Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Bukan main bahagianya Ardi melihat Bapaknya yang kini telah menghirup udara bebas. Dan sebagai anak ia berharap bisa membaktikan dirinya kepada Bapaknya hingga ajal menjemput. Berbeda dengan Istrinya yang dari tadi siang tampak gelisah.

Saat ini mereka sedang menyantap makan malam bersama untuk pertama kalinya setelah enam tahun lamanya mereka tidak makan malam bersama.

"Bapak sangat berterimakasih kepada kalian, karena sudah mau menerima Bapak." Jujur Pak Bejo. "Dan hari ini Bapak merasa sangat bahagia karena bisa berkumpul kembali bersama kalian, dan bisa melihat cucu Bapak!" Ujar Pak Bejo, dia membelai kepala Eliza yang tertutup jilbab simpel khas rumahan.

Eliza tersenyum. "Iya Kek, Eliza juga senang karena bisa bertemu Kakek." Ujar Eliza sembari tersenyum polos, menampakan kecantikannya yang natural.

Bejo tersenyum simpul, sungguh ia tidak menyangkah kalau cucunya kini tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik. Kecantikannya tidak kalah dengan Ibu nya yang memang sedari dulu sudah membuat dirinya jatuh hati. Tapi sayang, sebelum berhasil menikmati Nurul, ia keburu masuk penjara.

Seandainya dulu ia sudah menikmati tubuh Nurul, jangankan di penjara, matipun ia terima.

Pak Bejo mengalihkan pandangannya kearah Nurul yang malam ini mengenakan piyama tidur. Tampak di bagian dadanya yang membusung, terlihat kancing piyama Nurul yang seakan ingin terbuka. Dengan tatapan nanar, Pak Bejo menjilat lidahnya yang hitam.

Tentu saja Nurul menyadari tatapan tersebut, karena tingkat kewaspadaannya yang tinggi, membuatnya sangat peka terhadap tingkah laku Mertuanya.

Tetapi walaupun begitu Nurul tidak bisa berbuat apa-apa dengan tatapan lapar dari sang predator terhadap dirinya. Karena tidak mungkin ia membentak ataupun menghardik Pak Bejo tanpa alasan yang jelas, bisa-bisa Suaminya akan sangat kecewa terhadap dirinya.

Ardi sangat senang melihat Anak dan Istrinya bisa menerima Bapaknya dengan sepenuh hati, mengingat masa lalu Bapaknya yang suram. "Dari tadi ngobrol terus kapan makannya!" Celetuk Ardi, memecah keseriusan yang terjadi di meja makan.

"Hahaha... Maaf Bapak sangat terharu hari ini." Jelas Pak Bejo senang.

"Ayo Pak, makan yang banyak." Ujar Nurul, sebisa mungkin menerima kehadiran Pak Bejo, walaupun hati kecilnya masih sangat menolak keberadaan Pak Bejo di rumahnya.

######

[Hide]Langit malam ini tidak secerah seperti biasanya, angin bertiup cukup kencang menandakan kalau sebentar lagi akan turun hujan. Akhir-akhir ini intensitas curah hujan memang cukup sering terjadi di desa Makmur, karena memang saat ini sedang musim hujan.

Tetapi walaupun begitu, kegiatan di sekolah Tunas Bangsa tetap seperti biasanya. Musim hujan bukan penghalang untuk malas belajar.

Dengan langkah santai dan tangan di belakang Reza berjalan melewati jalan setapak, matanya berkeliaran memandangi para siswa yang tengah belajar malam, ada yang belajar didalam kelas, ada juga yang belajar di depan asrama mereka masing-masing.

Ketika ia melewati asrama Putrii, ia melihat Aisya sedang memarahi seorang siswa perempuan.

"Clara!" Lirih Reza, ia tersenyum penuh arti.

Segera ia menghampiri Aisya yang sedang memarahi salah satu muridnya. Saat melihat Reza, Aisya segera berhenti memarahi muridnya. Ia tersenyum senang melihat Reza datang menghampiri dirinya.

"Ada apa ni Ustadza?" Tanya Reza.

Clara segera melihat kearah Reza, saat tau siapa yang datang Clara merasa terselamatkan. "Malam Ustad!" Sapa Clara, ia tersenyum sangat manis dan di balas dengan senyuman juga oleh Reza. Ia memandang wajah cantik Clara yang bersemu merah, lalu tatapannya turun kearah dada Clara yang membusung di balik kaos merah lengan panjang yang ia kenakan.

Reza menelan air liurnya, ia membayangkan betapa nikmatnya payudara itu.

"Biasa Ustad, bolos belajar malam!" Ujar Aisya.

Reza menggelengkan kepalanya. "Anak zaman sekarang memang susah sekali di atur." Ujar Reza, ia pura-pura ikut memarahi Clara. "Lebih baik kita Bawak ke kantor penghakiman saja Ustadza!" Ujar Reza, Aisya segera menyetujui usul Reza.

Kemudian mereka membawa Clara ke kantor penghakiman, yang kebetulan Reza adalah ketuanya dan Aisya sebagai wakilnya.

Setibanya di kantor penghakiman, Clara berdiri di samping Reza yang sedang duduk di kursinya. Sementara Aisya duduk di bangku panjang yang tak jauh dari mereka, ia mengamati Reza yang terlihat berulang kali mencuri pandang kearah anak didiknya.

"Kenapa kamu bolos?" Reza menatap wajah manis Clara.

Clara mengigit bibirnya dengan gaya sensional. "Maaf Ustad, saya lupa!" Ujar Clara, dengan sedikit tersenyum menggoda.

"Ini yang pertama dan terakhir, jangan di ulangi lagi." Ujar Reza, "Kamu mengerti?" Tanya Reza.

"Mengerti Ustad."

Reza mengukir senyum di bibirnya. "Masih ingat tujuan kamu ke sini untuk apa?" Tanya Reza, Clara menunduk dengan wajah yang di buat menyesal.

"Menuntut ilmu Ustad!" Jawabnya.

"Jangan lupakan tujuanmu itu." Ujar Reza, lalu dia meraih tangan Clara dan menggenggam tangan mulus itu. Sejenak ia menunggu reaksi dari muridnya, dan seperti yang di harapkan, tidak ada penolakan sama sekali.

"Iya Ustad!"

"Kasihan orang tuamu Nak, dia bekerja seharian cuman untuk menjadikanmu orang pintar, kalau kamu seperti ini terus, orang tuamu pasti akan sangat sedih!"

"-------" Clara sedikit mengangkat wajahnya dan melihat kearah Reza. Kemudian Clara kembali tersenyum ketika melihat kearah mana mata Reza memandang.

Rencananya ingin menggoda gurunya telah berhasil, tadi sebelum masuk kedalam kantor penghakiman, Clara memang sengaja membuka ketiga kancing kaosnya, sehingga bagian dadanya sedikit terekspose, dan di sanalah tatapan Reza saat ini.

Sementara Reza diam-diam memuji keberanian Clara yang menggoda dirinya. Ia senang karena rencananya akan sedikit muda, tetapi walaupun begitu ia tidak ingin terlalu gegabah.

"Maafkan saya Ustad!" Ujar Clara pura-pura menyesal.

Reza tersenyum lembut. "Kali ini Ustad maafkan, tapi kalau kamu ulangi lagi, Ustad sendiri yang akan menghukum kamu seberat-beratnya." Tegas Reza, Clara tampak kaget mendengarnya, karena ia pikir akan mendapatkan hukuman yang menyenangkan malam ini dari Reza.

Tetapi sedetik kemudian ia merasakan gelitikan di telapak tangannya. Membuat Clara mengerti kenapa Reza menunda menghukum dirinya.

Sementara Reza menunggu reaksi dari Clara, dan sedetik kemudian Clara tersenyum manis.

Reza beralih pandang kearah Aisya. "Ustadza... Di catet ya, kalau dia malam besok bolos lagi, tolong kasih tau saya, biar saya yang menghukumnya." Ujar Reza, lalu dia kembali menatap Clara, dan mereka berdua sama-sama tersenyum penuh arti.

"Baik Ustad." Jawab Aisya.

Segera Reza melepaskan genggamannya. "Sekarang kamu boleh keluar." Suruh Reza.

Setelah berpamitan dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, Clara segera pergi meninggalkan kantor penghakiman menuju kamar Andani dengan perasaan riang gembira.

#######

"Ckckckck... Ustadza Erlina memang gak ada duanya Ray! Mantab oi!" Celetuk Niko.

"Pantatnya nungging kayak bebek!" Timpah Azam.

Rayhan menoleh kearah mereka berdua, sembari tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. "Selangkangan aja yang kalian pikirin!" Celetuk Rayhan, tapi diam-diam ia juga mengagumi kecantikan Ustadza Erlina yang menjadi guru pembimbing belajar malam mereka.

"Alah... Kayak gak doyan aja, hihihi..." Goda Niko.

Azam mencolek lengan Rayhan. "Kakak kita gimana kabarnya? Udah kamu intipin belum?" Tanya Azam sembari mengangkat alisnya.

"Gila..." Umpat Rayhan.

Memang selama ini teman-temannya sering mengolok-olok Rayhan yang tinggal bersama Kakaknya, tak jarang mereka menyarankan Rayhan untuk mengintip Kakaknya, tapi jelas Rayhan dengan tegas menolaknya.

Walaupun ia menyukai Kakak iparnya, tetapi ia masih memiliki rasa hormat terhadap Kakak iparnya. Ia tidak akan seberani itu, walaupun ada keinginan untuk mengintip Kakaknya. Kalau di pikir-pikir Rayhan memang bodoh, padahal ia sering berdua saja dengan Kakak iparnya, dan seharusnya ini menjadi kesempatan emas baginya untuk mengintip Kakaknya.

Erlina yang sedang menulis di papan tulis, sayup-sayup ia mendengar suara bisik-bisik di belakangnya. Dia segera berbalik kearah muridnya, dan melihat kearah Rayhan dan teman-temannya yang sedang cekikikan. Erlina menggelengkan kepalanya, lalu dia melempar spidol di tangannya kearah mereka.

Sepidol tersebut melayang tepat mengenai jidat Rayhan, membuat anak remaja itu mengadu kesakitan sembari memegangi dahinya.

"Hmmppss..." Niko mendekap mulutnya menahan tawa.

Erlina menghela nafas panjang. "Kalian bertiga maju ke depan, dan berdiri sampai pelajaran selesai." Suruh Erlina kepada ketiga muridnya.

Dengan sangat terpaksa mereka bertiga menuju ke depan dan berbaris berdiri di depan kelas.

Rayhan menyikut temannya dengan kesal, padahal ia tidak memulai keributan, tapi akhirnya ia juga harus menerima hukuman yang sama seperti kedua temannya yang lain, membuat Rayhan sangat kesal.

#######

Sekitar jam sepuluh malam, hujan perlahan mulai membasahi tanah kampung Makmur, bertepatan dengan Bell tanda berakhirnya jam belajar malam. Tampak siswa yang berlarian menuju asrama mereka masing-masing, menghindari curah hujan yang turun cukup deras.

Asyifa, Ria, Popi dan Latifa terjebak di belakang kantor penghakiman, tempat dimana murid-murid bermasalah di sidang oleh bagian keamanan.

"Deras banget hujannya." Ujar Latifa.

"Aku mau pulang! Umiiiiiii....." Rengek Ria, membuatnya dirinya di sikut oleh Popi.

"Manja banget sih." Omel Popi, yang di marahi cuman memasang wajah tanpa dosa sembari nyengir kuda.

"Hujannya trobos aja yuk." Usul Asyifa.

"Jangan." Tolak Latifa. "Hujannya terlalu deras, nanti kita bisa sakit." Jelas Latifa kepada Asyifa yang hanya manyun mendengar larangan Latifa. "Mending kita tunggu hujannya reda." Usul Latifa.

"Lama gak yang hujannya." Kata Asyifa.

"Siapa yang tau." Celetuk Popi.

Ria yang mulai bosan berjalan mondar mandir di bawah atap kantor penghakiman. Kemudian ia berhenti di depan jendela yang sedikit terbuka karena tertiup oleh angin malam yang cukup kencang. Karena penasaran, Ria mengintip kedalam ruangan.

Dan alangkah kagetnya Ria ketika melihat sepasang anak manusia sedang bercengkrama di dalam kantor penghakiman layaknya sepasang kekasih.

"Astaghfirullah." Ria menggapai tangannya kearah teman-temannya.

Mereka melihat Ria kebingungan. "Kenapa Ria?" Tanya Latifa kepada sahabatnya. Lalu dia dan yang lainnya menghampiri Ria.

"Ada hantu ya?" Celetuk Popi.

"Li... Lihat itu?" Tunjuk Ria.

Karena penasaran mereka bertiga ikut mengintip kedalam ruangan kantor penghakiman.

Dan benar saja di dalam ruangan tersebut mereka melihat guru mereka dengan jenis kelamin berbeda sedang memadu kasih. Tampak Ustadza Aisya sedang duduk di pangkuan Ustad Reza dengan mesranya layaknya suami Istri. Sesekali Ustadza Aisya menggeliat manja di dalam pangkuan Ustad Reza.

Sedetik kemudian mereka berciuman dengan sangat panas, lidah mereka saling membelit. Sementara tangan Ustad Reza menjamah payudara Ustadza Aisya dari luar pakaian yang di kenakannya.

Pemandangan tersebut tentu membuat mereka sangat terkejut, mengingat kedua orang tersebut adalah guru mereka yang sangat mereka hormati.

Kemudian mereka melihat Ustadza Aisya mulai melepas kancing kemeja yang di kenakan Ustad Reza, lalu tampak telapak tangan Ustadza Aisya membelai dada bidang Ustad Reza. Pemandangan erotis tersebut membuat darah muda mereka bergelora.

"Ustadza malam ini sangat cantik sekali." Gombal Ustad Reza kepada Aisya. Membuat Ustadza Aisya tersipu malu mendengarnya.

Dia menggigit bibirnya dengan tatapan menggoda. "Ustad bisa saja..." Ujar Aisya.

"Bajunya di buka ya?" Pinta Ustad Reza.

"Tunggu sebentar!" Ujar Aisya.

Kemudian ia turun dari pangkuan Ustad Reza, lalu berdiri di depan Ustad Reza. Dengan perlahan ia mulai membuka gamisnya, dan membiarkan gamisnya melorot hingga jatuh kelantai. Di balik gamis yang dikenakan Aisya, ternyata di dalamnya Aisya mengenakan pakaian yang sangat seksi.

Ia memakai gaun tidur berwarna merah yang tembus pandang, dan di baliknya ia tidak memakai bra, hingga tampak payudaranya yang menggoda.

Sementara untuk menutupi daging mungil di selangkangannya Aisya memakai celana dalam yang begitu seksi dan menggoda, celana dalam yang ia kenakan tidak mampu menutupi rambut kemaluannya yang tertata rapi.

Reza menatap takjub kearah Ustadza Aisya, ia tidak menyangkah kalau pemuas nafsunya malam ini berpenampilan layaknya pelacur.

"Wow... Kamu sangat menggairahkan malam ini sayang." Ujar Reza kagum.

Aisya tersenyum manis. "Ini semua untukmu Ustad! Apapun akan kulakukan untuk memuaskan nafsumu." Ujar Ustadza Aisya.

"Terimakasih sayang, dan kemarilah." Suruh Ustad Reza.

Aisya segera berlutut di hadapan Ustad Reza, lalu dengan jemari lentiknya ia membuka celana yang di kenakan Ustad Reza. Dia membelai lembut batang kemaluan Ustad Reza yang telah mengeras, dengan perlahan ia mencium batang kemaluan Ustad Reza.

Pemandangan erotis yang ada di hadapan mereka, membuat keempat siswa tersebut tampak terdiam membisu, antara takut ketahuan dan rasa ingin tau yang besar, membuat mereka bertiga terdiam.

Tetapi di dalam diam, mereka mengagumi bentuk kemaluan Ustad Reza. Karena ini adalah yang pertama kalinya mereka melihat penis seorang pria.

Sementara itu Ustadza Aisya saat ini tampak sangat antusias menjilati batang kemaluan Reza, dia membuka mulutnya dan memasukan penis tersebut kedalam mulutnya. Dengan gerakan perlahan Aisya menghisap penis Reza, kepala naik turun dan ia terlihat sangat menikmatinya.

"Iiihk..." Asyifa tampak jijik melihatnya.

"Sssssttt..." Asyifa langsung mendapat protes dari teman-temannya.

Sementara itu Ustad Reza terlihat merem melek keenakan, merasakan hisapan lembut dan basah dari mulut Aisya yang tampak lahap menghisap penisnya.

"Oughkk... Terus, Aahkkk.. enak sekali cantik." Desah Ustad Reza.

Dia memasukan jemarinya kedalam gaun tipisnya yang dikenakan Aisya, lalu meremasnya dengan kasar, membuat Aisya merintih keenakan. Apa lagi ketika putingnya di pelintir, rasanya ia d bawak terbang keatas awan, sanking nikmatnya.

Setelah cukup lama, Ustad Reza meminta Aisya duduk diatas sofa, tempat ia duduk barusan. Lalu ia memeluk tubuh Aisya, dah mulai menciumi sekujur wajah Aisya, menikmati kecantikan Aisya. Ciumannya perlahan turun, menuju leher mulus Aisya, ia menyingkap kerudung Aisya, dan mulai menciumi pundak hingga leher jenjangnya.

Aisya menggeliat geli ketika lehernya di hisap, seakan ingin menghisap darahnya dan sungguh rasanya begitu nikmat bagi Aisya.

Perlahan Reza kembali memasukan tangannya kedalam gaun tidur Aisya, ia menarik keluar payudara Aisya dari dalam gaun tidurnya, hingga tampak payudaranya yang ranum terlihat begitu menggoda selera.

Reza membaringkan tubuh Aisya, lalu dia menciumi gumpalan daging payudara Aisya, dan berhenti tepat di putingnya. Lidahnya menari-nari di sekitar aurolanya yang berwarna coklat, sesekali ia menyentil putingnya dengan ujung lidahnya.

"Oughkk... Aaahkk..." Desah Aisya.

Kedua kakinya mengais-ngais, menahan rasa nikmat dan geli di payudaranya.

Reza melahap puting Aisya, dia menghisap dan menggigit putingnya secara bergantian, sementara tangannya membelai paha mulus Aisya.

Kemudian ia membuka kedua kaki jenjang Aisya, dan menyibak celana dalamnya yang berwarna merah, hingga tampak bibir vaginanya yang merekah merah di hadapannya, lalu Ustad Reza mulai menciumi paha mulus Aisya secara bergantian.

"Aahkk... Aaahkk.." Desah Aisya.

Wanita yang masih mengenakan jilbabnya itu tampak mengerang nikmat. Dia mendekap kepala Reza sembari merintih nikmat.

Tubuhnya tersentak-sentak bagaikan tersengat aliran listrik ribuan volt. Dan sedetik kemudian pinggulnya terangkat cukup tinggi seiring dengan ledakan orgasmenya yang luar biasa. Selama beberapa detik ia melolong panjang.

Perlahan tubuhnya melemas, dengan deru nafas yang tidak beraturan.

Ustad Reza membelai bibir kemaluan Aisya. "Kamu sudah siap sayang?" Tanya Reza, dia berdiri di depan Aisya dengan kemaluannya yang besar.

"Masukan sekarang Mas, zinahi aku..." Pinta Aisya.

"Tentu sayang, dan aku juga akan menghamilimu." Bisik Reza sembari menempelkan kejantanannya di bibir kemaluan Aisya.

Dengan perlahan ia menggesek bibir vagina Aisya dengan batang kemaluannya. Lalu dengan perlahan ia menekan penisnya hingga masuk kedalam bibir kemaluan Aisya yang telah basah, membuat Aisya merintih nikmat dengan bola matanya yang berputar menyisakan putihnya saja.

Perlahan penis Ustad Reza melaju semakin dalam masuk kedalam vagina Aisya, lalu ia menariknya dengan perlahan hingga bibir kemaluan Aisya tampak ikut tertarik keluar mengikuti gerakan penisnya.

"Nikmat sekali memekmu sayang!" Rintih Reza.

Sembari memompa vagina Aisya, Reza juga menjamah payudaranya, meremas dan memilin puting payudara Aisya yang telah mengeras. "Aahkkk... Mas! Ngilu... Engkk... Aahkk... Aahkkk..." Desah Aisya antara sakit dan nikmat.

Sementara itu penis Reza semakin cepat keluar masuk kedalam vagina Aisya. Yang dengan perlahan mulai di nikmati oleh Aisya.

Aisya melingkarkan tangannya di leher Reza, lalu sedetik kemudian mereka kembali berciuman dengan sangat panas. Berpacu dalam birahi, dengan diiringi suara erotis dari air hujan yang jatuh keatas atap kantor penghakiman. Dan tanpa mereka ketahui, perbuatan mereka saat ini diketahui oleh beberapa murid mereka.

Semakin lama Ustad Reza semakin cepat memompa vaginanya. Lendir kewanitaan Aisya yang semakin banyak, mempermudah penetrasi yang dilakukan Reza.

Reza menarik tubuh Aisya kedalam pelukannya, lalu ia menggendong Aisya sembari terus memompa penisnya kedalam vagina Aisya, membuat tubuh mulus Aisya yang bermandikan keringat terlonjak-lonjak, berayun-ayun di udara, membuat penis Reza masuk lebih dalam.

"Aahkkk... Aaahkk... Aaahkk..."

Reza membelai punggung Aisya. "Nikmat sekali jepitan memekmu sayang, Aahkk... Aku semakin jatuh cinta kepadamu." Ujar Reza, tangannya meremas pantat Aisya yang semok.

"Aahkkk... Mas... Aku mau keluar!" Erang Aisya.

Reza semakin cepat memompa kan penisnya kedalam vagina Aisya, hingga akhirnya Aisya mencapai orgasmenya, tubuhnya tersentak-sentak. Dan tampak lendirnya yang meleleh keluar dari dalam vaginanya yang sedang di jejali penisnya Reza.

Perlahan Reza kembali duduk di sofa, sembari memangku Aisya, dia membelai pipi Aisya yang merah merona.

"Di goyang sayang!" Pinta Reza.

Dengan perlahan Aisya mulai menaik turunkan pantatnya dari atas pangkuan Reza. "Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss..." Terdengar suara yang begitu merdu ketika kelamin mereka bersatu.

Aisya yang kembali terbakar birahi, kali ini mengambil inisiatif untuk segera memuaskan pasangannya. Sesekali ia memutar pinggulnya dan bergerak maju mundur dengan tatapan penuh birahi. Sementara Reza sangat leluasa bermain dengan payudara Aisya yang telah keluar dari gaun tipis yang dikenakannya.

Kemudian mereka kembali berganti gaya, Reza memposisikan Aisya dengan posisi menungging. Lalu dari belakang ia memompa vagina Aisya.

Plaaak... Plaaak... Plaaak...

Dia menampar gemas pipi pantat Aisya yang menggemaskan. Hingga meninggalkan bekas merah di pantat semoknya.

"Mas... Saya mau keluar lagi." Erang Aisya.

"Bareng sayang aku juga!" Ujar Reza.

Lalu dia kembali memutar tubuh Aisya di atas sofa hingga kembali terlentang, Aisya menggenggam penis Reza, dan menuntunnya kearah vaginanya. "Bleess..." dengan satu dorongan penis Reza kembali menyodok vagina Aisya yang terasa semakin hangat dan licin.

Dan beberapa menit kemudian mereka berdua mengerang bersamaan seiring dengan ledakan orgasmenya.

######

"Ray..."

Tampak seorang pemuda sembari memeluk tubuhnya, ia terlihat menggigil kedinginan. Tanpa banyak bicara Aya segera mengambilkan handuk untuk Adik iparnya. Sementara Ray tengah duduk di kursi dengan bibir gemetar menahan dingin.

Tak butuh waktu lama Aya sudah kembali dengan membawa dua handuk, satu handuk besar ia berikan kepada Rayhan untuk mengeringkan tubuhnya. Sementara handuk kecil ia gunakan untuk mengeringkan rambut Rayhan yang basah.

Aya membungkuk dan mulai mengusap kepala Rayhan dengan handuknya.

Sejenak Rayhan terpaku ia tidak menyangkah kalau Kakak iparnya begitu mengkhawatirkannya. Selain itu posisi Aya yang menunduk membuat Rayhan dapat menikmati pemandangan indah yang ada dihadapannya saat ini.

Biasanya kalau malam hari Aya memang terbiasa mengenakan tank top seksi yang agak tipis. Dan untuk menutupi lengannya yang telanjang ia memakai cardigan, dan jilbab lebar untuk menyembunyikan lekuk tubuhnya. Tetapi dikarenakan panik, Aya hanya mengenakan jilbab kecil yang tidak mampu menutupi lekuk tubuhnya.

Bahkan karena jilbab yang dikenakan Aya tidak begitu lebar, membuat kerah tank topnya jatuh kebawah, memperlihatkan payudaranya.

Dalam diam, Rayhan dapat melihat jelas bulatan kenyal payudara Aya yang sangat menggoda. Reflek penis Rayhan mengeras, ia tidak menyangkah akan mendapatkan pemandangan yang begitu indah di malam yang dingin ini.

"Astaghfirullah." Aya tersentak kaget.

Dia buru-buru menutup bagian lehernya yang terbuka, menutup satu-satunya akses bagi Rayhan untuk melihat buah dadanya, membuat Rayhan buru-buru memalingkan wajahnya karena malu.

Tanpa mengatakan sepatah katapun Aya segera meninggalkan Rayhan sendiri yang masih menundukkan wajahnya karena merasa bersalah.

#######

Seorang wanita cantik keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan gaun tidur yang tipis, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna, tampak stoking jaring menghiasi sepasang kaki jenjangnya. Ia juga membiarkan rambutnya terurai, membuatnya malam ini terlihat begitu cantik dan menggoda, belum lagi penampilannya yang banyak mempertontonkan auratnya.

Ardi tampak terkejut melihat penampilan Istrinya yang sangat menggoda.

Tidak biasanya Nurul berpenampilan sangat terbuka seperti saat ini. Walaupun Ardi mengakui kecantikan Istrinya, tapi tetap saja ia tidak suka.

"Astagfirullah Mi..." Ujar Ardi.

Nurul merenyitkan dahinya. "Kenapa Bi?" Tanya Nurul bingung. Padahal ia berharap Suaminya memuji dirinya dengan penampilannya malam ini.

"Pakaian apa itu Mi, kok kayak kurang bahan gitu." Cela Ardi, membuat Nurul merasa sangat kecewa.

"Abi." Protes Nurul.

Ardi menghela nafas panjang. "Umi mau jadi pelacur?" Deg... Jantung Nurul terasa berhenti mendengar ucapan Suaminya. "Hanya pelacur yang suka mengenakan pakaian seperti itu." Ujar Ardi.

"Kenapa Abi bilang seperti itu?" Tanya Nurul, matanya tampak memerah.

"Abi tidak suka Umi memakai pakaian itu."

"Salah ya kalau Umi mau nyenengin Suami, salah... Kalau Umi berpenampilan seksi di depan Suaminya sendiri, salah Bi?" Nurul tidak mampu menahan air matanya, mendengar penghinaan dari Suaminya.

Ardi memejamkan matanya, karena emosi sesaatnya, ia telah melukai perasaan Istrinya. Ardi menyesal, tapi egonya menahan dirinya untuk meminta maaf kepada Istrinya yang amat ia cintai.

"Abi gak mau, Umi berpenampilan seperti pelacur! Karena Umi Isti Abi, bukan pelacur murahan." Ujar Ardi, tapi tetap saja Nurul merasa sakit hati karena disamakan dengan pelacur.

Malam ini Nurul memang sengaja mengenakan pakaian yang menggoda, berharap Suaminya terangsang dan mau menggauli dirinya dengan penuh semangat seperti dulu waktu tahun pertama mereka menikah. Tapi sayang usahanya malah mendapatkan celaan dari Suaminya, padahal dia mengharapkan sebuah pujian.

Nurul duduk di depan meja riasnya, ia menghapus make up yang susah paya ia pakai. "Abi tidak suka?" Tanya Nurul dengan suara gemetar.

"Gak Mi." Jawab Ardi.

Nurul menghela nafas berat, usahanya untuk kembali merebut perhatian Suaminya sirna sudah.

Satu tahun terakhir ini Suami nya sangat jarang menyentuh dirinya, entah karena ia kini sudah tidak cantik seperti dulu, atau mungkin karena Suaminya telah bosan menggauli dirinya. Sebagai wanita normal Nurul masih sangat membutuhkan sentuhan Suaminya, tapi apa daya semua usahanya untuk menggoda suaminya gagal total. Dan hal tersebut tentu saja membuat Nurul merasa sedih,

Setelah make up tebalnya ia hapus, Nurul segera naik keatas tempat tidurnya. Nurul yang awalnya sudah sangat terangsang mendadak down melihat penolakan dari Suaminya, padahal ia sudah membanyangkan pertempuran panas malam ini.

Tanpa mereka berdua ketahui, sepasang mata sedang mengamati mereka berdua. Pria itu tersenyum senang, mengetahui kalau Nurul sangat merindukan sentuhan seorang pria.

#######

Di tempat yang berbeda, seorang wanita juga mengalami hal yang sama, ia juga tampak merindukan belaian Suaminya. Hanya saja, pria yang ia harapkan datang untuk memeluknya, kini telah tiada, dan dia kini hanya hidup sendiri tanpa Suaminya.

Dua tahun sepeninggal Suaminya, sudah banyak pria yang ingin merebut hatinya, tapi ia selalu menolak. Cintanya yang besar terhadap suaminya membuatnya tidak bisa menerima cinta yang lainnya.

"Hmm..." Erlina menghela nafas berat.

Ia membelai wajah seorang pria yang ada di dalam bingkai foto yang ada di tangannya. Pria tersebut adalah Suaminya yang telah memberinya dua orang anak.

Perlahan ia mendekatkan foto tersebut, dan meletakkannya tepat di sampingnya.

Perlahan ia memejamkan matanya membayang suaminya berada di samping dirinya. Ia membelai bibirnya dengan lembut, lalu ia membuka mulutnya dan mulai menghisap jari telunjuknya. Ia membayangkan kalau jari itu adalah jari Suaminya.

Sementara tangan kanannya membuka kancing piyama tidurnya, lalu dia membelai payudaranya yang tidak terlindungi oleh bra-nya.

"Aahkkk... Aaahkk..." Desah Nurul.

Dia membayangkan kalau saat ini Suaminya sedang menggelitik payudaranya, meremas payudaranya, memelintir putingnya, membuatnya makin bergairah dengan nafas yang memburu.

Lalu tangan kanannya kembali turun membelai perutnya yang rata, sementara tangan kirinya mengambil sebuah dildo besar berwarna merah muda.

Erlina mengecup kepala dildo tersebut, dan menjilati kepalanya seperti ia dulu yang suka menjilati kepala penis Suaminya. Perlahan ia membuka mulutnya dan membiarkan penis mainan itu berada di dalam mulutnya, lalu ia memaju mundurkan penis tersebut di dalam mulutnya.

Sementara tangan kanannya menyusup masuk kedalam celana tidurnya. Dia membelai vaginanya dengan jemari lentiknya sembari membayangkan kalau saat ini Suaminya sedang menjilati vaginanya.

"Enghkk... Aaahkk... Aahkkk..." Desah Erlina.

Dengan perlahan dia memasukan jarinya kedalam liang senggamanya, lalu dia mulai mengocok vaginanya sendiri hingga smenjadi sangat basah.

Semakin lama ia semakin cepat mengocok vaginanya, mengorek liang vaginanya, membuat birahinya naik semakin cepat. Tubuhnya gemetar ketika ia merasakan orgasme kecil.

Erlina mencabut jarinya, lalu dengan perlahan ia membuka celana dan celana dalamnya hingga bagian bawahnya kini benar-benar polos.

Kemudian ia membuka kakinya, dengan perlahan menggunakan dildonya, ia menggesek-gesek kemaluannya. Perlahan ia menekan kemaluannya dengan dildo tersebut, membayangkan kalau saat ini Suaminya yang sedang menyetubuhi dirinya.

"Oughkk..." Pantat Erlina terangkat cukup tinggi.

Ia menekan sebuah tombol yang ada di dildo tersebut, hingga dildo itu bergetar, dan berputar.

Kemudian ia menggerakkan dildo itu keluar masuk dengan sangat cepat. Sehingga dildo tersebut seperti sebuah mesin bor yang sedang mengebor vaginanya, membuat erangan Erlina semakin keras, dan pinggulnya makin terangkat tinggi.

"Oughkk... Aku dapat." Pekik Erlina.

Creeeeetss.... Creeeetsss.... Creeettsss...

######

Hujan turun semakin deras, tidak ada tanda-tanda kalau langit akan berhenti menangis, membuat suasana malam ini terasa begitu dingin. Rayhan keluar dari dalam kamarnya, ia hendak membuat segelas kopi hangat untuk menghilangkan kantuknya.

Besok tugas sekolah sudah harus di kumpulkan, tapi Rayhan belum juga menyelesaikannya, membuatnya sedikit frustasi.

Tapi langkah kaki Rayhan terhenti ketika ia melihat Kakak Iparnya yang sedang terlelap diatas sofa. Jantung Rayhan berdetak semakin cepat, apa lagi melihat posisi tidur Kakak iparnya yang sangat menggoda, membuat sang junior mendadak bangun.

Cardigan yang di kenakan Aya tersingkap kemana-mana, sehingga lengan dan ketiaknya yang bersih tanpa bulu terlihat oleh Rayhan. Tidak sampai disitu saja, jilbab lebar yang seharusnya menutupi payudaranya juga tersibak, dan parahnya tanktop yang dikenakan Aya sangat tipis, sehingga putingnya ngejiplak, dan bagian bawah tank topnya tersingkap hingga memperlihatkan perutnya yang putih mulus.

Rayhan menelan air liurnya yang terasa hambar, baru kali ini ia bisa melihat Kakak iparnya dengan penampilan yang begitu seksi dan menggoda dengan waktu yang cukup lama. Nafas Rayhan terdengar semakin berat.

Kali ini Rayhan benar-benar dalam keadaan bimbang, di sisi lain ia ingin menikmati pemandangan tubuh Kakaknya lebih lama lagi, tapi di sisi lainnya ia merasa sangat bersalah, karena bagaimanapun juga Rayhan sangat menghormati kakaknya.

"Ray..."

Deg...
Jantung Rayhan mendadak terasa berhenti ketika melihat Kakaknya yang tiba-tiba sudah bangun.

Sadar kalau pakaian yang ia kenakan tersingkap, Aya buru-buru memperbaikinya, membuat Rayhan makin salah tingkah. Ia merasa seperti seorang pencuri yang ketangkap basah.

Sejenak mata mereka bertemu, dan dari tatapan mata Kakaknya tergambar sebuah kekecewaan yang mendalam terhadap dirinya.

Tanpa banyak bicara Aya meninggalkan Rayhan yang tampak kebingungan.

######[/Hide]
 
:Mantap: pak bejo sudah melihat celah nafsu di nurul untuk dipuaskan dan dibangkitkan emosinya untuk menjadi budak sex dan pelacur sesungguhnya untuk membalas sakit perkataan suaminya ardi
 
:Mantap: pak bejo sudah melihat celah nafsu di nurul untuk dipuaskan dan dibangkitkan emosinya untuk menjadi budak sex dan pelacur sesungguhnya untuk membalas sakit perkataan suaminya ardi
Iya Gan, tapi untuk prosesnya di buat perlahan.
:galau:
Suhu, duet sama suhu gee kgee kah? Pak bejo ini pak bejo yg dari astaga bapak trus kena penjara? :D
Karakter Bejo memang cocok untuk jadi penjahat kelamin:jempol::bacol:
 
Izin gelar tenda, sebungkus rokok dan se ember kopi...
Sambil menanti kelanjutannya...
Semangat om...
 
Bimabet
titip cendol huuu... buat dibaca sehabis buka ya huuuu...
Silakan suhu.:jempol:

Izin gelar tenda, sebungkus rokok dan se ember kopi...
Sambil menanti kelanjutannya...
Semangat om...
Terimakasih Om, kalau tidak ada halangan Senin saya update :D
Menghibur hu..ijin meninggalkan jejak
Silakan Hu :jempol:

lanjutkan gan

nunggu kak aya di ekse paksa maunya :D

ajib ceritanya om
Terimakasih Suhu :panlok1:
Patokin dul

ditunggu lanjutannya...
:jempol:

Pak Bejo yg selalu "Bejo"
Bener banget Om:mami:

Duh, inget Clara jadi inget Clara di cerita Keluarga Citra.....

Sama2 toket gede....
Btw ane baru mulai baca Penikmat dosa. Keren suhu evolusi kemampuan menulis nya keliatan banget ! Ane jadi pengen berguru sama suhu...
Terimakasih pujiannya Suhu:suhu:

Ane lebih suka Aya kena serangan dari ustad Reza/temen Rayhan

Duh malah jadi NTR, wkwk
Hahaha...
D tunggu aja kelanjutannya

Ninggal jejak
silakan :banzai:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd