Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bali dengan dua bidadari

Status
Please reply by conversation.
part.10 approaching the end

Waktu menunjukkan pukul 6.30 malam ketika kami membuka bir terakhir yang dibawa Dan di parkiran bibir tebing. Tak ada cahaya lain selain lampu depan kedua mobil kami. bahkan bocah yang tadi “memperkosa” Lona sepertinya telah pulang. Penghujung pertemuan ini kami gunakan untuk bercanda dan saling bertukar kontak. Baru setengah jam kemudian akhirnya kami bertolak kembali ke daerah hostel kami. bau keringat bercampur bau laut menyeruak keras di mobil. Satu setengah jam akhirnya kami tiba. Pierre memberi ide untuk sekadar minum-minum kecil sebelum dua bidadari ini pulang. Sampai di hotel kami semua mandi. Mona mendapat gliran mandi pertama, kemudian Lona, baru gw. ya gw tau alasan Lona menolak mandi bersama Lona, sulit menjelaskan belasan cupangan di dadanya.


Sementara Pierre dan Pho langsung mengunci kamarnya, mungkin mereka butuh waktu mandi berdua yang tak ingin diganggu. Seperti yang gw sebut di part awal, kamar mandi aneh kami membuat gw harus menunggu di luar. Sebenernya bisa aja masuk toh gw udah liat Mona telanjang tapi antara mereka berdua seperti masih saling sembunyi. Di teras luar lona seperti melihat ke dalam kemejanya, mungkin memeriksa bekas cupangan tersebut.


“banyak banget pol” keluhnya tetiba sambil matanya masih melirik ke arah dadanya. “yah lu ngelayanin 5 bocah nanggung gitu, wajar lah” jawab gw sekenanya sambil menikmati isapan demi isapan kretek yang sudah menipis. “iya sih, mana masih belepotan peju ini badan, sial” keluh lona lagi. “tapi enak kan?” goda gw kemudian. “umm, gimana ya, biasa sih. Sensasinya enak banget tapi eksekusinya payah” gerutu Lona menjawab. “yah anak SMP, kalo tetiba jago baru kaget” jawab gw masih santai. Tetiba Lona memeluk gw dari belakang, “untung ada kamu jadi ga kentang deeh, kapan-kapan lagi yuk” kata Lona sambil usel-usel punggung gw. “ML? Sekarang juga ayo” jawab gw yang merasakan sentuhan-sentuhan dada Lona yang tidak mengenakan bra di punggung gw. “bukaan, outdoor gitu. Deg-degan, ngeri ketauan, sambil mandang sunset, sensasinya mmmhhh banget tauuuu” jawab lona sambil memeluk gw kian erat.


Gw berbalik, tangan gw langsung merangkul lona, sambil kepala gw mendekat. Satu detik kemudian bibir kami sudah bertautan. Bibir lona menyambut bibir gw dengan cepat. Lidahnya langsung menari liar. Ciuman kali ini berbeda, tidak ada kesan birahi yang gw rasakan. Bibir kami bertautan, Lidah kami saling bertemu, kedua mata kami menutup. Tangan lona melingkar di bahu gw, sementara tangan gw di punggung bagian bawahnya. Kami berpelukan erat seperti tak ingin waktu memisahkan kami.


Baru setelah beberapa lama, ciuman mesra ini berubah panas. tangan gw mulai turun ke bokong Lona. tangan lona menjambak rambut gw sambil menahan agar gw ga melepaskan ciuman ini. sesekali gw remas bokong Lona dan desahan lembut dapat terdengar di antara ciuman kami. tetiba ceklek, suara pintu dibuka, tapi bukan pintu kamar kami karena suaranya agak jauh dari belakang gw. “wooow sorry” seru pierre yang menangkap basah kami sedang berciuman. Lona yang dapat melihat pierre keluar tetap tidak melepaskan ciumannya. Ia hanya mengangguk. *tinggg bunyi jam tangan Pierre bersentuhan dengan besi teras dapat terdengar. Pierre bersandar tepat di belakang gw. melihat dengan asik kami yang berciuman, dan Lona sama sekali tidak malu dengan hal ini, bahkan ketika dengan sengaja kedua tangan gw meremas bokong Lona dan Lona mendesah di tengah ciuman kami.


Beberapa lama akhirya lona melepaskan ciumannya. Barulah gw berbalik dan dapat melihat pierre. “pas di tangga neraka tadi, kalian liat tempat istirahat?” tanya pierre kemudian membuka pembicaraan. Lona mengangguk, gw menimpali, “bukan Cuma liat, kami ML di sana”. Sekilas Lona melihat gw, mungkin lona khawatir kejadian “pemerkosaan” itu gw ceritakan. Pierre nampak antusias mendengar jawaban gw, “iya? Asik ga?” tanyanya. “amazing, pemandangannya bagus, dan menggairahkan” jawab gw sambil sedikit ketawa. “really” Pierre mengonfirmasi jawaban gw ke Lona. “never done better” jawab Lona sumringah. “main liar dong kalian?” tanya pierre lagi. “lebih dari liar, gw cupang dia belasan kali” jawab gw mancing. Lona kembali melihat gw yang mengaku-akui cupangan bocah-bocah tersebut. “really? Boleh lihat?” tanya pierre pada lona antusias. Awalnya lona malu-malu, setelah gw dan pierre panas-panasi akhirnya ia mau. Gw dan lona bertukar tempat. Lona membuka dua kancingnya, kemudian menurunkan sisi kiri kemejanya, menunjukan beberapa cupangan yang ada di dada kirinya. “wooow, that was wild!” puji pierre melihat bagian atas dada kiri lona yang sudah banyak tutul merah. “boleh gw tambah?” tanya pierre kemudian. Lona menolak namun dengan sedikit tawa terkekeh. Gw gerak cepat kemudian mengunci kedua lengan lona. sehingga posisinya sekarang lona dipaksa membusungkan dadanya menghadap pierre sambil kedua tangannya terkunci di belakang. “as your pleasure” jawab gw seperti mewakili Lona.


“enggak, apasih kalian, jangan ah” tolak lona sambil berusaha melepaskan kuncian gw. walaupun menolak tapi nada bicara lona sama sekali tidak tinggi, bahkan ada sedikit tawa yang terselip dari suaranya. “yakin?” tanya pierre sambil kedua tangannya memegang pinggang lona. “enggak ah apaan sih pierre” tolak lona sambil tubuhnya bergerak berusaha melepaskan kuncian. “yakin?” tanya pierre lagi sambil tangannya perlahan naik. Pola pertanyaan dan jawaban ini terus berulang hingga tengan pierre hampir sampai ke sisi dada lona. jempol pierre kemudian perlahan memijat kedua sisi luar dada lona dari atas memutar hingga sisi bawah tengah dadanya. “yakiiiin?” goda pierre lagi sambil terus mengusap sisi luar dada lona. “ahhh, hhhhh,ahhh” penolakan lona makin lama berubah menjadi lenguhan disertai dengan matanya merem melek dan bibirnya terkatup. Satu usapan terakhir jempol pierre dari sisi luar dada lona menuju tepat ke putingnya, “mmmhhhhhh” lona melenguh, wajahnya menengadah. Tidak ada lagi penolakan, walau tubuhnya masih seperti berusaha melepaskan kuncian gw. pierre perlahan membuka kancing demi kancing kemeja lona hingga semua kancingnya kini terbuka. Ia kemudian menyibak kemeja yang menjuntai tersebut dan terpampanglah dua dada penuh cupangan bergoyang liar tanpa bra di hadapan pierre.


Bukan langsung mengecup, pierre seperti berpikir sambil kedua tangannya mengelus dada lona. ia melihat ke dada kanan lona, sambil tangan kirinya sedikit meremas dada tersebut. “yang ini? udah banyak” remasan itu seperti gerakan memijat dari pangkal dada menuju puting lona. “aaaaahhh” lona melenguh panjang. Giliran dada kirinya mendapat perlakuan serupa, dan lona kembali melenguh saat pierre menarik pelan putingnya. “aaahhh, stop playing around!” desak lona meminta pierre segera menyelesaikan permintaannya. Ya kami berada di teras lantai 2. Penghuni lain bisa tetiba keluar kamar dan melihat Lona yang bertelanjang dada sedang diapit dua pria. Dada yang menggelantung bebas tidak tertutup itu bisa dinikmati dari lobi (posisi kamar kami ada di seberang lobi) yang sedang cukup ramai.


Pierre terkekeh. “okay okay, gw mulai” jawab pierre sambil perlahan kepalanya menuju dada lona. bukan langsung mencupangnya, pierre malah menghisap puting kiri lona. “aaaaaaaahhhh” lenguhan panjang disertai kepala lona yang menengadah. Gw akhirnya melepaskan kuncian tangan gw ke lona. setelah terlepas, tangan lona bukan mendorong pierre atau menutup tubuhnya, Lona malah mendekap kepala pierre di dadanya. Ia menahan kepala pierre agar tetap memainkan dadanya. “ahhhh, mhhhhh” lona masih melenguh sambil mendekap pierre. Satu lenguhan panjang lona menandakan pierre sedang mencupang dadanya. Setelah lenguhan tersebut, pierre belum juga bangkit, “gw orang yang adil, kalo sebelah sini kena, sebelahnya juga harus dapet bagian” kata pierre sambul menjilati puting lona. lona hanya mengangguk sambil terus menikmati. Kepala pierre kemudian bergeser ke dada kanan lona. dan kembali lona melenguh ketika pierre membenamkan kepalanya ke dada lona.


Beberapa menit akhirnya pierre menyudahi permainannya. “phuuaaah, that was great” seru pierre. Dan wajah lona masih sayu-sayu sange. Pierre masih terus melihat dada lona, melihat hasil cupangannya barusan. Lona pun nampak cuek memamerkan dadanya di teras ini. tak lama berselang Pho berteriak dari dalam kamar seperti mencari pierre. Mendengar itu pierre meminta izin untuk kembali ke kamarnya, menyisakan kembali gw dan lona yang masih kentang. Agak kecewa lona kembali mengancing kemejanya, dan *ceklek kunci pintu kamar kami dibuka. Mona membuka pintu dan mempersilahkan lona untuk mandi. Melangkah lesu lona memasuki kamar. Mona masih mengeringkan rambutnya ketika keluar. ia memakai rok denim pendek dengan crop tshirt biru.


Jam 8.30 akhirnya kami bertolak ke legian, mencari go go bar untuk sekadar melepas malam terakhir. Pho mengenakan tanktop merah yang cukup ketat dan pendek serta short pants denim. Sedangkan lona, agak berbeda kali ini lona mengenakan minidress tanpa lengan berwarna kuning. Kami memilih gogobar yang agak tenang, karena memang tidak berencana untuk party malam ini. gogobar bernuansa western salon (Cuma satu kok yang begini di legian, pasti tau) dengan nuansa rock country. Gak banyak yang bisa gw ceritain di sini, long story short kami mesen beberapa cocktail dan bir. Ngobrol ngalor ngidul dan cerita pengalaman masing-masing. Momen ini yang membuat gw makin mengenal tidak hanya mona dan lona tapi juga pierre dan pho.


Sekitar jam 10, tiga gadis ini mulai tinggi dengan cocktail ketiga kami. masing-masing sudah menghabiskan dua botol kecil bir. Dentuman bar di sebelah mulai menarik perhatian. Tubuh mereka sudah mulai bergoyang. Kami masih bisa menahan diri. Dan beat makin meninggi, dentuman demi dentuman bar sebelah mengalahkan live band bar ini. mona akhirnya berdiri, mengajak kami pindah ke bar sebelah. Pikir gw gda salahnya, toh obrolan kami sudah menipis. Banyak jeda kosong saling diam. Akhirnya kami berlima pindah ke bar sebelah. Dan pesta kembali dimulai.


Pierre memesan cocktal bucket, yah cocktail (entah apa) yang diisi penuh seember. Untuk kami berlima. Dance floor mulai dipenuhi orang. Dan tentu di sudut-sudut sudah mulai bermunculan drunken oz dengan teriakan liar khas mereka. Gw menarik mona untuk tidak terus di DF karena mulai padat. Kami akhirnya berlabuh di meja tinggi. mau ngobrol pun susah karena kerasnya musik. Bagai raja, Pierre merangkul pho dan lona. sedangkan gw merangkul mona. sepasang bule bergabung di meja kami, membuat kian padat. Musik tetiba berubah, genre bass n drum dengan tempo cepat akhirnya tak bisa menahan mona. ia beranjak ke DF. Gw berusaha mencegah namun mona sendiri yang meminta gw stay di meja.


Dentuman ini emang bkin nagih buat bergoyang. Selepas mona pergi, gw langsung merangkul pho. Hanya beberapa saat dan duo bule yang bergabung tersebut mengajak kami bergoyang. Karena sudah banyak liquor yang masuk dan dentuman yang memacu jantung, akhirnya pecah kami bergoyang. Sesekali terlihat pierre menciumi lona, dan dibalas dengan ciuman panas mereka. Gw tak mau kalah, langsung gw lingkarkan tangan gw ke punggung pho dan langsung menciumnya. Pho membalas ciuman gw, bibir kami bertautan sambil tubuh terus bergoyang.


Entah berapa lama kami habiskan waktu, dari meja kami ke DF dan beberapa spot lain, akhirnya pho meminta pulang. Sudah pusing dia bilang. Setelah tolak menolak terjadi *gamaauu pulaaang, maunyaa digoyaaang* akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Badan udah lelah juga dengan tangga neraka tadi. “mona kemana lagi nih?” seru Lona. Yak kembali terjadi, tiap kami mau pulang dari bar, mona hilang. Gw dan pierre yang paling tinggi di antara kami memandang jauh mencari mona, tapi ga ada siluet mona. Akhirnya kami mencari bersama keliling mencari mona sambil menghabiskan botol bir terakhir kami. Beberapa orang yang berkumpul gw cek, bukan mona. Lona mulai cemas dan marah “ni bocah kemana lagi sih?! Rusuh bgt kalo mabok ilang” celetuk Lona marah. Pho berusaha menenangkan lona sementara gw dan pierre menyeruak kerumunan mencari mona.


Tiap sudut bar ini kami cari dan tidak ada mona. Kami bahkan sudah berpencar tapi tak ada mona. Lona yang marah berubah cemas. “udah pulang dluan mungkin” gw berusaha menenangkan lona. “ga mungkin, kunci di gw” jawab lona cemas. Mulai putus asa kami mencari. “udah di hotel mungkin, di lobi” celetuk pierre. Kami mulai putus asa, kemungkinan-kemungkinan tadi mulai masuk akal. Akhirnya kami semua bertolak dari bar, kembali ke hotel. Sampai lobi gw nanya bli yang jaga malam, “gak ada mas, temen mas belom pulang kok” jawabnya. Kami mulai panik, MONA HILANG!

teaser part 11. something big is all about to happen
yuk pantau di page ganjil selanjutnya
 
Mona diculik hu?
Ato jangan-jangan Mona ngerasa gak enak ati sama Lona dan Wapol trus kabur pulang me rumahnya?
:Peace:
 
Page 17 yak... Wah, moga2 yang komen makin banyak...

Bau2nya lepas perawan nih... Mantap juga klo lepas perawan langsung gangbang dan dp.
 
Something big ..? Mona lepas perawan kah ..?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd