Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Cerita nya mantap..cuma kurang ss aja..
Klo bisa linda yg orgnya sok ngtur dll itubtolong dikasih enak2 sama org2 susah..bisa aja penjaga ygbgasuka sama dia..melalui vid dia lg ml sama pacarnya..
 
CHAPTER 9



Kehidupan Dinda sejak kecil selalu saja di kelilingi oleh kejahatan dan kekerasan. Di depan kedua matanya beberapa kali menyaksikan anak buah Pak Raharjo-papanya, menyiksa para penjahat yang ingin menghancurkan keluarganya. Bukan hanya itu saja, Dinda seringkali menjadi target penculikan orang-orang jahat. Semua yang terjadi menjadikan pelajaran untuk Dinda agar semakin kuat. Kuat dalam hal segalanya. Salah satunya mental, tidak menjadi seorang gadis yang manja.

Jika ancaman akan mendekat, Dinda selalu mengetahui dan selalu saja berhasil kabur. Kebetulan saja sore itu, dia yang sedang sakit perut karena diare di sergap oleh kelompok penjahat di dalam toilet wanita sebuah cafe. Tapi tetap saja Dinda merasa di awal ada yang tidak beres.

Dinda merasa ketakutannya tidak terlalu berlebih. Dan keyakinan akan dirinya tertolong nantinya, selalu saja menghampiri.

Tapi semua ancaman yang pernah Dinda dapatkan, sangat berbeda sekali yang sekarang ini terjadi di hadapannya.

Yang sekarang ini, Dinda tak dapat menebaknya.

Sosok di hadadapan Dinda adalah sosok yang sangat mengerikan. Bahkan Dinda bisa merasakan aura yang sangat menakutkan. Raut wajah, tatapan penuh intimidasi, mengisyaratkan jika pemiliknya mempunyai masa lalu yang kelam dan penuh penyiksaan. Tatapan yang Dinda dapatkan sangat sulit di jelaskan dengan kalimat panjang. Bahkan Dinda tak dapat merangkai dengan jelas untuk menceritakan detail tentang yang sekarang ia rasakan.

Bukan hanya kekhawatiran saja yang melanda Dinda sekarang ini. Ketakutan di sertai seluruh tubuh yang gemetar karena sedang tertodong oleh pistol milik pria itu. Pandangan Dinda yang awalnya melotot kini meredup, wajah yang penuh harap kini di tampakkan pada Aksan. Mengharapkan semua akan baik-baik saja. Dinda mengingat setiap kejadian yang berhubungan dengan Aksan. Pria itu sama sekali tak punya rasa takut, tak punya rasa iba, juga tak akan segan-segan menembak pada siapapun yang akan dia anggap pengganggu. Setidaknya sejauh ini, pandangan Dinda pada Aksan seperti itu.

Rahang kokoh, tatapan menakutkan, ada bekas luka di kening dan sekilas menggambarkan jika sosok di hadapan Dinda adalah malaikat pencabut nyawa.

Auranya itu...

Sungguh sangat menakutkan menurut Dinda.

Tapi! Jika Dinda tetap diam, maka nyawa akan menjadi taruhannya.

Dinda yang cerdik meski di rundung ketakutan, berusaha untuk mengatur rencana-meminta belas kasih pengampunan kepada pria itu.

Bibir Dinda yang bergetar mencoba untuk berbicara.

“Ma-maafin gu-gue, ja-jangan bunuh gue-“ Bersusah payah dia mengeluarkan suara, akhirnya ia dapat berbicara. Dinda terdiam sejenak, nafas yang tersengal, pandangan sayu dengan penuh permohonan. Maka setelahnya Dinda mencoba meminta maaf kembali. “Gu-gue salah, gu-gue juga kaget tadi.. karena kepala gue ke hantam di jok. Gu-gue minta maaf, ka-kalo selama ini su-su-.. Eh !”

Aksan tak berbicara. Pria itu sungguh sangat sulit di tebak. Ia mengabulkan permintaan maaf Dinda, lalu kembali fokus pandangannya ke depan. Pistol yang ia todongkan ke Dinda, di kembalikan ke tempat semula.

Ternyata cukup mudah. Batin Dinda begitu menyadari jika Aksan sudah memberikan maaf kepadanya.

Cuma – Tanpa Dinda sadari, tarikan garis di sudut bibir membentuk senyum tipis di wajah Aksan ketika melihat wajah ‘Bodoh’ Dinda tadi. Gadis ini pada dasarnya baik, berbeda dengan Linda sang kakak. Menurut Aksan dalam hati, Cuma Aksan juga tidak menyadari kenapa dia bisa menodongkan pistolnya ke muka gadis itu. Padahal apa yang di lakukan Dinda barusan, adalah hal yang wajar. Karena di sini yang salah adalah Aksan, yang tiba-tiba saja menginjak rem. Membuat kepala Dinda terbentur di headrest depan.

Dinda berusaha mengatur nafasnya sesaat. Kemudian dari spion tengah, Dinda melihat wajah Aksan.

“Eh !” Dinda terkejut ketika mendapati wajah Aksan yang sedang tersenyum. “Lo bisa senyum juga ?”

Perasaan Dinda berangsur tenang. Apalagi ketika melihat Aksan bisa tersenyum. Namun konyolnya, Dinda tiba-tiba penasaran kenapa pria itu tersenyum? Apakah karena Dinda, atau ada hal lain.

“Lo ketawain gue ?” tanya Dinda ceplos.

Tak ada jawaban.

“Fiuhh ! meski lo ledekin gue, ketawain gue sekarang – gue gak bakal balas kok. Silahkan, puaskan diri lo Hehe !”

Aksan mengernyit mendengarnya.

Dinda lanjut berbicara. “Se-sebenarnya kenapa sih lo marah tadi? Kan gue gak ngapa-ngapain elu.”

“Lagian gue kan dari tadi gak pengen lo anterin, tapi lo sendiri yang maksain... berarti di sini, lo dong yang salah. Sini biar gue yang nodongin pistol di jidat lo.. Hayo !”

“Bisa diam gak?” gumam Aksan seketika.

“Eh ! iya.. bisa kok !”

“Ya sudah, diam lebih baik dari pada ngoceh melulu.”

Mereka sama-sama diam sejenak. Mendengarkan music dari kabin. Dinda masih saja curi-curi pandang ke Aksan melalui spion di tengah.

Lalu saat terdengar suara reff lagu! yang terjadi selanjutnya – “KAMU JUGA DIAM !” Aksan tiba-tiba membentak. Bukan ke Dinda, melainkan ke musik yang terplay di head unit dalam mobil. Tentu saja membuat Dinda tergelitik untuk tertawa.

“HAHAHAHAHAHA ! ASTAGAAAAAAA –“

Aksan melirik ke belakang. “Saya sudah katakan, kamu mending diam saja.”

“Hahahahaha, habisnya. Lo kok jadi aneh gini sih.”

“Aneh ?” Aksan melihat ke Dinda.

“Gak gak ! maaf.. maaf, hahahaha !” Dinda yang tidak dapat menahan, masih saja tertawa melepaskan semuanya. Sangat lucu menurut Dinda. Aksan yang berada satu mobil dengannya, memang sosok pria yang sangat aneh. Sepertinya pria ini mempunyai banyak kepribadian. “Lo kayaknya punya kepribadian triple deh !”

“Bukannya kepribadian ganda yang biasa orang katakan?”

“Kalo ganda, berarti dua. Cuma menurut gue, kepribadian lo lebih dari dua. Hahahaha – Uppss, sorry kalo gue udah kelewatan ketawanya.”

“Its ok !”

Mereka lalu terdiam.

Perjalanan mereka menuju ke kampus, tersisa setengah jam lagi. Apalagi kondisi macet sepagi ini, mungkin saja mereka lebih lama akan tiba.

“Aksan...” Dinda lalu bersuara kembali memanggil nama si pria.

Aksan tetap diam.

“Sepertinya sebelum lo nolongin gue di appartemen malam itu, kita pernah ketemu sebelumnya kan?” tanya Dinda ketika mengingat sesuatu terhadap Aksan.

“Tidak”

“Masa sih?” Dinda yang penasaran, dan tak percaya atas jawaban Aksan tiba-tiba mencondongkan badan ke depan. Berusaha melihat wajah Aksan dari samping. “Tapi serius nih, gue pernah ketemu deh ma lo”

“Bisa duduknya yang bener gak?” tanya Aksan ketika menyadari kepala Dinda berada di sebelah kirinya.

“Jawab dulu”

“Mungkin” balas Aksan singkat.

“Kayaknya pas gue lagi jogging pagi deh.”

“Mungkin,”

“Ahhh ! yang sempat gue teriakin hantu kan?”

“Mungkin”

Aksan yang sejak tadi konsisten dengan jawaban, membuat Dinda memanyunkan bibir.

“Ya sudah kalo lo malas ngobrol ma gue”

“Sekali lagi kamu ngomong, saya tidak segan-“

“Apa ? Mau ancam gue ma pistol lo tadi? Ayo.. sekarang gue dah siap” Dinda malah nantang. Dia tak beranjak dari posisi melihat Aksan dari samping.

Aksan akhirnya menoleh. Wajah mereka sangat dekat.

Dinda malah merasa Aksan kali ini berbeda. Mungkin kepribadian lainnya yang muncul, maka dari itu Dinda tersenyum lebar-lebar saat Aksan menatapnya.

“Ada apa?” tanya Aksan.

“Kenapa? Hehe !”

“Apa yang lucu, kenapa kamu tersenyum?”

“Lo yang lucu, gue ketawain lo. Karena lo lucu. Puas?”

Aksan hanya geleng-geleng kepala, lalu kembali fokus melihat ke depan.

Setelah memanyunkan bibirnya kembali, Dinda lalu duduk seperti semula.

“Btw, nanti di kampus kamu nungguin di mobil atau?”

“Saya akan menemani kamu di dalam, kemanapun kamu pergi saya akan selalu menemani kamu”

“What, kalo gue ke toilet... lo juga-“

“Justru karena di toilet lah tempat yang paling mudah untuk membunuhmu.”

“What the hell ! lo kalo ngomong nyakitin juga yah”

“Kamu di culik di toilet cafe AHX kemarin, sudah menjadi bukti kan?”

“Fiuhhh ! ya gue akuin kalo kala itu gue lalai.. maka nya mereka dengan mudah menculik gue.” Jawab Dinda terhadap pertanyaan Aksan.

“Jadi gak adalagi yang perlu di debatkan.”

“Gue gak ajakin lo debat kok, pede banget !”

Aksan terdiam lagi.



“Terus.. terus, sampai kapan lo ikutin gue melulu?”

“Setelah tugas ini selesai.”

“Ohhh syukur deh, kirain pas di rumah lo ikutin gue juga.”

“Seharusnya begitu,”

“HEI ! kalo gue mau tidur, lo juga bakal ngikutin gue tidur?”

“Iya !” Setelah mengatakan iya, Aksan tiba-tiba terdiam. Ada perasaan aneh yang Aksan rasakan. Wajahnya menunjukkan penyesalan terhadap yang ia katakan. Satu kata memang, Cuma cukup memalukan sekali bagi seorang Aksan yang telah hidup selama 27 tahun tapi belum pernah merasakan hal negatif bersama lawan jenis.

Bersama juga Dinda terpekik kaget mendengar jawaban Aksan. Dengan cepat dia melingkarkan kedua lengan di dada.

Suasana dalam kabin kembali terdiam.

Dinda yang menunduk, sedangkan Aksan tak berani melihat Dinda dari spion tengah seperti yang sering ia lakukan sejak tadi.

Hingga mobil tiba di parkiran kampus. Aksan dan Dinda menghela nafas bersamaan.



“Sampai deh !”

Aksan tak bersuara.

“Tapi kayaknya gue malas ngampus hari ini,”

Aksan masih saja tak memberikan respon.

“Dah jalan lagi aja!” kata Dinda yang tiba-tiba saja memikirkan sesuatu lalu mengajak Aksan untuk pergi lagi.

“Mau kemana?”

“Ke kantornya papa, kalo memang kondisi sekarang lo yang jadi pengawal gue.. Gue barusan mikirin sesuatu.”

“Apa?”

“Nanti juga lo bakal tahu, udah deh.. katanya lo suruh gue diam, ini malah ngajakin ngobrol.”

“Oke !”



-000-



Di kantor Pak Raharjo. Merdin baru saja masuk ke dalam ruangan direktur utama. Pak Raharjo duduk di sofa sambil membaca koran. Melihat kedatangan Merdin, Pak Raharjo menaruh koran di atas meja.

“Bagaimana Merdin?”

“Sudah tuan, saya sudah menyiapkan apa yang tuan perintahkan.” Merdin menjawab pertanyaan Pak Raharjo sambil memberikan sesuatu. “Ini tuan.”

“Hmm ! Aksara Santoso, why?” Pak Raharjo bergumam dengan nada tanya, ketika selesai melihat tanda pengenal yang diberikan Merdin.

“Karena beberapa orang kita mengetahui nama Aksan. Jadi saya berfikir jika lebih baik nama Aksan itu adalah singkatan dari nama panjang dia. Biar tak ribet menjelaskan dikemudian hari.”

“Oke! Saya setuju dengan pemikiran kamu,” gumam Pak Raharjo. “Hubungi dia, dan setelah urusan dia dengan Dinda suruh mampir ke kantor dulu.”

“Baik tuan, saya telfon dia sekarang.”



Selang beberapa saat, suara ketukan di pintu membuat Pak Raharjo dan Merdin memalingkan pandangan.

“Haa ? Kenapa kalian bisa ada di sini?” Pak Raharjo bertanya pada Dinda yang datang bersama Aksan.

“Hehehe, Dinda malas ke kampus kalo dia berpakaian kayak gitu.” Ujar Dinda sambil menunjuk kepada Aksan. “Lagian, tadi Aksan mau – Uuppsss !” tiba-tiba Dinda menutup mulutnya. Entah mengapa dalam hati dia tak ingin tega melaporkan jika Aksan sempat menodongkan pistol di jidatnya.

Aksan diam saja. Dia paham apa yang ingin Dinda sampaikan barusan, namun yang membuat Aksan mengernyit ada apa dengan gadis itu. Kenapa dia tak ingin melaporkan kejadian tadi pada orang tuanya. Padahal jika ia melaporkan pun, Aksan tak takut jika terjadi keributan lagi dengan pengawal.

“Ckckckck ! kamu itu” Pak Raharjo geleng-geleng kepala, lalu memandang ke Aksan. “Apa ada sesuatu yang terjadi tadi, Aksan?”

Aksan menjawab hanya dengan gelengan kepala.

“Syukurlah, kirain Dinda buat masalah lagi denganmu.”

“Enak aja, dia tuh yang pengen cari masalah dengan Dinda.” Balas Dinda, sambil duduk di sebelah Pak Raharjo. “Btw, pa... emangnya papa akan selamanya menyuruh dia untuk menemani Dinda nih?”

“Kenapa ? Apa kamu tidak senang di jaga sama dia?”

“Kalo mau jujur sih, iya.. Cuma !”

“Cuma apa?”

“Cuma, kalo memang Dinda gak punya pilihan.. dan dia tetap harus menemani Dinda, bisa gak sih... kalo di kampus dia berpenampilan biasa saja, gak usah rapi kayak gitu.”

“Bagaimana Aksan ?”

Aksan hanya menggidik bahu atas pertanyaan Pak Raharjo.

“Oh iya, ada yang saya ingin jelaskan ke kamu Aksan. Cuma –“ Sengaja Pak Raharjo tak melanjutkan kalimatnya, dia melirik ke Dinda yang duduk di sebelah.

“Me ? Why me?”

“Kamu bisa keluar dulu sebentar ? papa ingin berbicara dengan dia,”

“Fiuhhh ! selalu saja, kalo urusan laki-laki, perempuan gak boleh ikut campur.”

“Mending kamu ke ruangan kakakmu sana, dia lagi gak begitu sibuk.” Kata Pak Raharjo menyuruh Dinda untuk pergi ke ruangan Linda.

“Oke !” Dinda melangkah gontai meninggalkan ruangan Pak Raharjo.



Tertinggal Pak Raharjo, Merdin beserta Aksan di ruangan.

“Ini,” Pak Raharjo langsung memberikan tanda pengenal yang legal pada Aksan.

Aksan menerima, dan membaca nama yang tertera di kartu tersebut.

“Ini untuk apa?”

“Biar kamu menjadi orang lain, dan kamu tidak lagi menjadi buronan semua negara.”

“Kenapa anda harus melakukan semua ini?”

“Karena kami membutuhkanmu, Aksan.” Merdin yang menjawab.

“Membutuhkan saya?”

“Ya, karena kamu bagian dari keluarga kami.”

“Cih!” Aksan tersenyum remeh. Lalu dia ingin menolak pemberian tersebut.

“Terimalah, biarkan saya membantu kamu untuk hidup bebas sebelum kamu mendapat jawaban dari pertanyaan kamu selama ini..”

“Emangnya anda tahu, apa yang sedang saya pikirkan sekarang ?”

“Kamu masih belum menemukan siapa musuh yang menusuk kamu dari belakang kan?”

“Kenapa anda begitu yakin, saya belum menemukannya?”

“Karena jika kamu sudah menemukannya, kamu tidak akan berdiri di hadapan saya sekarang. Bukan begitu Aksan?” Aksan terdiam. Ungkapan dari Pak Raharjo telak, dan membuat Aksan tak dapat membantahnya.

Memang benar yang di katakan Pak Raharjo. Setelah Aksan berfikir panjang kemarin, makanya Aksan memutuskan untuk membantu Pak Raharjo. Karena dengan begitu, Aksan akan mudah mencari tahu siapa musuh dia sebenarnya.

“Hahaha ! kamu gak usah malu karena ketangkap basah oleh saya. Saya justru senang kamu belum menemukannya, berarti saya punya kawan yang sama-sama mencari musuh tersebut.”

“Emangnya anda tahu siapa dia?”

“Belum... bahkan sampai sekarang pun, saya belum tahu siapa musuh siapa kawan. Well ! dengan adanya kamu, Merdin dan Barak di samping saya. Jauh lebih mudah saya menemukan musuh-musuh saya nantinya.”

“Barak ?”

“Oh iya, kamu belum mengenalnya.. Cuma kemarin dia ada di dekatmu. Nanti saya kenalkan dia!”

“Oke”

“Satu lagi, sepertinya saya akan memberikan kamu kerjaan.. Cuma saya harus menguji kemampuan kamu selain bertarung, apakah ada yang lain.”

“Oke !”

“Kamu gak perlu menjadi pengawal seperti yang lainnya, saya lagi memikirkan untuk memasukkan kamu di perusahaan ini. Cuma sebagai apa dan di divisi mana, saya akan memberitahukan kamu lagi nanti.”

“Oke !”

“Kalo tak ada lagi, kamu bisa memanggil Dinda. Kali aja dia masih punya urusan denganmu.”

“Kenapa anda mempercayakan dia kepada saya? Apakah anda tidak khawatir jika saya melukainya nanti?”

Pak Raharjo tersenyum mendengar pertanyaan Aksan.

“Karena setelah melihatmu kemarin, saya yakin jika putri saya akan aman di samping kamu.”

“Maksud anda?”

“Sudahlah, tapi ingat ! kamu dan dia jangan terlibat hubungan apapun.. karena Dinda masih muda, masih membutuhkan ilmu yang lebih banyak.”

“Jauhkan pikiran anda tentang itu, karena saya sama sekali tidak tertarik dengan kedua putri anda.” Aksan dengan cepat menjawab pernyataan Pak Raharjo.

“Baguslah, berarti saya bisa bernafas lega. Btw, thanks karena sudah menerima permintaan saya kemarin.”

“Oke !”



Tok ! Tok ! Tok ! Ketiga pria itu menoleh bersamaan ke arah pintu masuk.

Rupanya Dinda yang lebih dulu masuk, di ikuti oleh Linda dan seorang pria di belakangnya.

Aksan menatap bukan kepada kedua gadis itu, melainkan ke pria di belakang Linda.

“Sudah pa?” tanya Dinda pada Pak Raharjo.

“Sudah, kalian sudah bisa pergi sekarang.”

“Hehehe, oke deh.. yuk berohh !” ajak Dinda pada Aksan dengan santai.

“I know you !” tiba-tiba saja, pria di samping Linda menunjuk pada Aksan. “KAMU YANG MEMUKUL SAYA MALAM ITU, KAN ? BAJINGAAAANNN”



“Eh Andrew ?”

“Biarkan dia” Pak Raharjo bergumam, dan tersenyum santai melihat Andrew mulai maju mendekat ke Aksan.
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @black Kapatuli ..
Kirain jadi mahasiswa, biar seperti agen yg lg nyamar..
Eh itu mah kayak cerita anu dink .
Kayaknya Andrew sama Barak ini orang yg nyebelin..
Tp twist nya ternyata penghianatnya adalah Merdin, hehe
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd