Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Awal untuk Bagja

pappi88

Guru Semprot
Daftar
5 Feb 2014
Post
506
Like diterima
7
Lokasi
Bandung
Bimabet
Salam semprot broooot….eh….crooooot

Salam damai dan sejahtera untuk suhuwan dan suhuwati sekalian, malam ini ga tau kenapa ane yang tidak berbakat dalam banyak hal ini ingin nyoba dikit corat coret di forum cerita panas yang forumnya sudah sangat mendunia di seluruh penjuru tempat pelendiran, sebelum ane tuangkan pemikiran picisan ane ini yang disertai dengan segenap jiwa dan raga 45, ane ingin mengonfirmasi bahwa cerita nanggung ini berdasarkan dari kisah nyata dan bila ada kesamaan nama tokoh yang ane samarkan atau nama tempat dalam cerita ini, ane meminta maaf sebesar besarnya karena sumpah inimah cuma cerita, ga sengaja….sumpah ga sengaja….ehm….ok para suhuwan suhuwati sekalian inilah tulisan acak adut ane yang pertama selama hidup di dunia yang punya judul “Awal Untuk Bagja”…….Selamat Menyangsikan.

“Kalo papah sama mamah terserah kamu mau milih jurusan apa, yang penting kamu bisa tanggung jawab sama hidup kamu!”. Itulah kata – kata dari sang beruang yang selalu terngiang di kepala dan hati hingga detik ini. Tak terasa sudah hampir jam 6 sore aku berlari di salah satu pusat olah raga yang terkenal kalau sore hari atau pagi diwaktu weekend banyak mojang – mojang yang lalu lalang dengan pakaian minim olah raga mereka, yang menurutku menjadi sugesti para kaum adam untuk ramai – ramai membuat penuh tempat olah raga ini, sekedar menguatkan otot kaki mereka atau mungkin hanya untuk menguatkan otot mata mereka dengan melihat tubuh sexy para mojang Bandung yang sedang mandi keringat saat itu, ah….entahlah yang penting aku harus fokus untuk acara BEM besok di kampus. Hari itupun aku lalui seperti hari – hari biasanya, hanya saja aku tidur lebih awal karena selama 3 hari kedepan aku harus menyiapkan fisik untuk menjalani tugas sebagai kolap (komandan lapangan) pada acara penerimaan anggota BEM baru.

“Ja….bangun udah jam 5….moal(Tidak akan) ka kampus?”. Oh….ya itu suara ibuku yang membangunkan agar lekas bersiap menuju kampus, dimana semua cerita ini bermula, dimana aku a.k.a Bagja, tinggi 180cm, berat badan 75kg, seorang mahasiswa hampir teladan semester 3 di salah satu PTN yang (katanya) sebagai salah satu PTN terbaik di kota Bandung Jawa Barat ini, akan mengejar cita – cita dengan taktis, realistis, tidak pesimis, optimis, ekonomis dan jauh dari syphilis…YEEEEESSS.

“Tiitiit….tiitiit….tiitiit….yes…pas!”, itu bunyi alarm jam tangan ku yang porno, sambil memakirkan motor kesayangan si bleki, segera ku berlari memasuki kampus yang sedari dulu terkenal dengan sebutannya ‘persatuan artis – artis pajajaran’.

“Oy…ja kadieu(kesini)!”, itu sohibku Abi yang memanggil dari kejauhan, “Ja ngopi ja!”, tawar Abi, “Sip…Bi jam berapa mulai?”, aku bertanya, “Jam 8, santai atuh, ngopi dulu sambil ngeceng, sapa tau dapet!”, sambil berjalan dengan segelas kopi aku hanya tertawa garing sambil duduk disebelahnya “ha…ha…ha…garing siah pedel(pendek)”, selorohku, “eh…Ja jangan pesimis, jangankan cewe – cewe kampus, cewe di BEM aja belum ke ubek, optimis Ja….optimis demi kesehatan si joni…hehehehe!”, “Joni mah maneh(kamu), urang(saya) mah si sony pelung, lebih gede kehed(brengsek)…hahahaha!”, perdebatan sengit pun terjadi antara kubu joni dan sony pelung, tak lama kemudian, “oy…rame banget sih, pagi – pagi udah bikin ribut!”, itu suara temanku Sari, dia teman sekelasku bersama dengan Abi, mereka berasal dari kota yang sama, Purwakarta, Sari adalah perempuan yang secara fisik menurutku biasa – biasa saja, hanya mempunyai paras yang manis, “Iya nih Sar…si Bagja hidupnya perih, dari awal kuliah sampe sekarang pacaran cuma sama guling…prihatin, takut Sar…takut dia jadi disorientasi ke linggis…hahahahaha!”, ledek Abi, “Ah…koplok…daripada ente sama si Iting(nene – nene gila yang suka lewat depan rumahku)!”, tiba – tiba, “hihihihi!”, ya ampun…suara apa tuh?kuntilanak?masa pagi – pagi?ringtone?bukan, kentut si Abi?suaranya kebagusan, bunyi alrm jam?masih titit ga berubah selalu titit dari dulu, di otak atik juga bunyinya titit…titit…titit…titit, setelah ku cari ternyata suara tersebut berasal dari seorang wanita berparas manis dengan kulit eksotis khas Indonesia yang memang selalu menjadi tipe ku untuk kaum hawa, entah kenapa saat itu Tuhan seperti mengutuk ruang dan waktu untuk berhenti sesaat, hanya dirinya yang terus menebarkan senyum dengan tinta aura yang membuat diriku ikut terkutuk dengan muka nista nestapa dan senyuman idiot untuk sesaat, “Eh…Lia!”, Abi memecah konsentrasi, “Eh…Bagja!”, aku berjabat tangan sambil memperkenalkan diri, “Lia!”, “Euh…gimanasih masa udah hampir 2 semester baru kenal, padahal barengan juga di BEM?”, gerutu Sari, JEDDEEEEEEEEEERRRRRRR…WHAAAAAAAAAATTT?…2 semester?keheeeeeeeeeedd kemana aja aiiiiiiiiiing(saya)?, kamipun ngobrol bersama dengan perhatianku yang tidak lepas dari Lia, tak terasa jam menunjukan angka 8 yang mengharuskan kami untuk menjalankan tugas masing – masing sebagai pelayan mahasiswa tanpa pamrih. Hari itupun tak ku sia – siakan untuk lebih banyak berinteraksi dengan Lia, ya…walaupun dengan mencuri – curi waktu saat bertugas, hingga ahirnya kami bertukar nomor seluler.

Oh… sungguh hari pertama yang berwarna, semoga hari ke dua lebih banyak lagi warna. “Halo…Ja…hihihihihi?”, Sari menerima telepon dariku, “Ya…Sar besok…kalau bisa langsung minta daftar pembagian wawancara ke sekretaris, biar langsung tempel di mading aja Sar pagi – pagi!”, “Hihihihihihi…iya Ja…ih diem!”, “Halo…Sar waras Sar?”, “Ih…ya iyalah waras, emang kamu waras tapi dikit!”, “Iya abis kamu cekikikan sendiri, takutnya jadi Iting(orang gila)!”, “Ngga sendiri tau, ininih Lia ganggu terus dari tadi, ssssstt diem Lia!”, “HAH…sama Lia Sar?”, “Iya tidur d kosannya Lia biar besok pagi deket ke kampus, kenapa?hmmm…mau di salamin?hahaha…ih apaan sih Lia!”, jantungku sesaat berhenti berdetak, seakan semuanya samar, hanya terdengar ucapan kencang nurani saat itu, “hmmmm…iya Sar salamin…hehehe!”, “Tuh salam dari Bagja katanya…hihihihi!”, Sari dengan frontal menyampaikan kepada Lia, lalu, “Tuh…Ja salam balik, sampai ketemu besok katanya!”, “Oh…gi..gitu…iya sampai ketemu besok, udah ya Sar mau istirahat dulu nih…cape euy!”, aku mencoba tetap cool, “Ok…Ja…daaaah!”, badanku bergetar lemas, otak mendadak kram, wajah pun tak lagi nista nestapa dan senyum kemenangan kini tersirat di wajah dengan sedikit gambaran tegas, esok adalah berbeda, esok adalah jalan baru, esok adalah hariku, aku harap esok semuanya berjalan lancar.

“Jaaaaaaaaa…banguuun!”, teriak istri sang beruang, ibuku, dengan semangat Bandung lautan api aku bergegas mempersiapkan diri dengan sangat berhati – hati agar rencana hari ini tidak hangus terbakar akibat kecerobohan, karena ada ‘tugas baru’ menanti….Lia. “BRUUUUUUM!”, gas terahir yang ku hentakan sambil memakirkan bleki, “Oy Ja…kata kang Anto acara hari ini cuma sampe jam 1 siang, soalnya penilaian besok disatuin sama pembagian kelompok untuk camping di cikole(bumi perkemahan lembang)!”, Sari mendekat sambil menyampaikan, “Oh gitu?pulang cepet dong…yes…eh…ga sama Lia Sar!”, “deuuuhh…baru juga dateng, yang ditanya langsung Lia, ada tuh d lantai 2, suka ya Ja?”, “mmm…ya…baru sebatas suka aja sih, emang kenapa?”, saat itu Sari memberi sedikit informasi, sebenarnya Lia sudah punya pacar tapi mereka berbeda keyakinan dan mau putus karena lelaki bodoh itu suka melakukan KDRT. Gayung hampir bersambut, walaupun masih ada sedikit rasa pesimis tapi Sari memberiku dukungan penuh dan semangat agar aku terus maju dengan ahir kalimat yang kurang enak didengar, “kalau udah jadi, traktir ya Ja?hehehehe”, “Dasar cewe gratisan!”, gumamku dalam hati, “Boleh permen sugus 2 aja ya Sar? atau baso tahu si acong, lumayan 5 ribu dapet enam pake daging tikus…hehehehe!”, “Ah…ga lagih deh bantu Bagja!”, “Eeeh…iya – iya Sar ampun…beres nanti di traktir Sar!”, “Nah gitu dong kan jadi semangat bantuinnya!”, “Iya beres…, eh…masuk yu Sar udah jam 8!”, akupun beranjak dari tempat parkir menuju lantai 2 bersama Sari dimana saat itu aku bertugas disana bersama Lia, waaah…anak beruang ketiban durian nih, harapku, detik demi detik berlalu momen yang langka ini ku pergunakan sebaik mungkin untuk lebih intim lagi mengenal Lia yang ternyata adalah sosok dewi pribumi yang supel, lucu dengan bumbu sedikit manis manja. Hari itu kita bagaikan hidung dan upil tidak terpisahkan, mempelajari sifat satu sama lain, mencoba memahami dan menilai untuk mencoba melebur di waktu yang sempit, Lia satu angkatan denganku hanya berbeda jurusan kuliah, semakin dekat, semakin aku mempelajari dan mengetahui bahwa secara fisik Lia manis, eksotis, tidak tinggi, rambut panjang hingga tengah punggung, berbadan kurus, dada….ah….tidak terlalu besar, mungkin sekitar 32, tapi secara sifat hanya satu penilaianku…cocok.

“Eh…udah ini mau kemana lagi?”, tanyaku pada Lia, “mmm…paling balik ke kosan, tidur, emang kenapa Ja?”, “Eee…engga sih tadinya mau nonton ada film baru, tapi kamu cape ya?”, ku beranikan diri tanpa basa basi, “mmmm…!”, gumamnya sambil dia berpikir, “Anjis…gelo(gila), dokter tolong saya, ganti jantung saya dok sama kentang goreng…biar ga dag…dig…dug belalang kuncup, jangan lupa coke medium sama big burger nya without cheese…barbeque sauce…ahhh!”, gumamku dalam hati yang tegang, “Ayo…tapi aku balik dulu ya ke kosan…ganti baju!”, apakah ruang dan waktu dikutuk lagi?oh…tidak kawan…hanya saja aku merasakan seperti antara hidup dan mati saat itu, 3 detik yang menentukan dan hanya senyum sumringah yang menjadi pemenang. Acara hari ke 2 pun selesai, aku dan Lia beranjak dari kursi untuk pamit kepada Abi, Sari serta teman – teman yang lain, lalu berjalan berdampingan menuju si bleki yang sudah menunggu, sekali lagi kami seperti hidung dan upil yang tak terpisahkan, “Ja…jangan ngebut – ngebut ya!”, pinta Lia sedikit manis manja sambil melingkarkan tangannya di perutku serta kepalanya yang bersandar pada punggungku, “Iya!”, jawabku tenang.

Ya…hari itu memang berbeda, bleki terasa semakin berat dan hari itu juga kembali aku tersadar, bahwa dunia serasa milik berdua memang bukan sekedar teori, tapi bagian dari ruang dan waktu sesaat yang wajib dirasakan oleh pasangan atas dasar hati…bukan nafsu. Akupun dengan hati – hati mengendarai bleki menuju kosan Lia yang terkenal dengan daerahnya yang sangat padat dekat kampus, “Ja motornya masuk gerbang aja biar ga ilang!”, “Iya…ini sekalian mau pake kunci ganda!”, jawabku sambil tersenyum, “Ya udah…yu masuk!”, pinta Lia, “Ehh…ga enak Li…kosan cewe biar Bagja tunggu di luar aja!”, “Ih gapapa, aku juga pingin rebahan dulu, yu masuk!”, dengan aku yang sedikit ragu, ditariknya tanganku memasuki bangunan tersebut, sebuah bangunan permanen yang terdiri dari 8 kamar, dapur kecil dan 1 kamar mandi luar di pojok kanan ruangan, memang berbeda kosan perempuan, tertata rapih dan bersih, ku perhatikan dari ruang depan tampak tidak ada aktifitas dari para penghuni kos saat itu yang ternyata kata Lia teman – teman kosannya masih berada di kampus, praktis dalam bangunan yang pintu depannya wajib untuk dikunci itu hanya ada kami…ya hanya kami si hidung dan upil, aku yang sedikit tegang ini makin dibuat terkejut oleh Lia karena dia menariku tidak hanya sampai ruang depan, tapi sampai masuk ke kamarnya yang lantas Lia kunci, “Gustiiii nu aguuung…naon deui yeuh(apa lagi nih?)…ampuuuunn juragaaann!”, teriaku dalam hati yang memang pada waktu itu dalam hal berpacaran aku masih terbilang ‘awam’, paling jauh hanya sekedar french kiss dan gesek – gesek itupun dari luar…tidak lebih. “Silahkan masuk Bagja!”, kata Lia mempersilahkan sambil mengambil minuman utuku, “Makasih Li!”, jawab ku sambil duduk sila di bawah dekat kasur, “hmmmmhh…capeee…Ja rebahan dulu ya, kita berangkat jam 4!”, pinta Lia sambil merebahkan dirinya di kasur tepat disampingku, “Ok…santai!”, “Eh…Ja emang mau nonton dimana?film apa?”, aku diberondong pertanyaan oleh Lia, “mmm…coba ke blitz yu, penasaran belum pernah nonton disana!”, “Ayo…aku juga belum pernah kesana, yang baru buka itu ya?”, “Iya yang di sukajadi!”, jawabku, kamipun larut dalam obrolan dengan berbagai bahan yang kita bahas, mulai dari kuliah, BEM, hingga Lia curhat tentang pacarnya yang KDRT, tawa kami seolah mencairkan perasaan tegangku walaupun sesekali aku berpikir nakal atas keadaan yang terjadi saat itu, tapi…ah…tidak…aku menghormati dan menghargai Lia, karena aku ingin dan menurutku Lia pantas untuk dihormati dan dihargai selayaknya wanita.

Obrolan demi obrolan berlalu, kamipun terdiam karena seperti habis kreatifitas kami dalam berinteraksi, Lia saat itu aku perhatikan sepertinya terlelap tidur, aku yang pegal ikut merebahkan diri memunggungi Lia di lantai sambil memainkan telepon selular ku, tak lama aku rebahan aku kaget bak tersambar petir, masih dalam memunggungi Lia aku merasakan ada jari – jari yang mengelus kepalaku dari belakang, “SHIIIIITT…APHAAAA NIIIHHH…bikin tegang tapi enak…terkam,jangan,terkam,jangan,terkam,jangan…?”, jerit hatiku yang plin plan, akupun berbalik dan Lia pun sudah berdekatan denganku, kami saling menatap dengan tenang dan penuh kagum, ternyata Lia terbangun, reflek ku raih tangannya dan ku lingkarkan mengitari pundaku, dengan penuh rasa sayang mendarat kecupanku di keningnya lalu mengelus pipinya halus dengan belakang jariku sambil aku berkata, “siap – siap yu!”, senyum manisnya lantas tergambar di depan mukaku sambil dirinya memeluku dengan erat .

Kamipun beranjak, Lia yang sedang ganti baju dan mempercantik dirinya membiarkanku keluar kosan untuk menyalakan si bleki. Indahnya hari itu membuat kami tidak mau terlepas saat berjalan menuju bioskop, risih?…ya mungkin sebagian orang berpendapat seperti itu saat melihat kami, tapi aku tak peduli selama kami tidak keluar dari norma – norma yang ada dan tidak merugikan orang lain, karena akupun yakin mayoritas mereka pernah atau selalu merasakan hal yang sama denganku saat itu. Aku biarkan Lia yang memilih film saat itu, genre thriller…ya…itu yang dia suka walaupun Lia bukan sosok pemberani untuk melihat adegan sadis yang disajikan film tersebut, beberapa kali wajahnya dipalingkan bersembunyi di dadaku yang pada sat itu kami duduk saling bersandar.

“brrrrrrtt…brrrrrrtt…brrrrrtt!”, bunyi getar dari hp Lia yang lantas ia terima, tak terlalu kuperdulikan Lia bercakap dengan siapa dan apa yang mereka bahas, aku lebih konsen menonton film walaupun sedikit ku perhatikan sepertinya Lia marah – marah kepada lawan bicaranya, “Cowo kamu ya?”, tanyaku setelah Lia menutup teleponnya, “Iya Ja!”, jawabnya dengan sedikit cemberut sambil mengeratkan pelukannya kepadaku, “Ja…jangan tinggalin aku ya?”, JELEGHUUUUUUURRRRR….GLEDHEK ANGKARA MURKAAAA….BUMI GONJANG GANJIIIIIIING….taktaktak…tak…tak…GONG!”, ya itulah gambaran hatiku saat itu, “Pantang buat ku ninggalin perempuan kaya kamu!”, itulah sedikit jawaban tegas dariku untuk Lia yang pada saat itu ku jawab sambil memandang yakin dan lembut mukanya, dengan penuh kasih sayang ku belai lembut pipinya lantas mendaratkan bibirku ke bibir mungilnya yang lembut dan hangat, ahhhh…betapa spesial ny momen saat itu, ku hayati dengan penuh rasa atas apa yang kami lakukan, 2 gundukan daging yang bertemu saling memberikan kehangatan rasa atas gejolak muda yang tidak memperdulikan batas, sambil memejemkan mata ku rasakan hangat…nasfsu kami yang memburu dengan penghayatan maksimal…darah yang begitu cepatnya mengalir ke ubun – ubun bak mesin jet yang siap meledak kapanpun, nafas kami yang semakin memburu dengan pelukan yang semakin erat juga membuat kami melupakan atas apa yang kami lakukan dan ada dimana kami, sesaat logika ku muncul dan menyudahi kegilaan ini, ku tarik mukaku perlahan, lantas menatapnya dengan tenang dan penuh harap, lalu ku kecup kening nya dengan damai dan Lia berbisik…”Aku sayang kamu!”, tak lagi ku tegang, tak ada lagi ragu, hanya bergetar hati ini atas kalimat verbal yang keluar dari hati sang dewi yang siap ku perjuangkan untuk kebahagiaan dirinya utuh, “Love you to…cantik!”, balas ku dengan sedikit senyum dan tanganku yang memeluk kepalanya. Ternyata aku salah memprediksi, bahwa hari itu bukan hari untuku, tapi hari untuk kami yang kami lalui dengan romansa canda dan tawa, hingga aku antarkan kembali Lia pulang ke kosan dan akupun pulang ke rumah dengan perasaan ingin koprol lalu backrol di kasur atas gambaran hatiku. Malam yang berbeda waktu itu, malam yang hangat di tengah dinginnya malam kota kembang karena ada yang memberi ucapan sebelum tidur yang lantas aku balas dengan kata – kata yang hampir sama namun lebih romantis.

1…2…3, hitunganku untuk hari esok dimana hari ke 3 acara BEM akan berahir, tetapi tidak untuk kami…kami baru saja memulai.

Istirahat dulu suhu ngetiknya cape euy…. :) …. :ngeteh:
 
Terakhir diubah:
wahh papi nuliss ...
nice story :jempol:


leluconnya gaya gaya urang sunda eung :pandaketawa:

dan juga.. tega banget bokapnya dibilang beruang haha
 
Terakhir diubah:
wahh papi nuliss ...
nice story :jempol:


leluconnya gaya gaya urang sunda eung :pandaketawa:

dan juga.. tega banget bokapnya dibilang beruang haha

Makasih sista....belum sebagus cerbung nya sista,masih banyak yg harus d koreksi :)

hehehehe....iya sista sedikitnya ane mau coba ngangkat bodoran+gaya+budaya org sunda yg mnurut ane punya nilai yg tinggi,dengan sedikit gaya kontemporer disampaikan secara humor jenaka khas sunda :)

Hehehehe....beliau memang mirip beruang....sista :)

terimakasih atas apresiasinya sista :beer:
 
diedit gan ;)
ganti dialog kasih enter dua kali
 
ajiiiibbbbb.............................................

Critanya ngalir kaya lagu bengawan solo tempo doeloe.



5 jempol untuk brader.
 
Ih aimaneh peppi..... tong kentang eung ke tukeuran jeung mochi
 
Bimabet
ajiiiibbbbb.............................................

Critanya ngalir kaya lagu bengawan solo tempo doeloe.



5 jempol untuk brader.


makasih banyak bro,jadi semangat buat ane untuk berkarya+blajar lebih baik lagi :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd