Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ba Jing Fang Contollia

POV TAPIR


"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

"Wiukkk. "

Suara asing terdengar saat mulutku mencoba berbicara. Bahasa macam apa itu. Kalaupun harus mengumpat, umpatan seperti apa yang bisa aku sampaikan. Babi, Anjing, dan segala jenis hewan tentu saja tidak bisa lagi aku gunakan. Saat ini mereka satu jenis denganku. Akan sangat tidak sopan jika aku harus menggunakan nama mereka. Karena tiba-tiba aku telah berubah menjadi seekor Tapir. Hewan belang berwarna hitam putih dengan hidung seperti penis yang sedang ereksi dan selalu bergerak naik turun saat aku sedang bernafas. Bisa dikatakan saat ini aku adalah perpaduan antara Zebra dan juga Gajah.

Kalau boleh memilih aku akan tetap memilih menjadi manusia. Makhluk dengan bentuk paling sempurna. Kalian punya tangan, kaki, kepala dan segala bagian tubuh yang dapat digunakan untuk segala hal. Sedangkan aku, untuk membedakan kaki dan tangan saja sangat susah. Semua pekerjaan harus aku lakukan dengan keempat kakiku. Aku tidak bisa menulis, menggambar dan aku tidak bisa membaca. Ups salah kalau yang terakhir memang karena aku tidak pernah sekolah bukan karena aku tidak memiliki tangan. Belum lagi kalau nafsu sudah ada di ubun-ubun aku selalu kesusahan untuk Fap-fap. Meskipun sudah banyak disediakan sabun tetap saja aku tidak bisa melakukannya. Paling banter sambil tiduran aku menggosok-gosok penisku dengan batu. Bukannya orgasme yang aku dapat malah yang ada penisku jadi lecet.

Aku akui menjadi Tapir tidaklah mudah, pernah beberapa kali aku ditawari untuk bercinta dengan beberapa tapir betina, tapi aku selalu kesusahan ketika aku dihadapkan dengan tetek mereka. Tetek yang seharusnya bisa aku grepe-grepe hanya bisa aku emut dan aku jilat-jilat. Dan jika aku menggunakan kakiku yang ada mereka tidak keenakan tetapi malah kesakitan karena teteknya aku tendang. Dan dari sini aku bisa menyimpulkan kenapa tetek tapir betina tidak bisa sebesar tetek manusia.

Ngomong-ngomong tentang manusia. Pada awalnya aku juga seorang manusia biasa seperti kalian. Yang memiliki seluruh bagian tubuh yang sempurna. Namun karena sebuah kejadian bodoh aku dikutuk menjadi Tapir. Dan sejak saat itulah aku jadi tidak bisa lagi makan Steak daging. Karena aku tidak bisa memegang pisau dan garpu jadi aku tidak lagi memotong kecil-kecil daging steak untuk ku makan.

Jadi sebelum aku lanjutkan ceritaku, ada baiknya aku memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Dedi, Mahasiswa semester 6 (Sebenarnya masih SMA, namun karena ada aturan underage jadi ane tuakan) dari salah satu kampus Swasta di Kotaku. Aku adalah seorang anak Juragan beras tersukses di Kotaku. Siapa sih yang gak kenal dengan Beras Abah Lala. Beras dengan kepulenan yang tidak ada tandingannya. Yap benar, aku adalah anak dari pemilik Beras Abah Lala. Sebenarnya nama Abahku adalah Lasono, namun entah dapat dari mana dia bisa menggunakan nama Abah Lala. Jadi mirip pemilik orkes Cendol Dawet. Abahku adalah seorang Pekerja keras. Bahkan salah satu teman beliau pernah bercerita jika Abahku menjadi seperti ini karena memiliki Pring Pethuk. Apa itu Pring Pethuk dan bagaimana Abahku mendapatkannya aku tidak mau tahu sih. Yang jelas selama ini hidupku selalu tercukupi. Dan menurutku itu saja sudah cukup.

Aku memiliki seorang sahabat dari kecil. Dia bernama Redy. Bahkan kami lebih dari seorang sahabat. Kami sudah seperti Saudara. Entah benar atau tidak tetapi kata teman-temanku memang wajahku ini mirip dengan Redy. Bahkan ada yang bilang jika Redy memang saudara beda Rahim denganku. Aku sih tidak tahu apa artinya cuma selama ini aku memang belum pernah bertemu dengan Ayah Redy sih.

Selain dengan Redy aku masih memiliki 2 orang sahabat lagi. Yang 1 bernama Bara atau nama lengkapnya Brama Kumbara. Nama yang sangat Aneh bukan. Menurut cerita dari dia sih nama itu di kasih oleh emaknya gara-gara suka dengerin drama kolosal diradio. Dan alhasil nama tokoh utamanya dicuplik menjadi nama dia saat ini.

Lalu sahabatku yang terakhir adalah Eko, pemuda polos blesteran jawa dan sunda yang numpang lahir di ethiopia. Dengan ciri khas jambul dan hobi mewarnai rambut dengan model yang bisa dikatakan amat sangat norak tanpa rupa. Penampilannya pun tiada henti mengundang cerca para mahluk yang iri pada kegathelan sikap dan wajahnya. Mungkin bagi yang belum kenal pastilah memandang sinis padanya. Namun gaya slengannya, pak eko begitulah para sahabatnya memanggil, selalu menjadi pembeda dimana pun dia berada. Namun jika diantara kami berempat, dialah yang paling bisa berpikir dewasa dan bijak. Ya meski kadang kala otaknya suka miring dan kerap kali menjerumuskan kami ke dalam masalah bersama sama.

Cerita ini dimulai saat aku dan ketiga sahabatku, Bara, Redy dan juga Eko yang berencana untuk Hiking di Gunung kembar. Entah apa yang kami pikirkan tiba-tiba ada rencana seperti itu. Biasanya kami hanya bikin tenda di depan rumah Eko sambil bakar-bakar ikan dan ditemani beberapa botol Ciu Bekonang ataupun Congyang. Setelah itu kami tidur terlelap di dalam tenda ataupun di depan teras dengan posisi saling tindih.

Tapi entah dapat ide dari mana tiba-tiba Eko memiliki ide untuk Hiking ke Gunung Kembar. Dan yang lebih bodoh lagi kami semua mengikuti ide bodoh Eko. Dan hal inilah yang akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku. Kalau saja aku tidak Menuruti kemauan teman-temanku mungkin semua masih dapat aku hindari. Tetapi namanya sahabat apa iya aku bisa menolak permintaan mereka.

Rencananya akhir Minggu ini kami akan berangkat ke Gunung Kembar Kerangsang. Nama Gunung yang sangat Aneh. Karena setelah aku telusuri di Google Gunung ini hanya berdiri seorang diri. Tidak seperti namanya yang seharusnya memiliki kembaran. Dari informasi di Google juga aku peroleh bahwa dulu ternyata Gunung ini memiliki kembaran, namun seiring berjalannya Waktu sedikit demi sedikit kembaran Gunung ini menghilang karena digerogoti Kangker. Ehmmm sebentar sepertinya adalah yang salah dari informasi Google ini. Ternyata informasi yang keluar memang tentang Gunung Kembar yang lain, tetapi bukan Gunung Kembar Kerangsang.

Hari Jumat Sore setelah membantu Abah berjualan aku memberanikan diri untuk meminta ijin Naik Gunung. Karena ini pertama kalinya aku naik Gunung mungkin Abah akan melarangnya. Namun tidak ada salahnya kan jika aku mencobanya.

"Bah, besok aku dan kawan-kawan mau pergi naik gunung."

"Kamu yakin nak" tanya Abah

"Iya bah, pengen nyari pengalaman naik gunung" jawabku asal.

"Kamu ini, abah sih tidak masalah tapi umi mu..." belum sempat abah merampungkan ucapannya, Umi Inayah menyela," siapa yang mau naik gunung abah," sambil melirikku.

"Tuh anakmu" jawab abah singkat.

"Iya umi, aku yang mau muncak" tegasku.

Umi Inayah memangdang lekat mataku, dia pengen tahu keseriusan sang anak. Mengingat ini kali pertamanya aku mendaki gunung.

"Sama Redy juga kok mi," lanjutku.

"Ya sudah kalo sama Redy, umi ijinin"

"Horee" Aku kegirangan setelah mendapatkan restu dari umi.

Sejurus kemudian Aku berlari menuju kamarnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Berbekan tas carier hasil sewa, Aku pun memasukkan pakaian yang akan dibawa. Dibuka kembali daftar pakaian yang telah direkomendasikan Eko sahabatku.

"Akhirnya selesai sudah".

"Besok tinggal berangkat".

Aku merebahkan badanku diatas ranjang, setelah seharian membantu abah kini tinggal lelahnya. Aku bangun lalu menuju lemari pakaian. Kubuka sebuah kotak kayu yang tersimpan rapi di dasar lemari. Kuambil sebuah benda yang sudah kumal dan lumayan bau.

"Aku tidak bisa pergi tanpamu" digenggam erat benda tersebut.

"Sesuai janjiku dulu, kau akan aku kibarkan dipuncak gunung" lalu kucium benda tersebut tanpa menghiraukan bau yang menyengat itu.

Bagiku bau itu bagai wewangian surga yang membangkitkan birahi. Setelah itu aku pun memasukkan benda tersebut ke dalam tas yang besok akan kubawa pergi.

Hari H telah tiba, akhirnya untuk pertama kalinya aku akan mendaki Gunung. Wuaaahh rasanya sudah tidak sabar. Apalagi aku akan melaksanakan Janjiku untuk mengibarkan benda yang salama ini selalu menemaniku tidur.

Dengan peralatan yang seadanya kami berangkat menggunakan Mobil Abah. Mobil penuh kenangan yang sebenarnya sudah tidak kayak lagi untuk bepergian. Sebenarnya sudah pernah aku tanyakan ke Abah kenapa mobil itu tidaj dijual saja dan digantikan dengan mobil yang baru. Tetapi menurut Abah mobil itu adakah Joko Loro jadi tidak akan pernah Abah jual. Setelah 1 jam perjalanan akhirnya kami sampai dipost pertama Gunung Kembar. Dan ternyata benar kondisi Gunung tidak seperti yang aku bayangkan. Dibayanganku banyak rumah tinggal yang ada disini, tetapi sejak aku turun dari angkot aku belum menemukan tempat tinggal penduduk sama sekali. Nah lho kalau seperti ini aku tidak bisa bikin tenda di depan rumah orang dong. Yang berarti aku harus tidur ditenda yang gelap dan sepi. Tambah menyesal aku kalau sudah begini. Mending tadi tidur di rumah dan menikmati setiap sentuhan empuk tempat tidurku. Bukannya aku takut lho ya. Cuma ini memang sudah terlalu "out of the box sih."

Aku menetapkan hati semua demi teman-temanku yang terlihat menikmati perjalanan ini. Asal bersama mereka mungkin aku juga akan ikut bahagia. Selama perjalanan ke atas Gunung pun semua masih berjalan secara wajar. Dedaunan hijau terlihat indah dari arah kami. Mungkin ini yang biasa teman-temanku katakan jika kita ingin tahu betapa indah Ciptaan Tuhan kita harus mendaki gunung terlebih dahulu. Pertama aku pikir jika gunung yang dimaksud adalah gunung kenyal yang bisa bergoyang kekanan dan kekiri. Tetapi setelah aku membuktikan naik Gunung Kembar ini ternyata yang dimaksud oleh mereka adalah gunung betulan. Meskipun kedua gunung yang aku maksud tadi memiliki keindahannya masing-masing tetapi sensasi naik gunung kenyal memang berbeda dengan naik gunungku saat ini. Gunung kenyal bisa memanjakan mata dan adikku sedangkan gunung kembar hanya bisa memanjakan mataku.

Setelah 3 jam perjalanan akhirnya kami telah sampai di daratan datar yang Eko sebut sebagai "Lemah Roto" . Entahlah apa artinya yang jelas disana kami sepakat untuk mendirikan tenda dan menginap malam ini. Dari tempat ini kami dapat melihat seluruh bagian Kotaku dengan sangat jelas. Dengan pemandangan seperti ini aku tidak jadi menyesal telah capek-capek kemari.

Bara dan aku bertugas untuk mencari kayu bakar sedangkan Redy dan Eko bertugas untuk mendirikan Tenda. Kami sengaja hanya mendirikan 2 tenda sehingga kami akan merasa lebih aman. Aku bersama Redy dan upil 1 tenda dengan Eko.

Aku terbangun ditempat yang sangat asing bagiku. Sebelumnya aku belum pernha melihat tempat ini. Semak belukar penuh dengan dedaunan kering yang mebuatku tidak nyaman. Dimana ketiga temanku juga tidak lagi berada disini.

Dengan bermodalkan ucapan Bismillah aku beranikan diri untuk membuang pipisku disana. Namun belum jadi aku menurunkan celanaku. Terdengar suara berisik dari balik semak-semak. Sepertinya sejak tadi ada yang memperhatikan kami. Aku berjalan perlahan untuk melihat sebenarnya siapa yang mengikuti. Siapa tahu Ibuku yang tidak tega anaknya kelaparan di puncak Gunung. Dan pasti beliau mengantarkan selimut dan juga makanan yang banyak. Aku sibak perlahan apa yang ada dibalik semak-semak. Mataku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Sekali lagi aku mengucek kembali mataku untuk memastikan kebenaran apa yang aku lihat.

"Anjing. " Hampir saja aku berteriak kaget karena terkejut dengan apa yang aku lihat. Kalau sampai kelepasan teriak bisa jadi sesuatu yang ada di depan mataku akan marah karena aku salah menyebut hewan.

Didepanku saat ini terdapat sepasang Tapir yang sedang bersetubuh. Tapir betina sedang dalam keadaan terlentang, sedangkan Tapir Jantan menggenjot perlahan selakangan Tapir Betina. Untung saja kata Anjing tadi tidak sempat terlontar, kalau saja beneran terlontar pasti mereka akan bertanya Anjingnya dimana. Kalau sudah seperti itu akupun akan kesusahan untuk menjawab keberadaan anjing itu.

"Wiukkkk." Suara sang Jantan seperti sedang menikmati persetubuhan itu. Desahan nafas dari sang Jantan seperti suara seseorang yang sedang sesak nafas. Sedangkan aku perhatikan sang betina sejak tadi hanya tersenyum melecehkan keberadaan Tapir Jantan.

Jika aku amati secara seksama sepertinya Tapir Jantan tidak bisa memuaskan pasangannya. Aku lihat dari tadi Tapir betina tidak bersuara sama sekali. Tatapannya menunjukan tatapan yang menyepelekan lawan mainnya. Dan sepertinya Tapir Jantanpun menyadari telah di sepelekan oleh Tapir Betina. Terbukti dia mempercepat gerakan diselakangan mereka. Dan hasilnya sedikit dapat membuat ekspresi Tapir betina sedikit menikmati. Namun gerakan sang Tapir Jantan hanya bertahan kurang dari 2 menit, sehingga Tapir Betina pun kembali kecewa. Dasar bodoh si Tapir Jantan, kalau saja dia mau bergantian denganku pasti dia tidak akan malu seperti itu. Serahkan semua padaku dan sisanya dia cukup melihat dan ber fap-fap ria di pojokan.

"Wiukkkk."

Kali ini tapir betina mengeluarkan suaranya, sepertinya dia mengutarakan kekecewaan. Terbukti dia berdiri dan terlihat seperti akan meninggalkan sang Tapir Jantan. Namun sang Tapir Jantan sepertinya tidak membiarkan Tapir betina untuk pergi. Bahkan kali ini dia berjalan mendekati sang Betina.

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

Entah apa yang mereka bicarakan karena yang kudengar dari awal hanya suara seperti itu saja. Namun kali ini Tapir betina kembali berbaring di tanah. Kedua kakinya diangkat dan dibiarkan terbuka. Mulut sang Tapir Jantan mulai mendekati selakangan dari Tapir betina. Sepertinya mereka akan melakukan oral. Weh sejak kapan Tapir bisa oral, terus mereka belajar dari mana. Disinikan belum ada listrik masuk. Jadi tidak mungkin kalau mereka belajar dari film. Wah kacau ini kacau. Sudah semakin parah dunia Pertapiran saat ini. Sepertinya tidak dapat dibiarkan. Harus aku ajari mereka Norma tentang dunia Tapir. Ini sudah sudah menyalahi aturan. Mulut tapir Jantan semakin dekat dengan lubang kemaluan dari Tapir betina. Terlihat beberapa kali si Tapir Jantan mengendus-endus lubang kemaluan Tapir betina. Sesekali dia gesekan hidungnya yang panjang diantara paha sang betina.

"Wiukkkk." Sang Tapir betina mengeluarkan suaranya. Berbeda dengan percintaan mereka yang pertama, kali ini sepertinya si Betina lebih menikmati, pandangannya terlihat sayu dan bibir bawahnya sesekali dia gigit. Pinggulnya digerakan kekanan dan kekiri seirama dengan gesekan dari hidung sang pejantan. Hidung sang Jantang kembali di denguskan di antara paha sang Betina. Kali ini tidak lagi mendengus namun berusaha untuk penetrasi ke lubang senggama sang betina. Dan secara perlahan berhasil memasuki lubang kemaluan dari sang Tapir betina. Setelah dibiarkan beberapa saat hidung sang jantan gerakan maju mundur seirama dengan gerakan dari pinggul sang Betina. Dan setelah 5 kali gerakan maju mundur, hidung sang Jantang dikeluarkan dari kemaluan sang betina beberapa saat lalu dimasukan lagi. Dan seperti itu dilakukannya berkali-kali. Sepertinya sang mengambil nafas dengan cara itu.

Sementara hidung sang Jantan terus penetrasi dalam kemaluan sang betina, kaki depan bagian kanannya berusaha untuk memainkan penis kecil yang menggantung diselakangannya. Dan sesekali penis itu digesek-gesekannya dengan tanah. Sedangkan kaki depan bagian kiri berusaha untuk mencari bongkahan dada dari sang betina. Meskipun sudah mendapati bongkahan dada milik sang betina masih saja sang Jantan kesulitan untuk memainkan puting di dada sang betina. Yang ada gerakan kaki kirinya hanya seperti menendang-nendang dada dari sang betina.

Wuanjing, Eh salah Tuapirr, bercinta model apa ini. Aku baru menemukan model percintaan seperti ini. Dalam sejarahku hidup selama 21 tahun, aku baru menemukan penetrasi menggunakan hidung. Mungkin gaya ini dapat aku katakan sebagai "Tapir Style", dan suatu saat "Tapir Style" akan mengalahkan "Doggie Style" dalam dunia persetubuhan.

Tak terasa sudah agak lama "Tapir Style" mereka gunakan. Goyangan maju mundur dari sang Jantan semakin dia percepat. Sementara goyangan pinggul dari sang betina juga semakin cepat. Suara "Wiukkkk." juga semakin banyak betina keluarkan. Sepertinya pasangan mesum ini sudah hampir mencampai puncaknya. Sampai dengan terdengar suara.

"Huaaiiyaaaa.!!!!" Aku berteriak sekencang mungkin untuk mengagetkan pasangan mesum ini. Sang betina berlari sekuat tenaga tanpa sempat menggunakan pakaiannya. Oh salah, aku baru ingat jika Tapir memang tidak menggunakan pakaian. Sementara sang Jantan dengan tatapan penuh emosi melotot ke arahku. Haduh, sepertinya aku telah berbuat kesalahan.

"Eh, maaf-maaf Pir, yang tadi tidak sengaja."

Bukanya menjawab permintaan maafku si Tapir Jantan justru berlari ke arahku. Tanpa sempat aku menghindar Kepalanya tepat menyeruduk bagian selangkanganku. Dan itu adalah hal terakhir yang aku ingat.

###



"Aaahhhh....aaahh...aaahhhhh" Lenguhan panjang tanda sebuah kelegaan karena yang semalam aku alami hanyalah mimpi. Disampingku masih terbaring Redy dengan mata yang masih terpejam.

"Ooohhhhhhh....." Redy menguap bersamaan dengan membuka matanya.

"Hahahahaaaa...."

"Wasyuu..."

"Bangkeee..."

"Tai babi.."

"Kampreett..."

Saling melempat umpatan menjadi pembuka pagi ini, bagaimana tidak semua keluar dari tenda dengan noda di selangkangan. Semua ngompol atau lebih tepatnya mimpi basah.

Menyadari hal itu, Aku bertanya" mimpi ama siapa kalian semalam".

"Bu dewi dong" jawab Bara.

"Siapa bu Dewi" tanya Redy.

Sedangkan Eko hanya tertawa geli.

"Bu Dewi itu bidadari impian, cantik berhijab, bokongnya semok dan yang paling penting nenennya guede cuy" jawab Bara meresapi imajinasinya.

"Dan satu lagi, dia itu JANDA" tambah Bara lagi.

"Mantab broo" ucapku lantang.

"Kalo aku mah masih setia dengan Ratna" tambahku lagi bangga, aku enggan bercerita kepada ketiga sahabatku bahwa kau bermimpi melihat Tapir yang sedang bercinta. Jadi lebih baik aku mengatakan sedikit kebohongan dengan Ratna sebagai korbanku.

Ratna adalah tetangga sebelah rumahku yang bekerja untuk abahku. Ibu dengan satu orang anak.

"Huuuuuu...."

"Kalo aku kak Rianti" begitu Redy mengucapkan nama itu, sontak ketiga sahabatnya heboh sendiri. Ini kali pertama Redy mengaku jika selama ini dia mempunyai fantasi dengan kaka sepupunya. Semua tahu jika kakak sepupu Redy itu semoknya maksimal. Tidak jauh beda lah dengan sosok bu Dewi yang menjadi idola Bara.

"Kalo aku..." kata Eko ragu.

Sempat dia memandangi wajah sahabatnya, terutama Bara. Karena sosok yang di mimpikannya malam tadi tidak lain adalah emaknya bara.haha.

"Sob sory ya" kata Eko pada Bara.

Bara hanya diam dan menaruh curiga. Bukan hal yang baru baginya jika memanglah sang emak menjadi fantasi Eko. Dia tak juga menyalahkan sahabatnya itu, justru malah bangga jika emaknya dikagumi lawan jenis.

"Aku mimpiin emaknya Bara" sontak seketika itu Redy dan Aku ketawa tak beradab.

Sedangkan Bara hanya tersenyum bangga.

Begitulah mereka tiada lagi yang disembunyikan. Semua tahu keburukan dan kebiasaan satu sama lain. Walau terkadang dibuat keki oleh tingkah absurd sahabatnya itu.

"Woi sini deh bentar" teriakku dari atas batu besar.

Dengan bangganya aku mengibarkan benda yang dengan susah payah aku dapatkan. Akhirnya aku bisa mengibarkan BEHA milik Ratna yang aku dapatkan dengan cara pura-pura kesurupan saat aku sedang main di rumah Ratna.

"Lihat deh sob, ada semacam tulisan di situ" ucapku saat teman-temannya sudah berada di atas batu.

"Disebelah sana" tunjukku di ujung batu ini.

Karena penasaran, mereka pun mendekat ke arah yang ditunjukan Dedi tadi. Memang benar ada semacam tulisan mirip prasasti. Dengan huruf jawa kuno, mustahil bagi mereka untuk tahu ada itu.

“Ba Jing Fang Contolia” Gumamku dalam hati.

Apa sebenarnya arti tulisan ini. Ah sudahlah, dari namanya saja sudah sangat aneh. Jangan sampai aku ikut-ikutan menjadi lebih aneh.

"Kayak tempelan ini" ujarku yang penasaran dan mencoba untuk menyentuh benda tersebut.

"Iya bener kayak tempelan" imbuh Redy.

"Hoi sudah-sudah gak usah diapa-apain" kata Bara.

"Iya bener, ayo mending kita siap-siap untuk turun" tambah Eko yang merasakan hal yang tidak enak saat itu.

Terlebih dia melihat jika tanah disekitar tempat itu terlihat kering dan tandus. Hanya ditempat ini saja yang basah. Itu semakin menyakinkan jika ada yang tidak beres akan tempat ini.

Belum sempat Bara dan Eko beranjak turun, Aku dengan sengaja melepaskan batu bertulis tersebut dengan batu besar dibawahnya.

"Ternyata bisa dilepas woi" kataku girang.

Tiba-tiba langit mendung dan petir menyambar sebanyak tiga kali.

"Duaarr"

"Duaarr"

"Duaarr"

Tanah dan batu besar itu bergetar, berguncang hebat. Semua ketakutan. Langit semakin pekat, dan gemuruh petir membahana. Guncangan pada batu besar itu semakin hebat dan diakhiri dengan sebuah ledakan besar.

"Duaaarrr..."

Karena besarnya ledakan tersebut, membuat keempat pemuda itu terlempar jauh ke arah empat mata angin. Bersamaan dengan itu angin berhembus sangat kencang dan menghempaskan sisa batu itu dari tempatnya. Kemudian muncul asap dari bawah batu tadi.

"Huaahahaaahhaaa....."suara tawa yang menggelegar.

Suara terakhir yang dapat aku dengar, sebuah tawa menggelegar yang membuat bulu kudukku jadi merinding.

Aku terlempar ke atas, rasanya aku seperti terbang. Dari sini aku bisa melihat keseluruhan pemandangan dari atas Gunung. Wuaah keren sekali teman-teman pemandangannya. Sebenarnya aku pengen ajakin kalian tapi aku rassa kalian juga tidak tertarik juga. Tetapi pemandangan yang sebelumnya sangat indah lama-lama semakin menjadi seram dan semakin menyeramkan hingga akhirnya BRUUUAAAKKK..

####


Aduh badanku rasanya sakit semua ini. Efek terjatuh dari ketinggian yang amat sangat. Dan sekarang aku juga tidak tahu berada dimana. Tempat yang sangat Aneh, Seluruh bangunan terbuat dari batu dengan ukiran gambar seperti babi namun dengan hidung yang lebih panjang. Sepertinya aku pernah melihat hewan seperti itu, namun dimana aku masih coba untuk mengingat-ingatnya.

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

Samar kudengar suara yang masih asing bagiku. Suara makhluk yang sedang berbincang namun aku belum tahu sebenarnya maklhuk apakah itu. Aku coba mendekati asal suara itu. Namun saat aku berusaha untuk berdiri sepertinya ada yang aneh dengan kaki dan tanganku. Rasanya kaki dan tanganku berubah menjadi lebih pendek dari biasanya. Langkah kakiku terasa lebih pendek tetapi irama langkahku berlangsung semakin cepat. Saat aku berusaha untuk mengintip suara apa yang aku dengar tadi, hidungku terlebih dahulu menyentuh dedaunan yang ada di depanku.

Sepertinya hidungku semakin memanjang. Mungkin kali ini aku dikutuk menjadi Pinokio, Tetapi sepertinya aku tidak melakukan suatu kebohongan. Jadi seharusnya aku hidungku tidak memanjang seperti ini. Biarlah anggap saja aku mendapatkan rejeki karena hidungku semakin mancung.

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

Percakapan yang sangat aneh. Mereka menggunakan bahasa yang sangat sulit aku mengerti. Sepertinya mereka berasal dari Planet lain. Mungkin mereka adalah Alien yang akan menghancurkan Bumi. Wuiih keren, sepertinya aku harus menceritakan ini kepada ketiga sahabatku. AKU BERTEMU DENGAN ALIEN.

KRESEKKKK

Tanpa sengaja hidungku yang Agung membuat gaduh dan mengakibatkan mereka tersadar akan kehadiranku. Karena kesadaranku yang belum sepenuhnya balik aku hanya terdiam saat mereka berjalan ke arahku. Mereka menangkap kedua tanganku dan memasukanku ke dalam sebuah ruangan. Disana telah menunggu seekor Hewan yang sejenis dengan mereka. Hanya saja hewan yang satu ini agak berbeda karena menggunakan Mahkota di atas kepalanya.

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

"Wiukkkk."

Percakapan macam apa ini. Dari tadi hanya Wiukkk Wiukk terus. Apa tidak ada variasi lain dari percakapan mereka.

"Wiukkkk."

Kali ini aku yang mengeluarkan suara itu. Sudah saatnya aku menanyakan dengan bahasa bahasa mereka. Dan saat ini mereka hanya terdiam begitu mendengar apa yang aku katakana. Entah mereka diam untuk mendengarkan atau mereka terdiam karena tidak tahu apa arti suara yang aku keluarkan.

"Wiukkkk." Jawab salah satu dari mereka sambil mengarahkan pandangannya kesuatu layar. Disana muncul tulisan-tulisan dengan bahasa manusia. Sepertinya itu adalah “Tapir Translator”. Ternyata canggih juga dunia Tapir ini.

"Wiukkkk." Kata Tapir dengan mahkota yang ada dikepalanya.

“Woy, siapa kamu?, sepertinya kamu orang asing disini?, ngapain kamu kemari, pasti kamu ingin mengganggu kehidupan kami ya.” Dari layar “Tapir Translator” muncul terjemahan dari bahasa mereka yang jika dibahasa manusiakan ternyata mempunyai arti yang cukup panjang.

Sekarang giliranku yang kebingungan harus menggunakan bahasa apa untuk menjawab pertanyaannya. Baiklah aku akan mencoba dengan bahasa Tapir juga.

"Wiukkkk."

Kini dilayar “Tapir Translator” menampilkan tulisan “Error 404 Not Found”. Wiiihhh alat yang sungguh canggih kan. Bisa membaca apa yang ada dipikiranku.

Sudah-sudah aku capek jika percakapan ini diteruskan. Aku hanya dapat berharap percakapanku dengan makhluk yang ada di depanku ini dapat berjalan dengan lancar. Sehingga aku dapat segera meninggalkan tempat ini. Dan tiba-tiba Cling.

“Jadi siapa kamu?, dan kenapa kamu ada disini?.” Tanya Tapir dengan Mahkota.

“Namaku Dedi, dan aku juga tidak tahu kenapa aku bisa disini.” Jawabku singkat.

“Lalu kenapa bentukmu sangat aneh seperti itu?.”

“Apa maksudmu dengan mengatakan bentukku aneh?, bukankah kalian lebih aneh dengan bentuk seperti itu.” Protesku dengan senyuman licik mengembang di bibirku.

“San, coba ambilkan cermin untuknya, biar kan di mengaca.” Perintah Tapir bermahkota kepada salah satu dari mereka.

Dua ekor tapir membawakan kaca besar dan menyuruhku untuk mengaca. Dan astaga apa yang terlihat dikaca sungguh sangat membuatku terkejut. Di dalam kaca terdapat seorang Manusia yang bentuknya seperti Tapir. Eh bukan, lebih tepatnya seekor tapir dengan hidung yang diberi tindik emas. Tindik yang selama ini selalu aku pakai dihidungku. Memang sangat kurang ajar kelakuan Tapir itu, berani-beraninya mencuri tindik yang biasa aku pakai.

“Woy kembalikan tindikku.” Teriakku kepada makhluk yang ada di cermin dengan jari tengahku menunjuk kemukanya yang malah diikuti gerakan yang sama dengan apa yang aku lakukan. Dasar makhluk tidak tahu diri. Sudah mencuri malah berani menghinaku seperti itu.

“Sudah selesai kau mengaca?.” Tanya Tapir bermahkota.

Lho, lho, lho, kalau tadi aku ngaca berarti makhluk aneh itu aku dong. Dan kenapa bentukku jadi aneh seperti itu. Pantas saja rasanya ada yang aneh dengan badanku. Rasanya jadi semakin berat dan aku harus merangkak untuk berjalan. Pantas saja aku jadi mudah capek.

“Sebentar, kalau yang dikaca itu aku, berarti bentuk kita sama dong?.” Tanyaku kepada mereka. Dan merekapun serentak menganggukan kepala.

Dan makhluk yang bermahkota sepertinya aku pernah melihatnya. Sebentar aku ingat-ingat dulu. Bentuk dan warnanya sepertinya aku pernah melihat. Kalau tidak salah makhluk yang muncul di dalam mimpiku. Dia yang berani menyeruduk Tytydku yang Agung dan memperkenalkan Tapir Style dalam bercinta. Dengan bentuk yang sama seperti ini akan lebih mudah bagiku untuk melakukan balas dendam untuk menyeruduk ganti tytydnya. Tapi aku perhatikan dari tadi kenapa para makhluk ini seperti tidak memiliki tytyd atau memang letak tytyd mereka yang disembunyikan. Sudahlah nanti juga aku bakalan tau saat aku mempelajari bentuk tubuhku ini. Yang pasti nanti akan aku balas kelakuan dia.

“Sekarang perkenalkan dirimu!!.” Perintah Tapir bermahkota.

“Bagaimana kalau kamu Scrol ke atas POV ku yang ini, karena aku terlalu malas jika harus memperkenalkan diri lagi.” Jawabku dengan sangat gagah.

“Baik-baik nanti akan aku cari sendiri, apakah kau tidak mau tahu siapa aku?.” Tanya Tapir bermahkota.

“Tidak.” Jawabku singkat.

Bukan karena aku tidak tertarik dengan keberadaan dirinya. Karena kan tidak mungkin aku akan membalas dendam dengan hewan yang tidak aku kenal. Tetapi di tubuhnya terdapat nametag dengan nama ENYAS. Dan dimeja terdapat papan dengan tulisan Raja Tapir Dewa Angin. Tentu dengan rincian itu aku sudah cukup untuk mengetahui siapa dia.

Ngomong-ngomong tentang Enyas, seperti aku mengenal nama itu, bukankah dia yang memberiku nilai 38 saat perlombaan Karya Ilmiah Remaja kemaren. Yang membuat aku kalah dalam lomba itu. Baik-baik sepertinya memang aku harus menyeruduk balik tytydnya. Paling tidak aku dapat membalas dua hal yang telah dia lakukan kepadaku. Dengan membayangkan hal ini tak terasa sebuah senyuman tiba-tiba tersungging dari bibirku.

“Disini ada Toilet?.” Tanyaku kepada mereka.

Entah apa yang aku pikirkan, sejak kapan Tapir menggunakan Toilet untuk buang air. Tetapi bukankah saat aku jadi manusia juga masih menggunakan Toilet untuk buang air. Sudahah biarkan saja, siapa tahu disini memang ada toilet.

“Kamu mau ngapain?.” Tanya Enyas.

“Mau Pipis, atau kamu mau bantuin untuk pegangin?.” Jawabku sekenanya.

“Sudah pipis dipojokan saja, lagian tidak ada yang mau lihatin kamu juga.” Perintahnya.

Aku mendatangi pojokan ruangan dan membuang seluruh isi kemihku disana. Dan saat aku sedang asyik mebuat hajatku datanglah 2 ekor Tapir betina ke dalam ruangan. Sepertinya mereka akan mengadakan pesta disini. Lalu dua orang Tapir penjaga disuruh Enyas untuk pergi dari ruangan ini. Jadi di dalam ruangan tinggal menyisakan aku, Enyas dan 2 Ekor Tapir betina.

“Hoy Dedi, kita akan mengadakan pesta penyambutan buat kamu, sekarang kamu mau pilih yang mana?.”

Ini kalau aku tidak usah milih boleh gak sih, dosa lho namanya kalau aku bercinta dengan seekor binatang. Kalau sampai ketahuan Abah dan Umi bisa-bisa aku dicoret dari warisan keluarga. Haduh.

Aku amati kedua Tapir betina, dan sama sekali tidak ada yang menarik perhatianku, tetapi kalau aku menolak pasti akan sangat menyakitkan bagi si Raja Tapir. Dengan berat hati aku memilih salah satu dari mereka. Aku pilih Tapir betina yang memiliki nenen lebih besar dari yang satu.

Enyas turun dari singgasananya dan mendekati Tapir betina yang tidak aku pilih. Dia mencoba mencium bibir sang Tapir betina dengan sangat rakus. Sesekali lidahnya bermain dalam rongga mulut sang tapir betina. Sedangkan kakinya berusaha untuk memainkan dada dari Tapir betina. Namun Enyas terlihat kesulitan saat kakinya berusaha untuk menyentuh dada tapir tersebut. Dengan sedikit emosi Enyas memerintahkan Tapir betina untuk tidur terlentang di tanah.

Kali ini mulut Enyas mulai memainkan pelan dada dari sang Tapir betina. Terlihat Tapir betina sangat menikmati permainan mulut dari Enyas. Terbukti mata sang Tapir betina terpejam dan desahan mulai keluar dari mulut sang Tapir betina.

"Wiukkkk."

Mendengar erangan dari sang Tapir betina, Enyas semakin bersemangat untuk memainkan lidahnya di dada sang Tapir Betina. Sedangkan kaki Kanannya tidak tinggal diam untuk memainkan lubang kemaluan dari sang Tapir Betina.

Sementara Enyas sedang asyik dalam persenggamaannya, Tapir betina pilihanku berusaha untuk menggapai mulutku. Namun sekuat tenaga aku coba menolak. Karena jika sampai teman-temanku tahu aku berciuman dengan seekor Tapir pasti aku akan menjadi bahan bullian oleh teman-temanku.

Aku memerintahkan Tapir betina yang memiliki tetek lebih besar untuk terlentang di tanah. Aku mengikuti apa yang Enyas lakukan terhadap pasangannya. Aku jilati setiap jengkal dada milik pasanganku. Sesekali aku hisap kencang putting susu milik si Tapir Betina. Rasanya sama kenyalnya dengan Tetek manusia, namun untuk tetek Tapir lebih kencang dibandingkan tetek Manusia. Putting Tapir betina terasa mulai mengeras, menandakan kalau dia juga sudah mulai terangsang.

Setelah puas memainkan dadanya aku meminta dia untuk berganti posisi. Kali ini aku yang bergantian untuk terletang di tanah. Dia mulai menjilati seluruh bagian tubuhku. Dimulai dari telingaku, lalu turun ke leher, lanjut ke dadaku. Dengan sedotan-sedotan kecil dia bergantian menciumi kedua dadaku. Setelah itu turun bagian penisku. Dan setelah 1 hari menjadi Tapir akhirnya aku bisa melihat bentuk Penisku saat sedang ereksi. Bentuknya seperti sekrup dengan 3 buah telur yang menempel dibawahnya.

Jilatan demi jilatan dilakukan oleh Tapir pasanganku. Hidungnya yang panjang sengaja dienduskan diantara selakangan dan juga anusku. Rasanya lebih nikmat dibandingkan dengan hisapan dari manusia.

"Wiukkkk." Suara ini keluar begitu saja dari mulutku. Entah ini suara desahan atau sura yang lain, yang pasti aku sangat menikmati permainan dari Tapir betina ini. Dan sepertinya aku ada yang keluapaan.

“Siapa namamu?.” Tanyaku kepadanya.

“Asyyuuuu.” Jawabnya dengan mulut yang masih penuh dengan penisku.

Eh Tapir, ditanyain baik-baik kok malah bales e kurang ajar gini sih. Mungkin aku masih kurang sopan dalam bertanya ya, baiklah ada akan aku coba ulangi lagi dengan kata-kata yang lebih sopan.

“Siapa namamu mbak Tapir?.” Tanyaku dengan memberikan tambahan mbak tapir di ujung pertanyaanku.

“Asyyuuuu mas.” Jawabnya lagi dengan tidak melepaskan penis dalam mulutnya.

Ini sebenarnya dia Anjing apa Tapir sih. Masak iya Tapir namanya Asyu. Sungguh durhaka orangtua yang memberikan nama dia seperti itu. Tapir cantik seperti dia mungkin bisa dikasih nama yang lebih feminis. Misal Luna atau Putri bukan malah Asyu. Jadi aku malah bingung harus panggil dia apa. Mau Panggil Tapir tapi namanya Asyu, mau panggil Asyu kok dia itu Tapir. Sudahlah lebih baik aku panggil dia mbak saja. Mungkin akan lebih sopan dan terasa lebih hewani.

Mbak tapir terus menghisap penisku naik turun. Sesekali dia berikan hisapan sampai mentok ditenggorokannya. Kaki kanannya menendang-nendang putingku. Mungkin dia mencoba untuk mengelus, tetapi dengan kaki sebesar itu rasanya tidak lagi seperti elusan tetapi lebih menjadi tendangan.

Mbak Tapir mempercepat kocokan pada Penisku. Rasanya lebih enak dari pada emutan dari gadis-gadis yang pernah kau coba. Aku sudah tidak dapat menahan lagi. Ada benda yang sudah tertahan di ujung penisku yang semakin lama semakin mendesak seiring dengan irama emutan dari mbak tapir.

"Wiukkkkkkkkkkk."

Aku menumpahkan 5 kali semprotan peju dari penisku. Dan semuanya dihisap oleh mbak Tapir tanpa tersisa. Setelah beristirahat sebentar aku kembali menyakan sesuatu kenapa mbak Tapir.

“Mbak, namanya siapa?.” Tanyaku masih penasaran.

“Ayu mas.” Jawabnya sambil tersenyum.

Woalah ternyata namanya Ayu, aku yang salah dengar. Kalau Ayu berarti orang tuanya tidak jadi dosa karena dia adalah salah satu Tapir yang cantik.

“Mau lanjut lagi mas?.” Lanjut Ayu.

“Istirahat dulu ya, sambil kita menyaksikan Tapir lagi ngentot.” Jawabku dengan jujur.

Mata kami tertuju pada pemandangan yang ada didepan kami. Enyas sedang menyetubuhi pasangannya dengan cara menungging. Meskipun terlihat kesulitan tetapi terlihat Enyas tidak pantang menyerah untuk memuaskan pasangannya. Sesekali penisnya terlepas saat dia berusaha menggoyangkan Penisnya ke dalam lubang sang betina. Senyum menyepelekan terlihat dari bibir mungil sang betina. Melihat dia disepelekan Enyaspun melepaskan penis mungilnya dari lubang kemaluan yang Tapir betina.

Kini dia memposisikan hidungnya menggantikan posisi penis di depan wajahnya. Hidungnya digerakkan ke kanan dan kiri untuk bersiap memasuki vagina dari sang Tapir jantan. Dengan sekali tusuk, hidungnya berhasil memasuki lubang kewanitaan dari pasangannya.

"Wiukkkk." Terdengar teriakan dari Tapir betina saat hidung Enyas berhasil penetrasi dilubang vagina Tapir betina tersebut.

Kembali Enyas menggoyangkan hidungya keluar masuk lubang kemaluan sang Tapir betina. Sesekali dia gerakkan hidungnya naik dan turun seakan ingin memberikan sensasi yang berbeda kepada pasangannya. Tytyd enyas terlihat masih dapat berdiri dengan tegak karena meski tidak lagi mendapat rangsangan dari lawan mainnya. Tytyd bergerak kekanan dan kekiri mengikuti gerakan dari hidung Enyas.

Aku yang melihat sebuah peluang lalu berdiri dan berlari menuju Enyas. Aku menyundul Tytyd Enyas dengan sangat keras.

"Wiuuuuuuuuuuuukkkkkkkkkkkkk."

Teriakan kesakitan terdengar keseluruh penjuru ruangan. Enyas terkapar dengan kaki yang berusaha menutupi daerah kemaluannya. Udara yang sebelumnya dingin kini berubah menjadi sedikit memanas. Angin berhembus dengan sangat kencang di dalam ruangan. Terasa ada aliran angin yang sangat panas mengalir melalui lubang hidungku lalu masuk kedalam setiap rongga tubuhku dan memenuhi setiap molekul yang ada dalam tubuhku. Rasanya badanku semakin memanas dan terus memanas setiap detiknya. Hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri.
 
Wakakakak..ngakak habis..
Baru kali ini mbaca tapir lagi ss, detail banget lagi..
Bara, redy ama eko, ikut berubah juga ndak ya?
Mantep updatenya ini hu..

Makasih updatenya hu..
:jempol:
 
dan cicak menjadi yang peetamax

Makasih suhu sudah mau mampir.. :ampun:

Sue kalah ma cicak!!!

Lain kali dijagain ya hu lilinnya.. Jadi gak kalah sama om cicak..

:pandaketawa:

Wakakakak..ngakak habis..
Baru kali ini mbaca tapir lagi ss, detail banget lagi..
Bara, redy ama eko, ikut berubah juga ndak ya?
Mantep updatenya ini hu..

Makasih updatenya hu..
:jempol:
Tolong masukannya ya suhu.. Masih belajar ini..

:ampun:

Cuk.. telat...
Suwun lur

Baru mulai kok kak.. Ditunggu datang lagi ya..

:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd