Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Makasih updetannya um. Alurnya beda dengan PD semangat terus um, udah gak sabar nunggu kamis hehe:pandaketawa:
Tinggal beberapa hari lagi om :p

Ditunggu juga cerita pak bejo merubah sifat menantunya nurul biar jadi budak sex
Siap om

Eh gan, sori nyelonong :nohope:
Tapi tokoh-tokoh di sini yang underage kalo bisa segera diganti.... Soalnya semprot lagi bersih-bersih konten yang sifatnya underage.

Ane sendiri gak paham, definisi underage itu khusus bocah2 masih krcil banget. Atau anak yang masih dibawah 18 tahun (misal 13-15) tapi udah bisa ngaceng/mens itu diitung underage apa bukan.

Takutny cerbung ini terhapus dengan sukses sebelum para penikmat dosa ini bisa merasakan arti akhir dari sebuah cerita. :((
Repot jga om kalau mau d ganti, tapi terimakasih atas keperduliannya:beer:
 
Mantep nii umi umi lagi hahaha. Keep update ya suhu jangan mandek dijalan. Semangaattt
 
Sedikit saran suhu, setiap pergantian POV ada tandanya, ini kan banyak POV nya. Walaupun saat baca sudah tau itu POV siapa, agar lebih rapi aja.


Lanjutkan suhu...
Semangat
 
"Ray!"

Rayhan menoleh ke belakang. "Iya Kak ada apa?" Tanya Rayhan kepada Kakak Iparnya yang malam ini mengenekan piyama berwarna biru laut, ia tampak berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Kamu lagi ngerjain tugas?" Tanya Aya.

"Iya Kak, dari Ustadza Andini!" Ujar Rayhan. "Kalau gak salah Kakak dekatkan sama Ustadza Andini?" Tanya Rayhan.

"Iya..." Jawab Aya. "Kakak boleh masuk?" Pinta Aya, Azam menganggukkan kepalanya.

Kemudian Aya duduk di tepian tempat tidur Rayhan, tepat di samping Rayhan yang sedang duduk di depan meja belajarnya. Sekilas Rayhan sempat menatap wajah Aya yang selalu terlihat cantik di mata Rayhan. Seandainya saja Aya bukan Kakak iparnya, mungkin Rayhan akan mencoba menggodanya.

Terkadang Rayhan tidak habis pikir dengan saudaranya, yang lebih sering meninggalkan Kakak iparnya sendirian ketimbang berada di rumah menemani Istrinya.

"Gimana soalnya, bisakan?" Aya tersenyum manis.

Rayhan menganggukkan kepalanya. "Bisa Kak." Jawab Rayhan.

"Kalau ada yang ingin di tanyakan, bilang ya."

"Iya Kak."

[Hide]Rayhan kembali sibuk dengan buku pelajarannya, sesekali ia tampak berfikir keras. Melihat Adiknya yang begitu giat belajar membuat Aya merasa sangat senang, sehingga ia memutuskan untuk membuatkan adiknya segelas kopi hangat agar Adiknya makin bersemangat.

Segera ia keluar dari kamar Adiknya, lalu tak lama kemudian ia kembali ke Kamar Adiknya sembari membawa segelas kopi hangat.

Lalu ia kembali duduk di atas tempat tidur Adiknya dengan posisi punggung bersandar di dinding, dan kedua kakinya selonjoran kedepan, mengarah kearah Rayhan yang sedang mengerjakan tugas. Sejujurnya Aya merasa bersalah kepada Adiknya, karena ia merasa gara-gara dirinya, Rayhan sampai tidak membuat PRnya.

Waktu terus berjalan dan Aya mulai merasa jenuh, ia bosan menatap dinding kamar Adiknya yang terdapat beberapa poster pemain bola.

"Kakak pinjam bukunya ya!" Ujar Aya.

Rayhan kembali melihat kearah Kakaknya, sepintas memang tidak ada yang aneh dengan penampilan Kakak iparnya. Dari atas Aya mengenakan jilbab lebar berwarna hitam hingga menutupi payudaranya, piyama yang di kenakannya juga berlengan panjang, begitu juga dengan celana piyamanya.

Hanya saja ketika Aya menekuk lututnya, dan sedikit membuka kakinya, keanehan itu baru terlihat, dan membuat mata Rayhan membesar.

Aya sama sekali tidak sadar kalau celana yang di kenakannya terdapat sobekan tepat di bagian selangkangannya, sehingga Adik iparnya dapat melihat celana dalamnya yang berwarna ungu. Pemandangan tersebut tentu saja membuat Rayhan menjadi gelisah, dan kehilangan konsentrasi nya.

"Tadi di sekolah gimana? Kamu gak di hukum lagikan?" Tanya Aya.

Wajah Rayhan terlihat tegang. "I... Iya Kak, cuman tadi sempat di marahin sama Ustadza Andini!" Jawab Rayhan, ia tampak terlihat gugup.

Aya kembali tersenyum manis, senyuman yang mengingatkan Rayhan dengan senyuman salah satu artis nasional bernama Zaskia Adya Mecca. Salah satu artis pavoritnya di serial Para Pencari Tuhan yang memerankan karakter bernama Aya, nama panggilan yang sama dengan Kakak Iparnya.

"Kok bisa?" Tanya Aya.

Rayhan mencoba mengalihkan pandangannya dari Kakak Iparnya. "Gara-gara semalam ketiduran Kak, jadi lupa ngerjain PR." Jelas Rayhan, tanpa melihat kearah Kakak Iparnya yang sangat menggoda.

"Terus, jadi gimana?"

"Aku disuruh ngumpulin malam ini Kak, ke kamarnya Ustadza Andini!" Ujar Rayhan, ia berusaha kembali berkonsentrasi dengan PRnya, tapi rasanya sangat sulit sekali. Pemandangan yang ada di hadapannya membuat dirinya merasa tidak tenang, antara penasaran dan takut ketahuan. Sebuah perasaan yang sangat menyiksa.

Aya menghela nafas pelan, sembari membuka kedua kakinya semakin lebar. "Emang kamu tau kamarnya Ustadza Andini?" Tanya Aya.

"Tau Kak, di komplek Putrikan!" Jawab Rayhan, tapi sedetik kemudian ia sadar kalau ada yang salah.

Rayhan melepaskan pulpennya dari tangannya, lalu ia memutar tubuhnya kesamping melihat kearah Kakak Iparnya. Aya mengangkat alisnya, menandakan sebuah pertanyaan yang dalam.

"Gimana caranya aku ke sana Kak?" Tanya Rayhan bingung.

Aya kembali menghela nafas, tampak buah dadanya naik turun mengikuti irama nafasnya. "Itu yang jadi masalahnya Dek, kamu ke sana gimana caranya, kalau siang hari masih mending, tapi kalau malam?" Jelas Aya, ia ingin mengatakan misi Adiknya nyaris mustahil.

"Aku bingung Kak." Ujar Rayhan.

Selagi berpikir, entah bagaimana caranya tiba-tiba matanya kembali menyorot bagian selangkangan Kakak Iparnya yang terbuka, tampak gumpalan daging mungil yang begitu tebal, membuat Rayhan sangat penasaran dengan bentuk yang bersembunyi di balik celana dalam tersebut.

Perlahan sang junior pun berontak, walaupun sudah bersusah paya Rayhan menahan diri agar jangan sampai ia kembali tergoda. Tapi rasa penasaran yang tinggi, membuatnya sulit menerima akal sehatnya.

Sementara Aya yang tidak menyadari kalau celananya sobek tampak berfikir keras. Ia mencari cara agar Adiknya tidak sampai di hukum.

"Begini aja Dek!" Ujar Aya.

Tapi tidak ada respon dari Rayhan, remaja tanggung itu tak bisa mengendalikan dirinya dari godaan yang ada di hadapannya sehingga membuat dirinya sejenak terpaku dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini, melihat gelagat adiknya, jelas Aya tau apa yang terjadi dengan Adiknya.

Dia menundukkan wajahnya mencari tau apa yang sedang di lihat Adiknya, dan ternyata semuanya terlihat normal-normal saja, kerudung yang ia kenakan menutup sempurna payudaranya.

Lalu pandangan Aya turun lebih bawah lagi, dan saat itulah Aya tau, kalau celana piyama yang ia kenakan sobek, sehingga bagian dalam celananya terlihat.

Kalau Aya yang biasanya, dia akan segera menutup kakinya serapat mungkin. Tapi Aya yang sekarang agak berbeda, ia tetap membiarkan kedua kakinya terbuka, dan itu artinya ia membiarkan adiknya melihat celana dalam yang ada di balik celananya.

Bukan tanpa alasan dia membiarkan Adik iparnya tetap melihat auratnya, ia kembali teringat dengan kata sahabatnya tadi siang. Rayhan belum tentu benar-benar salah, bisa jadi ia melakukan tindakan pelecehan tersebut dikarenakan ada kesempatan, dan saat ini Aya tanpa sadar telah memberi kesempatan tersebut untuk Adik iparnya.

Aya pikir ini tidak adil untuk Rayhan, kalau ia terus-terusan menyalahkan Adik iparnya atas kesalahannya yang dia perbuat sendiri.

"Dek..."

Rayhan tersadar, ia mengusap wajahnya dan memalingkan wajahnya. "Iya Kak..." Ujar Rayhan. Ia sudah sangat ketakutan kalau Kakaknya menyadari aksi cabulnya.

"Kakak ada ide." Ujar Aya.

Rayhan kembali melihat Kakaknya, dan ternyata posisi duduk kakaknya masih sama seperti sebelumnya, memamerkan selangkangannya yang dibalut celana dalam berwarna ungu. "I... Ide apa Kak!" Kata Rayhan dengan suara gemetar.

"Gimana kalau kamu nyamar aja?" Usul Aya.

"Nyamar?"

Aya menganggukkan kepalanya. "Kamu pake pakaian Kakak biar bisa menyelinap masuk ke komplek putri. Kakak yakin pasti berhasil." Jelas Aya yang terlihat sangat antusias sekali.

"Gimana ya Kak." Bingung Rayhan.

"Gak ada cara lain kan?"

"Aku pikir-pikir lagi kak." Jawab Rayhan.

Aya hanya tersenyum menanggapinya. Lalu dia kembali membuka buku sejarah yang ada di tangannya, dan kedua kakinya tetap ia biarkan terbuka.

Seiring dengan waktu Aya merasa ada yang aneh dengan dirinya, seharusnya sudah sedari tadi ia menutup kedua kakinya, tapi entah kenapa ia tetap dengan posisinya dengan kedua kaki terbuka, seakan ia menginginkan Adiknya terus melihat celana dalamnya.

Aya menggigit bibirnya, ketika ia merasakan ada sesuatu yang menggelitik di bawah sana, membuatnya kian merasa tidak tenang.

Sementara Rayhan yang sedang memikirkan ide Kakaknya dapat melihat perubahan yang terjadi terhadap Kakak iparnya. Ia melihat Kakak iparnya tampak gelisah, bahkan Rayhan melihat raut wajah Aya yang tegang mulai berkeringat, lalu matanya kembali turun ke selangkangan Aya, dan mendapatkan celana dalam Kakak iparnya yang mulai lecek karena basah.

Rayhan meneguk air liurnya, jantungnya berdetak semakin kencang, dan nafasnya pun mulai memburu.

"Jadi gimana Dek?" Tanya Aya mulai gugup.

Rayhan tidak kalah gugupnya. "Apa nanti gak akan ketahuan Kak?" Tanya Rayhan, dia memalingkan wajahnya sejenak, lalu kembali menatap selangkangan Kakak iparnya dengan gerakan sekilas.

Tentu saja Aya melihat lirikan mata Adiknya, dan hal tersebut malah membuat suasana menjadi semakin tegang bagi Aya.

Perlahan ia meluruskan kedua kakinya sehingga menutup akses Rayhan melihat selangkangannya. Dan tampak wajah Rayhan yang kecewa, membuat Aya merasakan sesuatu perasaan yang sulit ia gambarkan, antara malu bercampur senang, mengetahui kalau Adik iparnya begitu sangat penasaran terhadap dirinya.

Dia kembali menekuk satu kakinya, lalu membuka kakinya sehingga celana dalamnya kembali terlihat. "Hmmm... Sepertinya aman-aman saja dek!" Ujar Aya, ia kembali menangkap basah ekor mata Adiknya yang terarah kearah selangkangannya yang terbuka.

"Ya Tuhan... Ada apa denganku." Gumam Aya di dalam hatinya.

Ia tidak mengerti kenapa ia memiliki perasaan aneh ini, sebuah perasaan yang seharusnya tidak ia miliki sebagai wanita muslimah. Tetapi semakin kuat ia menolak perasaan tersebut, maka perasaan itu semakin kuat membelenggu dirinya, membuatnya tidak kuasa untuk menolak datangnya perasaan tersebut.

Begitupun juga dengan Rayhan, ia merasa sangat bersalah karena telah bertindak kurang ajar, tapi ia juga tidak kuasa untuk tidak memandangi selangkangan Kakaknya.

Cukup lama mereka berdiam, saling menikmati perasaan masing-masing. Rayhan merasakan perasaan tegang yang luar biasa, antara penasaran dan rasa takut. Sementara Aya merasakan rasa malu yang luar biasa dan kepuasan batin yang belum ia dapatkan dari Suaminya.

Hingga akhirnya mereka tersadar ketika suara Bell tanda berakhirnya jam belajar malam.

Perlahan Aya menutup kedua kakinya, ia sadar kalau apa yang ia lakukan sudah sangat berlebihan. Tidak seharusnya ia melakukan hal tersebut kalau alasannya hanya karena tidak ingin membuat Adiknya merasa bersalah atas kesalahannya.

######

"Eehmm... Aaahkk... Aahkkk..." Dengus Nafas Nurul tampak memburu seiring dengan keluar masuk penis Suaminya di dalam farajnya.

Di bawah selimut yang tebal, Ardi melaksanakan tugasnya sebagai seorang Suami, dan Nurul melayaninya dengan suka cita. Malam ini ia merasa sangat bahagia karena Suaminya kembali menggauli dirinya, layaknya sepasang suami istri pada umumnya.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Ardi menyerah, ia menumpahkan spermanya kedalam rahim Istirnya.

Setelah puas Ardi segera rebahan disamping Istrinya, nafasnya masih terlihat memburu, menandakan kalau malam ini ia merasa sangat puas.

Berbeda dengan Nurul, ia tampak merasa sangat kecewa, yang diinginkan Nurul bukanlah sex kilat, melainkan sex yang panjang, yang berakhir dengan orgasme yang luar biasa. Tapi sayang, harapan tinggallah harapan, Nurul hanya bisa pasrah menerima nasibnya.

Perlahan ia keluar dari dalam selimut, lalu mengambil gaun tidurnya berikut dengan jilbab lebar untuk menutupi rambutnya. Sekali lagi ia melihat kearah Suaminya, tapi tidak ada tanda-tanda kalau Ardi akan kembali melanjutkan pertempuran mereka berdua.

Dengan perasaan kesal Nurul pergi keluar kamar, lalu berjalan menuju dapur rumahnya.

"Aku sudah gak tahan lagi." Gumam Nurul.

Dia membuka lemari es miliknya, dan mengambil sebuah terong dengan ukuran sedang. Cukup lama Nurul termenung sembari menatap terong tersebut. Ada keraguan di dalam hatinya, tapi desakan birahinya menuntut penuntasan.

Perlahan ia duduk diatas kursi lalu dengan perlahan ia mengangkat gaun tidurnya. Tangannya bergetar ketika ia membelai paha mulusnya.

"Haruskah aku melakukan ini." Batin Nurul.

Tentu saja Nurul tau apa hukumnya bermasturbasi, dan hal tersebut membuatnya ragu, tapi ia sudah benar-benar tidak tahan, ia menginginkan sebuah penuntasan yang tidak di dapat dari Suaminya. Terkadang ia merasa kalau Suaminya sungguh sangat egois.

Rasa kesal yang memuncak terhadap Suaminya, dan desakan memenuhi salah satu fitrah nya sebagai manusia, membuat Nurul lepas kendali. Ia dengan perlahan menyibak celana dalamnya, lalu dengan terong tersebut ia membelai bibir vigananya.

Mata Nurul terpejam, seiring dengan masuknya terong tersebut kedalam vaginanya.

"Aahkk... Eenggk..." Desahnya.

Ia menekan terong tersebut masuk lebih dalam kedalam liang senggamanya. Lalu dengan perlahan ia menarik sedikit terong tersebut, dan kembali menusukkan terong itu kedalam vaginanya yang telah sangat basah, sehingga laju terong tersebut tidak terganggu.

Semakin lama ia semakin cepat menyodok terong tersebut kedalam vaginanya, tubuhnya perlahan mulai tersentak-sentak nikmat.

"Oughkk... Aaahkk... Aaahkk..." Desahnya makin kencang.

Lendir kewanitaannya keluar semakin banyak melumasi terong tersebut, membuat terong tersebut melesat semakin dalam kedalam liang vaginanya, dan menciptakan sensasi yang luar biasa bagi Nurul.

Mata Nurul merem melek, menikmati setiap inci kulit terong tersebut yang menggesek dinding vaginanya, dan sungguh rasanya sangat nikmat sekali.

Tidak butuh waktu lama, terong tersebut akhirnya mengantarkannya kepuncak kenikmatan yang di inginkan oleh Nurul, di inginkan oleh semua wanita yang ada di dunia ini. Tubuh Nurul tersentak-sentak seiring dengan ledakan orgasmenya.

Tampak vaginanya berkedut-kedut nikmat, nafasnya memburu dan buliran keringatnya membasahi dahinya, mengalir hingga kedua pipinya.

Perlahan orgasme tersebut mulai mereda, dan Nurul membuka matanya yang sayu.

"Sudah puas Nduk?"

Deg... Deg... Deg...
Jantung Nurul berdetak semakin keras, ketika melihat seorang pria yang sedang berdiri di hadapannya sembari tersenyum kearahnya.

Buru-buru Nurul merapikan pakaiannya, lalu bergegas meninggalkan pria tersebut yang masih berdiri dengan senyuman angkuhnya. Dia memandang liar lekuk tubuh Nurul yang berlalu meninggalkannya.

#######

Gila... Gila... Gila...

Hal gila yang sekalipun tidak akan pernah terpikirkan oleh Rayhan. Ia dengan terpaksa harus menyamar menjadi siswa putri agar bisa masuk kedalam asrama putri. Jantungnya berpacu dengan cepat, setiap kali bertemu dengan seorang Ustadza, ia takut kalau penyamarannya ketahuan oleh orang lain.

Sejujurnya Rayhan merasa sangat tidak nyaman dengan pakaiannya. Ia merasa sedikit kesulitan ketika sedang berjalan. Tetapi walaupun begitu, penyamaran Rayhan nyaris sempurna, tidak ada yang curiga kalau di balik pakaian gamis dan cadar tersebut adalah seorang pria yang sedang menyamar.

Ketika tinggal beberapa meter lagi ia tiba di asrama, tiba-tiba seorang Ustadza memanggil dirinya. Awalnya Rayhan ragu untuk mendekat, tapi kalau ia kabur tentu ia akan sangat di curigai.

"Kemari..." Panggilnya.

Rayhan dengan langkah takut menghampiri Ustadza tersebut. "A...ada apa Ustadza?" Ujar Rayhan, ia menggunakan suara dalam agar terdengar seperti suara perempuan.

"Kamu mau kemana malam-malam begini?" Tanyanya.

Deg... Deg... Deg...

"Ke... Ke asrama Ustadza!" Jawab Rayhan.

"Asrama apa?"

"Asrama B." Jawab Rayhan.

Ustadza Erlina menghela nafas perlahan. "Kerumah Ustadza sebentar ya, kebetulan Ustadza mau menitip buku untuk Ustadza Andini." Ujar Ustadza Erlina.

"Iya Ustadza!" Jawab Rayhan.

Dengan terpaksa Rayhan mengikuti Ustadza Erlina kerumahnya. Membuat resiko Rayhan semakin bertambah, padahal ia berharap segera bertemu Ustadza Andini, dan segera pulang, tapi pada akhirnya kini ia terjebak di dalam komplek siswa perempuan.

Setiba di rumah Ustadza Erlina, Rayhan di ajak masuk kedalam rumah. Rayhan sejenak memalingkan wajahnya ketika ia melihat seorang perempuan seusia dirinya, yang sedang menonton tv hanya mengenakan kaos dan celana pendek. Pakaian yang di kenakannya sangat menggoda, membuat Rayhan tidak habis pikir.

Tapi sedetik kemudian Rayhan tersadar, kalau dirinya saat ini sedang menyamar sehingga tidak ada yang tau kalau dirinya adalah pria. Ternyata ada untungnya juga ia menyamar jadi wanita.

Karena tidak ada rasa curiga sama sekali, Ria dengan santai tiduran di sofa dengan pakaian yang sangat seksi, membiarkan tanktop nya tersingkap, memperlihatkan perutnya yang putih mulus, membuat Rayhan mulai terangsang. Ria yang menyadari kehadiran Rayhan sebagi wanita, tidak mencurigainya sama sekali.

Tidak lama kemudian Ustadza Erlina kembali menghampiri Rayhan. Dia sudah berganti pakaian dengan daster batik. Tampak ujung dasternya melambai-lambai.

"Tolong bilang ke Ustadza Andini, terimakasih." Ujar Erlina.

Rayhan mengangguk. "Iya Ustadza, akan saya sampaikan." Jawab Rayahan, seraya tersenyum di balik cadar yang menyembunyikan wajahnya.

Kemudian Rayhan segera keluar dari rumah Ustadza Erlina, menuju asrama Unstadza Andini. Selama dalam perjalanan mata Rayhan tak henti-hentinya mengamati setiap siswa putri yang ia lewati, membuatnya mulai berkhayal bisa berada di tengah-tengah mereka.

######

Sementara itu di tempat yang sama, seorang berpakaian layaknya wanita berkeliling komplek putri, ia mengamati setiap siswa yang ada di komplek putri. Kemudian dengan santainya ia masuk kedalam salah satu kamar asrama, di sana tampak seorang anak gadis yang tengah terlelap tidur sendirian.

Dia duduk di samping anak perempuan tersebut, lalu dengan perlahan ia membelai wajah cantik anak tersebut yang masih terlihat polos.

Sementara siswa putri tersebut tidak menyadari kedatangannya, sehingga ia masih saja terlelap tidur, menikmati mimpinya yang indah.

Suasana kamar siswa tersebut memang sangat mendukung, karena sebagian siswa lainnya masih banyak beraktivitas di luar asrama, ada yang masih belajar, dan ada juga yang sedang beribadah.

Dengan perlahan pria berpakaian wanita tersebut mengeluarkan sapu tangannya, lalu dengan gerakan cepat ia membekap siswa tersebut. Sejenak siswa putri itu sempat memberontak, tapi tak lama kemudian tubuhnya melemas lemah.

"Ckckckck... Cantik sekali kamu sayang." Gumam pria tersebut.

Kemudian dia membuka satu persatu kancing piyama yang di kenakan anak tersebut, hingga tampak payudaranya yang mungil berukuran 32b. Lalu dia meremasnya dengan kasar, memainkan puting sang anak dengan jemarinya. Tidak puas hanya dengan menyentuhnya saja, pria tersebut mulai mendekatkan bibirnya kearah payudara anak tersebut.

Dia bagaikan bayi besar yang sedang menyusu ke induknya. Dia menghisap payudara anak tersebut, menggigit putingnya dengan gemas.

Perlahan tangannya menyusup masuk kedalam celana yang dikenakan sang anak, dia dapat merasakan rambut kemaluannya yang tidak terlalu lebat, lalu jemarinya turun semakin dalam menuju lembah hangat yang ada di bawah sana.


"Nikmat sekali!" Gumamnya.

Lalu dengan perlahan ia menarik celana tidur yang di kenakan anak tersebut. Sedikit demi sedikit mulai tampak vaginanya siswa tersebut, rambut kemaluannya yang masih jarang-jarang terlihat sangat menggoda.

Setelah celananya terlepas, pria yang menyamar jadi wanita itu membenamkan wajahnya di selangkangan anak gadis tersebut.

Sruuuppss.... Srrruuuppss... Sruuuppss...

Dia menyeruput rakus lendir kewanitaan yang di produksi oleh sang anak.

Lidahnya menyeruak, membela bibir kemaluan sang siswa, menggelitik clitorisnya yang memerah membuat tubuh sang gadis menggelinjang nikmat, nafasnya memburu, dadanya naik turun.

"ASTAGHFIRULLAH...."

Tiba-tiba segerombolan siswa masuk kedalam kamar dan mendapatkan sahabatnya yang ada di atas tempat tidur sudah tidak lagi mengenakan pakaian.

Sang penyusup yang sadar kalau ia sudah ketahuan buru-buru menghentikan aksinya. Dia dengan gerakan cepat menerobos gerombolan siswa putri tersebut untuk keluar dari dalam kamar asrama. Sementara anak-anak tersebut hanya bisa berteriak dan meminta tolong, membuat suasana malam itu menjadi gaduh.

########

Rayhan tampak kebingungan ketika melihat banyak orang yang berlarian seakan sedang mengejar sesuatu. Tetapi karena ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tampak cuek melangkah menuju asrama Ustadza Andini, ia berjalan santai melewati beberapa siswa yang sedang mengejar pelaku.

Ketika ia tiba di depan pintu kamar Ustadza Andini, tiba-tiba beberapa siswa menghentikannya.

"Berhenti." Suruh seorang siswa.

Rayhan menoleh kebelakang, dan ia melihat empat siswa putri berdiri di belakangnya, salah satunya adalah Asyifa, orang yang ia tabrak kemarin di kantor sekolah. "Ada apa?" Tanya Rayhan dengan suara lembut, seperti suara seorang wanita.

"Kamu pasti orang menyamar itukan?" Tembak Asyifa, karena ia yang paling berani.

Deg... Deg... Deg...

Jantung Rayhan berdetak dengan sangat cepat, ia tidak menyangkah kalau penyamarannya akan secepat ini ketahuan, padahal hanya butuh beberapa langkah lagi ia tiba di kamar Ustadza Andini.

"Ayo ngaku." Paksa Asyifa.

"Dia bukannya tadi yang kerumah aku!" Gumam Ria yang bersembunyi di balik badan Latifa.

"Maaf, maksudnya apa ya?" Tanya Rayhan.

"Suruh buka cadarnya." Bisik Ria.

"Maaf, bisa di buka cadarnya!" Pinta Latifa, ia sebenarnya sangat takut.

Rayhan tampak kebingungan, kalau ia membuka cadarnya, kemungkinan besar ia akan ketahuan. "Ini privasi, apa hak kalian maksa orang lain bukan cadar." Ujar Rayhan, ia sudah setengah mati ketakutan.

"Benar La... Kita gak boleh maksa orang." Ujar Popi.

"Bego banget sih kamu, kalau kita kita gak suruh dia buka cadar, gimana caranya kita tau dia cowok apa cewek." Jelas Ria dengan suara di pelankan, sembari bersembunyi di belakang tubuh Latifa.

"Kalau kalian tetap memaksa, itu artinya kalian sedang melakukan persuasi terhadap saya." Jelas Rayhan.

"Kita paksa aja." Ujar Syifa.

"Jangan Fa!" Tolak Popi.

"Bawel banget si kamu, udah Fa buka aja." Ujar Ria memprovokasi Asyifa.

Segera Asyifa hendak membuka cadar Rayhan, tapi dengan cekatan Rayhan menghindar, bisa bahaya kalau cadar Rayhan berhasil di buka.

Selagi Asyifa berusaha membuat cadar Rayhan, tiba-tiba terdengar kembali suara gadu.

"Dia di sana kearah tembok, cepat tangkap!" Pekik Seorang siswa, membuat mereka berempat saling pandang, menyadari kesalahannya mereka.

Tetapi karena kepalang tanggung Asyifa tetap berusaha membuka cadar Rayhan, beruntung Rayhan selalu berhasil menghindari tangan Asyfa, karena terus-terusan di desak, akhirnya Rayhan sedikit menggunakan keahliannya dengan mengunci tubuh Asyfa.

Asyifa berusaha memberontak, tetapi kuncian Rayhan membuat Asyifa tak bisa bergerak. Ia seperti kelinci kecil yang sedang di terkam oleh buaya.

Kreak...

"Ada apa ini ribut-ribut?" Tiba-tiba Ustadza Andini membuka pintu kamarnya.

Segera Rayhan melepaskan Asyfa, mereka berdua saling pandang. Asyfa menatapnya penuh amarah, sementara Rayhan hanya tersenyum mengejeknya yang tidak berhasil membuka cadarnya.

"Ada penyusup Ustadza!" Ujar Asyifa.

"Siapa?"

"Dia..." Tunjuk Asyfa.

Yang di tunjuk tampak pucat pasi di balik cadarnya, ia sekarang yakin kalau nasibnya sudah tidak terselamatkan lagi. Bayangan akan di keluarkan dari sekolah membuat Rayhan menjadi panik.

Andini mengamati siswa bercadar tersebut dan sedetik kemudian ia tersenyum karena ia mengenali siapa yang ada di balik cadar itu.

"Astaghfirullah... Kamu salah paham Asyfa!" Ujar Ustadza Andini.

Asyifa merenyitkan dahinya. "Maksud Ustadzah?"

"Dia ini sepupu Ustadza yang memang baru datang tadi sore! Dia bukan penyusup." Jelas Andini, tetapi Asyfa merasa kurang puas.

"Gerak-gerik nya sangat mencurigakan Ustadza." Asyifa membela diri.

"Kalau kamu tidak percaya, bagaimana kalau kita telanjangi saja sepupu saya ini." Tantang Ustadza Andini, ia terlihat tidak terima dengan ucapan Asyifa.

"Tidak perlu Ustadza, kami percaya." Kata Latifa cepat. "Kami permisi dulu Ustadza." Lanjut Latifa.

Lalu dia menarik sahabatnya Asyfa yang masih tampak tidak percaya kalau siswa bercadar itu adalah wanita, ia yakin sekali kalau wanita bercadar itu adalah pria, karena Asyfa merasakan sendiri kekuatan dari orang bercadar itu, dia terlalu kuat untuk ukuran perempuan.

######

Di dalam kamar Ustadza Andini tertawa puas, ia tidak menyangkah kalau Rayhan akan senekat ini dengan menyamar menjadi perempuan. Beruntung sebelumnya Aya menghubunginya dan mengatakan kalau Rayhan menyamar menjadi wanita. Tidak bisa di bayangkan kalau seandainya Aya tidak memberitahunya.

Rayhan sendiri sebenarnya merasa kesal karena ditertawakan. Tetapi ia juga berterimakasih karena telah di selamatkan Ustadza Andini.

Karena merasa gerah dengan pakaian yang ia kenakan, Rayhan segera melepas pakaiannya, dan menyisakan pakaian pria yang ada di balik pakaian muslimah yang ia kenakan.

"Puaskan Ustadza!" Ujar Rayhan yang kesal.

Andini duduk di kursi. "Hahahaha... Kamu nekat sekali Ray, saya benar-benar terharu dengan keberanianmu Ray!" Kata Andini seraya tersenyum.

"Dari pada gak naik kelas." Jawab Rayhan ketus.

"Sudah selesai tugasnya?" Tanya Andini sangsi, karena menurut Aya Rayhan tidak bisa menyelesaikan tugasnya, oleh sebab itu Aya meminta Andini tidak mempersulit Adik iparnya lagi.

Rayhan menghela nafas berat, ia mengeluarkan bukunya. "Belum Ustadza!" Ujar Rayhan lemas.

Andini mengambil buku Rayhan dan melihatnya, ternyata Rayhan memang belum menyelesaikan tugasnya. "Sepertinya tahun ini kamu memang belum bisa naik kelas." Kata Andini.

"Tolong Ustadza, setidaknya beri saya kesempatan." Melas Rayhan.

"Saya sudah memberi kamu kesempatan, tapi nyatanya kamu tetap gagalkan?" Ujar Andini. "Kalau kamu meminta waktu lagi, Ustadza tidak bisa Ray!" Lanjut Andini dengan tenang.

"Bagaimana kalau digantikan dengan hukuman Ustadza." Pinta Rayhan.

Ustadza Andini tersenyum, lalu dia berjalan menuju jendela kamarnya memastikan kalau jendela kamarnya tertutup rapat. "Itu juga yang Ustadza pikirkan Ray!" Ujar Andini. "Apa kamu akan menerima hukuman apapun yang saya berikan?" Tanya Andini.

"Iya Ustadza, asalkan nilai saya tidak kosong."

"Saya akan memberikan kamu nilai seratus, asalkan kamu bisa menjalankan hukuman yang Ustadza berikan dengan baik." Jawab Andini.

Lalu dia berjalan mendekati Rayhan, tetapi yang membuat Rayhan terkejut adalah ketika Andini membuka gamisnya yang ia kenakan, menjatuhkannya kelantai dan hanya mengenakan bra kecil yang menutupi putingnya dan celana dalam g-string yang di padu dengan tali stokingnya yang sewarna dengan warna pakaian dalamnya berwarna merah.

Glek...
Rayhan menelan air liurnya yang terasa hambar, ia tidak menyangkah kalau Ustadza Andini begitu berani.

Lalu ia duduk di pangkuan Rayhan yang tampak bengong, seakan tidak percaya kalau Ustadza Andini akan seberani ini kepada dirinya.

"Ustadza..."

"Panggil aku Kakak, Dek! Anggap aku Kakakmu." Bisik manja Andini.

Perlahan Rayhan melingkarkan tangannya diatas pinggang Andini yang terbuka. "Iya Kak..." Jawab Rayhan dengan raut wajah yang tampak tegang.

"Jangan takut... Ini enak kok!" Bisik Andini.

Dia menggenggam tangan Rayhan yang berada diatas pinggangnya, lalu dia mengarahkan tangan Rayhan menuju payudaranya. Sementara bibirnya melumat bibir Rayhan dengan perlahan. Mulanya Rayhan tak bereaksi karena masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Ustadza nya.

Tetapi lama kelamaan Rayhan mulai membalas memanggut bibir Andini, ia menghisap bibir Andini dengan lembut, sembari meremas payudara Andini.

"Hmmppss... Hmmppss...." Mereka berciuman sangat panas layaknya sepasang kekasih.

Kemudian ciuman Rayhan menuju pundak Andini, ia menyingkap jilbab Ustadza nya, hingga pundak telanjangnya terlihat, kemudian ia mengecup pundak tersebut, naik hingga keleher jenjangnya. Rayhan membuat beberapa bekas merah di leher Ustadza Andini yang seharusnya ia hormati.

Tubuh Andini bergetar hebat, ia merasakan sensasi yang luar biasa ketika Rayhan mengecup dan menjilati leher putih mulusnya.

"Oughkk... Dek... Aahkk..." Dari bibirnya terdengar suara desahan manja.

Perlahan Rayhan membuka penutup Payudara Andini, kemudian ia membenamkan wajahnya diatas payudara Andini, ia menghisap dan dan menjilati puting Andini yang telah mengeras.

Kedua tangan Andini mendekap punggung Rayhan yang tengah asyik menyusu diatas payudaranya.

Sluuuppsss.... Sluuuppsss... Sluuuppsss....

Tubuh Andini di rebahkan diatas tempat tidur, sembari mencumbu tubuh Andini, Rayhan membuka pakaiannya, hingga ia bertelanjang dada. Andini membelai dada bidang Rayhan yang cukup berbentuk, karena Rayhan memang suka menjaga bentuk tubuhnya.

Setelah puas bermain dengan puncak payudara Andini, ciuman Rayhan turun menuju perutnya, sembari jemari Rayhan melepas tali G-string. Dengan satu tarikan ia melepas celana dalam Ustadza Andini, hingga kini terpampang di hadapannya vagina gurunya yang gundul, karena selalu di cukur habis.

Bagi Rayhan ini adalah kedua kalinya bagi dirinya melihat selangkangan Ustadza Andini. Ia tampak berdecak kagum melihat vagina Ustadza nya.

"Boleh aku jilat Kak?" Tanya Rayhan.

Andini menganggukkan kepalanya. "Silakan Dek... Jilat memek Kakak!" Pinta Andini manja, sembari membuka kedua kakinya.

"Indah sekali memek Kakak." Bisik Rayhan.

"Ini milikmu Dek, nikmatin sepuasnya." Jawab Ustadza Andini seraya tersenyum manja.

Mula-mula Rayhan menciumi paha mulus Andini, lalu perlahan ia menjilatinya, dan semakin lama semakin dekat dengan bibir kemaluan Andini yang telah merekah di hadapannya.

Cup... Cup... Cup...

Dia mengecup lembut bibir kemaluan Andini, sementara tangannya membelai paha mulus Andini.

Kemudian ia menjulurkan lidahnya, menelusuri lembah hangat tersebut yang telah basah. Ia menjilati bibir kemaluan Andini, dan menghisapnya dengan lembut, membuat sang pemilik vagina menggelinjang keenakan, sembari mencengkram apapun yang ada di dekatnya.

Kedua kaki Andini menjepit erat kepala Rayhan, sementara tangannya menjambak rambut Raihan sembari menekan kepala Rayhan ke vaginanya.

Suuuppss.... Sluuuppsss... Sluuuppsss....

Lidah Rayhan menari semakin liar, menyapu bibir vagina Andini. Ia bermain dengan clitoris Andini, membuat tubuh Andini menegang hebat. Dan sedetik kemudian Andini mencapai puncaknya, ia mengalami squirt yang hebat, hingga cairan cintanya dengan deras menyembur mengenai wajah Rayhan.

Pinggul Andini sempat terangkat selama beberapa detik, dan kemudian terhempas kembali.

"Kamu hebat Dek!" Puji Andini, sembari mengatur nafasnya yang memburu. Dia menatap Rayhan dengan tatapan sayu.

Rayhan tersenyum senang mendapatkan pujian dari Gurunya itu. "Mau lanjut Kak?" Tantang Rayhan, Andini menganggukkan kepalanya bertanda kalau ia setuju permainan ini di lanjutkan.

Rayhan membuka celananya, memamerkan kejantanannya di hadapan Andini. Ia mengocok penisnya di hadapan Andini.

Segera Andini mendekat, ia menggenggam penis Adik ipar sahabatnya itu, lalu mengocoknya dengan perlahan. Kemudian ia menuntun penis Rayhan masuk kedalam mulutnya, dan mulai menghisapnya.

Sembari menghisap penis Rayhan, Andini memainkan kantung pelirnya Rayhan yang menggantung, membuat Rayhan tampak sangat menikmati oral sex yang di berikan oleh gurunya. Mata Rayhan merem melek keenakan, apa lagi ketika Penisnya terasa di putar di dalam mulut gurunya yang cantik itu.

Karena tidak ingin keluar lebih cepat, Rayhan meminta gurunya untuk berhenti, dan Andini setuju.

Ustadza Andini mendorong tubuh Rayhan hingga terlentang, lalu dia memposisikan dirinya diatas selangkangan Rayhan. Dengan tangan kanannya ia menuntun penis Rayhan kearah lembah surgawinya, dan dengan perlahan ia menekan pinggulnya, membiarkan penis Rayhan bersemayam di dalam vaginanya.

"Oughkk..." Desah Andini panjang.

Inci demi inci penis Rayhan masuk semakin dalam kedalam vagina Andini. Rasa hangat mulai menjulur keseluruhan tubuhnya.

Perlahan Andini mulai naik turun diatas penis Rayhan, ia merasakan betapa keras dan besarnya penis Rayhan di dalam vaginanya, membuat liang vaginanya terasa penuh dan seksak. Sementara Rayhan merasakan jepitan vagina Andini yang seakan mencekik penisnya.

"Aahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Andini semakin keras.

Kedua tangan Rayhan menggapai sepasang gunung kembarnya yang memantul, lalu meremasnya dengan perlahan tapi bertenaga. "Terus Kak... Aahkk... Nikmat sekali jepitan memekmu Kak." Racau Rayhan, ia mulai ikut menghentakkan penisnya keatas ketika pinggul Andini menghentak kebawah.

"Ooohkkk... Ray! Nikmat." Andini menurunkan tubuhnya, lalu ia melumat bibir Rayhan.

Bulir-bulir keringat tampak membasahi tubuh mereka, tetapi tak jadi penghalang bagi mereka untuk mengejar puncak birahi. Rayhan membelai punggung Andini dengan lembut, membuat tubuh Andini bergetar geli, merasakan usapan tangan Rayhan di punggungnya.

Setelah bertempur selama sepuluh menit, Andini merasa sudah tidak tahan lagi. Vaginanya terasa berkedut-kedut, dan beberapa detik kemudian tubuhnya melejang-lejang ketika badai orgasme menggulung dirinya.

Rayhan merasakan penisnya semakin di jepit oleh dinding vagina Andini, membuatnya semakin menikmati persetubuhan terlarang mereka.

Perlahan tubuh Andini melemah, dan jatuh kesamping tubuh Rayhan setelah orgasmenya meredah. Tampak nafasnya turun naik, ia terlihat kehabisan nafas seakan ia baru saja berlari dengan jarak kiloan meter.

Rayhan berbalik menghadap Andini. "Bagaimana Kak? Hukuman yang Kakak berikan ke aku sudah cukup memuaskan kan?" Goda Rayhan, sembari membelai wajah cantik Andini yang tampak sayu.

"Istirahat bentar ya Ray!" Melas Andini.

"Aku belum Kak, itu artinya hukuman dari Kakak belum selesai." Bisik Rayhan, Andini yang kelelahan tampak memelas.

Tetapi Rayhan tidak perduli, dia mengangkat satu kaki Andini, lalu ia letakan diatas pundaknya. Perlahan ia mendorong penisnya masuk kedalam vagina gurunya yang telah basah, sehingga penis Rayhan dengan mudah menerobos liang vaginanya.

Bless...

Dengan satu hentakan, penis Rayhan masuk seluruhnya kedalam vagina Andini. Kali ini Rayhan yang memegang kendali. Dia mulai menggerakkan pinggulnya dengan cepat, menghentak vagina Andini, membuat tubuh Andini tersentak-sentak. Air liur Andini tampak menetes sanking nikmatnya.

"Nikmat sekali Kak!" Racau Rayhan yang mulai hilang kendali.

Andini menggigit bibir bawahnya sembari menatap Rayhan dengan tatapan sendu. "Ray... Aahkk... Ampun Ray, Ohk... Kakak gak kuat sayang." Melas Andini, ia tidak menyangkah Rayhan yang selama ini ia kenal sangat lembut, bisa seberutal ini.

"Nikmati saja Kak, inikan yang Kakak mau!" Ujar Rayhan sembari tersenyum.

Andini mencengkram lengan kekar Rayhan, sembari membanting kepalanya kekiri dan ke kanan. Ia terlihat tersiksa dengan rasa nikmat yang diberikan Rayhan. Tidak butuh waktu lama buat Andini untuk mencapai puncak birahinya, ia kembali mendapatkan orgasmenya, tapi kali ini lebih dahsyat.

Perlahan Rayhan merebahkan tubuhnya di samping Andini, lalu ia kembali menghujami vagina Andini dengan penisnya yang masih berdiri keras.

Sungguh apa yang di lakukan Rayhan tidak mencerminkan dirinya dalam kesehariannya yang di kenal lembut dan baik hati. Kali ini, diatas tempat tidur ia berubah menjadi serigala yang memangsa gurunya.

Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss...

"Kak aku mau keluar!" Bisik Rayhan.

Andini meraih tangan Rayhan dan menggenggam tangan Rayhan. "Di dalam aja sayang, aahkk... Aku juga mau keluar." Jawab Andini.

"Kak... Aaahkk..."

"Rayhaaaan." Pekik Andini.

Secara bersamaan mereka menumpahkan hasrat birahi mereka secara bersamaan.

######[/hide]

Mohon saran dan dukungannya Suhu.
:galau:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd