Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Awal untuk Bagja

Lanjut maaaaaaaaang....

“Amin!”, seraya ku usap mukaku dengan kedua tangan, menandakan selesainya ibadah subuh. Pagi itu tak ada lagi teriakan cempreng dari Ibuku, karena bunyi alarm telah berubah…

“Oh baiknya Nani ngingetin tuk bangun pagi
Untuk kuliah pagi…
Oh parahnya aku ngga bisa bangun sendiri
Malunya hati ini…
Kuharap mencoba
melawan semua…
Sifat malasku ini…
Hoy..hoy..hoy..hoy
Bangkitkan semangat
Lupakan problemaaa
Ingin ku teriaaaaaaak…”
(Harapan Jaya-Kuliah Pagi)

Itulah penggalan alrm baruku mulai saat itu, yang ku setting pada hp ku dengan volume hampir maksimal, memang berisik tapi sangat ampuh untuku, untuk bangun dan sebagai pembakar semangat sebagai mahasiswa aktifis yang terhitung baru dengan masih tingginya idealisme.

Bukan hanya bunyi alrm saat itu yang berubah, setiap kumatikan alrm di hp ku, selalu ada pesan yang masuk, “sayang bangun…shalat dulu ya…love you” (from cantik), ya…itu dari Lia, sungguh awal hari yang indah dan penuh semangat untuk melakukan tanggung jawab sebagai anak yang mencoba berbakti, sebagai laki-laki, sebagai mahasiswa, leader dan pelindung kaum hawa.

Langsung ku geber teman lamaku si bleki, menuju kosan Lia setengah jam lebih awal dari waktu biasanya, “Halo!”, seru Lia mengangkat teleponku, “Cantik…aku udah diluar nih!”, “Iya aku keluar sekarang!”, tak lama Lia keluar dari kosannya dengan seragam BEM lengkap dan jas almamater yang wajib kami kenakan selama acara berlangsung, cantik sekali perempuan ku hari ini dengan rambut panjang nya yang tergerai rapih berkolaborasi dengan goresan make up natural dan wangi parfum yang ia pakai saat itu…perfect.

“Ahaaaaaii…makan-makan euy…rejeki mah emang ga kemana lah!”, sambut Abi kepada kami di dalam kampus sambil merangkul pundaku, “Siap Bi…jang(buat) ente mah spesial…urang makan di bar (warteg murah deket kampus,nama asli tempatnya barokah) biar dapet triple M, mirah(murah)…mentung(porsi banyak)…muntah!”, tawarku pada Abi, “Ah…semprul sonto loyo!”, protes Abi.

“Ga bisa janji tetep janji!”, protes Sari yang ikut menyambut kami, “Tuh…Ja…ga boleh gitu…ya kan Lia?”, tanya Abi, “hihihi…ga tau nih tanya aja sama Bagja!”, jawab Lia, “Iya deh kalah…suis butcher setia budhi, berangkat beres acara, sekalian makan siang!”, kataku lugas dan cepat, “SAH!”, tegas Abi dan Sari, “Euh…tompel!”, gerutuku. Tak lama kamipun berpencar ke pos masing-masing untuk menjalankan tugas sesuai dengan job desk. Tak ada lagi curi-curi waktu, tak ada lagi kesempatan dalam kesempitan, karena kami hidung dan upil sudah bersatu dan sangat rekat menempel satu sama lain…SAH.

Hari itu acara terahir BEM selesai jam 1 siang dengan sukses, aku, Lia, Abi dan Sari bergegas berangkat menuju setia budhi setelah dzuhur, lantas berpamitan kepada teman-teman BEM yang lain. Kira-kira 2 jam kami bercengkrama sambil makan siang dengan warna tawa dan canda. Selama perjalanan aku dan Lia tak hentinya tertawa sambil mengobrol, seakan semuanya tak ingin berlalu saat itu, ya…saat itu, dimana semuanya bermula untuku, untuk Bagja.

Lunglai tubuhku, ku jatuhkan ke kasur bersama Lia, ya…tak ada lagi rasa canggung, hawatir, ataupun tegang. Tatapan kami saling bertemu, dengan sayang ku usap lembut kepalanya seakan berbicara “Tenang…semuanya akan baik-baik saja!”, momen itupun terputus dengan Lia yang bertanya dengan wajah yang berubah serius, sedih bercampur tegang.

“Ja…ada pertanyaan serius yang harus kamu jawab sekarang!”, “Ok!”, jawabku sambil mencoba fokus, “mmm…Ja kamu tau kan status aku gimana sekarang, aku juga udah curhat sama kamu sebelumnya…ka…kamu emang mau nerima dengan status aku yang belum sepenuhnya putus sama El(masih pacarnya Lia saat itu), apa kamu kuat ngejalaninnya, apa kita bisa?”.

Terdiam kami sejenak sambil ku pandang tajam wajahnya dengan raut kagum, “Bisa, aku bertindak dan ngambil keputusan dengan sepenuhnya sadar untuk semua resiko yang harus aku jalanin, aku siap!”, jawabku yakin dengan nada tenang yang lantas diciumnya tanganku dan dipeluknya erat diriku oleh sang dewi…Lia.

Rasa sepasang hati muda saat itu seakan terikat menjadi tali dengan simpul mati yang cepat menjadi alur penggambaran hati, yang mulai bercampur dengan nafsu biologis manusiawi, tak lagi kami ingat idealisme, norma seakan tak lagi tersurat, sekilas hanya terlihat kemunafikan pribadi yang samar karena suasana hati dan nafsu lebih tinggi derajatnya dibanding logika saat itu.

Semuanya mengalir begitu saja, kutarik kepalaku dari dekapan sang dewi, mesra ku belai hangat pipinya hingga dagu, ku dekatkan bibirku hingga bertemu dengan bibir mungil yang hangat miliknya tanpa permisi, kami yang sudah memejamkan mata seakan pasrah dengan alur nafsu yang ada, hangat kurasakan bibirnya yang mulai beralih mengecup bibir atasku, perlahan tapi pasti kami mulai panas bercumbu, bibir atas, bawah, hingga terbukanya mulut kami untuk mempertemukan lidah, liur kami yang beradu seakan menjadi pelumas makin panasnya cumbuan kami.

“mmhhhhh!”,”mmhhhhh!”, “mmmhhhh!”, lenguhan panas kami yang saling membalas, ku lepas mulutku, beralih ke pipi menurun ke daerah lehernya yang jenjang dengan Lia yang terlihat semakin terangsang sambil kepalanya menengadah ke atas dan masih memejamkan matanya, “aaahhh!”, lenguh Lia sambil mulai ku kecup daerah lehernya, “hhhhh!”, “mmhhhh!”, “aaahhhhh!”, desah kecil Lia semakin tak teratur, kemeja kami tak lagi rapih, apa lagi Lia yang terus melenguh kecil sambil menggelinjang kiri dan kanan sambil menggigit jari telunjuk nya.

Sambil terus melumat habis lehernya, secara reflek tangan ku mulai meraba perlahan pahanya memanjang ke atas, pinggulnya, hingga dadanya ku remas halus dan pelan, “oooohhh!”, “hhmmmmhhhh!”, “hhhhhh!”, “aaaaaahhh!”, lenguh Lia yang mulai menaikan kedua tangannya ke atas kepala, dengan nafasnya yang semakin memburu, kuhentikan cumbuanku, Lia yang terlentang pasrah, mulai berani ku selipkan tanganku ke balik kemejanya, mulai ku raba halus kulit eksotisnya mengitari pingang dan perutnya memberikan sedikit stimulus dan rasa geli, ku raba perlahan menaiki bagian perut atasnya lalu menelusup masuk ke dalam bra nya, lantas ku remas halus dadanya tanpa penghalang, “AH!”, desah Lia sedikit keras sambil badannya menggelinjang tegang ke atas sambil tangannya menggenggam tanganku yang sedang meremas dadanya, “oooooohhhh!”, “hhmmmmmhhhh…aaaaahhhh!”, “hhhhhhhhhhhh!”, nafsu dan rasa nikmat sudah menguasainya, dengan tanganku yang besar berotot yang masih menempel pada dada Lia, coba kuangkat sekaligus bra dan kemejanya agar terangkat ke atas yang diikuti dengan kedua tangan Lia kembali terangkat keatas kepalanya.

Jelas kulihat tanganku sedang menggenggam dua buah bukit dengan pentil coklatnya yang sudah menegang mancung, segera ku remas dua buah dadanya dengan nafsu tinggi memutar ke bawah lalu ke atas tanpa menyentuh putingnya, “aaaaaaaaaahhhh!”, “hhhhhhhhhhhhhhhh!”, “hemmmmmmmmhhhh!”, “hooooooooohhh!”, 2 putaran dan langsung ku lahap dada kirinya dengan rakus lantas memainkan puting nya yang sudah menegang, “HAAAAAHH!”, lenguh Lia keras dengan tangannya yang menjambak rambut belakangku sambil menekan kapalaku agar aku lebih panas lagi memainkan payudaranya, berpindah dari kanan ke kiri, begitu sebaliknya hingga aku tak tahan lagi dan mulai menyentuh, menaiki pahanya dan masuk ke dalam rok hitamnya sambil tetap mengulum bergantian dadanya.

Masih dengan lenguhan desahan dan badan Lia yang menggelinjang tak teratur, dengan pasrah Lia membuka lebar kakinya dan mulai ku telurusi bagian dalam pahanya, hingga kurasakan gundukan vaginanya dari luar CD nya yang sudah basah, lantas ku mainkan jari tengah ku menggesek lurus ke atas dan ke bawah pada bagian tengah vaginanya sambil ku hentikan aktifitasku di daerah dadanya.

“aaaaaahhhh…Jaaaa!”, lenguh Lia sambil melihat aktifitas jariku di luar vaginanya dengan mengerutkan dahinya, “heeeeeeeeeeehhhh!”, “hooohh!”, “hoooohh!”, “oh!”, “haaahh!”, “ah!”, “ah!”, lenguhan Lia semakin panjang dan tak teratur sambil menaik turunkan pinggulnya cepat mengikuti alur gesekan jari tengahku, dan….”AAHHH!”, “HOOOOOOOOHH!”, “HAAAAAAHHH!”, “HHMMMMMMHH!”, “HEEEEEEEEUHHHH!”, “hhhhhhhhh!”, “hhhhhhh!”, “hhhhh!”, Lia orgasme, ya…baru saat itu kulihat secara langsung perempuan sedang orgasme.

Badannya menegang keras dan lantas memeluk ku sangat erat sambil menghimpit kencang tanganku di daerah vaginanya dengan kedua kakinya yang dirapatkan, lalu diikuti dengan kejangan-kejangan badannya yang seirama dengan lenguhannya yang keras dan panjang, kudiamkan beberapa saat sambil ku bimbing kembali badannya tidur di kasur, pelukannya mulai lepas, badannya melemas dengan nafas masih sedikit memburu.

Aku yang berada di sebelahnya menaikan sedikit posisi badan ku, hingga terlihat rona mukanya yang lemas, sayu, manis dan tidak percaya atas apa yang telah kita lalui, ku tatap matanya tajam penuh kasih sayang tanpa kami berucap. Hanya sebentar kita terdiam saling menatap, tangan Lia tanpa ku pinta langsung meraih celanaku dan lantas berusaha membukanya dengan penuh nafsu hingga terbuka seluruhnya tanpa sisa.

Maka terbebas lah sony pelung, yang berukuran lumayan besar ini bangkit dari tidur lamanya, seakan tegak siap berperang tanpa keragu-raguan. Kami bangkit duduk dan melepas sisa pakaian masing-masing tanpa sisa. Terdiam sejenak diriku melihat bagaimana indahnya tubuh utuh wanita yang kucintai secara langsung untuk pertama kalinya dalam hidup, Lia tanpa ragu meraih sony pelung dan mengelus lalu mengocoknya dengan lembut sambil menatapku.

Mulai saat itu mulai ku rekam dalam otaku dengan sangat baik setiap pergerakan yang kita lakukan, Lia mulai membungkuk mengarahkan mulutnya ke arah kejantananku, lalu mengecup kepala penisku dan langsung mengulum sambil mengocok dengan tempo perlahan, sesekali matanya menatap sayu ke arahku sambil menikmati penis ku, “OWHHHHH!”, desah ku aga keras, sambil ku tengadahkan kepalaku dan membuka kaki ku agar Lia lebih leluasa untuk menyerangku.

“ooohhhhhsss!”, “ssshhhhhh!”, lenguhanku tak berhenti sambil sedikit menjambak rambutnya dengan tangan kananku. Lia menambah kecepatannya semakin kencang sambil sesekali deep throath, kepalaku kembali menengadah ke atas sambil melenguh tanpa henti menikmati setiap detik saat itu. Lia bangkit dari kulumannya dan memandangku bebrapa detik, lalu perlahan merbahkan dirinya ke kasur dengan posisi kaki mengangkang, lantas ku rubah posisiku tepat berada di depan vaginanya, ku perhatikan vaginanya yang basah akibat cairan orgasmenya tadi.

Sangat indah, dengan rambut-rambut halus yang tumbuh jarang disekitar vaginanya, disinilah pintu gerbang manusia pertama kali menatap dan mendengar aktifitas dunia. Tak ragu, ku dekatkan kepalaku ke vaginanya, ku cium dan ku kenali bau khas nya lalu bentuk nya yang merangsang dengan sangat baik, dengan alur nafasku yang sudah memburu tepat di depan bibir vagina.

Dengan hanya bermodal pengetahuan dari beberapa video porno, mulai ku coba melakukan penetrasi ke vaginanya, pertama ku jilat cepat dari bawah ke atas vagina Lia, “OHH!....ssshhhhh”, desahnya dengan sedikit gerak tubuh, perlahan mulai ku ciumi selangkangan kanannya sambil sesekali ku jilat kecil mengikuti kontur nya, “aaaaaahhhh!”, “hmmmmmhh!”, terus ku lakukan aktifitasku yang mulai menaikan mulutku kedaerah peranakannya, mengecup…menjilatnya sambil sesekali turun hampir mengenai vaginanya, terus memutar sambil ku pegang kedua paha Lia dan mengangkatnya sedikit hingga terlihat lubang anusnya.

Lia terus mengerang kecil seakan tidak sabar untuk langsung ku lahap vagina indah miliknya, putaranku mulai turun kembali hingga ku jilat lubang anusnya satu kali, “AAAAHHH!”, lenguh Lia kegelian, “HOOOOHH!”, jilatan ku pada anusnya untuk kedua kali, dengan cepat kualihkan kulumanku kearah vaginanya, “hooooooooohhhh!”, lenguhan panjang Lia sambil menjambak-jambak kepala belakangku dengan sedikit menekannya.

“ssllluuuuurrrrrrpp!”, “ssllurrrrrppp!”, “slurrrrppp!”, “sssslllllurrrrrpppp!”, kulahap dan ku sedot habis cairan kewanitaannya dengan rakus. Tubuh, lenguhan dan jambakan Lia mulai tak ter kontrol, lalu kualihkan kulumanku ke arah tonjolan kecil yang ku tau adalah klitorisnya yang mengintip malu-malu, “AAAAAAAAAAAHHHH!”, desah kerasnya sambil lebih menekan kepalaku dan memaju mundurkan vaginanya, badan dan kepalanya juga terangkat ke atas, “HAAAAAAHHHH!”, “HOHOH….HOHOH!”, “OOOOWWWWWWHHHH!”.

Kembali suara lenguhan panjang dan kerasnya memecah kamar, sambil menghentak-hentakan hebat badan mungilnya diikuti jambakan kencang dan kedua pahanya yang menekan kapalaku di vaginanya. “sssllurrrrpp!”, “sslluuuurrrrppp!”, ku biarkan badannya sejenak agar stabil sambil sesekali ku sedot cairan vaginanya yang keluar dengan semprotan cukup kencang.

Aku berhenti dari aktifitas pada bagian senggamanya, ku angkat badanku dengan topangan kedua tanganku seperti posisi push up, seakan mau menindihnya, tatapan kami bertemu tajam, dengan nafasnya yang masih sedikit memburu dan rambut indahnya yang sudah tak beraturan, ku rapihkan rambutnya dengan tangan kananku, ku belai halus kepalanya. Kaki Lia semakin mengangkang lebar seakan mempersilahkanku untuk menggagahinya.

Sang dewi pun melingkarkan kedua tangan mungilnya diantara pundak dan bertopang di leher belakang ku, sambil menatapnya, lantas ku kecup mesra keningnya sebagai tanda bahwa aku yang saat itu masih minim dalam prektek sex, siap melepas perjaka ku kepada seseorang yang tulus ku sayangi dan ku cintai, dengan keyakinan dan kesadaran penuh.

Dengan masih saling menatap ku bimbing sony pelung menuju bibir vagina Lia, lalu ku gesekan ke atas kebawah untuk memberi rangsangan awal, “ahhhhsssssshhh!”, “ooohhhhh!”, “ssssshhhhh!”,desahnya. Lia yang sudah sangat bernafsu mengambil sony pelung dari tanganku dan membimbingnya ke arah dimana seharusnya sony pelung tinggal dan momen itupun datang…aku sudah tidak perjaka lagi.

Coba ku tekan penisku memasuki liang vaginanya yang sangat rapat, “AH!...pelan sayang”, pinta Lia, kembali ku tekan dengan perlahan, “ahhh…hooohhh!”, masuk setengah, ku maju mundurkan tusukanku perlahan agar lebih banyak pelumas yang keluar dari vaginanya, “ooowwwwhhhh!”, “ohhhh….ohhhh….ohhh….ohhh!”, “AWWHHHH!”, “hhhhhhmmmmmhhhh!”, “huuuuuuhhhh!”, tusukan sekaligus ku membuat nya menjerit kecil, lalu membiarkan penisku yang sudah tenggelam semuanya sebentar, agar vagina Lia beradaptasi.

Dalam posisi MOT mulai ku maju mundurkan penisku yang cukup besar di liang senggama Lia dengan kecepatan lambat tapi full tenaga dan hentakan, “hhhhhhhh”, “pok…pok…pok…pok…”, “sssssshhhhhhhhh!”, “ aaahhhhhh!”, “ooooooouuuuhhhhh!”, “hhhhhhmmmmmmhhhhh!”, “pak….pok….pak….pok…!”, “haaaaaa….aaahhhh!”, “uuuuuhhhhhhh…..sssshhhh!”, bunyi desahan ku dan Lia yang saling bersahutan berpadu dengan suara hentakan dari bertemunya selangkangan Lia dan bagian kemihku pertanda sudah maximal penisku menerobos liang senggamanya.

“huuuuuuuuhhhhh…cepetin sayang…cepetiiiiinn!”, pinta Lia padaku sambil melingkarkan, serta menekan kakinya di pinggang ku dan makin menegang tubuhnya. Seperti mesin bor besar ku maximalkan kecepatan dan hentakan ku dengan tenaga maximal. “AHHHH…AHHH….AAAHHHH…AHHHHHH!”, “HHOOHHHHHHHH!”, “SAYAAAAAANNNG!”, “OHH…SAYAAAANNG!”, desah kami, “aaaahh…aku mau keluar sayang!”, bilang ku, “bbareengg…sayang…ooohhhh!”, kaki Lia semakin menekan, makin ku percepat tusukan ku, “AAHHH…AAHHH…AAAAHHH…AAHHH…!”, “PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…!”, “AAHH…SAYYAAAAAAAAAANNGG!”, “AAAAHHHHHHHH…!”, “SSSRRRRTTTTT…SSSRREEEEEETT…SSSSRREEEETTT..SREEEETT!”.

Itulah desahan panjang kami yang mencapai puncak orgasme, bersamaan dengan bertemunya cairan kelamin kami sebagai tanda kembalinya diri kami ke dimensi bumi, ambruk badanku di samping Lia dengan kami yang masih memburu nafas seakan baru saja selesai lari marathon, kami saling berpelukan sambil menenangkan diri. Beberapa menit terdiam, ku rasa kami mulai sadar kembali siapa kami, dimana kami dan apa yang baru saja kami lakukan.

Tak lama terdengar isak tangis dari Lia yang membuatku kaget, “Kamu kenapa?”,tanyaku tegang sambil mencoba melihat mukanya lalu mengelusnya halus, “mmaaf Jaaa…aku kotooor…aku ga pantes buat kamu!”, “sssssttt…udah…udah!”, aku mencoba menenangkannya sambil mengusap air matanya, “cantiiiikk…sayangkuuu…aku sadar ko…apa yang kita lakuin tadi!”, “dari awal aku bilang siap, berarti aku juga udah siap diri nerima segalanya…seutuhnya!”, “maaf…aku ga bisa ngasih janji ke kamu, soalnya setiap omonganku itu udah janji!”, “sesuai permintaan kamu dari awal, aku ga bakal ninggalin kamu, kecuali 1 langkah kamu ngejauh, aku bakal ninggalin kamu 10 langkah lebih jauh, kamu yang pilih, aku siap!”.

“hiks…makasih sayang aku pingin terus sama kamu…aku sayang kamu…hiks!”, pinta Lia, “Love you to cantik…I Love you!”. Terbang jiwaku hari itu, bersamaan dengan terbang nya logika dan objektifitas ku sebagai laki-laki, ‘HAJAR BLEH!’, mungkin itulah pemikiran dan sifat idealisku saat itu, tanpa berpikir panjang, kalau kupikir sekarang bodoh memang, tapi aku yakin orang bodoh pasti akan belajar dan kelak melampaui orang pintar dan menurutku mungkin bakatku bertambah, dengan pengalaman minim bisa ku kontrol gejolak gairahku saat bersenggama, ya…bakat sex dan mulai hari itu juga libido ku cepat naik.

Hari itu lama kami berpelukan dengan telanjang, yang diahiri dengan mandi bersama lalu ku pacu bleki yang sedari tadi menunggu untuk pulang, dengan tidak lupa sebelum keluar kosan ku kecup sayang kening Lia sambil saling membalas senyuman lebar dari mulut kami. “Sayang udah malem…cepet tidur…besok kuliah pagi” (message sent), isi pesan sms ku pada Lia, “Iya sayang…kan tadi udah di tidurin kamu…hehehehe!” (from cantik), balas nya, “Ish…kunyuk!”, gumamku sambil merebahkan badanku mencoba untuk menutup mata.

-FIN

Sekian suhu posting cerita pengalaman hidup ane, sebelumnya ane pingin ngucapin terimakasih banyak untuk semua suhuwan dan suhuwati yang sudah berkungjung dan memberikan kritik+sarannya yang membangun untuk ane bisa berkarya lebih baik lagi,juga maaf karena masih banyaknya kesalahan dalam penulisan. :beer: :beer: :beer:

VIVA SEMPROT…CROOOOOOOTTT
 
wah, keren alur ceritanya.......bakat jd penulis......lanjut aja lg,..pokoknya mah edun euy....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hayoh jang di lanjut ceritana...
Maenya weh ngan sapotong...
Carita si cantik jeung si El kumaha pegat atawa lanjut?

Terus jang papi lanjut jeung si cantik atawa berkelana neangan liang nu lain???
:remas:
Ah panasaran.. Hayoh mang di lanjut :jempol:
 
Hayoh jang di lanjut ceritana...
Maenya weh ngan sapotong...
Carita si cantik jeung si El kumaha pegat atawa lanjut?

Terus jang papi lanjut jeung si cantik atawa berkelana neangan liang nu lain???
:remas:
Ah panasaran.. Hayoh mang di lanjut :jempol:


siap mang....nuju di emutan ku abdi....nuju d buat kerangka caritana....hatur nuhun pisan apresiasina :beer:
 
Motivasi bagi mahasiswa ideal lainnya nih
Nice story suhu
 
dah tamat ??????????????????
Waduh penoton kecewa nih gan.
Lancrotkan dunk

untuk cerita perkenalan tamat gan,ane lagi nyusun main story nya,sambil nginget nginget dulu :) ,supaya d main story nanti Lia tamat,tapi jadi awal petualangan Bagja :beer:
 
Salam semprot croooootttt…croooott…uh yes!

Ah…senangnya menulis kembali sambil mengingat masa lalu yang absurd, pertama-tama ane kepingin ngucapin terimakasih banyak kepada suhuwan dan suhuwati yang sebelumnya telah berkunjung masuk ke thread cerita pertama ane yaitu “Awal Untuk Bagja”, serta kritik, saran membangun, berbagai apresiasi dan juga motivasinya, yang membuat ane terbakar motivasinya, untuk melanjutkan cerita ini dengan lebih baik lagi…terimakasih semuanya… :shakehand ….. :((

Ehm…ok suhuwan suhuwati dalam cerita kedua ini ane masih melanjutkan cerita sebelumnya, masih berlatar belakang indahnya kota parahyangan, serta seputar kehidupan Bagja yang masih idealis nan serampangan. Dalam lanjutan ini ane masih menuangkan 80-90% pengalaman pribadi, yang ane coba tuangkan menjadi jawaban dari semua misteri dari cerita sebelumnya, apakah Bagja baik-baik saja dengan Lia?, apakah yang terjadi dengan El?, apakah Bagja doyan ngupil?, ataukah ketek Lia burket?, ya…inilah jawaban dari semua pertanyaan yang ada, yang ane kasih judul…..

“Ahir Untuk Awal Don Juan Syariah"

Tanpa banyak cingcong bencong lagi ane ucapkan…..‘SELAMAT MENYANGSIKAN’, yuuuuuuuu mareeeeeeeeee……!.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maaf kalau ada nama kesamaan tokoh atau tempat yang ane samarkan…sumpaaaahhh ga sengaja…sumpaaahhhh….!.

Ahir Untuk Awal Don Juan Syariah
(Kejar Cinta)

“AAAHHHH…” “NGGGHHHH…uuuuhhhh…”, “haaaaaahhhh…” “hmmmmmhhh”, “HAAHH…AH…AH…AH…AH…” “AAAAAAHHHHH…”, “AAAAAHHHH…” “AAHHH…!”.

Betul kata orang tua zaman dulu, dilarang cuma berduaan untuk sepasang muda-mudi, karena makhluk yang ketiga itu syetan. Hampir setiap pagi buta kami sambut dengan desahan serta suara lenguhan yang saling bersahutan, keras…lembut…keras…lembut, kami lakukan dalam sebuah kamar yang lumayan besar dan nyaman untuk ukuran anak kost, sambil menaikan volume tv agar samar suara kami dari heningnya suasana pagi di kosan Lia.

Ya…Lia dan aku a.k.a Bagja, seorang mahasiswa mulai teladan yang sudah jadi ‘senior’ di kampus, dengan prinsip taktis, realistis, tidak pesimis, optimis, ekonomis dan jauh dari syphillis semangat mengejar cita-cita dan cinta…YES!.

“Aku mandi dulu ya sayang!”.

Seraya mengusap kepalaku, lalu dikecup nya bibir tebal ini dengan rasa sayang. Sejenak ku termenung, sambil menunggu Lia mandi, yang sebelumnya ku bersihkan dulu sony pelung hingga bersih dan wangi. ‘EDAN, inikah kehidupan nyata?’, pertanyaan dalam kepalaku saat itu. Berbagai hal yang telah ku lalui sebelumnya, mengantarkan diriku ke saat ini. Saat dimana ku rasakan pola pikir yang berubah, berubah lebih fokus untuk memikirkan kuliah, karir, keluarga dan juga Lia. Ya…Lia seorang yang mempunyai arti untuku.

“Yang…toket kamu kayanya tambah gede…hehehehe!”, kataku.
“Iya nih…gara-gara kamu di senamin terus, hayo…tanggung jawab!”, pinta Lia.
“Ok…bra baru ya?atau ga usah pake bra?...hihihihi!”, tawa ku, usil.
“Ish…enaknya…yu berangkat!”, ajak Lia.

Waktu menunjukan pukul 6.48 AM di jam tanganku, yang bunyi alrm nya masih saja porno, TITIT…ya…itu bunyinya. Lia masih menjadi alrm dan motivasi ku untuk cepat bangun dan bersiap untuk menjemputnya, agar pergi bersama ke kampus. Walaupun sebenarnya masih ada waktu senggang yang cukup banyak di pagi buta itu, kami gunakan dahulu untuk ML, ya…hampir setiap pagi, karena libido kami yang sebenarnya cukup tinggi.

“Yang, sarapan dulu?”, tanyaku pada Lia.
“Ngga ah…nanti aja sekalian makan siang sama kamu”, jawab Lia.
“Eh…hari ini kelas kita sebelahan ya?”, tanyaku.
“Iya…asiiiikk…di lantai 2”, Jawab Lia senang.

Pagi itu percakapan kami terus berlangsung, sambil berjalan bersamaan. Terlihat teman-teman kami, dari masing-masing kelas yang sedang menunggu dosen di luar kelas, dengan berbagai aktifitas sambil menyambut kami.

“Aku ke kelas ya?”, pinta Lia sambil berlari dan bersahutan dengan teman-temannya.
“OK…!”, jawabku kepada Lia.
“BRAY…kadieu (kesini), maneh (kamu) nggeus (sudah) euy statistik?”, tanya Puja.
“Anu (yang) binom beres, tinggal 2 soal deui (lagi), teu ngarti (tidak mengerti)…euy!”, jawabku.
“Hehehe…da ente mah gelo (gila) sih…ngewe wae (saja)…HAHAHAHA…!”, tawa Puja keras.
“Si…maneh (kamu) tah nyabun wae (saja), matak (membuat) ‘delon’…HAHAHAHA!” tawaku tak kalah keras.
“Tapi ente geus (sudah) beres bray?”, tanyaku pada Puja.
“Acan (belum)…HAHAHAHAHAHAHAHA!”, jawab Puja singkat.
“Euh…sarap!”, gerutu ku.

Puja, ya…dia salah satu sahabatku juga, bedanya dengan Abi, Puja adalah orang pertama yang berkenalan dengan ku saat pertama kali ospek kampus dulu. Maka tak heran banyak yang menyebut kami ‘kembar sial’, karena kami yang selalu bersama dan gaya kami yang sangat mirip, mulai dari rambut, pakaian, hingga selera cewe, yang membedakan kami hanya perawakan ku yang tinggi besar, sedangkan Puja yang ‘jangkis’ (jangkung ipis), serta sebutan kedua untuk Puja ‘delon’ (gede-gede bloon).

Kelas statistik 2 pun dimulai, dengan awalan membahas tugas yang di sambung dengan materi. Aku duduk diapit oleh 2 temanku, sebelah kanan Firman dan sebelah kiri ku Dwi, lalu insiden akibat ‘osam’ (obrolan sampah) itu pun terjadi…

F= Firman D= Dwi B= Bagja BD= Bu Dosen

F : “Wi ente apal si Ibu (dosen) cemberut?”, sambil mengecilkan suara.
D: “Teu (tidak) dapet jatah ti (dari) suami!”, asbun (asal bunyi).
F : “hihihihihihihi…!”, ketawa kecil.
B : (Diam sambil mencoba fokus memperhatikan dosen).

F : ”Wi…biasana mun (kalau) di jilbab ‘maina’ (main sex nya) hot!”, sedikit berbisik.
D: “Enya (iya)…saking (terlalu) hot abus na (masuk nya) ka irung (ke hidung), hihihihihihi!”.
B : “hihihihihihihihi…!”, sambil tetap mencatat dan mulai tidak fokus.
F : “Kanjut na (penis nya), segede sam su (roko), jadi abus (masuk), hihihihihi!”.

Osam pun terjadi selama hampir 3 menit antara 2 pemuda hampir waras tersebut, tiba-tiba….

BD : “Kalian yang dibelakang, cengengesan aja, Keluar!”.

Mendadak suasana kelas hening bagai kuburan.

D : “Ng…ngga bu kita mau di dalam aja, belajar!”.
F : “I…iya bu sama!”.
B : (Tenang sambil terus mencatat).
BD : “Saya pengen kalian keluar, daripada merugikan yang lain, kalian keluar!”.

Dwi dan Firman beranjak keluar, aku yang sedang mencatat dengan tenang, tiba-tiba di kejutkan.

BD : “Kamu juga itu yang di tengah…keluar!”.

Asseeeeeeeeeeeeeeeeemmm, bu saya ga ikut-ikutan osam mereka bu, sumpaaaahhhh…sumpaaahhh, cuma cengengesan dikit, karena mereka sedikit waras bu, oh…tolong saya pa polisi borgol saya di kursi chitose ini yang sudah reot, bui saja 2 teman saya, bukan saya…hiks…kembalikan mereka ke habitatnya, rumah sakit jiwa…hiks.

B : “Bu saya ga ikut-ikutan ngobrol, saya memperhatikan bu…!”, membela diri.
BD : “Ngga…saya liat kamu juga ikutan ngobrol, Keluar…Sekarang!”.

Dengan sangat kesal dan berat hati, ku ambil buku catatan dan tas, lantas keluar kelas yang di sambut duet remaja gila.

F : “Ja…ente kena juga?…hahahahaha…!”.
B : “Nya (iya)…gara-gara maraneh (kalian) tah…sarap!”, gerutu ku kesal.
D : “Positif Ja…jadi bebaskan?...hahahahaha!”.
D : “Geus (sudah) ah…urang (saya) rek (mau) jajablog (makan)!”.

Nasi sudah menjadi bubur, dengan masih sedikit kesal aku turun dari lantai 2 menuju tempat penjual roko yang berada di dalam kampus.

“Yang aku tunggu di bawah ya” (message sent), isi sms ku kepada Lia.
“Iya…ko udah keluar?” (from cantik), balas Lia.
“Nanti aja aku ceritain” (message sent), ahir sms ku.

Siang itu kami berdua makan bersama di sekitaran kampus, bersamaan dengan Abi, Sari, Puja dan Toro. Habis sudah diriku yang menjadi bahan olokan mereka saat itu, tapi walaupun begitu Lia tetap selalu mengelus punggungku, seakan berbicara ‘tenang ya sayang gapapa, jangan marah, cuma bercanda!’.

“bbrrrrrrtttt…brrrttttt, brrrtttt…brrrrtttt!” bunyi getar dari hp Lia.

Tak usah ku menerka siapa yang meneleponnya saat itu, karena hampir 15-20 menit sekali telepon itu bergetar, ya…itu dari El, pacar ‘asli’ Lia. Secara sepintas, fisiku menerima keadaan ini, tak ada raut atau gestur cemburu dari ku, tidak pernah. Saat sendiri terkadang polemik itu datang di pikiranku, ‘jalan mana yang ingin kau pilih Jendral?’, ‘Mana objektifitas mu?’. Ah…aku belum mau berpikir sejauh itu, walaupun perkuliahan kami akan masuk semester 4. Dimana kami harus mulai fokus untuk menyongsong mata kuliah Tugas Ahir.

Hari itu kami kembali ke jadwal perkuliahan kami, di sibukan kembali dengan segunung teori yang seakan berlomba masuk ke dalam otak kami secara paksa, untuk di cerna, di mengerti dan di ingat, walaupun pada dasarnya otak manusia normal yang sehat, dalam sehari bisa fokus 100% hanya selama 45 menit saja. Ya…itulah realita secara medis dan kelemahan sistem pendidikan Indonesia, yang masih menganut sistem kolonial dan menyama ratakan semua penduduk nya, seolah mempunyai kapasitas otak yang sama, bodoh.

“Baik…waktu sudah habis, jangan lupa tugas 2 hari lagi kumpulkan…selamat sore!”.
“Sore…pak!”, jawab kami para mahasiswa di dalam kelas.

4 PM, waktu ku lihat jam tangan ku, tak lama dosen keluar dari kelas, sebagai tanda perkuliahan untuk hari ini selesai. Lia yang sudah menunggu di luar menyambutku dengan senyumnya yang manis, sambil berkata manja padaku,

“Ayooo…pulaaang!”.
“Pulang?…pulang kemana?”, tanyaku usil.
“Iiiiihhh…ke kosan!”, jawab Lia masih manja.
“Emang mau ngapain pulang?”, tanya ku lagi.
“Ih…lama…sini!”, tagas Lia sambil berbisik di telingaku.
“Mau tiduran ga pake baju sama kamu!”, jawab Lia sambil berbisik.

Aku membalas dengan senyuman hangat sedikit mupeng padanya. Sambil memegang tangannya, kami berjalan menuju tunggangan kami, oh…si bleki yang bersejarah nan setia, yang tidak pernah banyak bicara, sudah ‘nongkrong’.

“BRAK!”, suara pintu yang Lia tutup dengan terburu-buru, setelah kami masuk ke kamarnya.

Entah setinggi apa libido Lia saat itu, yang jelas setelah menutup pintu, Lia mendorongku aga kasar ke tembok dan langsung miciumku dengan ganasnya, dan yang pasti ku sambut ciuman ganas Lia dengan tidak kalah ‘kasar’.

“hhhhhhmmmmmmhhh…mmmmmmhhhhhhh!”, “haaaahhhhh…hhmmmmmhhhhh!”, “hhmmmmmaaaaahhh…hhhhmmmmmhhhhh…eemmmmmmmhhhh!”.

Kami masih saling membalas cumbuan sambil berdiri, dengan Lia yang melingkarkan kedua tangannya di leherku. Aku yang mulai terbakar, melingkarkan kedua tanganku di pinggangg nya, lalu ku angkat Lia seperti menggendong nya, reflek kedua kaki Lia melingkar di pinggang belakangku. Tubuh kami bertemu erat, sony pelung yang sudah menjadi ‘roket’ saat itu, bergesekan dengan gundukan daging kemaluan Lia, dengan sesekali ku naik turunkan agar lebih terasa gesekan kemaluan kami.

Hal itu berlangsung selama 5 menit, lalu Lia melepaskan cumbuannya, menatapku dan turun dari pangkuanku untuk mengambil remote tv, Lia menekan tombol power dan menambahkan volume tv agak kencang dari biasanya.

Lia melemparkan remote tv, lalu berjalan ke arahku dan…

“PLAK…cuma segitu…hah…cuma segitu sange kamu?”.

‘ANJIISSS…LIA NAMPAR AING (saya)!’, aku yang kaget terdiam beberapa detik, berfikir ‘ada apa dengan Lia?’, tak perlu ku cerna lama untuk mencari jawaban, ‘ok…mau main kasar…anda salah nantang orang JENDRAL!’.

Tanpa berfikir lagi, ku dekap Lia kasar, ku cumbu kembali dengan beringas sambil membuka kancing kemeja nya, ku tanggalkan kemejanya dengan kasar, sambil tetap bercumbu. Tubuh Lia yang masih di balut tanktop hitam waktu itu, tak lagi ku perdulikan, ku tarik tanktop hitam Lia, lalu ku robek dari tengah dadanya, hingga terbelah 2.

Dalam keadaan tensi yang sudah naik, ku jambak rambut panjang Lia, hingga Lia menengadah dan lepas cumbuan panas kami.

“AH!”, Lia sedikit berteriak karena ku jambak.
“mau cara kasar heh?”, ku tanya Lia sambil menggesekan-gesekan kelamin kami.
“iya…mau…aaaaahhhh!”, jawab Lia, cepat.
“MAU APA?”, tanyaku kasar dengan menjambak keras rambutnya.
“ahhh…mmmau kamu entot sayang…hhhhh…hhhh”, jawab Lia.

Makin keras jambakan ku pada Lia, ku hentikan gesekan, lalu ku dorong jatuh Lia ke kasur, dengan cara menjambak dan melemparkannya ke bawah. Aku yang masih berdiri, secara cepat ku tanggalkan seluruh pakaianku tanpa sisa. Lia membuka bra nya lalu membenerkan posisi tidur nya menjadi terlentang pasrah. Aku menurun kan badanku cepat, di antara kakinya yang mengangkang bebas. Tanpa pikir panjang ku tarik celana dalam Lia yang mulai basah tanpa melepas rok rample nya, dengan kasar ku masukan jari tengah dan jari manis ku ke dalam vaginanya yang belum terlalu basah, lalu mengocoknya dengan tempo cepat.

“AH…hhaaaaaaaaaaahhhh…hhAAAAAAAAAAhhhhhh…!”, desah Lia keras sambil menggelinjang dan menggeleng kan kepalanya ke kiri dan kanan, tak karuan.
“enak sayang?…enak?”, tanyaku sambil tetap mengocok dalam tempo tinggi.
“AAAAAHHHH…ENNNNNAAAAAKKKK…AAHHHHH…ANJJJJJJJJINNGG…ENNAAAAKK…AAAHH!”, jawab Lia keras dan kasar.
“AH…AH…AH…AH…YANG CEPPEETTT SAYAAANG …YANG CEPEEEETT…AH…AH…AAAAHHHHHHHH…AHHH…HHAAAAAHH…AHHHH!”.

Sesuai keinginannya ku percepat kocokanku dalam vaginanya, tak ku hiraukan perkataan kasar Lia yang sangat menikmati perlakuan sex kasar ku saat itu, karena tak lama seluruh badan Lia menegang, bergetar dan menggelinjang hebat, mengangkat sendiri badannya ke atas, mendapatkan orgasme pertamanya yang hebat. Sambil ku keluarkan jariku dari dalam vaginanya, ku perhatikan beberapa saat, Lia yang sedang orgasme.

Hanya beberapa detik, ku turunkan paksa badan Lia, ku gesekan kontolku di bibir memek nya yang basah dan masih ber denyut-denyut, serta masih bergetar sedikit, ke atas…ke bawah, 2 kali ku gesek dan langsung ku masukan kontol ku yang lumayan besar ke liang vaginanya.

“AHHHHhhh…!”, desah ku, sambil ku hentak masuk kontolku, yang masuk setengah.
“OH…!”, desah Lia keras dan kaget, sambil sedikit mengankat badannya dan melihat ku dengan raut muka yang mengerut.
“AH…AH…Aaaaahhh!”, ku hentakan kembali kontolku, maju mundur hingga masuk semuanya.

Dalam posisi MOT (Man On Top), ku pacu gerakanku dengan tempo yang tinggi, tak menurun. Kedua kaki Lia yang mengangkang, melingkar ke pinggang ku, sambil menekan keras…dan makin keras, seakan tak mau terlepas. Dalam posisi itu, ku genggam kedua tangan Lia yang terlentang ke atas kepalanya dengan tangan kiri ku, sedangkan tangan kanan ku meremas keras toket kirinya, dengan sesekali menampar toketnya yang mancung menegang, dengan sedikit keras, sambil terus memaju mundur kan sony pelung dengan tempo tinggi dan makin tinggi lagi, dengan kasar.

“OH..hohohoh…FUCK…!”, aku meracau keenakan.
“AAaaaaAAAAAAHHHHH…AH..HAHAHAHAH…UUUUUHHHHHH…eenntttoootttt aakku sayaaaaaang…entot aku..AH..HAHAH..anjjjiiiiiiinngggg…ENNNNAAAKKK…AAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH…AH…AH..AAAHH!”, racau Lia keras dan berteriak, tak karuan.

Dua kali sudah, Lia mendapatkan orgasme nya, badan dan kepalanya sedikit terangkat ke atas, menegang keras, bergetar, memek nya terasa menyedot kontol ku dan berdenyut-denyut, kedua tangannya mencengkram tangan kiriku keras, dengan pupil mata yang terangkat seluruhnya menjadi putih dan mulut nya yang menganga.

“hhhhhh…hhhhhh…hhhhh…!”, nafas kami memburu.

Ku hentikan aktifitas ku, dengan badan Lia yang mulai lemas, ku tarik kontol ku perlahan, keluar dari memek nya, ku biarkan Lia istirahat sebentar untuk mengatur nafasnya sambil ku rebah kan badan ku di samping nya.

Masih ku perhatikan dan ku ingat dengan seksama setiap detik momen saat itu, ku belai rambut Lia dengan sayang, sambil membetulkan rambut nya yang tak beraturan. Setelah cukup stabil nafas kami, perlahan ku pegang pinggul Lia dengan kedua tangan ku, lalu ku balikan badan Lia menjadi posisi doggy style.

Perlahan tapi pasti ku hentak, ku masukan penis ku seluruh nya, ke dalam memek nya. Mulai dengan tempo lambat hingga tempo yang cepat…makin cepat, dengan sekuat tenaga, hingga mentok, beradu dengan pantat Lia.

“PAK..POK..PAK..PAK..PAK…!”, pantat Lia beradu dengan ku.
“ah..ah..ah..ah..ah…huuuuuuuhhh…!”, lenguh Lia.
“PLAK!...AUH!...PLAK!…HAaaAAAHHH!...PLAK!”, desah manja dan kaget Lia, sambil ku tampar pantatnya.

Tak lama dalam posisi itu, ku rubah posisi kedua tanganku yang memegangi pinggul Lia, dengan tangan kanan ku yang kembali menjambak rambut panjang Lia dari belakang, menariknya hingga posisi Lia menjadi duduk memebelakangi ku, dengan kedua kakinya yang di lipat dan posisiku yang duduk bertumpu pada bedua kaki ku yang dilipat ke belakang. Dengan masih menaik turunkan genjotan extrim kontolku pada memek Lia, kangan kiri lia melingkar ke belakang kepalaku, lalu kedua tangan ku meremas gemas kedua toket Lia dari belakang.

“hhhhhhh…hhhhhh…hhhhhh…hhhhhh…enak sayang?...enaaakk?...mau lebih cepeeet?...hmmmm?”, tanyaku dari belakang, sambil berbisik di sebelah kanan telinga Lia.
“mau sayang…entot aku cepet…entot lagi aku sayang…hhmmmmmmhhhh…uuuuuuhhhhhh….uuuuhhhhh…!”, jawab Lia.

Tangan kanan ku berpindah memegang dan menggesek-gesekan bagian clitoris nya, kencang,sambil menambah tempo genjotan ku hingga maksimal, dengan sisa tenaga yang ada. Karena aku merasakan sperma ku, akan segera menyembur keluar.

“OH..OH..OH..AH..AH..AH..AH..AH………….AAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH…………AAAAAAAAHHHHHHHHGGG…….aaahhhhhhh….!”, lenguh Lia keras dan cepat hingga kami berdua orgasme bersama.
“HHAAAAHHH…HAAAHH…ahhh…sssrrrreeeeett…ssssssssrrrrreeeeeeeettttt…sssrrrreeeettt…!”, lenguh ku sambil menghentakan penisku dalam dan kencang, bersamaan dengan keluar nya sperma ku, beradu dengan cairan kewanitaan Lia, dalam memek nya.

Badan kami jatuh lunglai bersama, ku peluk Lia, hangat.

“hhhhhhh…hhhhhh…hhhhh…!”, nafas kami memburu, mencoba mengatur agar normal kembali.
“gila ih…punya kamu gede banget tau!”, Lia protes padaku.
“tapi suka?”, tanyaku.

Lia hanya menganggukan kepala, tanda ia menyukainya. Hampir 15 menit kita berbaring telanjang bersama dengan mesra, hingga…

“Now won’t you say something?
Please say something
And believe me now, I’d only lie to you”
(reff: Haven-Say something)

Bunyi ringtone hp Lia, sekali lagi tak usah ku mengira-ngira siapa yang hendak membuyarkan momen kami sore itu, sontak Lia mengambil hp nya dan merima telepon. Aku bangun dari posisi ku, melihat, memperhatikan dengan seksama, sorang perempuan yang ku sayangi, sedang bercakap mesra dengan seseorang yang juga di cintainya. Tepat di depan mataku, mesra, tertawa, ku perhatikan dengan detail Lia, dan apa yang aku lakukan?....DIAM….terpaku, menjadi bodoh, karena tak ada yang bisa aku lakukan.

Perasaan yang sebelum nya tidak pernah datang, kini ku rasakan dengan sangat baik, seperti di hianati seseorang yang sangat ku sayangi, tepat di depan mataku, setiap 15 menit sekali, setiap hari, tanpa bisa aku melakukan apapun. Tak bisa aku munafik saat itu, sakit, kecewa, rasa itu muncul bersamaan. Mulai juga aku berfikir, bahwa aku adalah seorang munafik, keledai bodoh penuh nafsu belaka, yang mulai menghancurkan kisah kasih cinta 2 insan, ya…aku melihat dan berfikir, yang ku lakukan adalah merusak hubungan mereka, harus segera ku hentikan kebodohan ini.

“hei…kamu kenapa ngelamun?...marah ya aku telepon El, depan kamu?”, tanya Lia curiga.
“hah…engga…gapapa ko, cuma merhatiin kamu aja!”, jawabku…si bodoh.
“sayang…aku seminggu nginep di kosan El, mulai besok, dia tadi aga protes, soalnya udah lama ga ke sana!”, pinta Lia.

Tertegun ku sejenak atas perkataannya.

“oh…ya udah…aku…bersih-bersih dulu ya?”, tanyaku pada Lia.
“iya yang bersih ya…sayang!”, jawab Lia tersenyum.

Tanpa berpikir panjang, ku cepat bersihkan badanku, memakai kembali pakaian ku, mengecup Lia, lantas pamit pulang, dengan perasaan sangat dilematis.

Dalam perjalanan pulang dengan bleki, kepalaku tak berhenti berpikir, mengingat perjalanan kami dari awal, mengingat kami sebagai hidung dan upil yang sangat erat, mengingat setiap momen yang ada, mengingat apa yang baru saja kami lakukan tadi, mengingat perkataan sang beruang padaku dahulu, ‘AH…TOLOL…apa yang aku lakukan?’, pikirku.

Pecah konsentrasiku, ponsel ku bergetar tak berhenti, aku menepi sambil menggerutu, ‘sapa sih?’, ku lihat kakak ku menelepon, yang lantas aku terima.

“halo…teh!”, aku menerima telepon.
“de…dimana?, cepet ke Hasan Sadikin (rumah sakit negeri, Bandung) sekarang, papah ambruk!”, kata kaka ku tergesa-gesa.
“HAH…i…iiya…sekarang kesana!”, lemas ku jawab, sambil menutup telepon.

Kosong isi kepala ku, kaki ku terasa melayang, hiruk pikuk macet nya kota Bandung, mendadak hening, ‘rumah sakit…rumah sakit…sumah sakit!’, aku mencoba kembali fokus, langsung ku geber bleki, tapa lagi memperdulikan apapun, maaf ya bleki…kamu di geber terus…hihihihi.

Setelah ku parkirkan bleki, aku berlari menuju ruang IGD, terlihat di sana kaka ku, adiku, paman ku, serta istri sang beruang, yang sedang tersedak menangis tak berhenti.

“de…harus dirawat!”, kata kaka perempuanku sambil menangis.

Aku hanya terdiam, terpaku, meliahat keadaan saat itu, lalu paman ku yang juga seorang dokter, menariku agak menjauh dan berbicara…

“papah sudah di cek darah nya, tadi di rumah papah jatuh di luar kamar mandi, sebelum nya muntah darah, tadi juga pak de sudah berbicara sama dokter spesialis lever di sini, papah kena sirosis Ja…stadium lanjut…maaf Ja…perkiraan pak de dan dokter di sini…ga lebih dari 8 bulan!”, paman ku menjelaskan.

Kaget, lemas badanku mendengar ucapan paman ku, hampir tak sanggup lagi ku berdiri, ‘wahai Tuhan…sudi ku tukar nyawaku yang hina ini sekarang, dengan nyawa bapaku!’, gumam ku dalam hati. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut ku, aku berjalan lunglai, kembali ke bilik itu, mencoba menenagkan keluarga ku.

Beberapa saat aku coba menenang kan diri dan keluarga ku, lalu aku mulai mengurusi administrasi rumah sakit yang berbelit, hingga bapaku masuk kamar rawat inap hari itu. Aku keluar dari kamar rawat inap dengan lemas, ku ambil handsfree dan rokok, sambil duduk merenung, mengingat kembali sang beruang yang jujur dan tegas, yang mulai melemah fisik nya sejak beliau mulai pensiun dulu, sudah 4 kali dengan sekarang beliau ambruk, ini yang paling parah. Diam diriku di smoking area rumah sakit, ku pasang lagu, ku biarkan Damien Rice mengalun, sambil melihat ada 2 sms yang masuk, yang lantas ku buka.

“sayang…kamu marah ya?ati-ati di jalan” (from cantik), tak ku perdulikan dan tak ku balas.

“beroooo, dimana euy…ada tawaran nih, kerjaan jangka panjang dari padhyangan, kabar kabari nya” (from dimas), bunyi pesan dari teman seperjuangan ku saat SMA.

Apakah ini tanda?, apakah ini jawaban yang harus ku ambil untuk semua ini?, pikir ku sambil melihat pesan dari Dimas.

Ku harap pesan ini adalah secercah harapan ku, untuk kembali, menjadi seorang laki-laki sejati, yang tanpa mengeluh akan mengejar cinta yang kekal demi keluarga ku, untuk masa depanku dan untuk semua orang yang pantas aku cintai, sambil ku usap air mataku dan mehanan isak tangisku.

I can’t take my eyes off of you
I can’t take my eyes of you
I can’t take my eyes off of you
I can’t take my eyes of you
I can’t take my eyes of you
I can’t take my eyes
(reff: Damien Rice-Can’t take my eyes off of you)

Para suhuwan dan suhuwati, sekian lanjutan dari cerita perjalanan kehidupan Bagja, bagian pertama. Sebelum ane posting lanjutannya, ane ucapkan terimakasih banyak untuk para semproters yang mau menunggu, menyimak, memberi kritik serta sarannya yang membangun, semoga lanjutan cerita ini akan lebih baik lagi, yang dimana, nanti pada bagian kedua, cerita Bagja dan Lia selesai, tetapi jadi awal perjalanan panjang Bagja. Sekalian di ahir nanti, ane posting pict ASLI Lia dan Bagja

Terimakasih

Salam semprot….CRRRROOOOOOOOOOOOOOOOOTTTTTTTTTTTT

:beer: :beer: :beer:
 
Terakhir diubah:
Bimabet
“Ahir Untuk Awal Don Juan
Syariah <<<< ini judulnya masih misteri :kacamata:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd