Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bali dengan dua bidadari

Status
Please reply by conversation.
maaf...karena ada kepentingan dunia nyata, jadi kedistract updatenya....

Pt.4 perang kentang
Kami bertiga sudah selesai mandi, siap menjelajah bali hari ini. seperti yang dibilang sebelumnya, karena rencana mereka awalnya berempat dengan teman, Mona dan Lona telah meminjam mobil, karena gabisa refund akhirnya kami pakai mobil tersebut, dan juga ya bertiga ga mungkin naik motor juga kan.

Sebuah mobil swift merah mendarat di depan bibir hotel kami. Fancy juga nih mobil yang mereka rental, biasanya rentalan kalo ga avansa, xenia, ya ertiga (no offense). Mona seperti yang gw bilang, make tanktop abu-abu, dengan pasmina membalit leher dan pundaknya, shortpants bahan kain berwarna kemerahan. Sementara Lona, memakai celana panjang (entah nama bahannya apa, seperti bahan kain untuk celana olahraga) berwarna navy, kaos merah gelap (okeh untuk ukuran cewek yang suka padu padan warna, ini berantakan), dan topi andalannya. Gw sendiri hanya memakai celana pantai pendek dan kaos.

Gw sadar itinerary kami berantakan ketika melihat rencana bedugul lalu tana lot, dan berujung di gwk. Doesn’t make sense, ada yang harus diubah. Kami berangkat menuju bedugul sekitar jam 12 siang. Gw nyetir (sialnya Cuma gw yang bisa nyetir), sebelah kiri gw Mona, dan Lona di belakang. Perjalanan diisi dengan keceriaan dari tawa mereka, kami saling berbagi cerita mulai dari tentang hobi masing-masing sampai ke area dewasa.

Perjalanan baru satu jam lewat dan Mona sudah merengek, “Lon, ngantuk... tukeraan, mau tiduuur”. Yaa akhirnya kami berhenti sebentar dan bertukar posisi. Lona sekarang di depan. Sialnya, Lona yang megang GPS (gw ga hapal jalan dan susah liat GPS sambil nyetir) tapi Lona BUTA ARAH. Damn! Mulai dari salah belok sampe hampir nabrak lah.

Cuma butuh 10 menit sampai Mona terlelap. Kepalanya bersender ke jendela, ditutupi pasminanya. Jalanan memasuki area persawahan, Cuma lurus. Lona meletakan hapenya di dashboard, mulai melirik gw. Tangannya tetiba meraba celana gw “hai junioor”. Ya, gw bilang ke Lona kalo nama penis gw wapol.jr (biasanya laki namain penis mereka kan?hahaha). gw langsung mengarahkan tangan kiri gw ke selangkangan Lona. “sshh nakal yaa” Lona melenguh sambil sedikit menggoda. Tetiba ada sedikit kemacetan, truk memutar arah di jalan yang cukup sempit (kayaknya selain sunset road jalanan bali itu sempit). Depan kami mobil box, ga bakal bisa liat ke dalam kabin mobil kami. sampai mobil benar-benar stuck berhenti gw ga berenti memainkan vagina Lona dari luar, Lona pun sudah memasukan tangannya ke dalam celana gw. Untungnya mobil kami matic, tak perlu kesulitan untuk mindah-mindahin perseneling. Memanfaatkan jeda waktu gw langsung tarik kepala Lona dan kami berciuman. Lidah Lona langsung liar menari dalam mulut gw. Tangan kanan gw meremas dada Lona. “mmhhhh” terdengar Lona melenguh di tengah ciuman kami. tangan kiri gw berada di belakang jok Lona, dan tangan kanan gw beranjak turun dari dada dan menyusup ke dalam celana Lona. Celana Lona kebetulan menggunakan karet, bukan resleting. Cdnya telah dibasahi cairan vagina. Jari tengah gw langsung memainkan vaginanya mencari klitoris dan lubang vaginanya.

Tetiba klakson dari mobil belakang berbunyi. Gw melepas ciuman dan ternyata mobil box di depan kami sudah jalan. Kembali gw pacu mobil. “tau kentang?” Lona menggerutu. Gw hanya tersenyum kecil, yah mau gimana lagi, traffic ga memungkinkan. Tetiba tangan Lona menarik wapol.jr keluar dari celana, ia melepas seatbelt dan mengarahkan kepalanya ke selangkangan gw. Ga berselang lama kulup wapol.jr terasa basah. Lidah Lona liar menjilati kulup wapol.jr. perlahan ia melahap wapol.jr. kepala Lona memang sedikit menghalangi setir, tapi bisa diakali. Tangan kanan gw berusaha meremas dada Lona yang menggelantung di balik bra. “mmpff...mpphhhh” Lona melenguh di tengah kulumannya yang semakin cepat. Gw benar-benar ga peduli ketika jalan tetiba padat, atau ada anak-anak di pematang sawah yang melihat aksi kami. beberapa orang yang naik motor berlawanan arah nampak kaget melihat gw mengemudi sambil disepong. “huaaah udah sampe mana niiih?” suara cempreng Mona memecah seluruh kegiatan kami. Lona langsung melepas kulumannya dan agak salah tingkah seperti takut ketahuan. Wapol.jr dibiarkan tak masuk kembali ke dalam celana. “eh, umm... dikit lagi Joger” jawab gw dengan nada berat (masih sange).

Akhirnya kami sampai di Bedugul. Sebelumnya gw mau minta maaf umumnya kepada warga bali dan member yang mungkin tak berkenan karena mungkin gw melanggar kode etik dan budaya karena “mesum” di tempat yang gak seharusnya (arena kuil)

Cukup mudah mencari parkiran, karena memang bukan musim liburan, jadi parkiran agak sepi. Mona keluar pertama, gw mencari dompet dan hape yang entah kemana, sementara Lona, seperti membetulkan sesuatu. Sesaat sebelum keluar mobil, gw cubit dada Lona sambil menggoda, “kentang ya”. “sshhh aaahhh, sialan” Lona melenguh ketika dadanya dicubit, dan langsung menarik kepala gw, Lona mencium gw dengan nafas yang memburu, lidah kami langsung saling melumat. sebentar memang, malah jadi makin kentang.

Kami berfoto di banyak area Bedugul, dan memutuskan untuk naik perahu mengitari danau. Lona bersikeras tidak ikut, ia takut jika naik kapal katanya. Aneh karena untuk sampai ke bali aja kemarin ia naik kapal. Namun yasudalah. Akhirnya Lona meminjam kamera gw untuk memfoto sekeliling. Gw menunggu kapal dengan Mona. Perahu kecil merapat, gw dan Mona beranjak naik. Perlahan perahu membawa kami ke tengah. Mona nampak kegirangan dengan teriakan-teriakan cemprengnya. Gw merangkul Mona perlahan, tak ada penolakan. Tangan gw merambat ke perutnya. Mona agak terdiam, melihat gw sebentar dan kembali berteriak-teriak. Gw memastikan bli yang membawa kapal tidak melihat kami, ya memang tak ada spion. Kemudian tangan gw beranjak naik dan langsung meremas dada Mona. Mona menuruti permintaan gw, ia tak mengenakan bra. Dadanya yang besar langsung terasa kenyal. Serius ternyata ckup besar ampe satu telapak tangan gw ga cukup untuk meremas seluruh dadanya. “yeaaa,aaaachhh” Mona tetiba melenguh di tengah teriakannya. “kenapa dek?” bli tersebut seperti sadar lenguhan Mona. “aaaaahh pasminanya basaah bli, kena air” jawab Mona salah tingkah. Tangan gw masih meremas dada Mona, seperti lompatan jauh dari dada Lona yang terbilang kecil ke dada Mona yang bahkan satu tangan tak cukup. Gw mencubit putingnya yang menonjol di balik tanktop. Mata mona terpejam, mulutnya seperti berusaha menutup menahan lenguhan. Napasnya mulai berat. Tangan gw berhenti meremas dada Mona dan perlahan turun ke selangkangan. Tepat ketika berada di antara paha, Mona langsung menepis tangan gw, dan di situ gw ga berani lagi memegang Mona. Sial, dia marah?

Sekitar 10 menit dari Mona menepis tangan gw dan perahu kembali merapat. Mona hanya memperhatikan sekeliling. perasaan gw bercampur aduk. Mungkinkah dia marah setelah tadi keenakan? Banyak tanda tanya bermunculan di kepala gw.

Setelah merapat, kami berjalan menuju parkiran. Suasana kikuk masih menyelimuti. Mona mengambil hapenya, memberitahu Lona bahwa kami siap kembali berangkat. Sampai di mobil, Mona duduk di kursi depan, gw ikut masuk dan menyalakan mobil sambil menunggu Lona. “pol, maaf” kata Mona tetiba memecah kesunyian. “gw kali yg minta maaf, kelebihan ya tadi?” jawab gw berusaha meluruskan. “enggak...umm....” Mona seperti kesulitan merangkai kata-kata. “kenapa? Ngomong aja kali, gausah bingung”. “gw...gw takut kalo bawah gw gabisa ngontrol lenguhan...” ooh itu alesannya, bukan karena ga boleh toh, pikir gw lega. Kemudian gw menyalakan mp3 (dicolok langsung dari hape), dengan volume agak keras. Mona nampak kebingungan.

Persiapan selesai, gw menutup pintu mobil, tangan kiri gw langsung menyambar selangkangan mona. “hhhiiiaaaaahhh...aahhhh....” Mona kaget bercampur melenguh, tangannya langsung memegang tangan gw, tapi bukan berusaha melepaskan, lebih sekadar hanya memegang. Tangan gw menggoyang selangkangannya lebih cepat. Mona melepaskan pegangan tangannya dan beranjak memegang sandaran kepala. Badannya merosot dan kakinya melebar memudahkan gw memainkan selangkangannya. “aaahhh....aaahhh....nggghhh...aaahhhh...eenaaaak” lengkingan, ya Mona lebih seperti melengking dibanding melenguh karena suaranya memang keras (dan cempreng). Tangan kanan gw kemudian meremas dadanya, jempol dan kelingking gw menekan dua puting Mona yang sudah menonjol dari balik tanktop dan meremasnya ke tengah, cara ini berhasil pada Lona, tp ternyata dada Mona lebih besar dari jangkauan jari gw. “hiyaaahhh...iyaaahh...aahhhh....teruuss” Mona terus melengking sambil beberapa kali menggigit bibir bawahnya. Mobil kami memang terparkir menghadap tembok, jadi tak perlu khawatir orang lalu lalang di depan, dan kaca samping cukup gelap, mungkin yang mencurigakan hanya mobil yang sedikit bergoyang.

Gw berusaha memasukan tangan gw ke balik tanktop Mona. Baru masuk hingga perut, gw lihat spion tengah, Lona sudah berjalan sangat dekat ke mobil. Gw langsung menghentikan permainan. “sshh...aaaahh....hah, kok berenti?aaaahhh” Lenguhan Mona terpecah. Tak lama Lona membuka pintu tengah mobil. “udah lama nunggunya?” tanya Lona polos. “enggak kok, baru masuk” jawab gw singkat. Gw lihat kaki Mona merapat dan tangannya seperti berada di daerah selangkangannya. Mukanya nampak agak kesal. Ia kemudian mengambil hapenya, dan mengirim pesan ke gw.
K, E, N, T, A, N, G, !
ya, 8 pesan yang berbeda, menyusun huruf menjadi vertikal ke bawah dengan semua capslock. Gw hanya tertawa kecil. Lona agak kebingungan. “gimana Lon? Dapet poto apa aja?” gw berusaha memecah suasana. “ahh ga banyak, ribet ada ibu-ibu arisan gitu dimana-mana”jawab Lona sambil mengembalikan kamera gw. Kami kemudian melanjutkan perjalanan.

Sepanjang perjalanan, Mona nampak bersungut. Sepertinya efek kentang td masih ada. Sekitar jam 4, kami memutuskan untuk mampir ke Joger. Gw baru tau ada joger di daerah bedugul, kirain Cuma ada di Kuta. Parkirannya cukup luas, ga kayak yang di Kuta. Kebetulan gw parkir di antara mobil gede (hyundai H1 dan bus kecil) dengan menghadap ke tembok. Gw sebenernya malas untuk belanja, ga punya duit dan ga ada yang dikasih oleh-oleh juga. Baru beberapa langkah masuk ke toko, mona tetiba bilang “aaah lupa dompeet!pol pinjem kunci, ambil dompet”. Bukan ga mau ngasih, tapi Mona yang emang teledor, gw takut dia lupa ngunci atau apalah, akhirnya gw ikut Mona balik ke mobil sementara Lona masuk duluan. Gw buka pintu tengah kiri, setengah badan mona masuk ke mobil , “duuh pol, mana yaaak” suara Mona dari dalam mobil. Agak risih juga nunggunya akhirnya gw rencana ikut nyari, bukalah pintu kanannya, badan gw lebih condong masuk.

“kena lo!” ucap Mona tetiba sambil memegang kerah baju gw, dan sepersekian detik bibir kami sudah bersentuhan. Lidahnya menari liar. Gw bertumpu ke tangan kiri, dan tangan kanan gw langsung menyusup ke balik tanktop Mona. Posisi Mona yang membungkuk membuat sela yang cukup besar di tanktopnya, tanpa kesulitan tangan gw menyusup ke balik tanktop Mona dan langsung memeras dada kanannya. “mmhhh!” Mona seperti memekik di tengah ciuman kami.

Posisi membungkuk dan tidak memakai bra membuat dada Mona bergantung bebas. Dengan sedikit usaha jari gw menemukan putingnya, dan langsung gw cubit kecil. “hhhmmmhh...mhhh” lenguhan Mona semakin menjadi-jadi. Gw sadar kalo sampe gw lepas ciumannya, dia bisa melenguh kencang. Masih kentang dengan kuluman Lona tadi, gw merangkak masuk sambil tetap berciuman. Gw memposisikan diri gw duduk di jok tengah dan menutup pintu. Gw lepas remasan gw dari dada Mona dan mengarahkan tangan Mona ke selangkangan gw. Ga ada penolakan, malah begitu tangannya mendarat di selangkangan gw, ia langsung memijatnya perlahan. Tanpa komando, Mona memasukan tangannya dan menarik wapol.jr keluar. ia kemudian mengocoknya perlahan. Mona melepaskan ciumannya kemudian tersenyum nakal, “gede...”. “muat di mulut?” tanya gw menggoda. “muat...kayaknya” Mona menjawab bahkan udah ga liat mata gw, tatapannya tertuju pada wapol.jr “sepongin dong, mau?” udah ga tahan juga akhirnya gw minta. Mona ga menjawab, ia merangkak masuk sedikit dan perlahan kepalanya mendekat ke wapol.jr. lidahnya kemudian menjilati kulup wapol.jr sambil tangannya masih mengocok pelan. Gw bener-bener seperti dipermainkan. Mona menjilati wapol.jr dengan sangat pelan, jelas ia menggoda gw.tangannya kemudian bergerak sedikit naik, menahan kulup wapol.jr agar menghadap ke atas, kemudian ia menjilati sambil sesekali mengecup batang wapol.jr. kemudian Mona membuka lebar mulutnya dan perlahan mengulum wapol.jr, namun ia hanya berhenti sampai kulup, dan di dalam mulutnya ia kembali menjilati kulup wapol.jr

Sensasi yang sangat berbeda dengan Lona yang liar dan langsung melumat wapol.jr, Mona bermain tempo untuk terus menggoda gw. Tangan gw yang menganggur akhirnya kembali mengarah ke balik tanktop Mona, gw keluarkan kedua dada Mona. Gw ga liat tp gw bisa merasakan dua dada bulat menggantung itu berebut sesak keluar dari Tanktop. Sulit tapi gw berhasil menyentuh kedua putingnya bersamaan dan mulai memijatnya. Setelah mendapat banyak rangsangan, barulah mulut Mona turun lebih jauh. Kuluman Mona berbeda dengan Lona, jika Lona mengulum dengan cepat, Mona mengulum dengan teempo yang jauh lebih lambat, namun sedotannya sangat kuat. Pada sedotan ke empat, Mona mengambil napas dalam dalam dan kembali mengulum, kali ini berbeda, mulutnya sama sekali tak berhenti hingga hampir mencapai pangkal wapol. Jr.gw ga tahan juga diginiin, akhirnya tangan kiri gw meremas dada mona, dan tangan gw menahan sambil mendorong kepaalanya. Perlahan tapi pasti kepala mona terus ke bawah, dan akhirnya mulut mona sampai ke pangkal wapol.jr. Beberapa detik, Mona perlahan melepaskan kulumannya, sangat perlahan, hingga terdengar bunyi “flop” ketika wapol.jr benar-benar keluar dari mulutnya. Mona kemudian mengocok wapol.jr perlahan sambil seperti bersiap akan mengulumnya lagi, kocokan yang lebih seperti memijat; sangat lambat namun begitu terasa. Seperti sebelumnya, mulut Mona kembali bermain di kulup wapol.jr, beberapa detik menjilati hingga gw bener-bener terbang saking enaknya, perlahan mulutnya turun. Sedotannya makin kuat, benar-benar wapol.jr seperti tersedot ke gumpalan lembut hangat nan basah.

“tiid tiid” mobil H1 sebelah tetiba berbunyi, seperti ada yang membuka kunci pintu dari kejauhan. Mona langsung melepas kulumannya . beberapa detik kemudian muncul seorang bapak-bapak paruh baya, membuka pintu tengah H1 yang benar-benar bersebelahan dengan mobil kami. Mona seperti berpura-pura mencari sesuatu sementara gw duduk, menutupi wapol.jr di balik kaos sambil berpikir, “sialan”, Cuma itu yang bisa gw pikirkan dan katakan di tengah kekentangan ini. bapak paruh baya itu kemudian disusul beberapa anak muda yang sepertinya penyewa mobil tersebut, membawa banyak kantong belanjaan. “mereka siap-siap jg bakal lama”, pikir gw. Mata Mona juga menunjukan hal yang sama, KENTANG!

Akhirnya kami memutuskan untuk masuk kembali ke dalam toko. Gw masih bersungut, Mona menggandeng tangan gw sambil sedikit bersandar manja “kentang yaa... maaf pol, gimana doong” gw Cuma membalas dengan senyum kecut. Mona kemudian menarik tangan gw, seperti ingin berbisik, “emang enaak kentaaaang”. Karena jeda waktu yang lumayan lama, ketika masuk, Lona sudah membawa beberapa barang di dalam kantong belanjanya. 15 menitan gw udah ga tahan di dalem toko, banyak yang lucu dan bisa dibeli sihh, tapi duit agak mengerikan. Akhirnya gw memutuskan untuk keluar dan merokok. Mobil H1 di samping sudah pergi, berganti dengan fortuner hitam yang aroma mesinnya masih panas, baru dateng nih. Gw menunggu di mobil sambil merokok hingga ketiduran.

“Pol, pol bangun pol” Lona membangunkan gw. Ia datang tanpa belanjaan. “ga jadi belanja?” tanya gw, “noh Monyong lama bener milihnya, antrian kasir gila juga, yauda gw titip ke dia aja, tanggung jawab. Lagian lama bener lo nyari dompet?” sungut Lona. “ye dia tau naro dompet di mana, nyari ampe buka-buka semua pintu ga nemu-nemu” gw berkilah. Lona kemudian memutar dan masuk ke pintu depan, sementara gw daritadi duduk di bangku kemudi. Lona duduk dan menyibak rambutnya, “udah sore masih panas aja, nyalain ac pol”.

3 menitan kami ngobrol, tetiba Lona nyeletuk “masih kentangnya?” gw ga menjawab, badan gw mengarah ke Lona, tangan kiri gw mengait ke joknya, dan langsung mencium Lona liar sambil tangan kanan gw meremas dadanya. “shhh mmfff...” Lona seperti keenakan tapi ingin bicara sesuatu tapi tertahan. Tangan Lona langsung beranjak menuju selangkangan gw dan mulai membelai wapol.jr. beberapa detik kemudian ia sudah berhasil menarik wapol.jr keluar. gw melepas ciuman gw, dan Lona seperti paham yang harus dia lakukan. Dengan napas yang masih memburu kepalanya bergerak menuju wapol.jr. dengan sekali hentak, Lona mengulum setengah wapol.jr, sambil tangannya mengocok perlahan. Berbeda dengan Mona, kuluman Lona cenderung cepat namun terasa hambar. Butuh beberapa lama sampai gw menikmati kulumannya. Lona semakin mempercepat tempo kulumannya, memang terasa enak namun gw masih membayangkan kuluman Mona yang bener-bener intim dan sangat pelan itu. Akhirnya gw sedikit mendorong kepala Lona untuk melepaskan kulumannya. “aaah kenapaa?” Lona seperti tidak terima keasyikannya dilepas, “gamau gw mulu yang kentang, gw mau buat lo kentang aja” gw mencari alasan. “aaah jangaaan” walau berkata jangan, namun Lona meregangkan kakinya selebar mungkin di mobil yang kecil ini sambil posisi duduknya sedikit menurun. Tanpa basa basi tangan kanan gw menyusup ke balik celana Lona, meraba lembut celana dalamnya. “udah basah aja?” goda gw, Lona hanya membalas dengan senyuman nakal.
Gw memasukan tangan gw lebih dalam, hingga menyentuh bibir vagina Lona yang mulus tanpa bulu sama sekali. Gw langsung mencari klitorisnya. “sshhh aaahh” Lona mendesah pelan. Jari telunjuk dan manis gw membuka bibir vagina Lona sementara jari tengah gw bergoyang liar mencari klitoris sekaligus merangsang lubang vaginanya. Tak lama berselang, jari tengah gw mulai memainkan klitorisnya. “aaah aaah ahhh ahhhh” Lona mendesah teratur (penjabaran apa ini mendesah teratur). Tangannnya meremas kedua dadanya sendiri. “aaahh turunaan lagi pool” Lona seperti kurang puas hanya klitorisnya yang dimainkan. Jari tengah gw beranjak turun dari klitoris ke lobang vaginanya, sambil jari lain membelah bibir vaginanya agar terbuka. Perlahan jari tengah gw masuk ke dalam lobang vaginanya yag telah basah, mengocoknya dengan tempo makin cepat. “aaahhhhhhhhh” Lona melenguh keras. Seperti kurang, jari telunjuk gw ikut masuk.sekarang vagina Lona dikocok oleh dua jari. “haaaahhhh...haaaachhhh...aaachhh” Lona melenguh, menggelinjang sambil semakin liar meremas dadanya sendiri.

Jari manis gw seperti ingin diajak main, ikut untuk berusaha masuk lobang vaginanya. Permainan cepat beralih ke tempo lambat dengan hadirnya pemain baru. Agak sulit memasukan tiga jari ke vaginanya yang mungil. Perlahan akhirnya masuk, dan sudah sangat basah, gw kocok perlahan. Tangan Lona melepas remasan ke dadanya sendiri dan mencengkram kuat tangan gw. “sshshh...jangaan...dilepaaas...” mata Lona sudah sangat horny, napasnya sudah memburu sangat berat. Gw mengocoknya makin cepat, Lona melenguh dan menggelinjang makin liar. “aaah mau titiit..mau titiitnya... masukiin poool” ya begitulah yang dikatakannya, Lona meracau cukup kencang. Kedua tangannya menarik lengan gw seperti ingin berbisik sesuatu, “sshhhh..fuck....me...nooow!” matanya liar, menghunus tajam.

“klek”, pintu bagasi tetiba dibuka. Gw langsung menarik tangan gw. Lona langsung menengok ke belakang dengan tatapan tajam “sialaan!” ia bergumam. “lama banget kasirnya..” tanpa merasa apapun Mona menaruh barang di bagasi sambil terus berceloteh. Sampai membuka pintu dan duduk di row tengah pun Mona masih berceloteh. Gw dan Lona ngeliatin terus dengan mata tajam. “...eh, kalian kenapa?” Mona seperti sadar lagi diliatin. Gw menyalakan mobil sambil menjawab ah=gak ketus, “gapapa, lo bawel”. Dalam hati terus bergumam, “god! Kapan kekentangan ini berakhir”.

Sepanjang perjalanan pulang, kami hanya mengobrol ngalor ngidul, hubungan kami makin dekat, namun tetap masing-masing mereka tidak mengetahui yang dilakukan oleh temannya. Gw sendiri agak bingung kenapa ini harus dirahasiakan, tapi gw ikuti aja pola permainan mereka. Baru jam 8 kammi sampai, rupanya Bali bisa macet juga, hahaha.

Sampai kamar, gw langsung melempar diri ke kasur, Mona merapikan belanjaannya, memilah punya dia dan Lona, sementara Lona sesaat sampai langsung ngedumel, “lapeeer”. Lona memutuskan untuk membeli makanan di luar, “mau beli apa lon?” tanya Mona, “BK, tadi pagi ga jadi kan, ngidam gue...” jawab Lona, “gw nitip rokok dong”, gw menambahkan dan hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil Lona berjalan ke luar.

“mandi aaah, gerah, lengket” Mona beranjak mengambil handuk. Gw yang masih kentang ini langsung beranjak bangun mendengar kata-kata Mona. Ya, Mona menjemur handuknya di luar kamar, di teras. Ketika ia mengambil handuk, gw langsung memeluknya dari belakang. “pol, aapaan sih” Mona seperti risih, namun tangannya tak berusaha melepaskan pelukan gw. Gw sapu rambutnya, kemudian berbisik lembut di telinga kanan Mona “masih kentang sayaaang” sambil kemudian sedikit menjilatnya. “shhhh” Mona bergidik. Gw membalikan tubuh Mona, kemudian menciumnya, Mona membalas ciuman gw. Lidah kami saling berkait. Jarak tubuh gw dan Mona cukup jauh, jadi agak susah untuk ciuman berdiri. Gw kemudian menggendong Mona, menyilangkan tangan gw di bokongnya, ia seperti paham langsung merangkul di leher dan kakinya mengunci di punggung. “yuk” bisik gw lagi pelan kemudian menciumnya dan berjalan menggendong Mona ke dalam kamar. Gw kemudian duduk di bibir kasur sambil tetap menggendong Mona. Posisi Mona sekarang duduk di pangkuan gw dan kami saling berhadapan.

“aku mau mandii...lengkeet” kata Mona manja, “yaudah aku bantu telanjangin” jawab gw nakal. “aaah kamu mah” Mona menjawab seperti tanpa negasi. Gw cium lagi bibirnya. Perlahan tapi pasti Mona melumat bibir gw. Sambil tetap berciuman gw meremas bokong Mona dan bergerak menghentak maju mundur. Posisi kami memungkinkan wapol.jr dan vagina mona saling bergesek di balik celana masing-masing. “mhhh..mhhh” Mona mulai melenguh. Okeh ini posisi yang susah untuk ciuman, gw terlalu menengadah dan mona harus membungkuk.

Gw melepaskan ciuman kami, tangan gw kemudian memegang ujung tanktopnya dan perlahan menariknya ke atas. Mona membantu dengan mengangkat tangannya. Dan beberapa detik saja untuk membuka tanktop Mona dan gw lempar sembarang. Kedua payudaranya menggelantung bebas. Ya mona memang tdak memakai bra seperti yang gw pinta. Dadanya besar menggelantung mancung dengan puting pink kecoklatan yang sudah menegang. Gw meremas kedua dadanya sambil menjilatinya. Gw jilati bergantian puting kiri dan kanannya sambil sedikit menggigit kecil. “aaahh...aaaahhh” Mona melenguh semakin kuat. Tangannya kemudian merangkul kepala gw dan menenggelamkannya ke antara dadanya. Tangan gw beranjak merangkul Mona, sambil gw jilat dada kirinya. Menjilati serta menghisap kuat putingnya yang sudah menegang.

Beberapa menit berselang, gw posisikan tubuh Mona tidur telentang. Kembali gw menjilati dadanya. Ukuran dada Mona memang jauh lebih besar dari Lona, lebih menggemaskan untuk diremas dan dijilati. Gw kemudian makin menurun ke perutnya, dan tangan gw mencoba membuka celana Mona. Seperti membantu, Mona mengangkat bokongnya untuk mempermudah celananya turun.gw lepas dan lempar sembarangan celananya, Mona saat ini hanya tersisa mengenakan celana dalam berwarna biru navy yang sudah sangat basah. Gw menggoda Mona dengan menekan-nekan bibir vaginanya dari luar celana dalam. “shh aahhh ahh...pol nakal aaah, jangan dari luar” Mona seperti memberi kode untuk menelanjanginya, bokongnya terus diangkat. Akhirnya gw lucuti pakaian terakhir yang menempel di tubuh Mona. Terpampanglah vagina berwarna pink merekah dengan rambut-rambut halus yang tidak tipis, namun juga tak lebat.

Gw posisikan kaki mona mengangkang sejadinya, sambil gw tidur tengkurap dengan kepala tepat di atas vagina mona. Kemudian perlahan gw jilati bibir vaginanya. “aaaahhh...shhh...aaaaah” Mona mulai melengking. Suara cempreng sange ini bener-bener bikin gw makin bergairah. Kedua tangan gw kemudian meremas kedua dada mona sambil mulut gw menjilati vagina Mona. “aaahhhhh...aaaahhh” lenguhan Mona kian lama kian kencang. Gw meremas dan mencubit dada mona sambil memilin putingnya. Beberapa kali badan mona membusur. “aaaahhhhh...mmppfff...enaaak...enaaaak...teruus” Mona melenguh sejadinya sambil tngannya menjambak, dan menekan kepala gw ke vaginanya.

Entah kenapa agak sulit untuk gw mencari klitoris Mona, akhirnya gw lepaskan remasan dan jilatan gw, kemudian kedua tangan gw melebarkan bibir vagina mona. Bibir dalam berwarna pink segar merekah yang bersih dan sudah banjir itu terpampang tepat depan mata gw. Dengan begini, gw lebih bebas menjilati vagina mona tanpa harus bertengkar dengan bulu-bulu pubisnya. Dan gw juga bisa melihat klitoris Mona, langsung gw jilati klitoris itu perlahan. Mona mengambil bantal dan menutup wajahnya... “mmmhhhh...mmhhhh...mhhhh!” suara lenguhan itu akan terdengar sangat kencang jika tidak ditutupi bantal. Dari klitoris, gw beranjak sedikit turun ke lubang vaginanya, dan berusaha memasukan lidah gw ke dalam. “aaaahhh!teruuus!” lenguhan mona dari balik bantal terdengar makin kencang. Sesaat gw melepas jilatan gw dan melihat kedua tangan Mona tengah meremas kedua dadanya sendiri.

Gw kemudian memposisikan tangan kiri gw membelah bibir vaginanya, lidah gw menjilati klitorisnya, dan telunjuk kanan gw bermain di bibir lubang vaginanya. Sambil gw jilati makin cepat, gw berusaha memasukan jari gw ke lubang vaginanya. “aaaaaaahhhh!” Mona melengking ketika jari gw perlahan masuk ke dalam lubang vaginanya. Mona sesaat melepas bantalnya dan berusaha bangun, “aaahhh, aku masih virgin sayaaang” Mona nampak khawatir di tengah libidonya. “ini ga ngerobek selaput kok, keep calm and stay moaning” jawab gw berusaha menenangkan. “bener?” mona masih nampak ragu. “take my word” jawab gw meyakinkan, dan ia kembali tidur dan menenggelamkan wajahnya di balik bantal.

Permainan berlanjut, gw kembali menjilati klitoris Mona dan telunjuk gw sudah masuk setengah di lubang vagina mona. Perlahan telunjuk gw bergerak keluar masuk. “aaahh...mfff...aahh...” mona melempar bantal yang menutup wajahnya, dan melenguh kencang sambil tangannya kembali menjambak gw.

Berganti jari, gw keluarkan telunjuk dan berganti dengan jari tengah gw masuk perlahan. Posisi ini agak susah untuk sambil menjilat. Akhirnya gw lepaskan jilatan gw dan bergerak tidur menyamping bertopang sikut di samping Mona. “pelanin suaranya sayang” bisik gw perlahan kemudian menciumnya untuk mencegahnya melenguh makin kencang. Kaki mona masih mengangkang sangat lebar, jari tengah gw masuk perlahan. Nafas mona sudah sangat memburu di balik ciuman kami. lidahnya menarik paksa lidah gw ke dalam mulutnya. Sementara jari tengah gw hampir mencapai semacam tulang lunak di dalam lubang vaginanya. Seluruh jari tengah gw sudah berada di dalam vagina Mona, gw kemudian mengocok perlahan.

Mona seperti orang kerasukan. Napasnya berat, tubuhnya meregang, tangannya mencengkram kuat seprei, matanya terbelalak ke atas. “hhhhaaaaahh...hhaaaaahhh...”suara lengkingan itu berubah menjadi suara lenguhan berat. “sshh aaaaaaaaaaaaahhhh” sesaat kemudian tubuhhnya membusur dan bergetar, diiringi dengan semburan hangat membasahi jari tengah gw. Mona mengalami orgasme pertamanya. Tubuhnya lemas, namun masih bergoyang perlahan mengikuti pola jari tengah gw yang mengocoknya maju mundur dan memutar. Tangan Mona kemudian berusaha meremas wpol.jr dari luar celana, dan dengan segenap usaha mona menurunkan celana gw. Ia langsung mencengkram wapol.jr dan mengocoknya kencang.

Gw menyetop permainan jari gw. Dan seperti paham, mona bangkit perlahan, gw memposisikan diri duduk bersandar di kepala kasur sambil menurunkan celana dan celana dalam gw. Mona berbalik, berlutut dengan kepalanya menghadap wapol.jr. ia memperhatikan sejenak wapol.jr sambil mengocoknya perlahan. “kenapa diliatin sayaang?” tanya gw agak ragu. “gede ya” Mona memuji wapol,jr. Gw mau nanya “lah bukannya udah sering liat kontol pas di klub?” tapi gaenak juga nanyanya, maka hanya gw jawab senyuman.

Perlahan Mona mengulum wapol.jr. ia tidak serta merta memasukan seluruh wapol.jr ke dalam mulutnya, namun memainkan kulup wapol.jr dulu. Hisapan yang kuat ini kembali gw rasakan. Sangaaaat perlahan mona mengulum wapol.jr, memberikan sensasi basah hangat dan hisapan yang kuat. Gw bisa melihat pipi Mona sampai kempot karena kuatnya ia menghisap. Perlahan hingga setengah ia mengulum, kemudian mengeluarkan lagi. Beberapa kali hingga membuat gw melayang dan bahkan melennguh. Mona kemudian menghirup napas panjang, dan perlahan mengulum kembali wapol.jr. terus menurun secara sangaaaaat perlahan, melewati setengah batang wapol.jr. gw merasakan kulup wapol jr. Menyentuh sesuatu, amandel?entahlah. akhirnya seluruh batang wapol.jr dihisap habis. Mona mengulum seluruh batang wapol.jr beberapa detik, kemudian perlahan kembali melepaskannya. “phuaaah, bisa ternyata ampe ujung, panjang banget sih, aku kira ga muat” Mona kembali memuji wapol.jr dengan liur yang berantakan di mulutnya.

Setelah beberapa saat mengocok, Mona kembali mengulum wapol.jr. gw merasakan hampir keluar setelah sekitar 10 menit dikulum. “shhh aaahh...sayang aku mau keluaar” dan mona tidak menjawab, malah ia mengulum makin kuat. Tangannya mengocok pangkal wapol.jr. tubuh gw membusur, dan *crooot croot croot* tiga semburan kencang bersarang langsung ke mulut Mona. Ia melepas kulumannya. Tangannya menggenggam erat dan mengocok perlahan wapol.jr, rupanya karena akumulasi kentang tadi, masih tersisa beberapa peluru. Dan *crot crot* dua semburan yang cukup banyak terhempas ke wajah Mona. Bukannya marah, mona malah tersenyum dengan wajah dan mulut belepotan sperma. Ternyata ia belum menelan seluruh sperma, sehingga terlihat cairan putih kental itu mengalir dari tepi bibirnya.

“yaah, maaf sayang..mukamu jadi belepotan sperma”, gw agak merasa bersalah juga nyemprotin sperma ke wajah Mona. Tapi ia malah kembali tersenyum, “gapapa kan mau mandi... enak juga ternyata kalo sadar” jawab mona. Kami kemudian duduk sambil merapikan diri. “lho? Pintu ga ditutup daritadi?” gw agak kaget ketika melihat pintu depan kamar kami terbuka lebar. Mona juga agak kaget setengah panik, “jadi daritadi kita maen...pintu kebuka? Aku ngengkang nungging madep pintu?”. Gw Cuma bisa mengangguk getir. “yaaah...rejeki bener yang lewat, ah sialan” jawab Mona seperti menekan paniknya sendiri. “kalo ada yang liat memek kamu mah pasti masuk minta gabung, menggoda banget ituuu...” jawab gw memecah ketegangan. “yee sembarangaan!” jawab mona bercanda sambil mengocok wapol jr. Yang sudah mulai menyusut.

Mona kemudian bangkit, mengambil handuk yang terhempas di lantai dan memungut pakaiannya yang bertebaran, kemudian beranjak ke kamar mandi. Sementara menunggu, gw merapikan celana dan merokok di teras depan. Tak lama, sepasang turis luar lewat menyapa gw. “hello” gw hanya membalas hal yang sama. “so, you’ve done finally?” tanya si pria sambil memeluk pasangannya. “hah?done?what?” gw agak kebingungan sambil lumayan keringet dingin, rupanya mereka liat gw dan Mona tadi.
“lucky or dandy, breakfuck with one girl and pussydinner with another” kata si pria lagi sambil sedikit tertawa. Waduh, ternyata ada yang liat...
 
Mantap Wapol... 👏👏👏
Judulnya rejeki nomplok nih, penasaran aja sampe kapan maen petak umpetnya nih... 😄😄😄
 
Ayo tuntaskan kentangnya....
 
Cocok ama judul chapternya...
[Size=+2] Perang Kentang [/size]

Wkwkwkwk
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd