menyiramkan shower ke tubuhnya.
"Kamu pilih, berhenti minum atau kubunuh anak perempuanmu di depan matamu sekarang?" Kata sahabatnya dengan nada keras dan penuh ancaman. Bastian belum cukup mabuk untuk memahami kalimat ancaman sahabatnya itu dan tertawa. Namun melihat kesungguhan Donny dan sikapnya yang tidak main-main membua Bastian terpana.
"Don, kamu kan sahabatku... kamu tak mungkin melakukan hal itu..."
Donny tertawa keras. Ekspresinya jahat.
Dia lalu memasuki kamar Imelda dan menyeret gadis itu ke kamar mandi dengan cara menarik rambutnya sambil menempelkan pisau di leher gadis kecil yang menjerit-jerit ketakutan itu.
"Kamu pilih sekarang, berhenti mabuk atau kubunuh gadis kecil ini saat ini juga!"
Sebastian terdiam.
"Aku tidak main-main, cepat jawab!"
"Jangan bunuh dia." Jawab Bastian lemah.
"Kalau aku lihat kamu mabuk dan menyia-nyiakan hidupmu lagi... aku janji aku akan memisahkan kepala dan tubuh gadis ini di depan matamu. Camkan itu!" Kata Donny sambil pergi meninggalkan rumah itu.
Bastian terbengong-bengong melihat sikap sahabatnya itu. Padahal Donny adalah sahabat terbaiknya sejak di SMA dan masih tetap bersahabat sampai saat itu.
Sejak peristiwa itu, Bastian berhenti minum secara total namun sejak saat itu pula Bastian tidak pernah bertemu lagi dengan Donny. Dia seperti menghilang ditelan bumi.
Jika teringat akan sahabatnya itu, Bastian selalu menangis karena tak pernah bisa mengucapkan terimakasih pada ancamannya yang keras dan bersungguh-sungguh itu!
***
(Bersambung)