CHAPTER 6
βGood ! berarti saya tidak perlu khawatir lagi, jika dia bisa ikut tuan.β Kata Merdin setelah mendengar yang dikatakan oleh Aksan. Tawaran dari Aksan untuk ikut dalam pencarian Dinda putri kedua dari Pak Raharjo adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan baik Merdin maupun Pak Raharjo sendiri. Apalagi Merdin mengakui kemampuan Aksan dalam bertarung dan menganalisa berada di atas rata-rata. IQ Aksan selama berada di bawah pimpinannya, selalu berada di atas tim lainnya.
Aksan hanya mengangguk ketika semua orang dalam ruangan ini memandang ke arahnya.
Linda sendiri telah berada di dekat Pak Raharjo. Dia takut berada dekat di Aksan. Lalu, Linda baru saja mengingat sesuatu. βAstagaaa Andrew,β
βKenapa Andrew?β tanya Pak Raharjo.
βDia- dia pingsan pa, di hajar ma nih cowok.β Kata Linda menunjuk ke Aksan.
βBenarkah begitu?β tanya Pak Raharjo ke Aksan.
βOhh namanya Andrew, padahal saya memukulnya cukup pelan.. Lemah !β gumam Aksan di selingi oleh senyuman menyeringai.
βCkckck ! ya udah, Linda kamu saja yang urus dia.. papa dan lainnya mau mencari Dinda adik kamu.β
βIya pa..β balas Linda, lalu si gadis menatap bengis ke Aksan. βAwas lo, gue bakal balas yang lo lakuin malam ini ke gue.β Gumam Linda yang tertuju buat Aksan.
βUdah.. udah, sekarang bukan waktunya untuk membahas hal yang tidak penting.. sudara Aksan, benar sudara ingin membantu kami?β
βYa. Jika memang di butuhkan.β
Tiba-tiba saja ponsel Pak Raharjo berdering.
βPasti anak buah Rusman yang menelfon.β Kata Pak Raharjo.
βTunggu tuan, saya harus melakukan sesuatu.β Ujar Merdin, lalu ia meminta ponsel milik Pak Raharjo. Merdin mencolokkan ke sebuah alat kecil yang baru saja ia keluarkan dari tas. Adalah sebuah alat untuk melacak keberadaan orang yang menghubungi nomor ponsel itu.
βBeres ! silahkan di jawab tuan.β
Pak Raharjo lalu menjawab panggilan telfon.
Sedangkan Merdin sudah memasang headset di kedua telinga, mendengar pembicaraan seseorang di seberang, juga melacak menggunakan keyboard kecil yang terconnecting dengan alat yang ia pakai sekarang ini.
βHalo.β
βPak Raharjo.. hahaha, sekarang putri anda berada di tangan kami.β Suara si penelfon terdengar di seberang. Merdin memilih untuk menyambung kabel dengan speaker kecil.
βSaya berbicara dengan siapa?β
βAnda tak perlu tahu saya siapa, yang harus anda lakukan adalah.. bertemu dengan saya sendiri saja. Tidak boleh membawa pasukan, jika tak ingin kehilangan putri kesayangan anda.β
βHaruskah saya sendiri saja kesana?β
βYa tentu saja,β
βSaya kebetulan tidak enak badan, sulit untuk menyetir sendiri.. apakah saya bisa mengajak supir saya minimal untuk menyetir mobil. Dan sebutkan permintaan anda, agar saya bertemu dengan anda tidak dengan tangan kosong.β
Merdin memberikan kode kepada Pak Raharjo, agar ajak si penelfon berbicara lebih lama. Sementara dia masih mengutak-ngatik keyboard melacak posisi si penelfon.
βKami tidak butuh buah tangan dari anda, yang kami butuhkan anda datang ke tempat ini dalam kondisi hidup, karena nyawa anda tak terhingga nilainya.. hahaha,β
βIzinkan saya mengajak supir saya. Jika saya menyetir sendiri, saya tidak yakin saya bisa sampai di tempat anda dalam keadaan hidup-hidup.β
βHahahaha anda masih bisa negosiasi dengan saya, baiklah.. saya ijinkan anda membawa supir saja. Ingat, jika anda mencoba-coba mengajak pasukan anda kemari. Maka anda akan bertemu dengan jasad putri anda.β
βTerima kasih, sudah membiarkan saya mengajak supir saya sekarang ini. Baiklah, katakan posisi anda sekarang ini.β
βSilahkan jalan sekarang juga, nanti saya akan mengirim lokasi ketika anda sudah berada di jalan.β
βOke saya jalan sekarang.β
Telfon terputus.
βYes dapat lokasi mereka.β Kata Merdin yang telah berhasil melacak keberadaan si penelfon.
βSaya rasa mereka tidak sebodoh itu, system retas melalui sambungan telfon bukan rahasia umum lagi. Menurut saya mungkin mereka sedang setting lokasi mereka dengan applikasi murahan di Android. Yaitu Fake GPS !β Kata Aksan tiba-tiba mengemukakan pendapatnya.
Merdin memandang ke Aksan.
βSaya setuju dengan dia, Merdin.β Kata Pak Raharjo.
βJadi bagaimana tuan?β tanya Merdin.
βBiarkan saya pergi sendiri, dan Merdin siapkan satu orang terkuat kamu untuk menemani saya ke sana. Tugas dia hanya menyetir sajaβ
βWHAT? Tidak tuan, saya tidak akan membiarkan tuan hanya berdua kesana.β
βJadi, apakah saya harus mempertaruhkan nyawa Dinda ? kamu tidak dengar, jika mereka menyuruh saya untuk datang hanya berdua dengan supir.β
βTapi tuan?β
βPapa, Linda khawatir pa.β Linda yang masih belum beranjak dari posisinya, memegang lengan Pak Raharjo. Gadis itu khawatir terhadap Pak Raharjo yang akan nekat pergi sendiri. βPlease pikirkan kondisi papa sekarang ini.β
βIni tanggung jawab papa, Linda.β
βBiarkan saya menemani anda..β Aksan kembali berbicara pelan.
Respon Merdin kembali bernafas lega. Sudah seperti inilah yang di inginkan Merdin sejak tadi, namun dia ragu untuk meminta tolong ke Aksan untuk menemani Pak Raharjo. Jika sudah seperti ini, maka Pak Raharjo di pastikan akan pulang dengan selamat.
βGood ! terima kasih anak muda, sudah mau menemani saya ke sana.β
Aksan tak membalas ucapan Pak Raharjo. Dia hanya mengangguk saja.
βKalo begitu siapkan senjata yang dia butuhkan.β Kata Pak Raharjo ke Merdin.
βTidak perlu... saya hanya menggunakan yang saya punya saja. Cukup dengan ini.β Kata Aksan menunjukkan pistol Glock dengan silencer di moncongnya.
βOke... saya percaya dengan kamu anak muda.β
βPanggil Aksan saja.β
βIya Aksan.. oke Aksan, kita jalan sekarang?β
βApakah anda punya kursi roda?β
βFor what?β
βJika ada, lebih baik di bawah saja. Nanti kita pikirkan setelah di jalan.β
βOke.. saya punya, dan kita bawa apa yang kamu inginkan. Ada lagi?β
βSudah cukup,β
βBaiklah, kita pergi sekarang.. Merdin siapkan kursi roda dan naikkan ke dalam mobil.β
βBaik tuan.β
-000-
Sesuai yang di jelaskan oleh Aksan. Untuk mengikuti arahan pesan dari seseorang yang di kirimkan ke nomor ponsel Pak Raharjo. Aksan yang menyetir mobil mengarahkan tujuan sesuai titik lokasi.
Mereka tiba di depan gudang kosong.
βKita sudah sampai.β
βApa rencana kamu selanjutnya?β tanya Pak Raharjo pada Aksan.
βSilahkan hubungi nomor tadi.β Jawab Aksan.
βOke.β Pak Raharjo lalu menghubungi nomor yang di maksud. Sekali nada sambung, terdengar suara yang sama saat menelfon Pak Raharjo tadi.
βKami sudah melihat mobil anda di depan, silahkan masuk maka anda akan bertemu dengan kami.β
βBaiklah saya akan masuk bersama supir saya,β
Pak Raharjo memutuskan sambungan telfon. Mereka berdua mulai menjalankan rencana yang di katakan oleh Aksan saat berada di jalan tadi. Aksan mengeluarkan kursi roda, dan menyuruh Pak Raharjo untuk duduk dan berpura-pura sedang sakit, serta susah untuk berdiri. Seperti yang biasa di lakukan oleh orang-orang kaya pada umumnya, saat malas untuk berjalan maka mereka akan menggunakan kursi roda.
Pak Raharjo duduk di kursi roda, dan Aksan memegang kedua tangkai di belakang.
βKamu yakin rencana kita berhasil?β
βSemoga.β
βBerapa persen?β
β1%.β
βHaaaaa?β Pak Raharjo terkejut dengan jawaban Aksan. βTerus kalo sekecil itu keyakinan kamu, kenapa kamu harus melakukannya?β
βKita lihat saja nanti, ayo kita jalan.β Kata Aksan tak memperdulikan pandangan protes dari Pak Raharjo. Aksan mendorong kursi roda masuk ke dalam gudang.
Pintu gudang terbuka. Suasana di dalam gudang cukup gelap, namun penglihatan Aksan sudah terlatih untuk melihat di daerah gelap. Aksan menyadari beberapa orang sedang stand by mengarahkan senjata ke arah Aksan dan Pak Raharjo.
Plak ! Plak ! Plak ! suara tepukan tangan dari seseorang yang muncul dari kegelapan. Berjalan ke penerangan satu-satunya di gudang ini. Aksan dengan tenang mendorong kursi roda untuk lebih dekat.
βHaha terima kasih sudah menepati janji anda untuk datang berdua saja.β Seseorang yang cukup di kenal Pak Rahajo baru saja menunjukkan diri. Adalah Rusman, orang yang pernah tersakiti karena persaingan bisnis.
βApa mau anda?β tanya Pak Raharjo.
βMau saya? Hahahaha,β Rusman tertawa terbahak-bahak, di ikuti sebuah lampu menyala. Menunjukkan Dinda yang sedang terikat dalam kondisi mulut tertutup lakban.
βMmmmmfffffmmmmmmm !β Tubuh Dinda meronta-ronta memaksa untuk lepas.
βMau saya adalah Perusahaan anda menjadi milik saya, sebagai ganti nyawa putri kesayangan anda.β Kata Rusman sambil menoleh ke Dinda.
Seseorang bertubuh besar berjalan mendekati Dinda. Mengeluarkan sebuah pisau dan mendekatkan ke leher Dinda.
βTolong jangan sakiti anak saya.β Pak Raharjo tampak mulai khawatir, apalagi Aksan sejak tadi hanya diam saja tanpa melakukan apapun. Atau tanpa memberikan sedikit kode apa yang mesti mereka lakukan selanjutnya.
βKalo ingin anak anda selamat, maka yang harus anda lakukan adalah menandatangani semua surat-surat yang telah saya persiapkan. Bagaimana?β kata Rusman sambil mengambil sebuah tas koper dan membuka di hadapan Pak Raharjo.
Pak Raharjo menoleh sedikit ke Aksan.
Rupanya Aksan masih saja bersikap tenang. Namun tanpa ada yang menyadari, jika Aksan sejak tadi membaca situasi yang ada, mempelajari semua letak posisi musuh, dan menghitung dari satu ke lainnya cara untuk bergerak cepat melumpuhkan mereka semua.
Aksan hanya membawa sebuah pistol glock, dan dua buah pisau. Jika di hitung musuh lebih dari 10. Tiga di depan mendampingi Rusman. 1 berada di samping Dinda, dan sisanya berada di lantai atas mengarahkan senjata ke bawah. Ke posisi Aksan dan Pak Raharjo berada.
Rusman berjalan mendekat ke Dinda. Mendekatkan ujung pistol ke jidat Dinda. βSaya menunggu 1 menit anda mendanda tangani berkas itu, jika lewat dari 1 menit.. maka anda akan membawa pulang jenazah putri anda. Haha.. hitungan di mulai dari sekarang.β
βTunggu !β
βSaya mulai menghitung...βKlik ! Rusman menekan di layar ponsel. Stop watch mulai berjalan.
Seringaian tak terlihat di wajah Aksan sesaat. Dan bersamaan suara di layar ponsel, gerakan tangan Aksan yang begitu cepat meraih pistol glock di belakangnya.
TFFT ! Satu orang terkena timah panas di jidat, hingga terjatuh ke lantai. TFFTT ! dua orang telah tumbang. Aksan bergerak cepat, menembak satu persatu orang yang berada di lantai atas.
TFFT !
TFFT !
βBAJINGAAAANNNN !β
βAksan apa yang kamu lakukan ?β tanya Pak Raharjo. Namun Aksan sengaja tak perdulikan, dia bergerak ke depan, berguling untuk menghindari peluru yang mengarah kepadanya.
Aksan lalu berlompat dengan tangan kanan menembak ke atas. TFFTT !! TFFTT !!
DORR ! DORR ! Aksan menghindar dan bersembunyi di balik tiang. Lalu dengan gerak cepat, melepaskan tembakan balasan. TFFTT !
Tembak menembak tak terelakkan lagi. Rusman yang meilhat kejadian itu sangat terkejut. Bahkan ia belum sempat berfikir apapun, seseorang yang ikut bersama Pak Raharjo begitu cepat gerakannya menghabisi anak buahnya satu persatu yang sedang stand by sejak tadi.
Hanya butuh 15 detik, semua anak buah Rusman yang berada di lantai atas terjatuh dari atas dan terkapar di lantai bawah. Semua mendapat luka yang sama, timah panas menembus di jidat mereka.
βAksan hentikan...β
βBIADABBB KAMU RAHARJO, SAYA BUNUH ANAK MU SEKARANG JUGA !β
Aksan tanpa berucap, berlari ke arah Rusman lalu melemparkan pisau ke arah pria berbadan besar. Jleb ! ujung pisau milik Aksan berhasil menancap di pergelangan tangan pria tersebut. Si pria berbadan besar menjerit kesakitan dan melangkah mundur.
βARGGHHHHHHH ANJIIINGGG KENAPA BISA SEBERANTAKAN INIβ Teriak Rusman sambil menekan pistol ke jidat Dinda. βSuruh hentikan anak buahmu Raharjo sebelum saya menembak dia.β
βKalo mau tembak, harusnya tembak saja.. bukan urusan saya, yang menjadi urusan saya adalah setelah ini kamu yang akan saya tembak.β Kata Aksan sambil mengarahkan moncong glock bersilencer ke arah Rusman.
Tak ada ketakutan. Tak ada kekhawatiran di diri Aksan ketika musuh di hadapannya sedang memegang pistol yang tertempel di jidat Dinda.
Aksan maju tanpa sedikitpun menunjukkan sikap untuk menghentikan semuanya. Bahkan Aksan tak menghiraukan sama sekali perintah Pak Raharjo untuk menyuruhnya berhenti.
βHancuuuuur semuanya... hancurrr rencana saya, hei kalian bertiga... lawan dia, bunuh dia.β Kata Rusman menyuruh ketiga anak buah di belakangnya untuk maju melawan Aksan.
Ketiganya berjalan dan mulai menyerang Aksan.
Tak mau menunggu lama, Aksan melumpuhkan mereka satu persatu dengan timah panas dari pistol glock. TFFTT ! TFFTT ! Dua orang terkena di lutut, TFFTT ! dan satu orang terkena di dada. Sengaja Aksan tak menembak di jidat, ingin memberikan efek jera kepada mereka.
Sekarang tersisa Rusman sendiri.
Aksan melangkah lebih maju. Berjarak tiga meter, Aksan menghentikan langkah ketika Rusman membuka jaket yang digunakan Dinda. Sebuah bom waktu sudah melekat di dada Dinda. Aksan bukan orang bodoh, jika bom itu meledak bukan hanya Dinda saja yang akan tewas. Dia pun belum tentu bisa dengan cepat berlari untuk menghindari ledakannya.
βHAHAHAHAHA KAMU BISA CEPAT UNTUK MENYERANG ANAK BUAH SAYA, TAPI APAKAH KAMU BISA CEPAT MENGHINDAR DARI LEDAKAN BOM INI? HAHAHAHA !β
βAksan bagaimana ini?β
Aksan melihat sebuah remote di tangan Rusman.
BIP ! Sebuah bunyi baru saja terdengar, ternyata Rusman telah menekan tombolnya tanpa di sengaja. βANJINGGGGG INI KENAPA BISA TERTEKAN SENDIRI SIH?β Rusman teriak dan paham jika ia melepaskan tombol yang sementara tertekan, maka bom akan meledak.
Aksan mulai mencari jalan keluar.
Apa yang mesti Aksan lakukan? Aksan mulai melihat bom tersebut, sepertinya ada bagian kontrol lain untuk menghentikannya.
βTurunkan senjata mu bangsat, sebelum saya lepaskan tombol ini.β Ancam Rusman ke Aksan. Rusman berjalan menjauh dari Dinda.
Sedangkan Aksan sengaja mengikutinya sesaat.
βHAHAHAHAHAHA ! HAHAHAHA ! Akhirnya saya yang menang Raharjo... kamu lihat? Saya tidak takut mati, asal bisa mati bersama kalian.β
Aksan masih tenang, mencari sesuatu yang di pikirkannya sejak tadi.
Hingga pandangan Aksan terfokus pada sebuah lampu kecil yang berkedip-kedip di bagian bahu kiri Dinda. Aksan menyeringai sesaat, lalu mengangkat kembali pistol glock dan mengarahkannya bukan ke Rusman melainkan ke Dinda.
βEh Aksan apa yang kamu lakukan?β Tanya Pak Raharjo panik.
βWah wah... sepertinya dia sudah putus asa, makanya dia mau menembak mati anak kamu Raharjo. Hahahaha bagus bagus.β
Aksan tak memperdulikan ocehan mereka berdua. Aksan mulai mengarahkan glocknya ke arah yang tepat.
βMmmffffmmmmmm !β Dinda makin berteriak-teriak dalam kondisi mulut masih tertutup.
βDinda... nama kamu Dinda kan? Kamu masih kenal dengan saya?β
Dinda mengangguk-ngangguk dalam ketakutan.
βSeharusnya kamu sudah mati sejak lama.β
βMmmmfffmmmmβ
βCuma jika kamu matinya sekarang, maka tidak ada lagi sesuatu yang menyenangkan bagi saya. Jadi kamu tenang, jangan bergerak...β
Dinda mengangguk lagi.
βApa yang akan kamu lakukan Aksan?β
βHei anak muda, kamu mau ngapain?β
βSaya... akan ββ
TFFTTTT ! β-Menembak.β Sebuah timah panas keluar dari moncong Pistol Glock, bersamaan Aksan menyelesaikan kalimatnya. PLANG ! Berhasil, sebuah alat kecil dengan lampu yang berkedap-kedip baru saja tertembak dan terjatuh ke lantai. Bersamaan ujung pundak Dinda terluka.
Lalu β
TFFTT ! Aksan menembak ke arah lain. βArghhhhhhh !β bersamaan terdengar teriakan Rusman di sisi kanan. Rusman lalu terlihat terduduk dengan kondisi lutut yang terkena tembakan.
Aksan menyeringai.
βBeres... bisa berdiri sendiri kan?β Selanjutnya Aksan hanya berbicara sebentar kepada Dinda, lalu ia berjalan mendekat ke Pak Raharjo. βSandiwaranya selesai, silahkan selamatkan putri anda.β