Lanjutan
Malam yang semakin larut ini begitu sunyi. Kiranya ada suara jangkrik menemani, nyatanya tidak ada. Aku duduk melamun usai mandi, berharap tidur, ternyata tidak bisa. Biasanya ada pemandangan menarik yang dapat kulihat. Ya, tante linda, Tante yang masih ingin kutiduri karena rasanya belum puas walau hanya sekali saja. Entahlah kapan hal itu terwujud. Malahan, yang kulihat bapak sedang tidur sembari mendengkur di kasur kamarku. Aku yang seharusnya bisa menempati kamarku kembali, mau tak mau tetap akan tidur di atas tikar usang ruang tengah. Sementara itu, ibu sudah masuk ke dalam kamarnya. Mungkin, ia sudah terlelap apalagi sudah makan, perutnya pun kenyang. Terbenak dalam pikiranku untuk mengecek keadaan ibu yang katanya lelah. Semoga ia belum tidur karena banyak hal yang kuingin tanyakan padanya, terutama mengenai kepulangannya yang tertunda beberapa hari yang lalu.
"ckck"
"gimana gak nganenin kalau punya istri bentuknya begini ya", takjub aku melihat ibu sedang berbaring tidur.
Sesaat membuka pintu kamar ibu dan bapak, kutatap tanpa sengaja lekak lekuk tubuh ibuku yang tertidur di atas ranjang seorang diri. Hatiku bertanya kapan ia berganti pakaian. Pantas saja bapak tak sabaran 'menerkam' ibu kalau begini yang dilihatnya tiap malam. Benar-benar cantik dan menggiurkan ibuku ini. Lihat saja paha putih nan mulus miliknya. Siapa yang kiranya tak mau meraba?
Sayangnya, tak ada niat nakal aku pada ibu sendiri. Indahnya tubuh ibu yang sedang terlelap tak bisa kupandangi berlama-lama, cemas ia bakal terbangun. Apalagi kemunculan bapak suka tiba-tiba. Apa jadinya kalau ia tahu aku sedang mengintip ibu tidur. Bisa tak karuan hubunganku dengan bapak beserta ibu. Akhirnya, tak mau menambah masalah, lebih baik aku pergi tidur ketimbang muncul pikiran aneh-aneh yang hanya akan membebani pikiran. Biarlah sulit mengantuk daripada mendengar keributan 'versi lain' kembali terjadi di rumah ini. Aku pun menutup pintu kamar ibu dan bapak. Selanjutnya, aku kembali ke 'habitat' sementaraku sembari mencoba berbaring dan menutup mata di atas tikar yang nampak lusuh ini. Kuharap esok malam segera tiba.
"hoaaaaheeeemmm......"
###
Keesokan paginya, saat udara masih bersih nan segar, dan matahari belum tampak, dahlia lekas terbangun dari tidurnya. Sebagai seorang istri yang baik, tentu ia tidak akan lupa tugasnya menyiapkan sarapan untuk sang suami dan anak tercinta pagi ini. Memang semalam dia begitu lelah. Pantas saja ia begitu malas untuk memasak makan malam. Ditambah, semalam sang suami membuatnya kesal karena pertanyaan dahlia didiamkan tak dijawab, saat dahlia timbul niat memasak, meski tubuhnya lesu. Sekarang, Dahlia yang masih mengenakan dasternya mencoba bangkit dari peraduan di atas ranjang. Usai kedua kakinya menapak lantai, ia mencoba berganti pakaian yang nampak elegan. Barulah kemudian ia bergegas keluar kamarnya untuk mencuci muka sekaligus menyiapkan segala sesuatu untuk keluarganya di pagi hari.
Sesampainya di depan kamar, dahlia sontak mendengar seseorang sedang sibuk mencuci pakaian di kamar mandi. Suara air yang mengucur dari keran menyala pun juga sampai di telinganya. Tanpa berpikir siapa dahulu, dahlia langsung menuju kamar mandi untuk lekas melihat. Setiba di depan pintu kamar mandi yang terbuka, sejujurnya dahlia tertegun ternyata sang suami bangun lebih awal dan sedang mencuci saat ini di hadapannya.
"Mas suhar?!"
"Ngapain nyuci pagi-pagi sih mas?"
"Gak masuk angin?"
"lagipula, mas kan musti kerja hari ini..."
"Ntar telat loh, mas..!"
"ck..."
Sementara itu, seraya membilas dengan air bersih satu per satu pakaian yang sedang ia cuci, suhardi yang bangun lebih awal dari biasanya cukup dikejutkan dengan kehadiran sang istri. Terlebih, sang istri yang ia kira bakal menyapa manis, nyatanya tidak demikian. Dahlia menyapa sekaligus bertanya dengan mimik wajah kesal seolah tak suka suhardi mencuci pakaian. Namun, suhardi menyikapinya tidak reaktif. Ia menjawab dengan santai pertanyaan istrinya.
"gapapa kok..."
"sekali-kali mas bantuin kamu..."
"lagian ini juga udah mau selesai.."
"oh ya, kamu masih cape?"
"nanti habis mas nyuci dan mandi, mas pijitin bagaimana?
Sebaliknya, Dahlia tak terima begitu saja alasan sang suami. Lagipula, mencuci ialah tugas rutin dirinya sehari-hari. Selain itu, Ia pun heran mengapa sang suami ingin memijatnya, sedangkan hampir tidak pernah dahlia dipijit.
"udah mas, sini dahlia aja...!"
"lagian ini kan tugas dahlia, mas..!"
"Hmmm..."
"kamu gak usah cari-cari perhatian aku deh, mas..",
"karena gak pernah sama sekali kamu mijit", ucap dahlia yang menampakkan wajah sebalnya. Ia ingin merebut pakaian yang sedang dibilas sang suami.
"Uddahh gak usah..."
"kalo begitu. Kamu mending nyiapin sarapan buat mas sama yuda aja"
"mas suhar habis nyuci nanti bakal laper...", balas suhardi.
"ihh kamu mas..."
"keras yaa dibilangin...", gerutu dahlia.
Dahlia menurut saja kata suaminya. Apalagi sang suami bersikeras tak mau menyerahkan cucian yang ingin dahlia cuci. Akibatnya, ada sedikit rasa jengkel di hati dahlia karena sikap suaminya tersebut. Dahlia sebal bukan karena suaminya sedang mencari perhatian. Tapi, tak perlu sebegitunya sang suami bersikap, semata-mata memanjakan dahlia. Di sisi lain, dahlia sejujurnya agak senang karena sang suami sedikit meringankan beban tugasnya. Apalagi mas suhardi tak biasa bangun lebih dari awal dari dahlia. Selain itu pula suaminya yang rela mengorbankan tenaga dan waktunya tersebut tak khawatir akan kelelahan karena pagi ini ia harus berangkat kerja. Tak mau kalah dan berdiam diri, dahlia mencoba menyiapkan sarapan di dapur. Terlebih dahulu, ia bikinkan kopi panas untuk sang suami tercinta, meski rasa sebal masih memenuhi relung hatinya. Sembari membuatkan kopi dan mencoba mengingat-ngingat peristiwa kemarin dengan suaminya, lagi-lagi dahlia tersenyum sendiri.
"Dasar mas suhar..."
"dahlia kemarin itu bukannya gak mau..."
"dahlia lagi cape mas..."
"Sekarang kamu malah kayak nyoba nyari perhatian aku"
"kamu kan gak biasa begitu mas..."
"Dikira aku gak tahu apa.."
"awas kamu yaa mas....",
Entah kebetulan atau tidak, saat hati dahlia berkata demikian, Suhardi yang terlihat sudah selesai mencuci keluar dari dalam kamar mandi seraya melihat dahlia yang sedang sibuk di dapur. Lelaki yang hendak membersihkan diri usai mencuci itu benar-benar tak kuat melihat bagian belakang tubuh istrinya yang kencang, meski pakaian yang dikenakan dahlia tidak terkesan memgumbar aurat. Malahan, batang penis suhardi tegak berdiri di pagi hari. Ingin sekali suhardi merangkul mesra dahlia dari belakang, tetapi ia enggan, khawatir dahlia bakal marah dan situasi yang mulai baik ini kembali rusak. Selain itu, suhardi pun juga teringat pesan sang anak agar bersabar hati jika yang diinginkannya mau lekas terwujud. Alhasil, suhardi yang hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada berusaha mengabaikan pandangannya dari tubuh menohok sang istri sembari berjalan ke kamarnya untuk mengambil pakaian yang ia akan kenakan sehabis mandi. Apa yang sedang suhardi rasakan barusan barangkali nafsu terpendam yang membuatnya gampang terangsang. Lagipula beberapa hari terakhir dahlia belum memberi 'jatah'-nya.
Sesampainya di dalam kamar, suhardi lekas menuju lemari pakaian. Sambil berdiri, kepala keluarga itu memilah, memilih kemeja yang akan digunakannya untuk pergi bekerja hari ini. Tak perlu waktu lama baginya, usai mendapatkan pilihan seraya mengambil celana panjang bahan berwarna hitam, suhardi bergegas keluar kamar hingga ia pun tak sengaja bertubrukan dengan dahlia yang hendak masuk.
"Eh kamu ...", sapa suhardi memcoba melempar senyuman
"iya mas.."
"Eh iya mas, kamu gak perlu bersikap begitu, kayak tadi..."
"aku sanggup kok cuci pakaian kamu sama yuda"
"Itu kan udah tugas harianku"
"Ga usah sok mau nyuci mas...."
"gak biasa juga kamu...", ucap dahlia yang seakan masih belum puas melampiaskan rasa tidak suka terhadap sikap suaminya
"Hmmm gitu ya..", balas sepintas suhardi yang nadanya melemah, mencoba menahan diri.
"Iyaa!", gertak dahlia
"oh yaudah kalo gitu, mas suhar minta maaf ya"
"anggap aja yang tadi gak ada...", ucap suhardi tak berdaya, macam suami takut istri. Padahal, ia tidak sedemikian rupa.
Dahlia pun menarik nafas dalam-dalam usai mendengar permintaan maaf sang suami. Ia yang sebetulnya pura-pura kesal justru tak tega alias kasihan melihat suaminya yang seolah tak bisa berbuat apa-apa menanggapi emosi yang dibuat-buat. Lega hati dan perasaan dahlia sekarang, meski memang betul sekali ia tak marah kepada suaminya. Dahlia hanya ingin 'iseng' kepada mas suhardi yang sedang mencoba memancing perhatian dirinya. Malahan, ia masih ngotot mempertahankan sikapnya yang penuh ketidaksengajaan ini. Hmmm... kasihan suhardi.
Rencana sang anak tidak akan berjalan mulus seperti yang ia kira.
"Yaudah, mas suhar mandi dulu yaa..", pamit suhardi ke istrinya sembari tersenyum lagi.
"iyaa..".
"Oh ya Mas, kamu kenapa sih senyum-senyum terus?"
"gak usah senyum-senyum mulu..."
"Dari tadi aku lihatin kamu, senyuuuuuum mulu..."
"aneh tahu mas, ngelihatnya", kembali dahlia berulah sebelum suhardi meninggalkannya.
Tidak mau mengabaikan dahlia kembali, Suhardi pun lekas menoleh ke arah wajah istrinya walaupun apa yang ia lakukan sekarang jadi serba salah...,
"Iya sayang..."
"iyyyyaaaaaaa.....", balas suhardi yang mulai gregetan dengan sikap sang istri.
Sesuai dengan rencana awalnya, suhardi lekas pergi ke kamar mandi meninggalkan dahlia yang masuk ke kamar. Sembari berjalan, bahagia perasaan suhardi karena hubungannya kembali akur dengan sang istri walaupun tak sempurna. Di sisi lain, ia mulai meragukan ide anaknya yang sepertinya tidak berhasil, gara-gara melihat sikap sang istri yang tak suka dimanjakan pagi ini. Selain itu, suhardi mulai pesimis mengenai 'jatah'-nya nanti malam.
Saat sedang berimajinasi keadaan malam nanti, langkah suhardi tiba-tiba terhenti teringat akan sesuatu, ternyata Suhardi lupa membawa celana dalam. Mungkin rasa bahagia sesaat telah mengaburkan pikirkannya. Lantas, tak mau terlambat bekerja suhardi pun kembali ke kamar. Seketika ia membuka pintu kamarnya,..
"??!!!"
"Dahlia.., mas suharmu ini udah kangen banget sama kamu sayang.."
"Hhmmm...."
"Eh kamu mas.."
"ada apa?!", tanya dahlia seolah terkejut seraya melihat sang suami sedang memperhatikannya mengenakan pakaian dalam.
"Eh?! ini mas mau ngambil celana dalem.."
"tadi ketinggalan...",
"ohh...".
Sambutan dahlia yang membelalak seperti itu, membuat suhardi buru-buru mengambil celana dalam yang tertinggal di kamar. Hanya sebentar suhardi mengambil celana dalamnya. Tak lama, ia sudah keluar kembali, melangkah menuju kamar mandi. Sedangkan dahlia yang sedang mengenakan pakaian dalam di kamar, usai ditinggal suaminya, menyadari kalau sang suami sudah kepengen minta jatah darinya. Terlihat cukup lama tadi sang suami memandangi dahlia yang tak berpakaian utuh.
"udah kepengen ya mas?",
"makanya kamu sok cari perhatian begitu.."
"udah beliin makan, ngrendem pakaian, nyuci segala, sampai mau mijit lagi", tersenyum dahlia dalam lamunannya.
Tak mau berlama-lama di dalam kamar, apalagi sarapan belum sepenuhnya siap dibuat, dahlia buru-buru mengenakan pakaiannya. Sembari mengenakan pakaian, dahlia tiba-tiba teringat akan peristiwa kelam di rumah pak ujang. Benci sekali ia kala ingatan itu datang. Untuk menuntaskannya, malam ini mau tak mau dahlia berharap sang suami bakal menjamahnya. Ia pun berencana memberi 'kejutan lain' bagi suaminya tercinta, yang sempat ngambek karena dahlia tak mau bersenggama kemarin. Entah apa yang direncanakan dahlia itu.
###
"Huuhh.."
"Syukur deh..."
"bapak sama ibu tadi pagi udah baikkan..."
"Gak hanya aku yang seneng, tapi bapak yang bakal seneng banget nanti malam..."
"Tapi, kok ibu mukanya masih agak jutek gitu ya sama bapak..."
"yuda....!"
"ngelamun aja lo....!"
"ngelamun apa sih?"
"cerita dong sama gue....",
"eh iya, lo gak shalat jumat?"
"Haduuhh", rina mengejutkanku yang baru mulai berkhayal sembari menunggu adzan Jumat berkumandang siang ini dari pengeras suara masjid sekolah. Padahal, aku sedang ingin berpikir kiranya ibu kenapa masih agak kesal dengan bapak. Ngomong-ngomong, pagi tadi sungguh bahagia aku bahwasanya hubungan bapak dan ibu kembali harmonis. Kami sekeluarga sarapan bersama seperti sediakalanya dulu, tanpa om firman, tante linda, dan si kecil rido. Entah kapan bapak dan ibu rukun, aku bangun keduanya sudah saling bercakap-cakap satu sama lain seolah tak ada masalah sama sekali walau ibu raut wajahnya agak bagaimana gitu. Kutanya bapak apa yang terjadi, bapak seakan lupa jasaku karena ia menjawab pertanyaanku hanya dengan senyuman penuh makna. Oleh karenanya, tak mau dipusingkan, lantas kuanggap tak ada hal yang perlu kurisaukan hari ini, kecuali memikirkan bagaimana caranya bisa mengintip bapak dan ibu bersenggama nanti malam. Tentunya Aku tak mau menunggu hasil rekaman. Aku mau menyaksikannya langsung. Suasananya pasti tampak berbeda. Kukira hubungan badan mereka nanti malam bakal penuh gairah. Amat sayang dilewatkan begitu saja.
"yuda, lo gue tanya juga.."
"kok malah diem...".
"eh iya rin, maaf"
"gak ngelamun apa-apa kok"
"ini gue lagi nunggu adzan malahan..."
"baru mau berangkat ke masjid nanti kalo udah adzan dulu", terangku yang sedang duduk berdua bersama rina di depan kelas.
"Hmmm bohong...."
"gue gak percaya..."
"Eh iya yud, pulang sekolah ke rumah gue yuk?", bujuk rina kepada yuda.
Pertanyaan rina membuatku lekas membisu. Aku khawatir lagi-lagi nanti rina cuma memberi harapan palsu.
"Yang bener nih??"
"Nanti ujungnya batal lagi deh...", sindir diriku pada rina
"Kali ini bener kok yud....."
"percaya deh sama gue...", balas rina meyakinkan.
"Yaudah, awas ya kalo lo bohong lagi".
Sepertinya aku bakal pulang ke rumah telat. Tapi, biarlah sembari menunggu adegan bapak dan ibu nanti malam, aku bisa mampir di rumah rina dulu sebentar. Lagipula, tak begitu jauh jarak rumahku dengan rumah rina. Balik lagi, sebetulnya aku tak mau ke rumah rina kalau bukan ia mau menceritakan tentang tanda merah di lehernya. Hal tersebut membuatku penasaran kiranya apa yang terjadi pada rina. Aku selalu memintanya menceritakan langsung, tetapi ia tidak mau. Oleh karena itu, jalan satu-satunya cuma menunggu rina yang menceritakan langsung. Maka, ajakan rina kali ini kepadaku untuk main ke rumahnya tak akan kusia-siakan. Apalagi maksud dia mengajakku untuk menceritakan hal tersebut.
"yuda, nanti malem nginep di rumah gue sekalian ya?"
"hah? nginep?"
"kok pakai nginep segala", tercengang aku mendengarnya.
"Iya, besok libur ini kan?"
"Mau ya yuda..."
"gue mohon banget...", pinta rina dengan sangat kepadaku.
"Hhmmm..."
"Apa kata orang tua lo nanti?"
"gue nginep di rumah lo..", tanyaku yang ragu.
"tenang aja.."
"ortu gue gak ada di rumah kok...",
"mereka pergi...", dengan tenang rina menjawab.
Tak aku iyakan langsung permintaan rina karena aku merasa ada yang aneh mengapa rina yang awalnya mengajakku ke rumahnya untuk sekedar bercerita, kini harus menginap segala. Bukankah rumahku dengan rumahnya dekat? Di sisi lain, aku harus mendapat izin ibu dan bapak. Terlebih, masalah menginapnya ini. Kalau tidak diizinkan, masa dipaksakan? Lain halnya lagi, muncul sekelumit pikiran kotor yang merasuk ke dalam diriku bahwasanya aku tidak boleh sia-siakan kesempatan ini. Barangkali, tidak bisa dengan tante linda berduaan, aku bisa dengan rina, sahabat perempuanku.
"Astaga! yuda! temen lo sendiri tuh!", berontak nuraniku tiba-tiba.
"Iya deh rin..."
"gue sanggupin..", singkat aku menanggapi tawaran rina.
"gitu dong yud...", balas rina yang begitu senang sekali setelah mendapat kepastian dariku.
"Allahu Akbar!"
"Allahu Akbar!"
"Eh yuda..."
"Udah adzan tuh...",
"sholat gih sana...", lanjut rina berkata kepadaku sembari mendengar suara takbir melengking dari toa masjid.
"Iya rin..."
"Gue sholat dulu ya...", pamit diriku untuk bergegas sholat jumat.
Dalam perjalanan menuju masjid, aku masih memikirkan bahwasanya apa iya aku bakal dapat izin dari ibu dan bapak. Apalagi menginapnya di rumah seorang teman perempuan. Kalau tidak, lantas apa yang harus kukatakan pada rina. Lagipula aku sudah terlanjur berjanji. Namun, kiranya aku agak mengentengkan masalah izin dari bapak dan ibu ini. Terlebih, ibunya rina dan ibuku kan bersahabat. Begitu juga bapak dengan pak usman. Alhasil, tak ada hal yang perlu dikhawatirkan kalau di antara keluargaku dan keluarga rina sudah berhubungan dekat. Yasudalah, aku berkesimpulan tak perlu memberi tahu bapak dan ibu kalau aku akan menginap di rumah rina malam ini. Lagipula aku tak mau berbohong. Terpaksa dengan berat hati kukorbankan niatku untuk melihat bapak dan ibu nanti malam.
###
Terik siang yang bikin gerah telah pergi tersapu semilir angin sore hari. Beberapa anak-anak yang sekolah sudah pulang usai ibadah jumat. Bahkan ada yang lebih lama dari mereka. Ya, sore ini, berbarengan dengan jam orang pulang kerja. Tidak halnya dengan yuda, suasana rumah tempat tinggalnya tanpa lengang saat peralihan siang berganti sore. Boleh jadi karena firman dan linda sedang tak menumpang di rumah itu, pasca perselisihan yang menimpa hubungan keduanya. Akan tetapi, bagaimanapun karena suhardi dan yuda yang belum pulanglah penyebab utamanya. Biasanya, yuda, anak itu sudah pulang gini hari. Ternyata, tanpa sepengetahuan orang tuanya ia malah mampir ke rumah rina. Entah apa yang ia akan lakukan di sana.
Oleh karenanya waktu sore yang terus berjalan tanpa bisa dicegah ini justru membuat suhardi, sang bapak, tiba lebih dulu ketimbang anaknya di rumah. Ia yang baru saja tiba dalam keadaan lelah usai mencari nafkah, sedang terduduk di ruang depan sembari mengambil nafas dalam-dalam. Meski amat letih kepulangannya hari ini, entah apa yang dikerjakan di kantor, suhardi sempat membeli makan malam untuk dia, istri, dan yuda. Di lain hal, Ia tidak begitu 'ngeh' dengan suasana rumahnya yang tampak sunyi saat kehadirannya tanpa disambut seorangpun pula. Bahkan, ia yang masih mengenakan kemejanya itu berjalan ke arah dapur. Ternyata bukannya mencari seseorang. Suhardi sedang kehausan. Ia tampak meminum segelas penuh air mineral yang dituangkan sebuah dispenser yang tak tercolok listrik. Alhasil, dibuat sejuk kerongkongannya, meskipun air yang diminum tidak dingin, tidak juga panas. Usai menenggak minum, seolah konsentrasinya telah kembali, barulah suhardi sadar akan sesuatu. Ya, suara desahan wanita, dahlia, istrinya. Suara yang bersumber dari dalam kamar mandi itu terdengar tidak begitu jelas, samar-samar. Karena amat penasaran, suhardi lekas mencari tahu.
"Mas suhar...."
"entotin dahlia dong mas ...."
"dahlia mohon..."
"memek dahlia udah kepengen nih...."
"ohhh...."
Terperangah suhardi melihat sang istri yang tak berbusana sedang masturbasi di kamar mandi. Disengaja atau tidak pintu kamar mandi itu terbuka sedikit sehingga suhardi mudah mengintip. Suhardi tidak mengira dahlia bakal seperti ini. Dengan tangan, istrinya sedang mencoba memuaskan diri sendiri. Sebagai suami, tentu suhardi amat tergoda dengan pemandangan tersebut. Rasanya ia ingin ikut bugil bersama dahlia di dalam kamar mandi. Lelaki itu berhasrat menggantikan posisi tangan dahlia dengan tangan kasarnya seakan membantu dahlia mencapai orgasme. Tapi, entah mengapa suhardi mencoba mengendalikan nafsunya. Ia masih percaya akan pesan yuda, sang anak, yang belum tiba di rumah. Suhardi ingin persenggaman yang tak biasa bersama dahlia nanti malam. Entah persenggamaan macam apa dalam benaknya tersebut. Itu pun kalau benar terjadi. Oleh karena itu, suhardi memilih menghindar, menjauhi kamar mandi, bermain aman. Ia malah berjalan masuk ke dalam kamarnya seraya mau berganti pakaian ketimbang memperhatikan aktivitas yang dilakukan dahlia.
Ketika suhardi pergi masuk ke kamar, dahlia yang tahu, menghentikan masturbasinya. Ia ternyata kecewa kenapa sang suami tidak terpancing sama sekali untuk masuk ke kamar mandi. Bukankah kemarin mas suhardi minat bersebadan di tempat orang membersihkan diri ini? Memang, saat tahu suaminya sudah tiba di depan rumah, dahlia buru-buru membugilkan diri lalu masuk ke kamar mandi. Seharian ini, istri suhardi tersebut memikirkan bagaimana cara membuat kejutan untuk sang suami yang kemarin ngambek ingin bersetubuh, tetapi dahlia tak menuruti.
Nyatanya kejutan itu malah coba dahlia barengi dengan sikap main-mainnya yang belum mau diakhiri. Dahlia berniat membuat nafsu suaminya menggantung. Jadi, ketika suhardi sudah berada di dalam kamar mandi, dahlia berencana mengoral penis suaminya. Dalam hal ini, maksud dahlia ialah agar batang penis suaminya 'ngaceng berat'. Setelah dalam kondisi demikian, dahlia berencana menolak ajakan berhubungan badan jika nantinya mas suhardi meminta. Ya, tujuan dahlia berbuat seperti ini karena ingin melihat suaminya menderita dengan penis berdiri tegak, namun tak bisa berbuat apa-apa. Di samping itu, dahlia kepengen melihat wajah suaminya mengemis, bahkan kalau perlu sampai menangis sembari bertekuk lutut memohon supaya dahlia mau diajak berhubungan intim.
Akan tetapi, melihat kondisi yang ada, mendadak dahlia menduga bahwasanya sang suami sudah tahu rencananya. Padahal, belum. Ia heran mengapa suaminya tak terangsang untuk masuk ke dalam kamar mandi sama sekali. Dahlia pun pada akhirnya jadi bingung dengan rencana yang disusunnya sendiri. Oleh karena itu, ketimbang terus kebingungan, ia memilih langsung mandi saja.
"Mas suhar kok gak masuk ke kamar mandi sih..."
"Kemarin katanya kepengen berhubungannya di dalam.."
"Hmmm", gerutu dahlia.
Sebaliknya di dalam kamar, suhardi yang letih nampak bersiap untuk membersihkan dirinya. Tubuhnya yang sudah bau, gerah nan lengket segera ingin dibersihkan. Selagi mengambil pakaian ganti, suhardi tak lupa untuk mengambil handuk sekalian. Tanpa berlama-lama, ia menuju kamar mandi. Kiranya suhardi bisa melihat lagi dahlia sedang masturbasi, ternyata tidak. Hanya saja, ia lihat penampakan dahlia yang belum selesai mandi. Mau tak mau terpaksa suhardi menunggu gilirannya di ruang depan. Selagi menunggu, ia rebahkan dirinya di kursi sembari menyandarkan kepalanya ke tembok. Selain itu Ia coba memejamkan mata seakan tidur. Pemimpin rumah tangga tersebut sedang mengusir rasa lelahnya sebentar.
Selang beberapa menit kemudian,
"Eh kamu mas...."
"Udah pulang?", sapa dahlia yang hanya terlilit handuk seusai mandi sembari berjalan ke arah suaminya dengan mengumbar senyuman.
Suara lembut dahlia membuat Suhardi membuka kelopak matanya,...dan menolehkan wajah kusamnya ke arah sang istri yang mendekat.
"Iyaa....", lemah intonasi suara suhardi membalas seolah ingin mengekspresikan rasa lelahnya.
"Kok lemes gitu suaranya, mas?", tanya dahlia yang sedang berdiri menatap ke arah suaminya yang sedang duduk.
"Gapapa"
"Memang mas lagi cape aja kali yaa.."
"Hmmm..."
"Yaudah, kamu udahkan mandinya.."
"sekarang giliran mas ya, yang mau mandi...",
"Oh ya, mas hampir lupa"
"kamu gak usah masak buat nanti malam"
"Mas, udah beliin makan malam buat kita sekeluarga" ucap suhardi seraya menunjukkan kepada dahlia makanan yang ia beli di dekat meja tempat ia duduk.
"Hmmm makasih yaa mas.."
"Iya, yaudah mas mandi dulu yaa...", balas suhardi beranjak berdiri dan berjalan melintasi dahlia.
Lesu suhardi menapak, melewati sang istri yang sedang tampil menggoda. Kalau bukan karena tubuhnya yang kotor mungkin ia lebih memilih beristirahat daripada membersihkan diri. Memang pekerjaannya hari ini meletihkan. Tapi, itu sudah biasa baginya. Di balik itu semua suhardi seperti frustasi akan kerinduan dan hawa nafsunya terhadap dahlia yang belum jua terlampiaskan. Ya, yang meletihkan itu keinginannya yang belum terwujud. Terasa berat anjuran yuda. Kalau bukan karena keinginannya, suhardi mana mau. Namun, entah mengapa harapannya terkesan menipis sekarang. Banyak hal yang tak sesuai. Ditambah sifat dahlia yang sensi akhir-akhir ini.
Di lain hal, dahlia melihat langsung sang suami yang berjalan kepayahan di hadapannya. Awalnya dahlia mengira pura-pura. Lagipula, tadi suaminya sempat mengintip saat ia sedang masturbasi yang dibuat-buat. Namun, dahlia coba buang jauh-jauh pikiran buruk tersebut. Apalagi ia tahu persis bagaimana sang suami saat sedang letih. Sebetulnya pula dahlia ingin bertanya mengapa suhardi begitu cape hari ini. Tapi, suaminya tersebut terlanjur melintas masuk ke kamar mandi. Pasrah begitu saja wanita itu. Selain itu, dahlia sempat memandang wajah sang suami yang nampak penuh kepenatan. Hanya saja, dahlia sulit memperkirakan kiranya apa yang sedang membebani pikiran suaminya. Padahal, biasanya mas suhardi ketika pulang kantor lekas menceriterakan. Oleh karena semua hal itu, dahlia jadi merasa bersalah. Terlebih, suaminya lagi-lagi membelikan makan malam untuknya. Masihkah dahlia berpikir sang suami sedang mencari perhatian? Naluri dahlia berguncang setelah apa yang ia lakukan hari ini. Tidak sepantasnya ia bersikap seperti itu apalagi konteksnya main-main. Kini, ia yang tadinya berniat berbuat jahil kepada sang suami, tidak lagi demikian. Dahlia mengubah rencananya. Ia ingin menyenangkan hati mas suhardi yang sedang risau.
"Emmm,,. mas suhar kenapa ya? sama yang ini", ucap dahlia seraya membetulkan handuk yang kendur.
Sementara suhardi sedang melepaskan pakaian kerjanya yang bau kecut dan basah karena keringat di kamar mandi. Ia letakkan satu per satu menjuntai begitu saja di lantai keramik yang agak licin. Sungguh, perlakuannya tampak berbeda dengan pakaian bersih yang ia bawa, terkait dan terjaga di belakang pintu kayu bersama handuknya. Di pintu kamar mandi itu pula penglihatan suhardi tak sengaja tertuju pada pakaian dalam istrinya, yang dikenakan dahlia tadi pagi. Suhardi pikir dahlia lupa mencuci atau membawanya keluar. Akan tetapi, lelaki tersebut tidak terlalu memikirkan. Ia hanya melamun sesuatu. Terbawa mengawang-ngawang pikirannya. Tiba-tiba entah mengapa ia mencomot bra berwarna putih milik sang istri tercinta yang tergantubg. Tak peduli kotor atau tidaknya, suhardi malahan menciumi bra istrinya tersebut. Dengan perlahan nan gemas lelaki berkumis itu meraba penangkup susu sang istri dengan bibir beserta hidung sebagai pencium harum. Sesekali lidahnya jilat, sesekali hidungnya menghirup. Bahkan, ia sempat mengemut. Suhardi tak terobsesi, hanya melampiaskan rindu sesaat.
"Emmmhhh dahlia, mas suhar kangen sama susu kepunyaan mas ini...hmmm".
Tak puas dengan bra saja, ia coba mengambil celana dalam sang istri yang juga tertinggal. Perlakuannya mirip, hanya saja kali ini ia sempat membelitkan batang penisnya dengan celana dalam dahlia, bersentuhan dan juga bergesekan. Ia lakukan sembari mengingat sang istri yang tadi masturbasi. Barangkali, suhardi tak kuasa lagi menahan hawa nafsunya, hingga ia hendak mengikuti jejak sang istri, masturbasi.
"Dahlia, awas kamu yaa kalo sampai mas bisa ngentot kamu..."
"Gak akan mas suhar kasih ampun...ughh"
Saat suhardi sedang asyik-asyiknya, dahlia masih juga belum berpakaian. Malahan dengan tubuh terlilit handuk, wanita itu bisa-bisanya mondar mandir menyiapkan makan malam walaupun hanya perlu menyiapkan sepasang piring dan sendok sekaligus air minum di meja makan ruang tengah rumahnya. Setelah itu, ia coba berjalan mengambil makanan yang dibeli suaminya di ruang depan. Selesai menyiapkan malam, dahlia agak heran mengapa suaminya mandi lama sekali. Biasanya tidak seperti itu. Lagipula, tak terdengar suara guyuran air jatuh dari dalam kamar mandi sejak dahlia bolak-balik dari dapur ke ruang tengah, tempat suami-istri tersebut akan makan malam bersama.
Penasaran dahlia hingga ia mencari tahu. Kamar mandi yang tertutup rapat tak menghalanginya untuk menguping. Kali saja ada sesuatu yang terdengar meski tak jelas.
"Ughhh dahliaa..."
"Mas suhar udah kepengen sayang...."
"kontol mas suhar pengen entot memekmu..."
"orghh....."
"kenapa kamu gak mau dahlia...."
"tega kamu sayang..."
Jelas terkejut dahlia mendengar sang suami bersuara begitu. Ia menduga sang suami sedang onani. Mungkin, karena melihat dahlia masturbasi tadi. Alhasil, Dahlia tak menyangka mas suhardi sampai segitunya pada dirinya. Rencana awal dahlia benar-benar terpatahkan sekarang. Rasanya tidak perlu dahlia berbuat macam-macam untuk buat suhardi menderita secara syahwat. Lihat saja kondisi sang suami saat ini. Di sisi lain, dahlia senang apa yang sedang suaminya lakukan karena itu berarti sang suami amat mencintai dirinya. Ia yang dari tadi menyimak, tiba-tiba memelorotkan handuk yang melingkari dan mengetat pas di tubuhnya. Dahlia tak rela sang suami onani. Wanita itu tak mau bibit rindu mas suhardi terbuang begitu saja. Apalagi ia teringat peristiwa dengan pak ujang. Dahlia semakin ingin suaminya lekas menanam benih di ladang subur miliknya sekaligus menepikan benih pak ujang yang terlanjur masuk. Berdiri bugillah wanita itu saat senja kian terusir oleh malam.
"Mas suhar..."
"mas......"
"buka bentar dong"
"dahlia mau mgomong...", panggil dahlia dengan lembut kepada suaminya.
Ketika sang istri memanggil, suhardi agak panik. Buru-buru saja dalam keadaan bugil, ia menyahut
"ada apa sayang?"
"mas suhar lagi mandi nih .."
"buka sebentar aja mas..."
"ada yang mau dahlia omongin nih..
"penting..."
"dahlia mohon...", tak sabar dahlia untuk menerobos masuk.
Permohonan dahlia lantas dikabulkan suhardi karena khawatir jika tidak dituruti sang istri bakal naik pitam kembali. Pintu kamar mandi yang hanya terbuka sedikit pun menampakkan kepala suhardi yang penasaran ada apa kiranya sang istri memanggil. Saat pintu terbuka, pandangan tenang suhardi berubah melotot seakan tak percaya bahwasanya sang istri sedang tak berpakaian. Belum ia mengucapkan satu patah kata pun, mendadak dahlia mendorong pintu sembari ingin masuk.
"Kamu lagi ngapain sih mas?"
"kok lama banget mandinya...", ucap dahlia seraya menutup rapat pintu kamar mandi.
Melihat istrinya bugil, dalam keadaan satu kamar mandi pula, makin maksimal saja ereksi penis suhardi. Bercampur heran, batinnya pun guncang seakan berkata, "Yud, maafin bapak..."
"Kali ini Bapak kayaknya gak bisa tahan, yud".
"Mas, aku nanya kok gak dijawab sih..."
"Itu juga kenapa celana dalam aku di situ....?", tanya dahlia sembari menunjuk ke arah penis suaminya, dimana celana dalamnya mengait.
"Ehmmm....", masih tak berucap suhardi, sedang menenggak air liur dirinya seraya memandang tubuh yang ia rindukan.
"Ishhh kamu mas..."
"gak dijawab juga pertanyaanku", pura-pura sebal dahlia melihat suaminya yang sedang dalam keadaan bugil.
"Dahlia..."
"Kamu tahu gsk kenapa mas begini...?"
"mas suhar tahu kok kamu cape kemarin..."
"maafin mas soal kemarin itu..."
"semua gak lepas dari nafsu mas, sayang..."
"kamu tahu sendiri kan selama kita hidup berumah tangga"
"itu semua kenapa mas ngelakuin ini..."
"mas suhar gak bisa apa-apa saat kamu nolak berhubungan badan"
"gak bisa memaksa juga..."
"bingung mau melampiaskan kemana syahwat rindu mas ke kamu dahlia sayang.....", rayu suhardi yang sedang jujur dicampur sedikit bumbu dusta agar dahlia terkesan haru.
"Hhmm gitu...", dahlia perlahan mendekat ke suaminya.
"Iya kok mas..."
"dahlia ngerti banget kok..."
"kamu itu kalo udah nafsu..."
"bikin aku kelojotan terus..."
"susah dikontrol"
"mungkin, kalau saat lagi halangan itu bisa bersetubuh"
"kamu bakal genjot aku juga, mas..."
"Hhmm... dahlia minta maaf juga yaa mas suhar sayang...", ucap dahlia sembari menarik celana dalamnya yang melilit di batang penis mas suhardi.
"Iyaa sayang", balas suhardi menatap mata dahlia.
Dahlia dan suhardi tampak saling meminta maaf di kamar mandi, saat keduanya sama-sama polos, tak berpakaian. Pengakuan sang suami barusan diterima dahlia dengan lapang. Dahlia tahu betul bagaimana suaminya. Itu mengapa ia sempat berencana macam-macam. Tapi, tidak sekarang. Kini, dahlia bersiap melayani nafsu suaminya yang selama ini terbenam. Oleh karenanya ia sadar sebentar lagi ia bakal disetubuhi penuh gairah kerinduan. Lagipula, dahlia akan menikmatinya juga. Ia ingin menghapus memori kelam dengan pak ujang, sebuah cerita yang tak tahu kapan dahlia akan sampaikan pada sang suami. Lain halnya dengan suhardi, perlahan tapi pasti sikap kesetanannya pulih kembali. Meski pernah menyetubuhi linda, adik iparnya sendiri, tetaplah dahlia yang selalu membuat suhardi gampang terangsang. Tak lama lagi Ia berhasrat membuat dahlia meronta-ronta, seakan melampiaskan nafsunya. Lagipula benih sperma suhardi sudah penuh, ingin meletup. Tentu ia ingin sel jantannya memenuhi rahim sang istri.
"Mas suhar...."
"dahlia kangen....", lirih dahlia merangkul sang suami tercinta.
"mas suhar juga, sayang....."
"Emhhh...."
"Mmmhhhhh mmmuachhh....", suhardi segera menyambut pelukan dahlia, bibir gelapnya tak sabaran mencium bibir merah sang istri.
Dahlia dan suhardi akhirnya saling melepas kekangenan mereka yang tertunda. Sambil merasakan kehangatan tubuh masing-masing, keduanya saling berdiri mendekap. Dahlia yang merangkul leher suhardi, sesekali meraba punggung suaminya tersebut seakan melepas rindu yang belum tersampaikan kemarin hari. Sementara suhardi tak mau kalah, kedua telapak tangannya dengan gemas meremas bokong bulat dahlia. Ingin ia buat memerah rasanya pantat sang istri saking bernafsunya. Di sisi lain, bibir suami-istri itu pun saling bertemu, mengemut satu sama lain. Mulut suhardi yang belum bersih nan bau mengulum mulut dahlia yang baru saja dibersihkan saat mandi. Selain itu, bibir sensual dahlia juga terus-menerus dilumat bibir tebal nan gelap milik suhardi. Bahkan, sempat lidah dahlia yang menjulur diludahi suhardi. Sang suami memang tak ada habis-habisnya mengirim air liurnya ke mulut dahlia. Namun, dahlia tidak peduli. Malahan, wanita itu dengan suka hati menelan ludah suhardi, sampai-sampai liur sang suami membasahi sela-sela bibirnya.
Puas berciuman mesra, suhardi lekas mencumbu leher harum dahlia. Gregetan bibir lelaki itu menjelajahi jenjang leher istrinya. Sembari demikian, ia juga basahi leher sang istri dengan air liur seolah ingin meninggalkan jejak. Gigi kuningnya yang belum disikat tak terhindarkan, bersentuhan dengan kulit leher dahlia yang bersinar. Rasanya, suhardi mau menggigit saja bak permen manis. Di lain hal, tangan lelaki yang tak mau diam itu pun sudah berpindah. Telapak tangannya yang dari tadi sibuk meraba-raba pantat dahlia, kini tengah sibuk bergantian mengenggam payudara wanita itu, menangkup sembari memilintir pentil susu sang istri. Oleh karenanya, sekarang Dahlia sudah berada di bawah kendali suaminya. Beberapa kali mulutnya menelan ludah suhardi. Bukannya jijik, wanita itu kian bergairah. Belum lagi batang penis suhardi di bawah sana yang kerap bersentuhan dengan liang senggama miliknya, seakan penis sang suami juga ikut 'ngiler' tak sabar menyambar liang peranakan miliknya. Lebih dari itu, bukit kembar dahlia yang sedang diacak-acak suhardi memberikan sensasi luar biasa tersendiri baginya. Padahal, sang suami sama sekali belum mencicip.
"Aaahhh mass suharr"
"dahlia geellii....."
"udah dong masss hhh", desah dahlia yang sedang dicumbu suaminya.
Desahan dahlia yang tak karuan tidak dihiraukan suhardi. Justru makin beringas suhardi menikmati leher mulus sang istri.
"Mmhhhhhh....."
"harum sayang......"
"Mas suhar suka mhhh....."
"Apalagi tete kamu ini..grrmm"
"Nanti siap-siap kamu netein mas suhar yaa..."
"Oohhh.. iyaaa mass..."
"Susu dahlia kan udah kepunyaan kamu...."
"Hhmmmm..."
Puas mencumbu leher istrinya, suhardi mengambil nafas sejenak. Menjaga jarak sedikit lelaki itu dari dahlia yang sudah terkena keringat baunya. Kini, Suhardi dan dahlia sedang berdiri dan saling bertatap mesra. Keduanya sama-sama rehat sebentar karena udara kamar mandi yang pengap. Tatapan bola mata keduanya seolah saling mengirim sinyal bahwa pertempuran belum usai. Lihat saja pandangan dahlia yang mengarah ke batang kemaluan suaminya. Ia sudah tak sabar liang kewanitaannya diaduk penis mas suhardi, penis yang hampir tiap malam membuat vaginanya orgasme berulang-ulang. Penis itu pula yang berhasil membuahi yuda. Hanya saja, liang peranakan dahlia belum basah, bakal perih rasanya kalau sampai ia dihujam kemaluan suhardi. Tentu, dahlia berharap mas suhardi lekas membuatnya becek dulu. Apalagi Mas suhardi amat senang kalau batang penisnya mengaduk-ngaduk licin vagina dahlia. Begitu juga dahlia, bukan main gairahnya kala penis suhardi menggaruk-nggaruk itilnya
"Mass suhaaar..."
"Dahlia lagi subur sekarang...", sapa manja dahlia seraya menatap manis ke arah suhardi.
"Hhmm bagus sayang..."
"Mas suhar gak sabar buntingin kamu lagi...".
"Emm.."
"Kamu serius nih kepengen punya anak lagi??"
Dengan yakin dan mengangguk, suhardi membalas sembari menatap tajam istrinya.
"Serius sayang..."
"Mas suhar kepengen lihat rahim kamu penuh benih cinta mas....."
"Hmmm..."
"Maas, kontolnya kok tambah gede ya...?", tanya dahlia mencoba menggoda.
"Ini karena udah lama gak mejuin kamu sayang", ucap suhardi sudah bersiap.
"Ihh jawabnya gitu sih mas....".
Dialog mesra suhardi dan dahlia menambah hangat suasana kamar mandi. Tubuh telanjang keduanya sedang saling berhadapan, disertai keringat yang tadi menetes mulai mengering. Penis coklat kehitaman sang suami tampak menjulang. Sebaliknya bukit kembar dahlia tampak membusung. Saat ini masing-masing siap melayani, mempersembahkan anggota tubuh yang menjadi daya tarik seksual keduanya. Lihatlah suhardi. Tampak tak sabaran lelaki itu menyantap payudara dahlia yang selalu menjadi kesukaannya. Bibir tebal hitam nan gelapnya manyun, sedang bersiap mengemot susu dahlia. Suhardi berjanji pada dirinya, bakal menghisap puting dahlia hingga sang istri menjerit minta ampun, itupun kalau suhardi mengabulkan. Sementara dahlia, tak sabar bikin penis suaminya orgasme lebih dulu, semata-mata ingin membuktikan seberapa jantan dan tangguh mas suhardi. Hanya saja, dahlia sudah tahu bahwa sang suami amat sulit ditaklukan.
"Dahlia sayang..."
"Besok-besok kalau pergi mas suhar ikut yaa.."
"Emm, memangnya kenapa mas?", tanya heran sang istri.
"Mas suhar gak bisa ditinggal semalaman sama kamu"
"Istri yang tiap malam selalu ngangenin di ranjang".
"Ckck.. segitunya ya.."
"tapi gombal banget mass...", balas dahlia menanggapi omongan sang suami.
Suhardi yang geraknya diam mulai aktif kembali. Lelaki itu melangkah, mendekat ke tubuh istrinya. Tegap tubuhnya tiba-tiba membungkuk. Kepalanya yang tegak coba disejajarkan dengan dada sang istri. Di sisi lain, posisi dahlia tetap diam menanti. Ia tahu sebentar lagi bukit kembarnya bakal jadi makanan mas suhardi. Oleh karenanya, dahlia yang sebetulnya terbiasa, agak tegang untuk memulai.
"Mas suhar muji. Kok dibilang gombal sih.."
"Dahlia sayang, mas suhar tuh kangen nih sama tete kamu....", ucap suhardi sembari mendekap erat dahlia dengan posisi kepala beserta wajah tepat dihadapan payudara sang istri.
"Ohhh"
"Mas suhar..."
"dahlia takut .....", balas dahlia menunduk seraya melihat wajah sang suami yang sedang berada di depan bukit kembarnya
Kian memeluk erat dan memelototi puting dahlia, suhardi bertanya
"takut kenapa..."
"Hmmm???".
"Mas suhaaar...."
"jangan bikin dahlia tegang dong...", sahut dahlia memalingkan muka.
"tegang kenapa sayang?"
"Ahhh.. mas suhar..."
"Mas suhar kan mau nee-..."
"Emmmmprhhhhhhhh nyompphhhhh", tiba-tiba suhardi memotong seraya menyambar puting dahlia.
"Aaaaahhhhhhhhhh".
Dahlia menjerit. Mulut mas suhardi sedang melumat bergantian payudaranya. Berulang kali pentil susunya disentuh, dijilat lidah kotor suhardi. Berulang kali pula puting dahlia dilahap dan disedot kuat-kuat bibir tebal suaminya itu. Bahkan, sampai-sampai telapak tangan suhardi membentot seolah supaya air susu dahlia keluar. Dahlia menahan geli bercampur gairah. Beberapa kali kedua tangannya mencoba mendorong pundak sang suami. Namun, yang ada malah makin buas saja mas suhardi menyusu. Oleh karenanya, cuma mendesah yang bisa dahlia lakukan. Terlebih, saat gigi suhardi menyentuh areola puting dahlia, serasa dikunyah buah dada wanita itu.
Benar-benar terlalu suhardi. Mulutnya bergantian melahap bukit kembar dahlia yang tepat berada dihadapannya. Tak ia biarkan tubuh dahlia menjauh seraya bergerak tak beraturan. Tak ia biarkan pula susu istrinya menganggur. Ia lumat dan basahi dengan liurnya. Makin mengeras saja pentil dahlia. Dan juga makin rakus saja suhardi menikmati susu istrinya. Alhasil, kedua puting dahlia basah nan lengket. Bahkan areola buah dadanya sedikit terluka akibat bersentuhan dengan gigir suhardi, suaminya.
"Emmphhhh nyemmpphhhh nyommphhh"
"Enak bangeet tetek kamu dahlia sayang..."
"Ahhhhh iyaaaaaaa"
"kan tete kesayangannyaa mas suhar...."
"ahhhhh........"
Beberapa menit kemudian, suhardi puas menikmati susu istrinya. Dekapan kedua tangannya pun mengendur, memberi ruang bagi dahlia untuk bernafas. Selagi dahlia rehat, suhardi memandang tubuh indah istrinya yang tampak berkeringat kembali. Tentu keringat itu bercampur dengan keringat masam suhardi. Lebih dan lebih lagi, ia lihat puting dahlia basah karena liurnya tadi. Bukan main girangnya lelaki itu. Sementara dahlia sedang mengambil nafas dalam-dalam usai desahan tiada henti. Sedikit risih dirinya karena ia yang sudah mandi kembali berkeringat. Ditambah tubuhnya yang tadi harum, terkena keringat berbau milik sang suami yang belum mandi.
"Ihhh mas suhar..."
"Dahlia kan udah mandi, mas"
"Uhhh ini tete dahlia jadi lengket...", gerutu dahlia.
"tenang sayang"
"nanti kamu mas suhar mandiin kok...", tersenyum puas suhardi memandang istrinya.
Usai nafasnya kembali, dahlia berencana 'balas dendam' kepada mas suhardi. Ia ingin buat sang suami cepat berorgasme sembari menguji seberapa kuat lelaki itu bertahan. Walaupun ragu, dahlia mencoba berusaha. Kini, wanita itu sedang menghampiri sang suami yang sedang memandangnya. Usai mendekat, lekas dahlia yang sedang bugil itu bersimpuh hendak melakukan sesuatu. Wajah dahlia tepat berada depan batang kemaluan suhardi yang menjulang ke atas. Ia pandangi seraya mengingat bahwasanya penis tersebut yang membuatnya kehilangan keperawanan. Penis itu pula yang berhasil membuatnya hamil. Di lain hal, tidak bisa dipungkiri batang penis mas suhardi kerap suka membuatnya kewalahan. Saat bersetubuh, seringkali penis mas suhardi menusuk seakan merobek liang peranakan dahlia. Belum lagi lahar panas suaminya yang tiap kali membanjiri rahim. Kalau saja, dahlia tidak meminum pil kb sebelum bersebadan, mungkin wanita itu sudah punya banyak anak sekarang.
"Ughhhh...."
"Dahlia.."
"isep kontol mas ya...", pinta suhardi sembari menoleh ke bawah, menatap wajah istrinya.
"Iya..."
"Sini mas...", ucap dahlia sembari menggenggam penis suaminya.
Tanpa malu-malu, jari indah nan lentik dahlia perlahan memegang batang kelamin yang sedikit berbau milik suaminya. Mau tak mau memang wanita tersebut mengocok supaya makin tegap penis mas suhardi berdiri. Cengkaraman tangan dahlia tidak begitu kuat, namun sang suami dapat merasakan rangsangan luar biasa, seolah tangan dahlia mendorong spermanya agar lekas tumpah. Seraya memegang penis mas suhardi, kedua mata dahlia memandang wajah lelaki yang telah menjadi suaminya cukup lama tersebut. Ia lihat mulut mas suhardi pelan-pelan meracau, menikmati setiap kocokan tangan dahlia. Sedangkan, dahlia sendiri kian terangsang memaju mundurkan penis suaminya dengan menggunakan tangan. Ia bisa rasakan vaginanya meminta dibuat becek, seakan iri dengan penis mas suhardi yang sedang dimanjakan.
"Ohhhhh ennnakk dahlia, istrikuu...!", teriak keras suhardi tak peduli bakal ada yang mendengarkan.
"Hhhsss iya mass suhaarr...", ucap dahlia mempercepat kocokannya.
Tak kuat, suhardi meminta dahlia segera mengulum penisnya. Lalu, Dahlia tanpa segan melahap sembari maju mundur bibir sensualnya mengemut kemaluan mas suhardi. Sesekali dahlia menjilat leher kelamin tersebut, seakan merangsang segera keluar lahar panas milik suaminya. Dahlia bisa merasakan penis mas suhardi dalam keadaan amat keras. Bibirnya bergesekan dengan kulit kelamin suaminya. Oleh karena itu, dahlia tahu sebentar lagi suaminya bakal orgasme. Kini, Suhardi benar-benar dalam kondisi tak tahan untuk segera memuntahkan cairan kelaminnya. Ditambah mulut dahlia perlahan makin cepat mengulum, memaju mundurkan bibirnya. Menjelang orgasme, Suhardi berencana menumpahkan seluruh spermanya ke wajah dahlia. Ia ingin melihat muka sang istri tercinta basah oleh benih calon anak mereka.
"Mmhhhhhh mhhhh"..
"Dahlia sayang, mas suhar mau keluaarr...."
"ohhhhss", ucap suhardi memberi sinyal.
"Mmmpphhhh.... mhhhhhhhh", intensitas mengulum dahlia kian cepat, sembari kedua matanya memandang mas suhardi, suaminya.
"Ohhhhhsss dahliiaaaaaa......"
"pejuuu mass mauu keluaarrr....hhhh"
Tak buang waktu, Suhardi menjemput klimaksnya. Ia bantu dahlia seraya menyodokkan penisnya ke mulut sang istri. Intensitas cepat keluar masuk penis tersebut tentu bisa dahlia rasakan. Ia bersiap saja jika mulutnya harus menerima cairan kental penis sang suami
"Mhhhhhhhhhhhhhhh mhhhhhhhh"
"Aahrgggghhhhhh dahliaaa sayannng"
"masss suharr keluaaarrr"
"crrooottttt crootttttttt"
"Orghhhhh"
"mas pejuin muka kamu sayang...", lenguh suhardi mencabut penisnya dari mulut dahlia, melepas orgasmenya sembari menumpahkan sperma ke wajah istri tercinta.
Melumer sperma yang dikeluarkan batang penis mas suhardi di wajah cantik dahlia. Menyemprot, membasahi hidung, pipi, hingga dagu wanita itu. Percikannya pun mengenai dahi, bahkan hampir ke mata. Sukacita sang istri menerima. Ia lihat mas suhardi tengah termegap-megap usai orgasme. Lelaki itu sempat senyum menatap dirinya. Sementara dahlia membalasnya dengan sedikit kecewa.
"Ahhh mas suharr..."
"Muka dahlia kena pejunya banyak....", ucap dahlia seraya memamerkan wajahnya ke mas suhardi.
"Ohhh..."
"Biarin dahlia...."
"Mas suhar seneng...", balas suhardi dengan penis masih berdiri tegak.
Orgasme sang suami barusan sebetulnya membuat khawatir dahlia. Dirinya cemas belum mendapat kepuasan maksimal, vaginanya saja belum ditembusi mas suhardi. Namun, sepintas dahlia melihat penis suaminya masih ereksi belum lunglai. Ia berkeyakinan mas suhardi masih kuat. Hanya saja, di tengah keyakinannya, sang suami malah mengajaknya keluar kamar mandi sembari berkeinginan mengisi perut yang kosong. Alhasil, mau tak mau dahlia menuruti kemauan suaminya.
Agak kesal rasanya dahlia menyadari karena ia yang malah digantungi oleh mas suhardi
"Hmm mas suhar..."
"Kok malah keluar sih...."
"Dahlia kan belum basah, mas.."
"Sabar yaa sayang..."
"Kita makan dulu yuk, perut mas udah laper nih"
"Kamu udah nyiapin makan malam, kan?"
"hhss..Iya", dahlia mengangguk cemberut seraya membilas air, mencuci muka dari sisa sperma mas suhardi di wajahnya.