Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
mantaaap, thank youuu suhuuu

keren abis lah, emosi dapet, ehehe

ditunggu kisah flashback aisya diagarap temen2nya reza hehe
 
Agan reyhan ini berkembang banget penulisan ceritanya dari waktu pertama kali ane baca, semoga semakin berkembang gan penulisannya
 
Thx updatenya Om

Akhirnya terkuak sudah penyebab binalnya Aisya, perlahan akan diungkap semua keknya rahasia kelam masing-masing karakter
 

Hidaya


Nurul



Andini


Asyifa


Latifa


Popi


Ria


Aziza


"Bodoh... Bodoh... Bodoh...."

Berulang kali Rayhan mengutuk dirinya sendiri karena kebodohannya yang menolak ajakan Ustadza Andini tadi pagi. Padahal kalau di pikir-pikir, Kakak iparnya juga tidak akan tau kelakuan bejatnya. Sekarang hilang sudah kesempatannya untuk kembali menikmati surga dunia.

Rayhan menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidurnya, matanya menerawang jauh kelangit-langit kamarnya.

Perlahan Rayhan membuka celananya, dia membelai penisnya yang telah berdiri gagah. Bayangan percumbuannya dengan Ustadza Andini membuatnya menerawang jauh.

"Ohkkk... Ustadza!" Lirih Rayhan.

Matanya merem melek, sementara tangannya sibuk mengocok penisnya sendiri. Bayangan tubuh indah Ustadza Andini merusak kinerja otaknya.

Tidak terasa lima belas menit telah berlalu, Rayhan semakin cepat mengocok penisnya, hingga akhirnya ia merasakan sesuatu yang dahsyat di ujung kepala pionnya. Tubuhnya bergetar sesaat hingga akhirnya ia menembakan spermanya.

Croooootss... Croooootss... Croooootss....

"Astagfirullah..."

Deg...

Mata Rayhan terbelalak ketika melihat sesosok wanita cantik tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

Tidak hanya Rayhan, Aya sendiripun juga merasa sangat shock melihat keadaan Rayhan saat ini. Ia tidak menyangkah akan melihat Adik iparnya dalam keadaan setengah telanjang, dan parahnya lagi ia melihat jelas sperma Rayhan yang tadi sempat muncrat keluar.

Tubuh Aisya mendadak menggigil kedinginannya, mata indahnya tak lepas dari batang kemaluan Rayhan yang menjulang tinggi.

Sadar akan ketelanjangannya, Rayhan dengan cepat menarik celana nya, sanking buru-burunya, nyaris saja burung Rayhan kejepit resletingnya. Sementara Aya hanya diam membisu.

"A...ada apa Kak?" Tanya Rayhan gugup.

Aya segera tersadar dari lamunannya. "To... Tolong, kamu antarkan Aziza pulang ya?" Pinta Aya, ia masih terlihat gugup.

"Iya Kak, bentar lagi saya keluar." Jawab Rayhan.

Aya segera meninggalkan Rayhan yang tertunduk lemas, berulang kali ia mengusap wajahnya, menunjukan kecemasannya. Entah apa yang ada di pikiran Kakak iparnya saat ini, setelah memergoki dirinya yang sedang beronani.

Rasanya Rayhan sudah tidak lagi memiliki keberanian untuk kembali bertemu Kakak iparnya.

Aya melangkah pelan menuju ruang tamunya, bayangan penis Rayhan yang ia lihat barusan sangat mengusik imannya. Berulang kali Aya membuang nafas, menyingkirkan bayangan penis Rayhan dari dalam benaknya.

"Za... Kamu pulang diantar sama Ray aja ya?" Ujar Aya, sembari duduk di samping seorang gadis yang tengah merapikan buku-buku yang ada diatas meja.

Aziza sempat tertunduk, raut wajahnya yang putih kini berubah menjadi kemerah-merahan. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya saat ini, saat tau kalau Rayhan yang akan mengantarnya pulang.

"Pulang sendiri juga gak apa-apa kok Ustadza, takut merepotkan!" Ujar Aziza.

Aya tersenyum manis. "Gak apa-apa Aziza, Ustadza khawatir kalau kamu pulang sendiri, lebih baik kamu pulangnya di temani Ray, lebih aman." Ujar Aya, ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan Aziza, mengingat kejadian akhir-akhir ini yang cukup mencekam.

"Sendirian aja gak apa-apa kok Ustadza!" Tolak Aziza.

"Gak boleh, kamu harus di antar." Paksa Aya.

Entah kenapa gadis itu terlihat begitu senang. "Terserah Ustadza saja." Jawab Aziza. "Jadi ini sudah selesai semua Ustadza?" Tanya Aziza.

"Iya... Terimakasih Za, kamu sudah bantuin Ustadza, gak kebayang kalau harus ngoreksi sendirian sebanyak ini." Jelas Aya.

"Sama-sama Ustadza!"

Tak lama kemudian Rayhan keluar dari dalam kamarnya, ia menghampiri Aya yang tengah asyik mengobrol ringan dengan Aziza. Rayhan tidak langsung menghampiri mereka, ia sempat melirik Aziza yang malam ini terlihat begitu anggun dengan gamis berwarna hijau muda, di padu dengan jilbab berwarna coklat.

Ini untuk kesekian kalinya Rayhan bertemu dengan Aziza, karena kebetulan Aziza memang sering membantu Kakak iparnya mengoreksi soal murid-muridnya.

Tapi tak lama kemudian obrolan mereka terhenti ketika melihat sosok Rayhan.

Sejenak Aya teringat dengan kejadian beberapa waktu yang lalu, bayangan penis Rayhan kembali membekas di ingatannya, dan rasanya begitu sulit untuk di hilangkan dari ingatannya, entah kenapa Aya kembali di dera rasa malu setiap kali melihat Rayhan.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Rayhan.

Aziza sempat melihat kearah Ustadza Aya. "Gak apa-apa, Rayhan gak akan berani macam-macam." Ujar Aya, sembari ia menatap Rayhan yang tampak sibuk menggaruk-garuk kepalanya.

"Bukan begitu Ustadza, apa tidak apa-apa kalau Rayhan masuk ke komplek putri." Aziza merenyitkan dahinya, mengingat peraturan Pesantren yang cukup ketat.

"Astaghfirullah, Ustadza lupa." Ujar Aya.

Aziza tersenyum manis. "Saya pulang sendiri saja Ustadza! Tidak apa-apa kok." Ujar Aziza, ia tidak ingin Rayhan dalam malasalah karena harus mengantarkannya pulang ke rumahnya.

"Jangan... Masih ada cara lain." Ujar Aya.

"Cara apa Ustadza?' Tanya Aziza.

Aya kembali melihat Rayhan, dan entah kenapa perasaan Rayhan menjadi tak enak. "Tolong ya Ray." Ujar Aya, membuat mata Rayhan terbelalak.

######

"Jangan Pak..."

Nurul melempar bantalnya kearah Pak Bejo yang berusaha mendekatinya. "Hehehe... Jangan takut Nak Nurul, Bapak tidak akan menyakitimu." Ujar Pak Bejo, ia semakin dekat dengan menantunya yang sudah terpojok.

"Nurul mohon Pak!" Melas Nurul.

"Sssttt... Cuman sebentar." Bujuk Pak Bejo, dia menangkap kedua tangan Nurul, lalu memeluk tubuh Nurul dengan sangat erat.

"Lepaskan... Ya Tuhan..." Tangis Nurul pecah.

Tetapi Pak Bejo tidak perduli ia dengan mudah berhasil membuat Nurul tidak berkutik. Dia meraih dagu Nurul lalu mengecup bibir Nurul dengan beringas, sementara Nurul berusaha mati-matian menyelamatkan diri dari cengkraman si tua bangka.

Kedua tangan Pak Bejo mencengkram payudara Nurul, lalu dia meremasnya dengan kasar, membuat nafas Nurul makin terasa berat.

"Lepaskan... Saya mohon! Hmmppss..." Erang Nurul.

Ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Pak Bejo berhasil melumat bibirnya, yang ia lakukan hanyalah berusaha mengatup mulutnya.

Tetapi karena di desak terus menerus, akhirnya pertahanan Nurul jebol juga. Ia tampak gelagapan ketika lidah Pak Bejo masuk kedalam mulutnya, ia dapat merasakan aroma tak sedap dari mulut Pak Bejo yang terus-terusan melumat bibirnya.

Dengan cekatan kedua tangan Pak Bejo berhasil membuka kancing gamis Nurul, lalu dia menyusupkan tangannya masuk kedalam gamis Nurul dari sela-sela kancing yang sudah terbuka.

"Oughkk..." Kepala Nurul mendongak keatas ketika merasakan remasan di payudaranya.

Nafasnya kian berat, dan tubuhnya makin melemah ketika badai birahi tak lagi bisa ia bendung dengan sempurna. Harus di akui Nurul, kalau saat ini celana dalamnya telah basah sempurna.

Sadar kalau pertahanan mangsanya kini telah melemah, Pak Bejo dengan cepat menanggalkan gamis Nurul, hingga hanya menyisakan pakaian dalam saja.

"Tolooong." Histeris Nurul saat gamisnya terlepas dari ujung kakinya.

Pak Bejo menindih tubuh Nurul, dia membelai kepala Nurul dengan lembut. "Tenanglah Nduk, Bapak sangat menyayangimu, Bapak tidak akan menyakitimu." Bisik Pak Bejo, sembari membuka pengait bra Nurul.

"Sadar Pak... Jangan!" Nurul mendekap dadanya.

Tapi dengan muda Pak Bejo berhasil menjauhkan kedua tangan Nurul, dan membuang bra yang di kenakan Nurul. "Indah sekali tetekmu Nak!" Puji Pak Bejo, membuat Nurul merasa sangat risih mendengarnya.

Nurul menggelengkan kepalanya sembari memukul pundak Pak Bejo. Tetapi pukulannya sama sekali tidak berpengaruh. Dengan leluasa Pak Bejo menjilati seluruh bagian wajah Nurul, sementara telapak tangannya menjamah payudara Istri dari anaknya itu, memilin putingnya, membuat sang wanita menggeliat tak tertahankan merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan.

Tangan kanan Pak Bejo turun kebawah, ia membelai lembut kulit mulus Nurul, terus keatas menuju selangkangannya yang tertutup kain segitiga berwarna putih. Ketika jari Pak Bejo mencapai selangkangannya, reflek Nurul menutup kakinya.

"Aahkk..."

Jemari Pak Bejo menggesek selangkangannya hingga celana dalamnya semakin basah. "Kita buka ya?" Ujar Pak Bejo.

Nurul menggelengkan kepalanya. "Jangan Pak... Saya mohon!" Melas Nurul, dia menatap sayu Pak Bejo, berharap pria bajingan itu berhenti menyentuhnya.

"Sebentar saja." Bujuk Pak Bejo.

Dia memegang kedua sisi celana dalam Nurul, dan dengan perlahan ia hendak menarik celana dalam Nurul. Tetapi Nurul dengan kesadarannya berusaha mati-matian, mempertahankan pertahanan terakhirnya.

Sembari memberontak, melawan tindakan cabul Pak Bejo, Nurul terus saja berdoa, meminta pertolongan, hingga akhirnya doanyapun terkabulkan.

"Assalamualaikum Umi!"

Aktivitas mereka berdua sejenak terhenti. "Aziza..." Lirih Nurul, entah datangnya dari mana kekuatan itu, Nurul dengan mudah mendorong tubuh tua Pak Bejo hingga terjungkal kebelakang.

"Aduh..." Pak Bejo meringis kesakitan.

"Pak... Tolong!" Sekali lagi Nurul menatapnya dengan tatapan memelas.

Pak Bejo menghela nafas berat. "Iya ya... Bapak mengerti." Ujar Pak Bejo, sembari berusaha berdiri. Lalu dengan cepat ia meninggalkan kamar anaknya.

Nurul akhirnya dapat bernafas lega, putrinya pulang tepat waktu. Seandainya saja Putrinya tidak pulang, Nurul tidak yakin kalau ia bisa menghindar dari pemerkosaan Pak Bejo, yang nyaris berhasil menelanjangi dirinya secara utuh.

Segera Nurul mengenakan kembali pakaiannya, dan bergegas membukakan pintu rumahnya.

######

Beberapa menit sebelumnya...

Untuk kedua kalinya Rayhan terpaksa menyamar menjadi seorang perempuan. Tetapi kali ini ia melakukannya atas desakan Kakak iparnya. Walaupun hati kecilnya menolak, tetapi tetap saja ia lakukan, mana berani Rayhan membantah permintaan Kakak iparnya.

Sepanjang jalan Aziza menahan tawanya, ia tidak menyangkah kalau Rayhan akan menyamar menjadi seorang perempuan hanya untuk memastikan keselamatannya.

Di tengah jalan tanpa di sengaja Rayhan berpapasan dengan Asyifa dan teman-temannya.

"Ngapain orang asing tinggal lama di sini, santri bukan, tapi malah tinggal di sini." Celetuk Asyifa, tepat ketika ia melewati Rayhan, bahkan dengan sengaja gadis bertubuh mungil itu menabrakkan pundaknya, alhasil ia malah meringis kesakitan.

Rayhan menatap Asyifa dengan tatapan mengejek. "Lain kali hati-hati Uhkti." Ujar Rayhan, di balik cadarnya ia menahan tawa melihat wajah Asyifa yang kesakitan.

"Maaf ya Uhkti, teman saya tidak sengaja." Bela Latifa.

"Tidak apa-apa Ukhti, saya mengerti." Jawab Rayhan seramah mungkin.

Aziza yang berada di samping Rayhan tampak tidak senang. "Kalau jalan pake mata dong." Kesal Aziza, ia tidak terima dengan sikap Asyifa.

"Kenapa kamu yang marah?" Ujar Asyifa.

"Jelas aku marah, dia temanku kenapa?" Bentak Aziza tidak mau kalah.

Sadar dengan setuasi yang semakin memanas, Rayhan dengan cepat menengahi mereka berdua. Reflek Rayhan merangkul pundak Aziza. "Uda Za... Sabar!" Bujuk Rayhan dengan suara wanita.

"Cie... Jadi pengungsi kita sekarang sudah ada teman!" Celetuk Asyifa.

Rayhan hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin menanggapi Asyifa yang masih marah kepada dirinya. Ia menarik pundak Aziza untuk terus melangkah, tanpa mengubris Asyifa yang terus saja meledek dirinya.

Sepanjang jalan Aziza mengomel, ia tampak tidak suka dengan cara Asyifa hingga akhirnya mereka tiba di depan rumah Aziza.

"Assalamualaikum Umi..." Panggil Aziza.

Tapi tidak ada tanda-tanda kalau seseorang akan membukakan pintu. Aziza sempat saling pandang dengan Rayhan. Dan sedetik kemudian mereka berdua menyadari kalau ada yang salah.

"Astaghfirullah..." Rayhan buru-buru melepas tangannya.

Aziza pun baru sadar kalau sepanjang jalan Rayhan terus saja merangkulnya. "Eehk..." Aziza segera menjaga jarak, entah kenapa ia merasa jantungnya berdetak cepat.

"Maaf..." Bisik Rayhan.

Aziza menanggapinya dengan senyuman. "Mampir dulu ya!!." Ajak Aziza.

"Gak usah, lain kali aja." Tolak Rayhan.

Belum sempat Rayhan pergi, tiba-tiba pintu rumahnya terbuka tampak seorang wanita paruh baya tersenyum menyambut mereka berdua.

Buru-buru Aziza mencium punggung tangan Ibunya, lalu di ikuti oleh Rayhan.

"Kok baru pulang Za?" Tanya Nurul.

"Maaf Mi, tadi bantuin Ustadza Aya ngoreksi tugas tadi siang." Jelas Aziza. "Oh ya Mi, kenalin ini..." Aziza terdiam bingung.

Buru-buru Rayhan menimpalinya. "Hani Ustadza!" Ujar Rayhan.

"Hani?" Ustadza Nurul tampak bingung. "Kelas berapa?" Tanya Nurul, entah kenapa ia merasa tidak pernah melihat santri yang ada di hadapannya saat ini.

"Saya bukan santri sini Ustadza! Saya sepupu Ustadza Andini yang di kampung." Jelas Rayhan, membuat Ustadza Nurul mengerti.

"Ayo masuk dulu."

"Tidak usah Ustadza, saya langsung pulang aja." Tolak Rayhan, ia takut terlalu lama di sini rahasianya akan kebongkar.

Baru saja Rayhan hendak pamit pergi, tiba-tiba Ustadza Andini lewat di belakang mereka.

"Ustadza, mau kemana?" Tanya Nurul.

Karena merasa di panggil Andini segera menghampiri mereka bertiga. Saat ini keadaan Rayhan sulit di gambarkan, wajahnya yang berada di balik cadar, tampak memucat, dan keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.

Rayhan memalingkan wajahnya ketika Andini tepat berada di sampingnya.

"Mau ke asrama Ustadza!" Jawab Andini.

Nurul tersenyum manis. "Ustadza Andini kok gak cerita kalau ada sepupunya baru datang dari kampung!" Ujar Nurul, membuat Rayhan makin terpojok. Kedua kakinya kini tampak gemetar.

"Sepupu?" Bingung Andini.

"Iya... Ini sepupu Ustadzakan?" Tanya Nurul.

Andini melihat kearah Rayhan, ia memperhatikan Rayhan cukup lama, dan sedetik kemudian ia tersenyum penuh Arti. Dari sorot mata Rayhan, pemuda itu memohon perlindungan kepada Ustadza Andini.

"Iya... Dia adik sepupu saya dari kampung." Jelas Andini.

Rayhan dapat bernafas lega untuk saat ini, walaupun ia tau ini hanya sementara.

Sementara Andini sendiri, ia tampak bingung melihat Rayhan yang kembali menyamar menjadi santri putri, tetapi ia cukup senang karena dengan begini Rayhan sudah tidak bisa lari lagi darinya.

"Kalau begitu kami pamit dulu Ustadza." Ujar Andini. "Assalamualaikum..." Sambungnya.

"Waalaikumsalam."

Mereka berdua berjalan beriringan, sementara Aziza tampak bingung melihat mereka berdua pergi meninggalkannya. Aziza merasa sangat khawatir kalau penyamaran Rayhan ketahuan.

"Ayo Za masuk!" Ajak Nurul.

Aziza memangguk lalu ia segera masuk kedalam rumah bersama Ibunya.

######

Di dalam kamar Ustadza Andini, Rayhan segera menutup pintu kamar Ustadza Andini. Sementara Ustadza Andini masih berdiri membelakangi Rayhan, ia menunggu apa yang akan di lakukan anak didiknya. Entah kenapa Andini menjadi gugup.

Perlahan Rayhan melepas pakaian gamisnya, hanya menyisakan pakaian pria yang ada di balik gamisnya.

Rayhan berdiri di belakang Ustadza Andini, lalu dengan perlahan ia membelai pantat Ustadza Andini, sedikit meremasnya membuat Andini tersentak. "Ustadza... Ini hanya akan menjadi rahasia kita aja kan?" Tanya Rayhan, ia tak ingin hubungan terlarangnya di ketahui oleh orang lain.

"Tentu Ray..." Jawab Andini sembari memutar tubuhnya.

"Terimakasih." Ujar Rayhan, sembari membelai pipi Ustadza Andini. "Malam ini Ustadza terlihat sangat cantik sekali!" Pujian Rayhan berhasil membuat Andini tersipu malu.

"Jadi selama ini Ustadza kurang cantik?" Ujar Andini pura-pura merajuk.

"Iya..." Jawab Rayhan membuat Andini kecewa. "Karena kemarin-kemarin Ustadza bukan milik saya." Sambung Rayhan yang berhasil membuat Andini kembali tersipu malu mendengarnya.

"Milikki aku sayang." Lirih Andini.

Andini hendak mencium Rayhan, tetapi dengan cepat Rayhan menolaknya. "Ustadza janji dulu?" Tantang Rayhan.

"Janji apa?"

"Hubungan kita hanya sebatas sex." Ujar Rayhan, sembari menyentuh bibir Andini dengan bibirnya, dia melumat lembut bibir Andini, sementara tangannya semakin liar menjamah pantat Andini.

"Ustadza setuju." Jawab Andini.

Kedua tangan Andini melingkar di leher Rayhan, mereka berciuman layaknya sepasang kekasih. Setelah cukup puas mencium bibir Ustadza Andini, Rayhan mulai membuka kancing gamis yang dikenakan Andini, lalu menarik lepas gamis Andini hingga melorot kebawah, memperlihatkan pakaian dalamnya yang berwarna merah muda.

"Ustadza memang selalu terlihat menggoda." Puji Rayhan senang, ia meremas lembut payudara Andini yang masih bersembunyi di balik branya.

Ustadza Andini terkekeh pelan. "Katanya tadi siang gak mau, sekarang kok jadi semangat banget." Goda Andini, membuat Rayhan salah tingkah.

"Habis mau gimana lagi Ustadza!"

"Dasar... Semua cowok itu sama aja." Ustadza Andini dengan sengaja meremas selangkangan Rayhan. "Sama-sama doyan ngentot." Bisik Andini, membuat Rayhan makin bergairah.

"Ustadza yang ngajarin." Ujar Rayhan.

Dia mendudukan Ustadza Andini diatas meja segi empat, lalu dia membungkukkan badannya di hadapan payudara Ustadza Andini. "Besar sekali Ustadza? Boleh lihat isinya?" Pinta Rayhan.

"Boleh dong sayang." Ujar Andini.

Kemudian kedua tangan Andini beralih kebelakang, lalu ia melepas branya hingga tampak sepasang gunung kembar milik Ustadza Andini.

Rayhan segera melahap payudara Ustadza Andini, dia menghisapnya dengan lembut, sesekali ia juga menggigit puting Ustadza Andini yang telah mengeras, membuat Andini mengaduh keenakan. Dia mendekap erat kepala Rayhan.

"Oughkk... Terus Sayang! Aahkk..."

Sluuuppsss.... Sluuuppsss.... Sluuuppsss....

"Sungguh aku menyukai benda ini!" Ujar Rayhan.

Sembari menghisap payudara Ustadza Andini, tangan Rayhan yang lainnya meremas payudara satunya yang sedang menganggur.

Setelah puas bermain dengan payudara Ustadza Andini, Rayhan meminta Andini untuk turun dari atas meja, lalu Rayhan memutar tubuh Andini hingga membelakanginya, memamerkan pantatnya.

Plaaak...
Dengan gemas Rayhan menampar pantat Andini, lalu di berlutut di hadapan selangkangan Andini, membuka kedua kaki Andini hingga sedikit mengangkang.

"Ray... Jilatin memek Ustadza!" Pinta Andini.

Rayhan membelai bibir kemaluan Andini. "Aku ingin menciumnya Ustadza." Gumam Rayhan sembari menciumi permukaan bibir kemaluan Andini.

"Oughkk..." Desah Andini, dia mencengkram erat pinggiran mejanya.

Lalu Rayhan menyodorkan lidahnya, ia menjilati bibir kemaluan Andini naik turun, menyentuh clitorisnya yang telah memerah, membuat Andini merem melek keenakan, merasakan sapuan hangat lidah Rayhan di bibir memeknya yang telah merekah.

Rayhan menghisap lembut clitorisnya, menyeruput lendir yang keluar dari dalam memek Ustadza Andini.

Sruuuppss.... Sruuuppss... Sruuuppss...

"Cukup sayang, lakukan sekarang!" Pinta Andini sudah tak tahan lagi ingin merasakan kejantanan kontol Rayhan di dalam memeknya.

Rayhan segera berdiri ia memposisikan batang kemaluannya di depan memek Ustadza Andini, ia menggesekkan kontolnya di belahan bibir memek Andini yang tampak kemerah-merahan.

Andini menoleh kebelakang dengan pandangan memohon agar Rayhan segera menzinahinya.

"Zinahi Ustsdza sayang!" Mohon Andini.

Plaaak...
Rayhan kembali memukul pantat Andini. "Aku akan segera menzinahinya Ustadza!" Ujar Rayhan sembari mendorong penisnya masuk kedalam memek Ustadza Andini yang di kenal sangat alim.

"Ohkk... Pelan-pelan!" Erang Andini.

Rayhan mulai memaju mundurkan penisnya di dalam memek Andini yang terasa begitu legit dan nikmat.

"Terus Ray... Aahkk... Teruuus..." Erang Andini.

Rayhan semakin cepat memompa memek Ustadza nya, sembari meremas pantatnya. "Nikmat sekali memekmu Ustadza." Rayhan melenguh nikmat.

Sementara Ustadza Andini merasa sangat puas merasakan setiap hentakan kontol Rayhan yang masuk semakin dalam ke dalam memeknya. Ploookkss.... Ploookkss.... Ploookkss... semakin lama Rayhan semakin cepat menyodok memeknya.

Di dalam benak Andini, ia merasa sangat mengagumi permainan Rayhan yang seakan tidak puasnya. Betapa beruntungnya wanita yang akan menjadi Istrinya anak tersebut, pikir Andini.

Setelah beberapa menit, Rayhan akhirnya mencabut kontolnya di dalam memek Andini.

Rayhan menggendong tubuh Ustsdza Andini, lalu membaringkan nya diatas tempat tidur. "Ustadza, aku masukan lagi ya kontolnya." Pinta Rayhan.

"Iya sayang! Masukan kontolmu kedalam memek Ustadza sayang." Pinta Andini.

"Aahkk..." Rayhan memejamkan matanya menikmati sensasi jepitan memek Ustadza Andini.

Dengan perlahan kontol Rayhan kembali menerobos kedalam memek Ustadza Andini. Lalu dengan gerakan cepat Rayhan memompa memek Andini, sembari meremasi payudara Andini yang terguncang karena hentakan pinggulnya yang keras.

Jemari Rayhan memilin puting Andini, menariknya dan mencubit pelan putingnya, membuat Andini mengerang semakin hebat.

Hingga akhirnya Andini kembali mencapai puncaknya, lalu di susul oleh Rayhan.

#####

Di tempat yang berbeda tampak segerombolan Santri putri tampak berjalan beriringan, sesekali mereka cekikikan, dan sesekali mereka tampak serius mendengarkan yang lainnya bercerita.

Sesampainya di pertigaan seseorang memisahkan diri dari yang lainnya, mereka saling melambaikan tangan.

Malam ini suasana begitu mencekam, angin bertiup terasa berbeda dari biasanya, membuat sang Santri tampak merinding ketakutan. Ia mempercepat langkahnya, dan semakin lama perasaan itu semakin kuat, membuatnya ketakutan setengah mati.

Tepat ketika ia melewati WC umum, tiba-tiba tangannya ditarik paksa. Belum sempat ia berteriak orang yang menariknya telah berhasil membuatnya lemas dengan membekap hidungnya.

"Hahahaha... Akhirnya dapat juga." Gumam seorang pria di balik pakaian wanitanya.

Sang Santri membuka matanya perlahan, melihat sosok pria yang sangat menakutkan di matanya. Ia ingin berteriak, tetapi entah kenapa tak ada sedikitpun suara yang keluar dari dalam mulutnya.

Tidak hanya kehilangan suara nya saja, sang Santri pun tak bisa menggerakkan tubuhnya, ia merasa begitu lemas dan tak berdaya.

Sang pria yang tak lain adalah Soleh penjaga kantinpun mulai bereaksi, ia membelai wajah mulus sang Santri yang ketakutan setengah mati. Gadis perawan itu, hanya bisa meneteskan air matanya. Sungguh ia sangat ketakutan saat ini.

"Jangan menangis cantik..." Soleh menghapus air matanya yang mengalir deras di kedua pipinya. "Mamang cuman ingin mengajak Non Ria bersenang-senang." Bujuk Mang Saleh seraya tersenyum mengerikan.

Kemudian Mang Saleh mulai membuka kancing kemeja yang di kenakan Ria dengan perlahan, lalu dia menyibaknya kesamping.

Tanpa merasa perlu terburu-buru Mang Saleh meremas lembut payudaranya, membuat tubuh Ria merinding di buatnya. Baru kali ini seumur hidupnya ada seorang pria menyentuh payudaranya.

Ria menggigit bibirnya, meringis menahan rasa sakit dari remasan yang di lakukan Mang Soleh.

"Behanya biar Mamang buka ya." Bisik Soleh.

Ria menggeleng lemah, dengan tatapan memohon ia berharap pria yang ada di hadapannya berhenti menelanjangi dirinya. Tetapi harapan tinggal harapan, dengan perlahan bra yang ia pakainya terangkat keatas, menampakan payudaranya dengan puting mungil berwarna merah muda.

Kedua jari Mang Saleh memilin lembut puting Ria, membuat tubuh indah itu menggelinjang lemah, merasakan sensasi yang luar biasa di dalam hidupnya.

Tanpa bisa berbuat apa-apa, Ria hanya pasrah ketika bibir hitam di balik cadar yang di kenakan Mang Soleh melumat bibirnya dengan perlahan. Membuat tubuhnya bergetar hebat, antara takut dan rasa jijik ketika Mang Soleh memanggut bibirnya.

Ciuman Mang Soleh turun menuju leher Ria yang tertutup jilbab segi empat, lalu turun ke pundaknya, dan terakhir menuju payudaranya.

"Oughkk..." Terdengar suara ringkikan dari bibir Ria.

Secara bergantian Mang Soleh mencium payudara Ria, mencucup putingnya.

Tangan Mang Soleh menarik keatas rok lebar yang di kenakan Ria, lalu dia menyusupkan tangannya kedalam celana yang dikenakan Ria. Ia mendapatkan vagina mungil Ria yang terasa hangat di dalam sana.

"Ternyata memeknya anak Ustadza bisa basah juga, ckckckck..." Ledek Mang Soleh.

Ria menggeleng kuat kepalanya, ketika merasakan jari telunjuk Mang Soleh di bibir kemaluannya yang basah. "Jangan... Tolong..." Suara Ria terdengar sangat lemah.

"Celananya kita buka ya Non." Ujar Mang Soleh.

Rasa takut membuat Ria sedikit memiliki kekuatan untuk melawan, ia mencoba menahan tangan Mang Soleh yang hendak melepas celananya. Tetapi apa daya tenaganya yang sangat lemah, sama sekali tidak bisa mencegah Mang Soleh menarik celananya.

Dengan perlahan celana panjang berbahan katun itu di tarik turun berikut dengan celana dalamnya. Membuat tangis Ria semakin menjadi.

Jemari kasar yang sudah keriput itu kembali membelai vagina Ria, membuat pinggulnya bergetar menahan rasa geli yang luar biasa. Bahkan Ria dapat merasakan kalau ada sesuatu yang keluar dari lobang memek mungilnya.

Kemudian Mang Soleh membuka kedua kaki Ria, membuat bibir kemaluannya terkuak.

Slupss...
Mang Soleh menjilai bibirnya, dengan tatapan nanar memandangi memek Ria yang berbulu sedikit. Dengan penuh gairah, ia menghirup aroma memek Ria.

"Wangi sekali." Gumam Mang Soleh.

Kemudian Mang Soleh membenamkan wajahnya di selangkangan Ria, dia menjilati memek Ria dengan rakus, seakan sedang menjilati es cream yang mulai meleleh, sanking nikmatnya.

Tubuh Ria bergetar hebat, gadis alim tak akan menyangkah kalau jilatan Mang Soleh begitu nikmat, bahkan sejenak ia melupakan rasa takutnya. Dalam hitungan menit saja, Mang Soleh berhasil membuat gadis muda nan perawan itu menggelinjang dalam kenikmatan orgasme yang panjang.

Pinggul Ria terhetak-hentak sembari menyemburkan cairan cintanya dengan jumblahnya gak cukup banyak, untuk membanjiri lantai WC.

Tubuh Ria yang dari awal sudah lemas, kini makin lemas, nafasnya terputus-putus dan peluh mulai membasahi tubuh telanjangnya.

"Sekarang giliran saya Non." Ujar Mang Soleh.

Dia mengangkat gamisnya, dan mempertontonkan kontolnya di hadapan Ria. Sebuah perbuatan yang sangat menjijikan dilakukan Mang Soleh di hadapan seorang santri putri. Kemudian dia mencengkram pipi Ria hingga mulutnya terbuka.

Ria mati-matian berusaha menutup mulutnya, tapi usahanya sia-sia saja. Dengan muda Mang Soleh menjejalkan kontolnya kedalam mulut Ria.

"Hmmmpss..." Erang Ria.

"Anjing nikmat banget!" Racau Mang Soleh.

Dia mulai memaju mundurkan pinggulnya didalam mulut Ria, dia menikmati mulut Ria yang masih perawan. Sesekali Mang Soleh tampak meringis ketika kepala pionnya bergesekan dengan gigi Ria.

Sementara Ria nyaris memuntahkan isi dalam perutnya, ia merasa sangat mual saat ini.

Sembari menikmati mulut Ria, tangan Mang Soleh dengan aktif meremasi payudara Ria, memilin dan menarik puting Ria yang telah mengeras.

"Oughkk..." Tubuhnya bergetar hebat.

Setelah puas menikmati mulut mungil anak dari Ustadza Erlina, Mang Soleh beralih ke memek Ria. Dia membuka kembali kedua kaki Ria, lalu memposisikan kepala pionnya diantara lipatan memek Ria. Santri itu sadar, sebentar lagi kesuciannya akan di renggut.

Ria terus merontah, sembari berusaha berteriak sekuat-kuatnya dengan sisa tenaga ya ia miliki.

"Tolooong... Tolooong..."

Mang Soleh tampak kesulitan ketika ia ingin menjebol memek Ria, berulang kali kontolnya meleset ke kiri dan ke kanan setiap kali ingin memasuki lobang sempit yang belum pernah terjamah oleh siapapun.

Berbagai cara di lakukan Mang Soleh, meludahi kontolnya dan juga memek Ria, tapi tetap saja terasa sulit.

Bukan Mang Soleh namanya kalau dia mudah menyerah, ada pepatah yang mengatakan, proses tidak pernah mengkhianati hasil. Dan benar saja, dengan perlahan kepala kontolnya berhasil membela memek Ria, membuat Ria menjerit kesakitan.

"Sakiiiit... Tolooong!" Histeris Ria.

Dia menekan pinggulnya semakin keras. "Sempit sekali memekmu sayang! Memang beda rasanya ngentotin anak perawan dengan pelacur pinggiran." Ujar Mang Soleh, ia sangat senang sekali karena kali ini ia mendapatkan mangsa kelas Wahid.

"Sakiiiit..." Otot memek Ria mencengkram erat kontol Mang Soleh yang berusaha menjebol perawan.

Setelah masuk cukup dalam, kontol Mang Soleh akhirnya menemukan selaput perawan Ria. Dengan perlahan Mang Soleh menarik kontolnya, lalu dengan satu sentakan ia merobek selaput tipis itu. "Aaaaaaarrrttt...." Ria berteriak sangat keras ketika perawannya akhirnya di jebol juga.

#####

Malam ini Rayhan merasa sangat puas sekali, setelah seharian ia di landa penyesalan yang luar biasa karena menolak ajakan Ustadza Andini. Tapi malam ini terbayar tuntas, ia bisa menyetubuhi Ustadza Andini sepuas-puasnya.

Saat menuju ke rumahnya entah kenapa Rayhan mendadak ke belet pipis. Setelah berjalan beberapa meter, Rayhan akhirnya menemukan WC Putri.

Bergegas Rayhan masuk kedalam WC yang pintunya terbuka, ia segera menuntaskan hajatnya. Setelah merasa lega Rayhan bergegas hendak keluar dari dalam WC, tetapi tiba-tiba ia baru sadar kalau ada suara aneh dari samping billiknya.

"Aahkk... Aahkk... Tolooong... Aahkk..."

"Enak sekali memekmu Non, Aahkk... Saya hampir keluar Non, kita bikin anak ya Non."

Rayhan mempertajam pendengarannya dan ia yakin kalau suara tersebut adalah suara seorang yang sedang bercinta, rasa penasarannya yang besar, membuatnya nekat naik keatas bak WC agar bisa melihat ke sampingnya. Setelah berhasil memanjat, mata Rayhan segera menemukan apa yang dia cari.

Seorang santri tengah duduk bersandar dengan kedua kaki terbuka, dan tampak seorang berpakaian wanita sedang memaju mundurkan pinggulnya.

"Orang itu..." Gumam Rayhan.

Buru-buru Rayhan turun, dan keluar dari billiknya, dengan satu tendangan Rayhan berhasil mendobrak pintu WC yang ada di sampingnya hingga terbuka. Soleh yang nyaris orgasme mendadak pucat pasi saat mendengar suara pintu yang di dobrak.

Dengan kasar ia mencabut kontolnya dari dalam memek Ria, ia mendapatkan seorang santri perempuan yang baru saja mendobrak pintu toilet.

"Cih... Kirain siapa!" Geram Soleh.

"Bangsat..." Gumam Rayhan.

"Hehehe... Sepertinya bakalan dapat dua gadis perawan malam ini." Soleh terkekeh, membayangkan dirinya yang malam ini begitu beruntung.

Rayhan tersenyum sinis di balik cadarnya, lalu tanpa bicara lagi Rayhan melayangkan tinjunya yang mendarat tepat di wajah Mang Soleh, membuat pria tua itu terdorong menabrak dinding toilet.

Rayhan hendak menendang perut Mang Soleh dengan lututnya, tapi sayang gerakannya melambat karena terhalang oleh gamisnya hingga muda di hentikan oleh Mang Soleh. Ia membalas dengan memukul wajah Rayhan, beruntung Rayhan berhasil menangkis serangan Mang Solehah dengan lengannya.

Pemuda yang menyamar menjadi santri wanita itu mundur selangkah, ia merasakan lengannya gemetaran.

"Sial..." Gumam Rayhan.

Soleh terkekeh puas. "Sakit ya Non." Ledek Mang Soleh puas, walaupun pukulannya berhasil di tangkis.

"Cuman segini." Ledek Rsyhan.

"Bangsat."

Mang Soleh kembali melancarkan tinjunya, tetapi kali ini Rayhan lebih siaga. Ia tidak langsung menangkis pukulan Mang Soleh seperti sebelumnya, ia lebih memilih untuk sedikit menghindar sembari membelokan pukulan Mang Soleh dengan lengannya.

Kemudian serangan susulan kembali di lepaskan Mang Soleh, dia menendang perut Rayhan hingga terdorong keluar toilet.

"Anjing..." Rayhan meringis kesakitan.

Mang Soleh tidak tinggal diam, dia segera menindih tubuh Rayhan, dan mencekik leher Rayhan. Dengan sigap kedua tangan Rayhan mencengkram lengan Soleh, dan membuangnya kesamping.

Soleh sempat menarik cadar yang di kenakan Rayhan hingga wajah Rayhan samar-samar terlihat di kegelapan malam. "Cih..." Soleh meludah ke tanah.

"Kecewa?" Ledek Rayhan.

Karena kesal Soleh kembali menyerang Rayhan, dia melancarkan tendangan kearah wajah Rayhan, tapi dengan sedikit memundurkan wajahnya, Rayhan berhasil menghindari tendangan Soleh.

Kemudian dengan cepat Rayhan menangkap kaki Soleh yang berada di udara, dan mendorongnya keatas membuat Soleh terjengkang, tubuhnya terhempas diatas tanah. Tidak mau membuang kesempatan, Rayhan menghentakkan kakinya kearah dada Soleh yang terbuka, tetapi dengan jarak hitungan detik yang krusial itu, Soleh berhasil berguling satu kali diatas tanah.

Tidak bisa di bayangkan, kalau kaki Rayhan tadi mengenai dadanya, bisa-bisa tulang dadanya patah, dan tentu saja bisa mengakibatkan kematian.

"Setan... Kamu mau membunuh saya." Marah Soleh.

Rayhan tersenyum sinis. "Pria busuk seperti anda memang pantas mati." Jawab Rayhan.

Kali ini giliran Rayhan yang menyerang, ia mengincar titip fital di bagian rahang Soleh, tetapi pria itu sempat menghindar, hingga hanya mengenai sedikit saja. Soleh meringis kesakitan.

Tidak ingin memberi ruang untuk musuhnya, Rayhan kembali melepaskan tinjunya, yang kali ini masuk penuh ke wajah Soleh.

Rayhan memposisikan dirinya di hadapan Soleh, sehingga ia dengan muda menangkis pukulan Soleh, walaupun beberapa kali ia terkena pukulan, tetapi Rayhan berhasil meredamnya.

"Sial... Aku harus keluar." Gumam Soleh.

Ia berusaha menghindar, tapi dengan cekatan Rayhan selalu berhasil memposisikan dirinya berhadapan langsung dengan Soleh. Hingga akhirnya satu pukulan telak mengenai ulu hati Soleh, hingga ia membungkuk dan memuntahkan darinya.

Tetapi Soleh dengan cepat melakukan serangan balas, uperrcut Soleh mengenai rahang Rayhan, beruntung Rayhan sempat meredamnya dengan menarik dagunya keatas.

"Hos... Hos... Hos..." Rayhan mengusap bibirnya, dan ia mendapatkan darah di bibirnya.

"Satu sama." Ujar Soleh.

"Ini belum berakhir." Rayhan memasang kuda-kuda dan bersiap untuk menyerang.

Soleh terkekeh. "Saya tidak menyangkah, kalau masih ada anak muda yang memiliki ilmu bela diri sehabat kamu!" Ujar Soleh, ia mengagumi kehebatan musuhnya. "Tapi sayang, pertarungan kita harus di tunda dulu... Semoga lain kali kita bisa bertemu." Soleh melepaskan tendangan keras kearah perut Rayhan hingga Rayhan terjengkang kebelakang.

Pada saat itulah Soleh segera melarikan diri, bukan karena ia takut kalah dari Rayhan, tetapi melainkan karena ia khawatir identitasnya sebagai penjaga kantin terbongkar, kalau terlalu lama meladeni Rayhan.

Rayhan berusaha bangkit dengan cepat dan hendak mengejar Soleh.

"Tolooong!' Dari dalam WC terdengar suara Ria.

Rayhan tersadar kalau di dalam toilet saat ini ada orang yang harus segera di tolong, sehingga Rayhan berhenti mengejar Soleh, dan segera menghampiri Ria yang dalam keadaan sangat memprihatinkan.

######
 
Thx updatenya Om

Malangnya Ria....
Rayhan sudah terlepas cadarnya, apa gak bahaya tuh?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd