Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

Chapter 11 : Jalan Hidup

ECHA-20240316-123223-0000.jpg




POV : Rio



Tengah malam ini, seperti biasa aku sedang asyik melaksanakan ritual hobby onaniku. Disertai dengan tayangan bokep menggairahkan dimana seorang wanita Jepang sedang diminta melayani lelaki-lelaki yang tak ia kenal, dan yang meminta wanita itu melakukannya tak lain adalah suaminya sendiri.



Jujur saja aku banyak terinspirasi dari bokep Jepang. Ya walau ngeselinnya suka di blur bagian kelaminnya. Tapi kuakui, bokep Jepang yang memiliki alur cerita adalah genre favoritku yang menginspirasi fantasyku. Pelan tapi pasti kulampiaskan fantasy gilaku ke Echa pacarku sendiri. Untungnya gadis lugu itu mau mengikuti permintaanku hingga seperti sekarang ini.



“Anjirlah, kontol gue ngaceng maksimal kalau bayangin Echa jadi kayak ini cewek. Hehehehe”, gumamku sambil memandangi layar laptopku yang menampilkan adegan tak senonoh antara 1 orang wanita dan 5 orang pria sedang berhubungan badan.



Setelah terasa hampir klimaks, aku putuskan menyudahi onaniku. Rasanya sayang saja kalau spermaku sampai keluar. Karena ide-ide liarku juga pasti akan turut sirna bersamaan dengan keluarnya maniku. Kutahan saja perasaan ingin orgasmeku agar pikiranku tetap dikuasai ide-ide gila yang akan kulampiaskan ke pacarku sendiri nantinya.



Kumatikan laptopku, lalu pandanganku beralih ke layar ponselku. Sepertinya sudah lama aku tidak update foto-foto Echa ke grup mesum yang isinya teman-temanku. Mereka juga tidak separah dulu requestnya. Akhir-akhir ini mereka lebih anteng dan hanya berkomentar seadanya saat kukirimi foto sexy Echa. Tentu saja mendapat respon seperti itu lama-lama aku bete juga. Aku ingin sekali mereka komen parah hingga merendahkan pacarku. Kalau mereka merendahkan pacarku, ada kepuasaan batin yang kurasakan.



“Apa mereka bosan ya kalau gue hanya kasih foto sexy Echa? Hmm.. Kayaknya perlu praktek nih mereka. Heheheh”, tiba-tiba timbul pikiran cabulku



“Pada dimana nih?”, sapaku di grup Biologi mesum itu



“Gak kemana-mana. Ada apa bro?”, jawab Andre



“Sama gue juga gak ngapa-ngapain nih”, jawab Wawan



“Idem…”, jawab Anto



“Wkwkwkw… Mangkanya nyari cewek lah biar gak nganggur lu lu pade”, jawabku



“Ya udah sini kirim Echa ke kita biar kita gak nganggur…”, jawab Wawan, temanku yang gondrong kayak preman



“Iya nih bro, kapan nih? Lama bener lu bagi-baginya”, protes Anto



“Hehehe sabar boss… Eh besok ke rumah gue aja yuk?”, tawarku



“Hah? Paan cuma laki doang ogah gue. Pedang-pedangan tar”, jawab Andre



“Sarappp.. Gue juga ogah kalau itu.. wkwkwkw.. Pokoknya besok pada ke rumah gue ya! Rugi kalau lu pada gak datang”, ujarku



“Awas lu kalau boong, gue hamilin cewek lu!”, ujar Andre



#



Kayaknya sudah lama sekali aku tak berjumpa dengan pacarku Echa. Akhir-akhir ini, Echa pacarku selalu menolak jika kuajak ketemuan. Ada aja alasannya kalau aku mengajaknya ketemuan. Mulai banyak tugas, ada mama papanya dirumah, capek, dan lain sebagainya. Aku sih tidak ambil pusing, asalkan dia masih menjadi pacarku dan ia masih bersedia menuruti permintaan gilaku. Walau terkadang pikiran ini kadang berpikir negatif tentang pacarku. Seperti misalnya Echa selingkuh dibelakangku. Atau mungkin dia ada main dibelakangku. Tapi aku tahu Echa itu gadis seperti apa. Semesum-mesumnya dia, ia tidak akan berani selingkuh. Aku yakin sekali akan hal itu. Echa pasti tidak segila itu. Karena aku lah yang memegang kartu as nya.



“Dia hanya boleh nakal atas seijinku karena dia adalah milikku. Awas aja kalau dia berani nakal diam-diam”, ujarku dalam hati



Untungnya hari ini Echa bersedia diajak ketemuan. Sejak di WA tadi pagi, Echa selalu menjawab pesanku dengan cepat. Mungkin karena dia juga kangen sama aku cowoknya, setelah beberapa hari ini kami tidak bertemu. Hehehe…



“Kamu mau nitip dibawain apa Yank pas aku jemput?”, tanyaku siang itu sambil tak sabar aku melihat wajah cantik pacarku yang ngangenin itu



“Aku nitip jus nanas ya mas”, jawab Echa



“Oh oke, iya memang cuaca akhir-akhir ini lagi panas-panasnya…”, jawabku



“iya nih lagi pengen yang seger-seger”, jawab Echa



Jarang sekali Echa minta aku bawakan jus buah. Terutama jus nanas. Selama jalan denganku, kuingat-ingat tak sekalipun ia memesan minuman itu. Aku bahkan tak tahu kalau ternyata Echa juga suka jus nanas. Tetapi aku tidak terlali memikirkan hal itu dan Aku pun segera mencari penjual minuman jus yang biasanya ada dipinggir jalan.



Aku tidak mengalami kesulitan untuk menemukan penjual jus buah di dekat sekolah Echa. Ternyata di dekat sekolahnya, ada penjual jus buah dengan banner bergambar buah-buahan yang terpasang tampak menyegarkan mata. Kabar baiknya, ternyata penjual jus buah itu juga punya stok buah nanas sehingga aku tidak perlu mencari-cari lagi di tempat lain



“Jus Nanas 1 ya mas”, pesanku



“Siap mas.. Mau diplastik apa pakai gelas?”, tanya si mas penjual



“Hmmm.. diplastik aja mas, buat cewekku soalnya”, jawabku



“Ohh.. Buat pacarnya toh… Habis nganu ya mas?”, tanya si mas penjual jus buah basa-basi sambil tersenyum



“Nganu apaan?”, tanyaku tidak paham



“Biasa lah mas anak muda. Saya paham kok. Hehehe.. Yasudah saya buatkan dulu mas”, kata si penjual membuatku bertanya-tanya



*Paham apaan njir?”, tanyaku dalam hati tak mengerti maksud perkataan Mas Penjual buah



Beberapa saat kemudian, seplastik jus nanas sudah kuterima dan aku pun bergegas tancap gas menuju sekolah pacarku. Kulihat jam tanganku, kurang lebih 5 menit lagi bel tanda berakhirnya pelajaran akan berbunyi. Aku sudah tak sabar melihat pacarku yang wajahnya cantik menggemaskan itu. Kalau boleh jujur, mungkin aku kangen dengan Echa saat ini karena sudah hampir seminggu aku tidak bertemu dengannya.



*Teeettt teettttt teettttt* suara bel terdengar kencang



Terlihat siswa-siswi sekolah mulai berhamburan keluar. Satu persatu-persatu murid-murid itu berjalan menuju gerbang sekolah. Ada juga yang naik sepeda motor. Tetapi mereka yang naik motor harus mengalah kepada mereka yang jalan. Tawa riang disertai bunyi klakson motor terdengar. Tanda mereka sedang ada yang bercanda selama jalan menuju luar sekolah.



“Minggir minggir gue tabrak lu yeee Hahahaha”, pekik salah satu murid sambil membunyikan klakson



“Gak takuttt! tabrak sini gue laporin lu ke guru”, jawab seorang siswi sambil menyodorkan bokongnya yang semok



“Dih…”, jawab si siswa cowok dan akhirnya ia memilih mengalah sambil memandangi bokong menggoda itu



Aku hanya tersenyum kecil di balik helm teropongku melihat tingkah polah mereka. Kubayangkan Echa disekolah apakah juga seperti itu kelakuannya. Tapi tidak mungkin, Echa itu murid berprestasi di sekolahnya. Pasti ia lebih jaim di lingkungan sekolahnya tidak ceplas ceplos seperti cewek tadi.



Kutunggu-tunggu kehadiran pacarku itu namun tak kunjung terlihat batang hidungnya. Mungkin kah Echa ada perlu dengan Bayu seperti biasanya? Sialan, menyebut namanya saja aku sudah cemburu. Entah mengapa aku begitu tidak bisa melihat Echa dengan Bayu. Padahal melihat Echa dientot Mang Ujang aku tidak secemburu itu. Cemburu sih, tapi tidak secemburu jika Echa dengan Bayu. Yah, intinya begitu lah, bingung juga aku jelasinnya.



Kemudian hatiku lega saat melihat Bayu berjalan menuji gerbang sekolah. Ia tidak teelihat berjalan beriringan dengan Echa. Bayu memang terlihat berjalan dengan seorang gadis tetapi bukan dengan pacarku. Aku sebenarnya tahu dia adalah Anya. Tapi aku enggan menyapanya. Bukannya apa-apa, memang aku tidak begitu kenal dekat dengan Anya. Aku hanya tau tentang Anya dari Echa saat bercerita tentang kenakalan temannya itu. Terlihat Anya melirikku dan menyapaku kemudian.



“Mas Rio ya?”, sapa Anya ramah



“Eh iya.. kamu kan…”, kataku pura-pura lupa namanya



“Anya…”, jawab gadis cantik itu



“Oh iya.. Anya…”, kataku



“Echa belum keluar ya mas? Kemana ya tu anak?”, kata Anya lagi



“Gapapa mungkin ke toilet, aku tunggu aja…”, kataku



“Ya udah aku balik dulu mas. Ada tugas nih, buru-buru harus dikerjakan. Bye bye”, kata Anya sambil kembali berlari kecil menghampiri Bayu



Sekolah pun mulai sepi, Echa belum juga terlihat saat ini. Jantungku mulai berdegup keras karena cemas memikirkan kemana pacarku itu berada. Mengapa perasaanku tak enak sekali. Tetapi untungnya hal itu tidak berlangsung lama. Karena kulihat Echa berjalan menuju gerbang sekolah seorang diri.



“Ma.. Maaf.. Mas.. La.. Lama… Nunggunya”, jawab Echa terlihat ngos-ngosan seperti habis lari keliling lapangan



“Kamu gapapa Yank?”, tanyaku melihatnya terlihat kelelahan seperti itu



“Engg.. Enggak apa-apa mas… Oiya kamu bawain pesananku?”, tanya Echa



“Jus Nanas?”, tanyaku



“Iya…”, jawab Echa



“Ada tuh di motor”, jawabku sambil kuberikan ke pacarku



Kulihat Echa buru-buru meminumnya seplastik jus nanas itu ia habiskan sampai habis tak tersisa



“Kamu haus banget Yank?”, tanyaku penasaran



“I.. Iya.. Panas banget nih.. Ya udah yuk”, kata Echa dan ia pun segera naik ke atas sepeda motorku.



#



Selama dijalan, Echa memelukku dengan erat. Kurasakan buah dada pacarku itu begitu kenyal mendesak punggungku. Memang payudara Echa tidak sebesar punya Anya, tapi jika ditempel seperti itu rasanya kontolku nyut-nyutan juga. Ditambah lagi Echa kali ini tangannya dengan nakal meraba area kemaluanku. Gerakan jemarinya begitu lembut merangsang area selangkanganku. Sesekali ia remas pula kemaluanku dan itu ia lakukan di jalan raya.



“Gila? Sejak kapan Echa seberani ini? Apa saking kangennya Echa sampai tangannya sengaja mancing-mancing pegang kontolku? Heheheh..”, pikirku mesum dalam hati



Perjalanan tidaklah macet sore ini, sehingga tanpa terasa aku sudah tiba di rumah. Echa juga sudah tidak terkejut kuajak kerumah karena tadi pagi aku sudah memberitahunya akan mengajaknya main ke rumahku. Aku pun sebenarnya sudah on fire setelah dijalan tadi pacarku itu sudah senekat itu memainkan kontolku di jalan raya. Tetapi, langkah kakinya terhenti saat hendak masuk ke dalam teras rumahku.



“Ada orang ya mas dirumahmu?”, tanyanya setelah melihat 2 sepeda motor terparkir di teras rumahku



“Biasa cuma temen-temenku aja main PS…”, jawabku



“Siapa aja mas?”, tanya Echa memastikan lagi



“Biasalah… Wawan, Anto sama Andre. Kamu masih inget kan?”, tanyaku



“Masih…”, jawab Echa dan sepintas kulihat pacarku itu melamun sejenak entah memikirkan apa



“Yuk masuk Yank…”, ajakku sambil sedikit menyeret tangan pacarku masuk ke dalam rumah



Di dalam rumah, seperti biasa teman-temanku sudah menganggap rumahku seperti rumah sendiri. Gelas-gelas dan snack berserakan di sekitar tempat mereka bermain PS. Layar TV ku juga terlihat sebuah lapangan hijau yang menunjukkan mereka sedang bermain game sepakbola. Kulihat yang bermain saat ini adalah Wawan dan Andre. Sedangkan Anto asyik sendiri dengan handphonenya.



“Haloo Echa…”, sapa Andre sambil menghentikan sejenak pertandingan bola yang dimainkannya bersama Wawan.



Anto yang tadinya fokus ke ponselnya, kali ini tercengang melihat kedatanganku membawa pacarku Echa. Aku hanya senyum-senyum sendiri pasti kejutan yang kubawa ini adalah kejutan yang paling mereka tunggu-tunggu.



Echa terlihat kikuk dan gesture tubuhnya terlihat malu-malu. Wajar saja, karena hanya dia satu-satunya cewek yang ada dirumah ini. Berada di ruangan yang penuh lawan jenis seperti ini pasti belum terbiasa baginya.



“Wangi bener lu Cha…”, puji Andre dan terlihat Echa semakin menunduk



“Iya dong kalau gak wangi gue gak mau lah”, jawabku dengan penuh kebanggaan



“Santai aja Yank mereka ngga gigit kok”, ujarku mencoba mencairkan suasana.



“Tapi kalau mau kita gigit juga gapapa sih…”, celetuk Wawan sambil kembali ia fokus bermain game bola melawan Andre



“Hahaha.. Gue juga gak keberatan kalau gigit Echa”, timpal Andre



“Udahh.. Sini gantian lawan gue…”, ujarku menantang mereka berdua



“Ayo siapa takut!”, jawab Andre



“Mas kamu ngajak aku kesini cuma buat liat kamu main game sama temenmu?”, protes Echa sambil berbisik



“Enggak lah Sayang.. Udah kamu liat aja ya… Dilihatin kamu pasti aku makin semangat mainnya”, ujarku pelan



“Biar semakin semangat mainnya taruhan aja gimana?”, usul Andre tiba-tiba



“Taruhan apaan?”, tanyaku



“Yang kalah harus menuruti permintaan yang menang”, ujar Andre



“Ok, gue kalau menang gue minta 5juta ke lu. Hehehehe”, tantangku



“Hahaha.. Menang aja belum udah minta. Kalahin gue dulu lah”, jawab Andre penuh rasa percaya diri



Aku cukup percaya diri bermain game bola ini. Walaupun enggak jago-jago amat, tetapi aku yakin bisa mengalahkan Andre, sohibku yang wajahnya mirip India itu. Karena setauku hanya akulah yang punya PS dirumah jadi besar kemungkinan aku akan memenangkan pertandingan ini. Sedangkan Andre, yang kutahu ia hanya terbiasa bermain game dengan handphonenya saja.



Tetapi dugaanku salah, ternyata Andre cukup jago bermain game bola ini meski jarang main dan hanya main saat ia datang ke rumahku. Ia terlihat bermain lebih taktis dan sabar dengan melakukan umpan-umpan pendek yang rapi. Ia juga sering melakukan serangan balik yang tak terduga hingga membuatku hampir kebobolan lebih dulu. Berbeda denganku yang mainnya grusa grusu melakukan umpan panjang berharap segera bisa mencetak gol dan memenangkan pertandingan.



“Goaaaallll….”, akhirnya Andre mencetak gol lebih dahulu lewat tendangan bebas



Aku semakin panik saat ketinggalan satu gol. Tanpa sadar emosiku menjadi tak terkendali dan tanganku ini jadi gemar melakukan tackle tidak perlu sehingga membuat beberapa pemainku terkena kartu merah.



Skor akhir adalah 3-0 dan Andre memenangkan pertandingan ini. Aku sudah lemas dan berharap Andre hanya bercanda soal taruhan tadi. Tetapi sepertinya tidak, karena Andre tersenyum puas setelah mengalahkanku.



“Gimana? Mau ulang lagi?”, tantang Andre



“Ayo tadi gue lagi pemanasan!”, jawabku



“Eh tapi hadiah buat gue dulu dong biar semangat gue. Hahahahah”, kata Andre



“Lu mau hadiah apa?”, tanyaku kesal



“Gampang aja kok..”, jawab Andre



“Iya apa?”, tanyaku gak sabaran karena ingin segera membalas kekalahan



“Pacar lu bersedia nenenin gue”, jawab Andre sambil tersenyum mesum



“Sialan lu! Akal-akalan lu aja ini mah. Hahahah”, jawabku sambil ikut tertawa mendengar permintaan mesumnya



“Boleh gak?”, tanya Andre lagi sambil menatap Echa



“Hei! ini pertandingan antara lu sama gue, ngapain Echa dibawa-bawa?”, protesku walau sejujurnya aku sange juga membayangkan Echa netekin Andre



“Echa kan milik lu yang berharga jadi boleh dong gue minta hal yang berharga dari lu? Heheheh…”, ujar Andre



*Sialan nih Andre maksa bener buat nenen ke Echa. Padahal niat gue pelan-pelan aja.. Tapi yaudahlah biar tambah seru juga*, gumamku dalam hati



“Kalau itu no comment gue. Tanya langsung ke cewek gue aja dah”, jawabku



Aku penasaran dengan respon Echa. Apakah ia akan menolak mentah-mentah atau langsung mengiyakan begitu saja. Sialan, mana daritadi kayaknya pacarku itu udah sange lagi sejak di sekolahan.



“Boleh Cha? Lu gak keberatan kan kalau gue nenen di tetek lu?”, tanya Andre dengan lugas sambil tersenyum cabul



Echa diam sejenak sepertinya ia bingung mau menjawab apa pertanyaan itu



“Gak usah malu-malu Cha. Apa karena sekarang ada cowok lu, lu jadi jaim-jaim gini? Hehehehe”, imbuh Wawan



“Tapi mas…”, jawab Echa terlihat keraguan di raut wajahnya



“Kita mah udah tau kali Cha lu cewek mesum. Udah ga usah jaim-jaim deh sama kita”, bujuk Wawan lagi



“Padahal kapan hari lu desahnya kenceng bener Cha”, imbuh Anto disambut tawa kedua temanku yang lain



Aku tertawa manyun tidak paham maksud tawa mereka. Mungkin maksud Anto, ia sedang membahas salah satu video saat Echa mendesah keenakan yang sengaja kukirimkan ke grup biologi mesum yang kubuat



“Mas!”, tiba-tiba Echa berteriak sesaat setelah mendengar perkataan Anto



Raut muka pacarku terlihat ketakutan. Sesekali matanya melirik ke arahku yang juga terus menatapnya penuh rasa keheranan. Tidak kusangka respon pacarku bakalan seperti itu. Ia berani menghardik salah satu temanku yang tidak begitu dikenalnya. Mungkin saking kesalnya Echa sehingga ia terpaksa berteriak seperti itu



“Gimana Yank? Kamu mau gak?”, kali ini justru aku yang bertanya dan berharap Echa bisa dikondisikan.



Aku yakin sekali Echa tidak akan keberatan dengan permintaan itu. Ia pernah disituasi yang lebih gila lagi dibanding saat ini. Ia pernah berhubungan intim dengan penjual nasi goreng yang pernah menyatakan rasa cinta kepada pacarku di hadapanku sendiri. Hanya ngasih nenen saja tentu bukan hal sulit bagi Echa.



“Tapi mas.. Kamu yakin?”, tanya Echa



Terlihat sekali pacarku yang cantik berkerudung itu masih malu-malu. Ketiga temanku pun kelihatannya sudah tidak sabar menunggu apa yang akan dikatakan Echa selanjutnya. Dalam situasi seperti ini, kontolku rasanya sudah mengeras karena tidak sabar melihat Echa membagikan tubuhnya sedikit ke teman-temanku.



“Nenenin aja kan?”, tanya Echa serius



“Iya, eh tapi tergantung sikon juga”, jawab Andre



“Hmmm…”, Echa kembali berpikir



Kulihat Echa menghela nafas panjang dan ia pun mengangguk perlahan tanda setuju dengan permintaan Andre. Semua temanku bersorak sorai melihat jawaban anggukan Echa.



“Gitu dong.. Sini sini sini.. Nenenin gue”, ujar Andre sambil memukuli pahanya sebagai tanda agar Echa duduk dipangkuannya



Echa melirikku sejenak dan aku mengangguk kecil. Kubiarkan pacarku yang masih berseragam sekolah lengkap dengan kerudung putihnya itu duduk di pangkuan Andre. Hanya melihat seperti itu saja aku sudah cemburu luar biasa. Apalagi Echa setelah itu segera melucuti kancing bajunya satu persatu di pangkuan Andre. Sementara itu Andre melihat ke arah payudara pacarku yang terlihat mulus dan kenyal masih terbungkus bra dengan tatapan tidak sabar. Seperti bayi yang hendak menyusu kepada ibunya.



Setelah beberapa kancing seragam sekolahnya terlepas, Echa kemudian menyibakkan kain kerudungnya ke belakang, sambil ia turunkan salah satu cup bra nya bersiap menenenin Andre. Payudara Echa mulai nampak sebelah lengkap dengan pentil susunya yang mungil. Ia sodorkan pentil susunya sendiri ke Andre sohibku yang keturunan India itu. Puting susu Echa yang mancung langsung saja dilumat Andre dengan rakus. Dalam sekali caplokan saja Andre sudah mencaplok pentil Echa penuh nafsu. Bunyinya begitu terdengar basah saat lidah Andre menjilati pentil susu pacarki.



*Ceplokk.. Sluruppp* suara lidah Andre yang bergerak lincah mengitari pentil susu pacarku



“Aahhh… Ssshhh…”, desis Echa mulai terdengar lirih karena sebelumnya ia tahan mati-matian agar tidak mendesah.



Tetapi menerima rangsangan seperti itu, aku tahu iman Echa akan runtuh juga. Pacarku itu malah menyodorkan payudaranya yang satunya agar Andre lumat juga. Tanpa permisi padaku, Andre menurunkan cup bra Echa sisi satunya sehingga kini kedua toket pacarku terlihat jelas tepat di depan mata Andre. Suasana tiba-tiba menjadi hening. Hanya terdengar suara desahan lirih Echa dan suara decitan lidah Andre yang keasyikan melumati toket pacarku secara bergantian kiri dan kanan



“Ssssshh.. Uuhh..”, kembali Echa mendesah saat kedua putting susunya disedot Andre



Lalu aku sendiri? Justru aku malah ngaceng melihat Echa dilumat pentil susunya seperti itu oleh temanku sendiri. Gila, ini terlalu gila. Aku cemburu melihat Echa begitu pasrah memberikan tetek indahnya kepada Andre. Tanpa sadar aku sampai meremas kontolku sendiri saking tegangnya melihat kegilaan ini.



“Jadi tanding lagi ga bro?”, tanya Andre sambil tersenyum penuh kemenangan melihatku yang tak berdaya karena kini tetek pacarku sudah berhasil ia nikmati



“Jadi..”, jawabku singkat



Aku sudah tidak berkonsentrasi lagi karena pacarku duduk di pangkuan Andre dengan kondisi payudaranya masih terbuka bebas dengan putingnya yang mancung berwarna cokelat muda. Bahkan kulihat kedua tangan Echa bergelayut manja di leher Andre agar ia bisa menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak terjatuh.



“Enak bener main PS sambil di nenenin ukhti-ukhti cantik. Heheheh…”, kata Andre memanas-manasiku



Saat ada kesempatan seperti jeda waktu ketika terjadi pelanggaran atau bola keluar lapangan, Andre memanfaatkan waktu tersebut dengan melumat pentil Echa dan kulihat pacarku itu kembali mendesah keenakan hingga kepalanya terdongak. Melihat reaksi pacarku yang keenakan, Andre semakin intens memainkan putting payudara pacarku dengan mulutnya. Pemandangan ini terlalu erotis bagiku. Echa pacarku yang kusayang kini bergelayut manja meneteki si Andre.



Aku berkali-kali melirik ke arah Echa dan permainanku jauh lebih buruk daripada pertandingan pertama karena saking tidak konsennya aku. Mana kontolku dibawah sana juga sudah tegang maksimal melihat Echa diperlakukan tak senonoh oleh Andre.



“Goaaaalllll….”, mudah saja Andre menjebol gawangku kali ini hingga akhirnya pertandingan kedua berakhir 5-0



Benar saja aku akhirnya kalah telak dan terpaksa harus menuruti permintaan Andre kembali sebagai pemenang. Andre tersenyum penuh kemenangan, entah ia akan meminta apa lagi setelah ini. Yang jelas aku semakin sange disituasi panas seperti saat ini. Sementara itu Echa yang jadi pertaruhanku hanya tertunduk seperti sedang menunggu perintah. Sepertinya Echa tahu permintaan Andre selanjutnya tidak jauh-jauh mengerjai dirinya lagi.



“Karena gue menang banyak jadi gue boleh requestnya juga banyak. Hahahah…”, ledek Andre



“Iya deh…”, jawabku lemas dan juga sange dengan situasi seperti ini



“Sekarang gue minta pacar lu itu lepasin semua bajunya sampai bugil”, kata Andre mesum



*Sialan, permintaan ini terlalu jauh bagiku.. Apa pantas pacarku yang kusayangi telanjang di depan teman-temanku ini? Gadis yang susah payah kudapatkan cintanya, kini harus kuumbar auratnya. Mendapatkan gadis secantik dia saja sudah keberuntungan bagiku. Kini teman-temanku dengan mudahnya akan menikmati tubuh telanjangnya secara langsung? Gila! yang benar saja! Rugi dong* batinku mulai memberontak



Walau 80% pikiranku menginginkan Echa berani menuruti request itu. Tetapi 20% sisanya terasa sayang jika kuberikan tubuh pacarku secara gratisan seperti ini.



“Boleh ya bro? Gue liat body cewek lu? Lu juga gak keberatan kan?”, ujar Andre dengan senyum cabulnya



“Boleh dong harusnya, kan lu juga dah sering liatin video mesum cewek lu?”, bujuk Wawan juga



“Iya Tapi… Agak gak ikhlas gue. Hehehehe”, jawabku



“Halaaaa.. Bukannya lu suka berbagi keindahan cewek lu bro? Ga usah ragu lagi lah njirrr… Nanggung tau”, kata Anto



Aku pun mengangguk mengijinkan seluruh temanku melihat tubuh telanjang Echa. Echa terlihat menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya aku memberikan ijin semudah itu agar temanku melihat kemolekan tubuh yang seharusnya hanya kunikmati seorang diri saja.



“Udahan yuk main PSnya, enak main PS yang lain”, ujar Andre



“PS yang lain apaan?”, tanya Wawan temanku



“Party Sex..”, ujar Andre sambil memutar posisi duduknya yang masih tetap memangku Echa



Kali ini Andre dan Echa menghadap ke arah Wawan dan Anto, sedangkan aku berada di samping Andre yang sedang memangku Echa.



“Woooo.. Seru nih.. Hahahaha”, timpal Anto dan Wawan kegirangan



“Pinjam pacar lu bentar boleh ya bro? Sange gue”, tanya Andre kepadaku dan sekali lagi aku mengangguk setuju memberikan Echa kepada Andre



Andre berniat memamerkan tubuh indah pacarku ke Wawan dan Anto. Payudara Echa terlihat keluar dengan cup branya yang telah dipelorot ke bawah. Andre meremasi kedua payudara Echa dengan nakal dihadapan Anto dan Wawan. Kulihat tubuh Echa menggeliat kecil saat dirangsang oleh tangan Andre di area payudaranya. Dengan nakal Andre pun memilin kedua puting susu Echa hingga membuat Echa memejamkan matanya.



“Sssshhh..”, hanya desahan saja yang kudengar dari mulut pacarku saat Andre memuntir-muntir puting susunya



“Sexy bener nih ukhti anjir…”, puji Wawan sambil terlihat ia mulai remas selangkangannya saat Andre leluasa memainkan pentil susu pacarku



“Ukhti Lonte suka kontol. Perek murahan.. Hehehe”, ledek Andre membuat wajahku memerah karena ia mengejek gadis yang kucintai



Kulihat Andre tanpa permisi mempreteli kancing sisa seragam sekolah Echa hingga terlepas seutuhnya. Tanpa membuang waktu, tubuh bagian atas Echa ditelanjanginya total dan bra yang tadinya masih terkait sempurna dipunggung pacarku, kini sudah dilempar begitu saja ke Wawan dan Anto. Penutup payudara pacarku menjadi rebutan dan mereka bergantian mengendusnya.



“Anjir.. wangi bener tutupnya. Apalagi isinya… Hehehe”, ujar Anto sambil menciumi bra pacarku



“Mau ini kalian?”, kata Andre sambil memenceti kedua pentil susu pacarku bersamaan



“Aaahh..”, kembali Echa mendesah pelan



“Body lu bagus… sayangnya gratisan..”, puji Andre sambil kali ini ia angkat kedua tangan Echa keatas hingga payudaranya kini terbuka bebas menggantung begitu menggoda



“Eeehh?”, Echa terkejut saat tiba-tiba Andre mengangkat kedua tangannya ke atas



Menyadari tubuh atasnya sudah tidak tertutup apa-apa lagi, Echa reflek berusaha menutup payudaranya dengan kerudung yang masih dipakainya. Ia gerakkan kepalanya agar kerudungnya yang tadi disingkap ke belakang, bisa menutupi toketnya. Sesuatu yang lucu menurutku karena tadi payudara itu juga sudah terbuka dan terlihat jelas di depan teman-temanku



“Ga usah malu-malu.. Lu sange kan Cha? Tunjukin lah keseksian lu. Tangan tetep diatas biar tetek lu keliatan makin menantang”, ujar Andre



“I.. Iya mas… Maaf…”, jawab Echa dan kini ia pertahankan posisi kedua tangan diatas kepalanya memamerkan keindahan dua gunung kembar dengan pentil susunya yang mungil.



Echa memalingkan mukanya seperti menahan malu karena Wawan dan Anto kini menatap mupengbke arah toket pacarku. Mungkin ia tidak percaya kini payudara serta tubuh bagian atasnya terlihat dihadapan teman-temanku. Kemudian Andre mulai melucuti ikat pinggang serta resleting rok seragam sekolah pacarku. Echa hanya pasrah satu persatu pakaiannya dilucuti oleh Andre



Tanpa kesulitan Andre menarik lepas rok Echa hingga kini pacarku itu hanya mengenakan kerudung serta celana dalamnya saja. Andre kemudian membuka lebar kedua kaki Echa, sehingga pacarku kini mengangkang di hadapan Wawan dan Anto.



“Damn, she is so hot…”, kataku dalam hati karena perlahan imajinasiku menjadi kenyataan membiarkan teman-temanku mempermainkan tubuh pacarku



Ketiga temanku memandang selangkangan Echa dengan tatapan penuh nafsu. Sementara itu Echa hanya memejamkan mata tersipu malu karena seluruh lelaki di ruangan ini sedang memandangi area selangkangannya.



“Boleh dibecekin bro?”, kata Andre lagi menggodaku



“Sesuka lu aja asal jangan sampai lecet…”, kataku semakin bernafsu melihat Echa diperlakukan seperti itu



“Ok kalau gitu…”, ujar Andre dan kini tangannya mulai menjamah selangkangan Echa yang masih tertutup celana dalam warna kremnya.



Sialan, selangkangan pacarku kini malah dicabuli oleh Andre. Tangan Andre bergerak cepat mengocok kemaluan Echa dan tentu saja gadis cantik itu mendesah. Aku tahu betul Echa tidak bisa tahan jika area kemaluannya dirangsang secepat itu.



“Aaaahhh.. Maassssss….”, desah Echa sambil tangannya mencengkeram lengan Andre yang terus mengocok kemaluannya



Andre tersenyum nakal melihat Echa kepayahan. Nafasnya terdengar ngos-ngosan sesaat setelah area memeknya dirangsang oleh Andre. Kini gerakan tangan Andre melambat dan ia gerakkan memutar disekitar lubang kemaluan pacarku yang terlihat mulai muncul garis basah di celana dalamnya tepat di area vagina pacarku itu.



“Udah becek aja nih cewek..”, ujar Wawan menyadari celana dalam Echa mulai mengecap cairannya sendiri



Setelah puas membuat Echa becek, tangan Andre menyusup ke dalam celana dalam Echa. Aku hanya bisa menduga-duga apa yang Echa rasakan dari mimik wajahnya. Terkadang Echa memejamkan matanya, terkadang ia menggigit bibir bawahnya, terkadang pula Echa mendesis keenakan. Mulut Echa sampai tak bisa berhenti bersuara kecil saat Andre mengubek-ubek bagian dalam celana dalamnya. Entah apa yang dilakukan tangan Andre ke kemaluan pacarku yang masih terbungkus celana dalam itu.



Yang jelas tiba-tiba Echa melucuti celana dalamnya sendiri hingga organ kemaluannya kelihatan di depan teman-temanku. Entah apa yang dibisikkan Andre ke telinga pacarku saat ia rangsang gadis yang kusayangi itu.



Andre tersenyum melihat pacarku itu sudah berhasil ia kuasainya. Kemaluan Echa sukses dibuatnya basah berlendir. Tangan Andre terus bergerak mengucek lubang nikmat itu hingga pacarku kini lebih tersiksa mencoba menahan desahannya. Kulihat dengan mata kepalaku sendiri jemari hitam Andre bergerak-gerak di bagian dalam kelamin Echa. Echa kembali menggeliatkan tubuhnya dan menyesuaikan posisi tubuhnya agar Andre lebih bebas mengucek kelaminnya. Bibir memek Echa benar-benar basah karena ucekan tangan Andre di area pribadi pacarku itu.



Echa sepertinya sudah berhasil ditaklukan oleh Andre. Pacarku itu sudah tidak malu lagi mengangkang lebar dihadapan teman-temanku. Echa begitu tak tahu malu memamerkan area pribadinya dan memperlihatkan bagian dalam kemaluannya yang kemerahan dan berlendir parah.



“Aaaaahhh.. Masss…. Ouhhhh…”, desah Echa dengan manja sambil terus mengangkang memeknya dicabuli oleh Andre.



“Lihat, memek lu terlalu mubaszir kalau cuma ditutupin. Kasih liat ke mereka biar mereka ngiler. Cowok lu bakalan bangga liat lu mamerin memek gini Cha”, kata Andre sambil berbisik di telinga pacarku



Lalu kulihat Andre melumat bibir pacarku di depan mataku sendiri. Sumpah sensasi gila macam apa ini melihat sohibku itu berciuman panas dengan pacarku sambil tangannya tak berhenti bermain merangsang kemaluan pacarku. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku memutuskan onani saja melihat kenakalan pacarku yang tidak kusangka sudah bisa sejauh ini.



Andre melumat bibir pacarku penuh gairah. Mereka cipokan seolah mereka adalah pasangan yang halal. Tanpa mempedulikan keberadaanku sama sekali. Rasa cemburu yang amat sangat menjalar di dalam hatiku. Aku ingin marah tetapi tidak bisa. Karena hal ini lah yang kufantasykan dari dulu. Mereka terus berciuman panas, lidah mereka saling melumat dan saling menjilat satu sama lain. Tangan Andre juga tidak pernah lepas dari kemaluan dan juga puting susu pacarku. Boba pacarku itu diremasnya seolah itu memang miliknya. Kemaluan Echa yang berjembut rapi itu juga ia kocok sepuas dia. Andre sepertinya lupa, tibuh indah itu seharusnya adalah milikku seorang.



Tanpa sadar akhirnya aku tidak tahan dan melucuti celanaku. Aku langsung beronani sambil melihat pacarku sedang dicumbu oleh sohibku. Wawan dan Anto pun juga sama. Mereka melucuti celana mereka dan kedua temanku itu mulai berjalan mendekati Echa yang masih dipangku Andre. Kontol mereka mengacung tegak dihadapan Echa dan Echa tidak malu-malu memandangi kontol-kontol itu.



Kemudian kulihat Wawan dan Andre mulai menyusu di toket pacarku. Echa kembali dibuat mendesah keenakan. Tubuh pacarku dibuatnya seolah tidak ada harga dirinya sama sekali. Mereka sepertinya lupa gadis yang mereka nikmati itu adalah pacarku, bukan lonte murahan yang bisa mereka dapatkan diluar sana. Lidah Anto dan Wawan bergerak cepat menowel-nowel puting susu Echa. Sedangkan Echa terus berciuman panas dengan Andre.



Lalu Andre melepas celananya dan ia keluarkan batang kontolnya. Aku sedikit iri melihat kontol Andre yang ukurannya jauh lebih besar daripada milikku. Kusadari Echa juga sempat terbelalak melihat kontol Andre yang hitam panjang berurat itu.



“Sepong kontol gue Cha….”, kata Andre dan Echa mengangguk sambil membetulkan kerudungnya yang sedikit melorot karena percumbuan panas tadi.



Kemudian Echa menurunkan tubuhnya ke bawah, ke arah batang kejantanan Andre. Echa kali ini terlihat tidak melirikku sama sekali seperti tadi. Ia sepertinya sudah tidak memerlukan ijinku lagi untuk mesum bersama ketiga temanku. Mungkin juga ia tahu, aku pasti memberinya ijin untuk melayani nafsu ketiga temanku.



Echa menungging dihadapanku, kepalanya mulai menjilati kepala kontol Andre. Sedangkan kedua pantatnya menungging sexy kebelakang. Pantat mulus pacarku pasti menjadi pemandangan terbaik bagi Wawan dan Anto yang tepat berada di belakang Echa. Terlihat sekali lubang kemaluan Echa yang memerah dan berlendir menggoda iman kami.



*Sluruppppp*



Tiba-tiba Wawan temanku yang gemuk dan dekil menyeruput lubang kemaluan Echa yang menungging menggoda. Kepala Echa sedikit terdongak menyadari mulut Wawan sudah berada di kemaluannya. Memek Echa dihisapnya habis-habisan hingga cairannya habis tak tersisa.



“Aaahhh..”, Echa mendesah sejenak sebelum ia kembali sepong kontol Andre



Setelah itu gantian Anto yang menjilati kemaluan pacarku. Echa terlihat memperlebar kakinya agar vaginanya semakin terbuka. Kulihat sepintas lubang anus Echa juga ikut terbuka. Tidak kusangka lubang anus Echa bisa selebar itu saat ia mengangkang maksimal. Anto semakin semangat diberi jalan seperti itu. Lidahnya bisa semakin dalam menjangkau bagian terdalam kemaluan Echa dan sukses membuat Echa semakin kelojotan.



Anto kemudian kembali mengocok memek pacarku dengan jarinya karena lendir kemaluan Echa mulai habis. Ia rangsang begitu hebat kemaluan Echa hingga kulihat tubuh pacarku gemetaran karena vaginanya dirangsang dengan cepat. Echa terlihat kewalahan karena dalam posisi seperti itu, ia juga harus menjilati kontol Andre. Terlihat sekali tempo sepongan Echa mulai tidak beraturan. Sepertinya ia begitu tersiksa dengan perlakuan ketiga temanku yang sudah sange parah mencabuli dirinya.



“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh….”, Tiba-tiba Echa berteriak lantang dan kulihat ia merapatkan kedua kakinya seperti hendak menahan sesuatu



*Sreeettt sreeettt sreeettttt* cairan bening langsung muncrat-muncrat keluar dari kemaluan pacarku.



Echa gagal menahan keinginan terkencing-kencingnya. Cairannya muncrat dan mengucur deras hingga membasahi lantai rumahku. Tak kusangka Echa bisa squirt sedahsyat itu karena dirangsang ramai-ramai seperti ini. Padahal denganku saja ia tidak pernah sampai muncrat sebanyak ini.



“Apa selama ini Echa kurang puas ya?”, tebakku dalam hati



Lalu kulihat Wawan dengan isengnya membersihkan cairan Echa di lantai dengan celana dalam pacarku itu. Ia lap lantai rumahku dengan kain segitiga berwarna krem itu hingga kembali bersih dan kinclong. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat Tingkah Wawan yang iseng dan merendahkan pacarku. Menggunakan kancut pacarku untuk membersihkan lantai rumahku.



“Sempak cewek lu buat kenang-kenangan ya bro”, ujar Wawan sambil ia masukkan celana dalam basah Echa ke dalam tasnya



“Ambil aja…”, ujarku sambil terus mengocok kontolku yang tidak bisa beehenti tegang



Setelah itu Anto meraba pantat telanjang Echa. Tangannya begitu leluasa bergerak menjamah pantat pacarku. Pantat putih mulus yang tidak ada cacatnya itu terlihat menungging sempurna menggoda. Kulihat pantat Echa bergerak-gerak, sepertinya ia kegelian dengan gerakan pelan tangan Anto yang meraba bongkahan pantatnya.



*Plak plak plak plak* tiba sentuhan lembut itu berubah menjadi tamparan berulang



“Aaahhhh…”, Echa mendesah kesakitan



Pantat Echa berhenti bergerak dan terlihat mulai kemerahan setelah ditampar beberapa kali oleh Anto



“Cewek lu kencing sembarangan.. Harus diceplesin ini bokong… plak plak plak”, ujar Anto si gondrong sambil menampar-nampar pantat pacarku yang masih pasrah menungging



“Aaahhh.. Masss… Sakitt”, desah Echa sambil menggoyangkan pantat mulusnya begitu sexy seolah meminta Anto berbuat semakin kasar kepadanya



“Nungging lagi sambil buka memek lu!”, pinta Anto dan kulihat Echa membuka sendiri lubang kemaluannya dengan kedua tangannya.



Ditarik ke kiri dan kanan seperti itu, membuat kemaluan pacarku menganga lebar hingga area dalam vaginanya terlihat jelas. Aku kembali terkejut tidak kusangka lubang kemaluan pacarku sudah selebar itu. Padahal hanya aku dan Mang Ujang yang sudah merasakan jepitan memek Echa.



*Ah tidak mungkin Echa diam-diam main sama seseorang. Lagian sama siapa? Echa tidak mungkin pernah dientot tanpa sepengatahuanku”, ujarku dalam hati



Lalu Wawan dan Anto secara bergantian menjilati vagina pacarku, sedangkan Echa masih khusyuk menyepong kontol Andre yang panjang berurat. Aku pun menghentikan sejenak onaniku. Aku tidak mau disaat panas seperti ini, nafsu gilaku sirna begitu saja Bebarengan dengan orgasmeku. Kupandangi saja tubuh telanjang Echa dihimpit depan belakang oleh ketiga temanku sambil menahan rasa cemburu



Kubiarkan sejenak pacarku mengeksplore kebinalannya bersama ketiga sohibku yang mesum itu. Kubiarkan mereka sejenak menikmati seluruh kenikmatan pada tubuh pacarku Echa. Toh kulihat Echa juga menikmati kegilaan ini. Terlihat sekali betapa ikhlasnya pacarku saat alat kemaluannya dijilati oleh Wawan dan Anto.



Echa sama sekali tidak keberatan. Bahkan tangan Echa terus menarik bibir kemaluannya agar terus terbuka sehingga mereka berdua bisa menjilati bagian dalam alat kemaluan pacarku itu tanpa kesulitan. Yang bikin lebih panas hatiku, Andre saat ini mengarahkan buah pelernya kepada Echa, sambil ia usap kepala pacarku. Lalu dengan patuh Echa menjilati telor hitam berkerut itu dengan lahap dan tidak jijik sama sekali! Gila, ini terlalu gila bagiku. Bisa gila aku melihat kegilaan ini. Aku terbakar api cemburu yang parah melihat Echa menikmati diperlakukan tak senonoh oleh ketiga temanku. Pacarku yang kusayang itu begitu lahap menikmati kontol Andre bahkan ia tak ragu menjilati peler Andre yang kehitaman. Aku saja tidak pernah meminta pacarku menjilati buah zakarku seperti itu .



*Seliar inikah pacarku saat ini? Kulihat pacarku begitu rendah harga dirinya. Tapi bukankah ini adalah jawaban atas semua usahaku membinalkan Echa? Bukankah ini Echa yang kuinginkan? Harusnya aku bangga bukan?* Akupun mencoba menghibur diriku sendiri sambil tak kuasa meremas kontolku yang tidak bisa berhenti mengeras



Akhirnya aku tak kuat melihat pacarku yang sudah kehilangan akal pikirannya, Aku lalu memutuskan untuk keluar sejenak untuk membuang rasa cemburuku. Tidak kuat rasanya Echa yang kutahu gadis baik-baik itu kini terlihat tidak memiliki harga diri sama sekali. Pelacur aja masih harus dibayar agar mau melakukanya, sedangkan pacarku itu terlihat malah menikmati diperlakukan seperti itu secara cuma-cuma



“Gue ke indomaret dulu”, ujarku dan aku pun meninggalkan Echa sendirian bersama ketiga kawan cabulku



#



POV : Echa



Beberapa hari setelah aku diperkosa oleh dua orang ojol mesum…



Pikiranku begitu kacau. Aku takut bakalan hamil setelah kedua pria itu menyemburkan sperma mereka ke rahimku. Aku pun mencoba mencari tahu bagaimana caranya agar tidak hamil. Menurut salah satu informasi yang kubaca, jus nanas katanya bisa mencegah kehamilan. Sejak saat itu, aku rajin mengonsumsi jus nanas dan berharap aku tidak jadi hamil.



Tetapi, walau aku ketakutan akan kehamilan, bayang-bayang kenikmatan saat diperkosa mereka masih membekas di memoryku. Aku ingat betul rasa kontol mereka saat menggaruk bagian kemaluanku. Kuakui, aku menikmati perlakuan mereka saat memperkosaku. Bahkan sejak saat itu, tiap malam aku memainkan dildo besar yang kubeli dari Pak Burhan, untuk memuaskan nafsu birahi yang semakin tak bisa kukendalikan. Dildo itu benar-benar menjadi pemuas memekku. Karena aku sendiri bingung mendapatkan kontol sepanjang itu darimana. Sedangkan punya Mas Rio? Entah mengapa aku tidak pernah memikirkannya lagi. Mang Ujang? Err.. aku masih malu kalau minta jatah lebih dulu kepadanya.



Apa mungkin aku jenuh dengan Mas Rio ya? Tidak! aku harus bisa menepis pikiran itu. Setan mungkin sudah menggodaku dengan pikiran seperti ini. Ia butakan perasaanku dengan kenikmatan semu.



*Iya pasti begitu.. Aku tidak boleh berpikir meninggalkan Mas Rio*, kataku dalam hati



“Mas Rio, besok jemput aku ya…”, ujarku demi memastikan perasaanku sendiri dan berharap bisa segera bertemu dengan pacarku keesokan harinya



#



Keesokan harinya,



Beberapa jam sebelum aku melayani ketiga teman Mas Rio…



Di dalam kelas, murid-murid terlihat sibuk mencari pasangan untuk mengerjakan tugas kelompok. Kali ini guruku meminta kami untuk membuat kelompok masing-masing 2 orang. Tentu saja biasanya aku berpasangan dengan Bayu. Partner akademis yang selalu bisa kuandalkan. Aku cocok saja kerja kelompok sama dia. Karena memang kami benar-benar kerja kelompok dan bagi tugas. Kadang kami gantian mengetik dan saling bertukar referensi sehingga nilai yang kami dapatkan selalu memuaskan.



Sedangkan kalau sama Anya? Sorry to say, lebih banyak aku yang kerja. Dia hanya sibuk WA an atau teleponan saja. Karena itu, aku malas kalau kerja kelompok dengan Anya. Walau dia sahabatku di sekolah, tapi untuk urusan nilai, aku BIG NO sama dia. Karena itulah aku lebih cocok kalau kerja kelompok sama Bayu.



“Cha, kerja kelompoknya kayak biasanya ya. Aku sama kamu?”, kata Bayu tiba-tiba mendatangi meja yang kutempati bersama dengan Anya



“Ciye ciyeee…”, tiba-tiba Anya menggodaku hingga membuat mukaku memerah



“Err.. Sorry Bay.. Aku ngga bisa…”, jawabku sambil membuang muka tidak sanggup menatap wajah Bayu



Bayu sepertinya terkejut mendengar jawabanku. Tidak seperti biasanya aku menolak ajakan 1 kelompok dengannya



“Lho kenapa Cha?”, tanya Bayu kepo



“Err enggak papa sih.. Kamu sama Anya aja gimana Bay?”, tawarku sambil kulirik Anya yang wajahnya melongo setelah mendengar ucapanku



“Kamu sudah ada kelompok sama orang lain?”, tanya Bayu lagi



“I.. Iya…”, jawabku singkat sambil terus menolak menatap wajah cowok ganteng itu



Sepertinya Bayu mengerti dan akhirnya ia berhenti menanyaiku. Bayu pun setuju kali ini ia kerja kelompok dengan sahabatku Anya. Dan terlihat sekali Anya begitu senang dengan keputusanku memberinya kesempatan agar bisa satu kelompok dengan Bayu. Wajah cantiknya terlihat sumringah dan senyum manis terus mengembang menghiasi wajahnya.



Aku menghela nafas panjang, membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu. Keputusan ini berawal karena kejadian saat jam istirahat tadi siang. Aku tak habis pikir kenapa kesialan selalu menghampiriku bertubi-tubi. Mungkin ini memang cobaan dalam hidupku dan aku harus kuat menjalaninya.



Tidak ada angin tidak ada hujan saat aku hendak keluar dari toilet dan bersiap masuk kelas, tiba-tiba Endrix si preman sekolah yang nakal dan memuakkan itu mendatangiku dengan senyum menyebalkannya. Aku tidak pernah mau berurusan dengan lelaki ugal-ugalan ini. Tetapi takdir sepertinya berkata lain.



“Ini lo lagi ngapain Cha?”, cegat Endrix tiba-tiba saat aku keluar toilet sambil menunjukkan layar handphonenya.



Di layar ponselnya, kulihat sebuah rekaman yang diambil secara diam-diam dari atas yang menampilkan diriku sedang masturbasi. Kejadian beberapa hari yang lalu saat aku menuruti Pak Burhan, ojek cabul yang memintaku masturbasi di toilet sekolah.



*Jadi saat aku mendengar suara dari plafon itu Endrix? Pantas perasaanku kok ga enak…*, kataku terkejut dalam hati



Mukaku merah padam, memang wajahku tidak begitu terlihat di rekaman video itu. Tetapi bagi orang yang kenal betul denganku, mereka pasti bisa langsung menebak kalau cewek berkerudung di dalam video itu memang aku. Jelas sekali aku terlihat mendongakkan kepala sambil memejamkan mata saat asyik masturbasi di video tersebut. Jelas sekali tanganku sibuk memainkan vaginaku



“Lu lagi colmek sambil direkam Cha? Dikirim ke siapa? Bayu? Heheheh”, goda Endrix sambil ia kembali tersenyum memuakkan.



“Jangan kurang ajar! Hapus video itu Endrix!”, ujarku emosi sambil tanganku berusaha merebut ponsel yang digenggamnya



“Eits, buru-buru amat… Sabar sayang…”, ujar Endrix sambil buru-buru ia hindari gerakan tanganku yang hendak merebut handphonenya



“Endrix tolong jangan kayak gini!”, kataku semakin panik hingga membuat beberapa siswa siswi di sekitar sekolah menoleh ke arahku



“Sssstttt.. Jangan berisik ntar satu sekolah pada tahu lho. Murid teladan sekolah ini ternyata suka colmek di sekolah. Heheheh”, kata Endrix sambil berbisik



“Apa maumu? Tolong hapus video itu…”, ujarku sambil kali ini kukecilkan suaraku



“Ikut gue dulu ke atas, ntar lu boleh hapus video ini disana”, ujar Endrix dan ia pun mulai berjalan



Aku tak ada pilihan lain selain mengikutinya. Saat mengikuti dari belakang preman sekolah itu, aku baru menyadari tubuh Endrix ternyata tinggi juga. Mungkin hampir sama dengan Bayu yang juga kapten tim basket sekolah. Jantungku berdebar cepat memikirkan mengapa ia mengajakku ke atas. Tempat itu benar-benar sepi karena hanya berupa balkon untuk menaruh AC AC outdoor.



Kami pun sudah tiba di balkon sekolah. Angin bertiup sepoi-sepoi ditengah cuaca yang terik ini. Endrix kembali memandangiku dari atas ke bawah sambil kembali tersenyum menyebalkan. Wajahnya sebenarnya biasa aja dengan kulitnya yang sawo matang. Rambutnya tebal bergelombang dan ia potong model belah tengah. Ada tindik kecil di telinganya. Aku tidak tahu mengapa tidak ada yang berani menegur penampilan acak-acakan pemuda ini. Atau mungkin sudah ditegur tapi pemuda ini tidak ada takutnya? Entahlah…



“Hapus video tadi”, kataku berusaha menyudahi matanya yang jelalatan memandangiku dari atas ke bawah



“Iya nanti dihapus tapi ada syaratnya”, ujar Endrix



*Sudah kuduga dia pasti tidak akan semudah itu menghapus video tadi*, kataku dalam hati



“Apa? Kamu mau uang?”, tanyaku



“Bukan, uang mah bisa gue dapatkan dengan mudah…”, jawab Endrix



“Mudah? Maksudmu merampas punya orang lain?”, aku semakin kesal melihat kesombongannya



“Hahahah… Echa Echa… Gue kira lu cuek sama gue. Ternyata lu perhatian juga ya sama gue?”, kata Endrix



Ini bukanlah bentuk perhatian, tapi memang kenakalan pemuda dihadapanku ini sudah terkenal seantero sekolah. Siapa yang tidak kenal Endrix and The Gank? Sekumpulan siswa tua yang usianya sudah jauh di atas kami dan sekolah tidak bisa menindak tegas mereka. Sekolah terkesan membiarkan ulah mereka yang meresahkan!



“Syaratnya lu jadi cewek gue”, ujar Endrix membuatku tersedak



“Gila! Gak mau!”, jawabku ketus



“Hehehe lebih gila mana sama video colmek lu diputar di aula sekolah dan disaksikan secara live sama guru dan murid-murid sekolah ini?”, ujar Endrix



“Jangan gila kamu Endrix! Hapus video itu atau aku laporin ke kepala sekolah!”, ujarku kesal



“Hahahah.. Laporin ke pria tua cabul itu? Yang ada dia bakalan coli liatin video colmek lu Cha… Hahahah…”, jawab Endrix



“Aku sudah punya pacar Endrix!”, kilahku



“Siapa? Bayu? Putusin aja gampang kan?”, kata Endrix



“Bukan Bayu!”, jawabku lugas



“Ya udah gue gak peduli sapa pacar lo. Putusin dia dan lu pacaran ama gue mulai sekarang”, kata Endrix



Ini orang sepertinya ngga waras. Bisa-bisanya dia menyuruhku memutuskan cowokku dengan mudahnya. Mungkin kehidupannya yang serba ngga pakai aturan membuat dia kebiasaan bertindak sesukanya



“Gak segampang itu Endrix!”, ujarku kembali



“Ya udah kalau gitu lu siap-siap film bokep perdana lu bakalan diputer di aula sekolah. Hahahah”, ancam Endrix



“Endrix!”, aku kembali kesal dengan pemuda ini



“Lo mau gak jadi pacar gue?”, tanya Endrix sekali lagi



“Iya!”, aku pun tak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan memaksanya



“Iya apa?”, tanya Endrix lagi.



“Aku mau jadi pacarmu..”, jawabku



“Hmmm.. Gak yakin gue. Sekarang lo coba tembak gue deh. Gue pingin tau lo serius apa gak”, kata Endrix



“Apa??? Cukup Endrix sekarang hapus video itu!”, pintaku sekali lagi



“Tembak gue dan nyatakan lo cinta mati sama gue”, perintah Endrix



Aku kesal dengan pemuda menyebalkan dihadapanku. Memang benar aku lebih baik tidak berurusan dengan preman sekolah bernama Endrix dan kroninya. Tetapi karena kecerobohanku, aku harus berhadapan dengan cowok gila ini. Parahnya, aku merasa seperti menelan ludahku sendiri. Baru kapan hari aku berkata jika Endrix satu-satunya lelaki di dunia ini, aku pun enggak bakal pernah memilihnya. Kini aku malah dipaksanya menyatakan cinta. Gila kan?



“Aku suka kamu.. Mau gak kamu jadi pacarku?”, kataku asal-asalan



“Datar banget. Ulang! Yang lebih serius dong! Buktiin lo beneran cinta mati sama gue!”, perintah Endrix



Aku menghela nafas panjang. Tidak habis pikir mengapa di sekolahku ada orang menyebalkan seperti Endrix. Aku kemudian berpikir mencoba merangkai kata yang bisa membuatnya puas. Karena tidak biasanya aku menyatakan cinta seperti ini, terlebih ke seorang preman sekolah.



“Endrix, Sejujurnya aku suka sama kamu.. Kamu mau ngga jadi pacar aku? Aku cinta kamu Ndrix…”, ulangku sambil mencoba dengan nada yang lebih terdengar lembut



“Hmmm lumayan.. Ok ok.. Tapi, ada Syaratnya biar lu bisa jadi cewek gue. Cewek gue mesti jago sepong kontol gue. Gue gak mau punya pacar yang gak jago sepong kontol. Lo bisa? Heheheh”, ujar Endrix sambil terkekeh



“Gila kamu Ndrix! Gak mau!”, ujarku emosi mendengar perkataanya yang begitu merendahkanku



“Echa Echa.. Udah deh lo gak usah sok jaim sama gue. Gue tau lo suka colmek diem-diem di sekolah. Mana ada cewek bener suka colmek? Lo tu pasti juga butuh kontol! Lo ga usah sok alim deh. Lo mau gak? Atau Hehehehe…”, ancam Endrix tak meneruskan perkataannya dan aku sudah tau arah pembicaraannya



“Ya udah kalau gitu aku mau..”, ujarku kesal dan tidak punya pilihan lain selain mengiyakan kemauannya



“Bagus.. Gue tau lo cewek pinter. Heheheh.. Ya udah gue tes lo dulu sebelum gue mutusin lo gue terima apa gak jadi pacar gue”, ujar Endrix sambil ia pelorot celananya hingga batang kemaluannya kini terlihat di depan mataku



“Endrix apaan sih! ini di sekolah! Kalau ada yang liat gimana?”, ujarku tak habis pikir lelaki itu bisa senekat itu



“Karena itu buruan lo sepong kontol gue. Gue kasih lo waktu 5 menit bikin gue crot. Kalau lo gagal lo ga boleh jadi pacar gue”, tantang Endrix



“Gila!”, aku kembali kesal



“Ayo waktu terus berjalan. Oiya kalau lo gagal video mesum lho besok tayang live di sekolah. Heheheh”, ancam Endrix sekali lagi



“Apa???”, aku pun terkejut dengan ancaman pemuda gila itu dan buru-buru berjongkok dihadapannya



Aku terpaksa memberanikan diri memegang kontol Endrix yang mengacung tegak dan keras. Kukocok dan kuberikan apa yang sudah kupelajari selama ini. Ternyata kontol Endrix lumayan tebal dan terasa mantab saat kugenggam. Rasanya kurang lebih sama dengan punya Mang Ujang. Punya Endrix dan Mang Ujang memang identik. Lebih keras dan lebih besar dibanding punya Mas Rio. Ukuran kontol mereka juga kurang lebih sama dengan tekstur beruratnya. Hanya saja punya Endrix lebih bengkok keatas seperti lekukan buah pisang.



“Emut sayang jangan cuma dikocok doang”, perintah Endrix



Aku buru-buru memasukkan kontol Endrix yang keras itu. Rasanya lumayan sesak di dalam mulutku. Apalagi bentuknya yang melengkung itu membuatku harus bisa mengatur posisi bibirku agar bisa melahap seluruh batang kontolnya.



“Ahhhh.. Aduh.. Jangan kena gigi bego..”, kata Endrix sambil menahan kepalaku agar berhenti sebentar



Lalu aku mencoba sekali lagi. Bentuk kontol Endrix yang melengkung itu memang sulit kutaklukan. Aku harus extra main perasaan agar tidak terkena gigiku. Kali ini kucoba lebih berhati-hati dan kuposisikan bibirku agar bisa mengulum kemaluan preman sekolah itu lebih baik dari sebelumnya.



Kujilati perlahan kepala kontolnya yang berwarna pucat keabu-abuan. Lalu kukulum lagi batang kontol melengkungnya lebih serius dengan tempo yang teratur.



“Aaaahhh.. Iya baguss.. gitu.. Aaahhh… Lo ternyata selain pinter di pelajaran, juga pinter ngemut kontol. Heheheheh”, ujar Endrix sambil membelai kepalaku lembut



“Oiya, waktu kurang 3 menit”, imbuh Endrix mengingatku



Aku kembali panik saat ia menyebut sisa waktu yang kumiliki agar bisa membuatnya klimaks. Kupercepat tempo kulumanku dan kuperkuat sedotan pada kemaluannya. Kali ini yang kupikirkan adalah bagaimana caranya preman sekolahku ini bisa segera keluar. Endrix mendesah dan mencengkeram kuat kerudungku. Kini tangannya juga ikut mendorong dan menarik kepalaku agar maju mundur menyepong kontolnya.



Kontol Endrix semakin menyiksa tenggorokanku. Apalagi aromanya itu buatku ingin muntah dan aku pun hanya bisa mencoba menahan nafas. Kubiarkan kali ini ia yang menggenjot mulutku dengan kontolnya. Gerakannya begitu kasar dan cepat menyiksa rongga mulutku yang sempit. Atau mungkin memang kontol Endrix yang terlalu panjang dan melengkung bagi mulutku



“Ohhh.. Anjir enak bener sepongan lo Cha.. Aaahhh.. Aaarrggghhh”, pekik Endrix



Tiba-tiba tubuh pemuda itu mengejan hebat disertai getaran-getaran yang kurasakan di sekitar selangkangannya. Kontol yang masih di dalam mulutku itu juga ikutan kedutan. Endrix menahan kepalaku kuat-kuat dan ia lesakkan batang kontolnya dalam-dalam hingga mentok seluruh batang itu masuk ke dalam mulutku. Rasanya seperti ingin mati saja karena aku kesulitan bernafas dengan kontol yang besar itu menusuk tenggorokanku.



*Crottt crottt crottt crottttt crottttt*



Mataku terbelalak dan kurasakan airmataku meleleh saat menyadari sperma Endrix muncrat berkali-kali di dalam tenggorokanku. Ingin rasanya aku memuntahkan cairan itu namun tidak bisa. Cairan kental itu terlalu banyak mengisi rongga mulutku. Terasa begitu kental dan asin serik dengan aromanya yang begitu kuat. Mulutku benar-benar diisi penuh oleh sperma Endrix



“Minum peju gue.. Awas kalau sampai ada yang tumpah”, ujar Endrix sambil ia cabut batang kontolnya dari mulutku



Kini aku yang harus berusaha mati-matian agar seluruh sperma yang ia tumpahkan di dalam mulutku tidak ada yang tumpah keluar dari mulutku. Tanganku bahkan reflek menadahi mulutku memastikan sperma Endrix tidak ada yang jatuh ke bawah. Aku coba pelan-pelan mulai menelan cairan kental amis asin serik itu. Rasanya begitu lengket di dalam tenggorokanku. Kutelan perlahan sisa sperma yang masih ada di mulutku dan kubiarkan mengalir hingga masuk seluruhnya melewati tenggorokanku. Perutku terasa penuh karena dipenuhi sperma kental Endrix dan terasa aneh sekali.



“Uhuk uhuk uhuk”, aku pun akhirnya terbatuk-batuk karena rasa lengket dan serik yang menyerang tenggorokanku terasa semakin menyiksa



“Hehehe.. Demen gue cewek yang suka nelen peju sampai habis tak tersisa kayak lo”, ujar Endrix sambil mengelus kepalaku sekali lagi



“Su.. sudah cukup… Sekarang.. Ha.. Hapus videonya… Hah.. hah.. hah…”, pintaku terbata-bata dengan nafas tersengal-sengal



“Cium dan bersihin peju di kontol gue dulu pake mulut lo”, ujar Endrix sambil ia tempelkan kontol belepotannya ke bibirku



Aku buka mulutku sekali, kujilati garis lubang kontol Endrix dan kubersihkan sisa sperma yang masih menempel di kepala kontolnya. Kupastikan tidak ada sperma yang tertinggal di alat kemaluan preman sekolah ini. Kujilati seluruh batang kontolnya hingga mengkilap oleh ludah sendiri. Lalu terakhir, kukecup kepala kontolnya berkali-kali sebelum kusudahi kegilaan dengan teman sekelas berandalku itu.



“Yessss.. Cewek pintar.. Pantas aja lo salah satu murid yang paling berprestasi di sekolah… Ternyata lo emang pinter muasin kontol”, puji Endrix sambil kembali ia usap pipiku



“Sekarang hapus videonya…”, pintaku sekali lagi



“Sabar sayang.. Heheheh.. Ok gue terima lo jadi cewek gue”, kata Endrix sambil ia ambil handphonenya dan ia tunjukkan kepadaku kalau ia benar-benar telah menghapus video tersebut.



Aku akhirnya sedikit bisa bernafas lega. Aib memalukanku tidak jadi diumbarnya ke seluruh sekolah.



“Oke jadi sekarang lo resmi jadi pacar gue. Sekarang kalau ada kerja kelompok, lo wajib satu kelompok sama gue. Ngerti lo? Oiya satu lagi, gue gak suka lo bilang “aku” ke gue. Mulai sekarang lo sebut diri lo dengan sebutan “Lonte Echa” pas sama gue. Ngerti?? ”, kata Endrix dan aku hanya mengangguk lemah malas berdebat dengannya



“Satu lagi, nanti pulang sekolah gue tunggu lo disini lagi. Gue mau lo sepong kontol gue lagi. Gue gak mau keburu-buru kayak barusan. Gue mau nikmatin sepongan lo lebih lama lagi. Paham?”



Aku pun hanya bisa kembali mengangguk menyetujui perintahnya…



#



Itulah awal dari semuanya. Awal dari aku yang saat ini resmi menjadi pacar Endrix. Lalu bagaimana nasib Mas Rio? Apa yang harus kukatakan kepadanya? Aku sejujurnya masih sayang dengan Mas Rio dan tidak ada keinginan sedikit pun untuk meninggalkannya. Setelah semua yang telah kami berdua lakukan sejauh ini. Aku sudah berniat menseriusi hubungan kami hingga ke jenjang pernikahan. Tapi bagaimana caranya? Apakah bisa aku memiliki dua pacar sekaligus? Rasanya tidak bisa! Aku sayang betul dengan Mas Rio! Dan aku benci sekali dengan Endrix!



Karena itulah saat aku melihat sosok Mas Rio menjemputku di sekolah, ingin rasanya kutumpahkan semua uneg-unegku. Kupeluk erat tubuhnya saat diriku diboncengnya. Seolah aku tidak ingin berpisah dengannya. Dalam hati aku meminta maaf berkali-kali ke Mas Rio karena aku telah mengkhianatinya.



Tapi bagaimana jika Endrix tahu aku masih menjalin hubungan dengan Mas Rio?



Aku tidak ingin Mas Rio berurusan dengan Endrix. Sebisa mungkin aku akan menjalani ini semua secara diam-diam untuk sementara waktu. Biarlah dosa ini aku tanggung sendiri. Aku tidak lagi menyalahkan Mas Rio atas semua kejadian buruk yang menimpaku. Ini semua bukan salah Mas Rio lagi. Akulah yang mulai memilih terjun jauh ke lubang kehinaan ini. Ya aku memang menikmati ini semua. Aku bahkan bersedia menjadi seorang wanita penghibur demi meraih handphone impianku. Biarlah aku akan mencoba menjalaninya, hingga waktu yang menjawab semua akan berakhir seperti apa…



#



Kenakalanku ternyata tak berakhir saat di sekolah siang tadi. Saat di jemput oleh Mas Rio aku berharap bisa memadu cinta dengannya. Aku berharap bisa bercinta dengan orang yang kucintai. Namun ternyata keinginanku sedikit meleset. Aku tidak bercinta dengan orang yang kucintai. Justru tubuhku saat ini menjadi hiburan bagi teman-teman lelaki yang kucinta.



Sore selepas pulang sekolah, aku diajak ke rumah Mas Rio. Ternyata disana sudah ada ketiga teman Mas Rio yang pernah kutemui di warung tempatku akhirnya melakukan pertunjukan striptease kapan hari. Mendadak saat melihat mereka, aku kembali teringat saat diam-diam tanpa sepengetahuan Mas Rio, aku menghibur mereka di rumahku sendiri.



Mengingat kejadian itu, desiran nafsuku kembali muncul. Nafsu birahiku saat ini memang mudah sekali naik terutama saat aku mulai terbiasa menjalani kehidupan bebas ini. Aku merasa benci dengan pikiran dan tubuhku sendiri, yang begitu mudahnya terangsang akhir-akhir ini. Padahal imanku mencoba menahannya, namun sayangnya aku lebih memilih mengulangi lagi dan lagi dosa yang sama. Aku semakin terangsang saat salah satu teman Mas Rio meminta aneh-aneh kepadaku. Ya, dia minta nenen ke tetek aku dan tentu saja pacarku itu mengijinkannya.



Kepalang tanggung, aku coba untuk bersenang-senang lagi dengan mereka. Toh pacarku juga mengijinkannya dan tentu saja hal ini semakin membuatku yakin untuk melampiaskan hasrat nafsuku yang mudah naik ini. Kunikmati cumbuan dan sentuhan mereka pada area sensitifku. Kupuaskan mereka dengan tubuhku dan setidaknya aku bersyukur, tubuhku ini bisa berguna untuk mereka



“Ya ampun Echa.. Sepertinya benar kata Endrix… Aku memang pantas disebut Lonte”, pikirku saat ini



Mas Rio pun meninggalkan rumahnya sejenak. Entah aku tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Jika dia memang mencintaiku, normalnya dia pasti akan cemburu. Ya, mungkin dia saat ini cemburu parah dan tidak kuat tubuh telanjangku dinikmati ketiga temannya sehingga dia memilih pergi sebentar. Apalagi aku terlihat menikmati betul kontol Mas Andre yang panjang dan hitam itu.



Saat ini aku dalam posisi menungging, vaginaku dijilati oleh kedua teman Mas Rio secara bergantian. Mas Wawan dan Mas Anto menyedot habis lendir memekku dan untungnya, memekku ini juga bisa memproduksi lendir dalam jumlah banyak sehingga aku pun tidak keberatan mereka menyeruput area kemaluanku bergantian.



“Aaaahhh.. Sialan memek lu nikmat bener Chaaa… Becek anjirrr…”, puji Mas Wawan sambil sesekali ia colok jemarinya ke vaginaku



“Aaaaaahhhhh.. Iyaaaahhh.. Teruss masss… Enaaakkk”, aku semakin bebas berteriak sepeninggal Mas Rio



Kurasakan jari Mas Wawan mengorek klitorisku dan perbuatannya ini memberikanku sensasi kenikmatan yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata. Rasanya begitu nikmat saat ia garuk area itu. Tubuhku bahkan sampai tak bisa berhenti kejang-kejang hingga cairan beningku kembali mucrat



*Sreettt sreettt sreettt*



Aku kembali terkencing-kencing menyembur membasahi lantai rumah Mas Rio



“Enak ya Cha main ramai-ramai?”, tanya Mas Anto yang melihatku ngos-ngosan setelah orgasme kesekianku



Aku hanya mengangguk lemah dan kubiarkan vaginaku istirahat sejenak. Aku benar-benar menginginkan kontol saat ini. Kontol yang bisa memberikan kenikmatan lebih nikmat dari sentuhan jemari mereka. Tetapi tentu saja aku tidak berani sejujur itu meminta kepada mereka. Aku hanya menunggu dan berharap-harap cemas sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang membuat kemaluanku kedutan.



Lalu mereka bertiga duduk di sofa dan kulihat ketiga lelaki itu mengocok kontol mereka sambil memandangiku yang masih terbaring lemas di lantai. Kurasakan cairan bening masih sedikit menetes dari kemaluanku dan tak kuhiraukan itu.



“Sini Cha, gue tau lu masih butuh kontol kan? Ayo sini…”, ujar Mas Andre yang duduk di tengah



Aku pun merangkak mendatangi mereka dengan sisa tenagaku. Mataku hanya tertuju kepada ketiga kontol itu. Aku sudah tidak melihat lagi wajah lelaki yang menikmati tubuhku. Yang kubutuhkan kontol, bukan wajah lagi.



Saat wajahku berada di selangkangan mereka. Aku kembali mengulum kontol Mas Andre. Sedangkannkedua tanganku sibuk mengocok kontol Mas Wawan dan Mas Anto. Aku berusaha sebisaku menghibur mereka. Kubuktikan aku sebagai wanita harus pandai melayani kaum pria. Mulutlu dengan penuh nafsu mulai mengulum kontol Mas Andre. Sesekali kepalaku bergerak ke kanan kiri juga untuk mengulum kontol Mas Wawan dan Mas Anto.



Kupastikan aku bisa adil dalam mengulum kontol ketiga teman Maa Rio itu. Terlihat sekali betapa kepalaku sibuk saat ini menoleh ke kiri dan ke kanan bergantian menyepong kontol-kontol berbagai bentuk dan ukuran itu. Kujilati dan kuciumi kepala kontol mereka hingga basah penuh dengan air liurku



Lalu kudengar ada seseorang yang membuka pagar. Aku yakin sekali orang yang masuk ke rumah adalah Mas Rio. Jadi aku tak menghiraukan kehadirannya dan aku terus konsentrasi menyepong ketiga kontol dihadapanku.



*Slok slok slok* suara bibirku yang yang begiti bersemangat sepong kontol teman-teman Mas Rio



“Cewek lu bener-bener suka kontol bro. Dia beneran pacar lu atau emang lonte?”, ejek Mas Andre setelah melihat Mas Rio sudah kembali.



Mas Rio tidak berkata apa-apa. Aku yakin sekali ia saat ini memandangiku yang tengah asyik mengulum kontol ketiga teman-temannya. Aku bahkan tidak melihat ke arah pacarku yang saat ini berdiri di belakangku.



“Ini buat kalian..”, tiba-tiba Mas Rio melemparkan sesuatu ke perut Mas Andre yang duduk ditengah.



Aku melirik ke arah benda yang dilemparkan oleh Mas Rio. Sebuah kotak kondom isi 3 pcs. Mataku tertegun melihat benda yang dilempar Mas Rio. Apakah Mas Rio meminta ketiga temannya untuk menyetubuhiku?



“Wuidih, Beneran boleh kita entot nih cewek lu?”, ujar Mas Wawan yang saat ini kemaluannya sedang kujilati



“Pakai aja mumpung gue lagi baik”, ujar Mas Rio



“Hahaha gitu dong.. Nanggung anjir kalau gak sekalian dientot”, kata Andre sambil membelai kerudungku



Aku hanya diam saja mendengar pembicaraan mereka. Jantungku kembali berdebar-debar karena sebentar lagi aku harus bersetubuh dihadapan pacarku sendiri. Kali ini bukan hanya dengan 1 lelaki seperti saat dengan Mang Ujang, tetapi dengan 3 lelaki sekaligus.



“Yaudah Cha, lu pasangin gih kondomnya ke kontol gue. Memek lu juga kayaknya dah pingin dientot tuh dari tadi bocor terus. Heheheh”, kata Mas Andre lagi



“I.. Iya mas…”, jawabku menghentikan seponganku sejenak



Kubuka kemasan kondom itu dan memang benar isinya 3 buah karet berbentuk membulat berwarna putih kekuningan saat masih tersegel. Kubuka plastiknya dan aku pun mencoba memasangkannya ke kontol Mas Andre.



“Pake mulut lu lah masangnya. Gimana sih!, ujar Mas Andre dan aku mengangguk paham



Kutepatkan lubang kondom tepat di kepala kontol Mas Andre. Setelah dirasa pas, baru aku memakai mulutku untuk memakaikan kondom itu ke kontol Mas Andre. Ternyata tidak semudah yang kubayangkan. Aku merasa kondom Mas Andre ini kekecilan karena ukuran kontolnya lumayan besar.



“Sory gue belinya rata ukuran L takut tar malah kebesaran kalau dipake Wawan dan Anto. Bisa hamil cewek gue kalau gak pas.”, ujar Mas Rio yang melihatku kesusahan pasang kondom ke kontol Mas Andre



“Ya udah gapapa, pasang sebisa lu aja Cha, udah gak sabar gue”, ujar Mas Andre



Aku pun mengangguk dan kali ini aku memasangkan kondom itu ke kontol Mas Andre dengan kolaborasi antara mulut dan tanganku. Jika terasa nyangkut, akan kubenarkan dan kuoaskan dengan tanganku dan kukulum sebentar agar lebih pas lagi.



Setelah kontol Mas Andre sudah terbungkus kondom, aku dimintanya duduk di sofa sambil mengangkang lebar. Kulihat ia mulai persiapan memasukkan kontolnya ke kemaluanku. Berdebar rasanya aku kembali disetubuhi cowok selain pacarku. Kontol Mas Andre mulai menempel di bibir memekku. Rasanya lebih mendebarkan dan memberikan sensasi yang jauh berbeda.



*Jleb*



“Sssshhh…”, aku mulai mendesah kecil saat kontol Mas Andre mulai membelah bibir kemaluanku.



Mas Andre terus mendorong kontolnya masuk hingga membuat memekku rasanya semakin terbelah. Kepalaku mendongak dan kucengkeram sofa rumah Mas Rio kuat-kuat saat merasakan kemaluan keras itu mulai tertancap semakin jauh ke dalam.



“Ohhhh sempit bener memek lu Cha… Aaahhh…”, ujar Mas Andre



“Kontolmu mas yang kebesaran. Aaaahhh….”, ujarku sambil meringis menahan sakit



Mas Andre yang mulai penetrasi di memek becekku. Perlahan mulai menyodok lubang kemaluanku dengan batang kemaluannya. Memekku rasanya mulai beradaptasi menerima kontol Mas Andre. Rasa sakitku mulai berkurang berganti menjadi rasa yang nikmat. Walau sayangnya, aku tidak begitu merasakan tekstur kontol Mas Andre karena terbungkus kondom.



*Jleb jleb jleb*



Kontol Mas Andre mulai keluar masuk di liang senggamaku. Samar kulihat Mas Rio terus memandangiku yang sedang bersetubuh dengan temannya sendiri. Melihat dirinya yang berdiri mematung sebenarnya aku tidak enak juga. Aku juga tidaj bisa bebas mendesah dan kulampiaskan sesukaku. Ada hati yang harus kujaga saat ini. Aku mencoba menggigit bibir bawahku demi menahan keinginanku untuk mendesah



“Ssshhh.. Ouhhh..”, hanya suara desahan kecil yang keluar dari mulutku



Saat sedang digenjot Mas Andre, entah sejak kapan Mas Wawan dan Mas Anto sudah berdiri di kiri dan kananku. Aku tahu mereka menginginkanku untuk memuaskan kontol mereka dengan bibirku sementara bibir bawahku sedang di genjot oleh kontol Mas Andre.



Kumulai untuk menyepong kontol Mas Anto, sedangkan tangan kananku kugunakan untuk mengocok kontol Mas Wawan. Kujilati kontol Mas Anto penuh nafsu lalu bergantian kujilati kontol Mas Wawan agar semuanya kebagian. Kontol mereka rasanya kembali mengeras saat kujilati dan kukulum penuh kenikmatan kelamin teman-teman pacarku itu



*Jleb jleb jleb* memekku terus digenjot kontol Mas Andre



Aku kembali kepayahan dan kelelahan meladeni ketiga kontol mereka. Sepertinya aku perlu melatih staminaku lagi agar terbiasa meladeni banyak kontol seperti ini. Tempo seponganku semakin cepat dan semakin liar, seliar sodokan kontol Mas Andre ke memekku



Setelah melihatku kepayahan menyepong kontol, Mas Wawan dan Mas Anto duduk disamping kiri dan kananku. Mereka kemudian menciumi bibirku bergantian. Kepalaku kembali menoleh ke kiri dan ke kanan, bedanya kali ini aku bersilat lidah dengan kedua teman Mas Rio. Sambil terus menciumi bibirku bergantian, tangan mereka kembali menggerayangi tetek aku. Mereka meremasnya dan memainkan putingku dan mencubit-cubitnya dengan gemas.



“Aaaahhh..”, kembali aku mendesah menerima rangsangan memabukkan ini



Kurasakan puting susuku semakin mancung karena terus disedot penuh nafsu oleh Mas Anto dan Mas Wawan. Mas Rio kulihat juga kembali onani, menikmati melihat pacarnya sedang melayani ketiga temannya.



“Sexy bener kamu sayang.. Shitttt…”, ujar Mas Rio sambil terus mengocok kontolnya



“Gantian dong bro ngentotnya”, kata Mas Wawan tiba-tiba kepada Mas Andre



“Siap…”, jawab Mas Andre sambil ia cabut kontolnya dari kemaluanku



Aku tidak tahu kapan persisnya Mas Wawan membungkus batang kontolnya dengan kondom. Yang pasti kontol Mas Wawan sudah bersiap menembus memekku. Aku kembali mengangkang bersiap menerima kontol selanjutnya yang harus kupuaskan dengan alat kelaminku.



*Jleb*



Mudah saja bagi kontol Mas Wawan membelah bibir kemaluanku. Karena memang kontol Mas Andre lebih besar sehingga memekku tidak kesulitan beradaptasi menerima kontol Mas Wawan yang lebih kecil. Mas Wawan mulai memompa vaginaku hingha tubuhku terdesak oleh tubuh besarnya. Payudaraku sampai bergoyang-goyang seirama dengan sodokan kontol Mas Wawan.



Bibirku kali ini kembali sibuk mengulum kontol Mas Andre dan Mas Anto. Kunikmati saja kedua kontol teman pacarku yang bergantian kusepong ini. Kunikmati momen tak terlupakan ini. Momen yang akan menjadi titik balik jalan hidupku. Momen bersejarah yang pasti akan kuingat sampai aku tua nanti. Momen dimana aku bercinta dengan 3 orang sekaligus dan disaksikan oleh pacarku sendiri sambil ia onani.



“Aaarrrgghh gue keluarrrrr…”, kata Mas Wawan sambil ia dorong dalam-dalam kontolnya semakin ke dalam memekku



Tidak ada cairan hangat yang kurasakan mengenai dinding rahimku. Wajar saja karena sperma Mas Wawan tertampung oleh kondom yang dipakainya. Setelah ia puas dan mencabut kemaluannya dari kemaluanku, ia lepas pula kondom berisi spermanya dan ia letakkan kondom bekas itu di payudaraku. Kondom yang sudah lecek terkena lendir haram memekku.



Lalu tidak banyak membuang waktu, Mas Anto buru-buru memasang kondomnya dan langsung ia ceploskan kontolnya ke liang senggamaku. Kembali vaginaku harus melayani kontol berikutnya dan ia langsung menggenjot memekku dengan cepat. Mungkin Mas Anto sudah terlalu bernafsu untuk menikmati lubang kelaminku yang sebelumnya sudah dinikmati kedua temannya.



Ia hajar memekku dengan cepat hingga akhirnya aku tidak bisa menahan desahanku. Aku mulai mendesah dengan liar, melupakan sejenak perasaan Mas Rio. Kegilaan ini terlalu nikmat bagi tubuhku. Sampai-sampai aku lupa segalanya. Aku lupa kalau Mas Rio masih memandangiku ngentot dengan teman-temannya sambil beronani



“Aaahhh.. Aaaahhh.. Masss.. Terusss… Aaahhhh…”, desahku saat disodoki kontol Mas Anto yang gondrong itu dengan kasar



“Aaarrrrgggghh gue keluar Cukkkkkkk”, pekik Mas Anto



Terasa kontol Mas Anto kedutan di dalam memekku, tetapi kembali tidak terasa semburan hangat yang mengenai rahimku. Semuanya berakhir begitu saja. Setelah ia klimaks, Mas Anto mencabut kontolnya dan membuang kondom bekasnya ke tetekku sama dengan Mas Wawan tadi.



Aroma kondom mereka berdua sangat menyengat dan bau pesing. Entah itu karena vaginaku yang sudah becek atau memang kontol mereka yang bau.



“Capek Cha?”, kata Mas Andre kembali bersiap menyetubuhiku untuk kedua kalinya



Aku menjawab dengan anggukan lemah. Aku pejamkan mataku tidak sanggup menatap wajah Mas Andre. Aku terlihat begitu memalukan dihadapan teman-teman pacarku serta pacarku sendiri. Tubuh telanjangku begitu basah berkeringat. Lengkap dengan kondom bekas dan ceceran sperma yang sedikit tumpah dari kondom Mas Wawan dan Mas Anto mengenai kulit payudaraku.



“Masih mau kontol gue gak?”, goda Mas Andre sambil ia tempel-tempelkan ujung kontolnya ke bibir vaginaku



“Mau.. masukin mas.. aku… mau… kontol kamu..”, pintaku manja



“As you wish bitch…”, ujar Mas Andre sambil tiba-tiba ia hentakkan kuat-kuat kontolnya menjebol memekku



*Jlebbbbbbb*



“Aaaaaaaahhhhhhh…”, aku memekik kencang saat kontol besar dan panjang Mas Andre kembali dimasukkan ke memekku secara lugas



Memang kuakui kontol Mas Andre lebih superior dibandingkan punya Mas Wawan dan Mas Anto. Kontol itu begitu terasa sesak memenuhi kemaluanku. Sayangnya, aku tidak bisa menikmatinya secara maksimal. Karena texture berotot batang kontol Mas Andre terhalangi karet yang membugkus batang kemaluannya



*Slepp slepppp sleppppo*



Entah sudah berapa tusukan yang diterima memekku sore ini. Hingga vaginaku rasanya tak bisa berhenti berlendir dan terus mengeluarkan cairan pelumasnya. Mungkin kemaluanku menyukainya. Menyukai disodok banyak kontol seperti saat ini.



Mas Andre kali ini lebih leluasa menyetubuhiku. Karena sekarang aku hanya fokus kepada lelaki yang mirip orang India ini. Ia kembali memagut bibirku dan melumat lidahku sambil kontolnya terus maju mundur menghajar organ intimku. Ia juga lebih leluasa memainkan kedua puting susuku karena sudah tidak ada lagi yang nenen di daging kenyalku itu



“Ouuhhh.. ouhhh.. terusss mas… terusss…”, pintaku begitu manja sambil memeluk tubuh Mas Andre



“lu dilihatin cowok lu tuh…”, goda Mas Andre sambil matanya melirik ke Mas Rio



Tubuhku sudah tidak peduli lagi. Aku peluk erat tubuh Mas Andre agar kontolnya tidak meninggalkan lubang memekku. Kubuka kakiku lebar-lebar dan kuijinkan ia entot kemaluanku dengan penuh keikhlasan sepuas dia. Aku kembali berciuman panas dengannya dan kubiarkan ia meneteskan air liurnya ke mulutku. Kuterima air liurnya dan kubiarkan ia terus meneteskan liurnya dengan membuka mulutku lebar-lebar



*Jleb jleb jleb*



“Gue lama-lama bisa jatuh cinta sama lu anjr kalau kayak gini… Bro cewek lu buat gue ya?”, kata Mas Andre sambil kembali ia lumat bibirku untuk kesekian kalinya



Mas Rio tidak langsung menjawab pertanyaan temannya. Ia hanya bergeming sambil menatap ke arahku dan Mas Andre yang sedang bersetubuh penuh nafsu. Mungkin dalam pikirannya, ia sedang bertarung mau menuruti permintaan gila itu atau tidak. Kulirik tubuh Mas Rio gemetaran. Tangan kirinya mengepal erat. Sedangkan tangan kanannya terus mengocok kontolnya dengan cepat



Cobaan Mas Rio tidak sampai disini saja, karena Mas Andre tiba-tiba melepas kondomnya dan ia langsung kembali menusukkan kontolnya yang kini tanpa kondom ke memek aku. Kepalaku sampai terdongak, sodokan kontol Mas Andre kali ini lebih terasa gila lagi. Textur berurat kontolnya benar-benar terasa menggaruk dinding kemaluanku. Jauh berbeda dibanding tadi yang hanya terasa sesak saja di kemaluanku



*Nikmat, ini terlalu nikmat. Entot aku terus massss…*, pekikku dalam hati



Kakiku semakin mengangkang memberikan jalan kontol Mas Andre agar menggaruk memekku yang semakin gatal saat digaruk kontolnya. Aku juga mempererat pelukanku dan kupegangi pantat Mas Andre agar semakin mentok kontolnya menghajar kemaluanku



“Liat cewek lu ketagihan kontol gue”, kata Mas Andre sambil memandang rendah diriku yang terang-terangan meminta digenjot olehnyam



“Aaahhh.. terusss.. Aaaahh.. mass.. enak…”, rancauku semakin menggila menikmati gesekan pertemuan kedua alat kelamin kami



“Mau dicrotin di dalam apa diluar Cha?”, tanya Mas Andre



Aku tidak menjawab pertanyaan itu. Aku sudah malas untuk memilih. Mau dicrot di dalam juga aku sudah tidak peduli lagi. Yang ada dipikiranku hanya bagaimana cara menikmati kontol ini di detik-detik terakhir sebelum Mas Andre klimaks.



“Diluarr.. Awas aja kalau lu buntingin pacar gue!!!”, tiba-tiba Mas Rio menjawab



“Hahahha.. Tenang bro gue Cuma bercanda.. Gue crotin di mulut pacar lu aja biar dia tau rasa peju gue”, kata Mas Andre dan ia pun segera mencabut kontolnya dari rahimku



Aku lalu segera membuka mulutku lebar-lebar dan bersiap menerima sperma Mas Andre di mulutku



*Crot crot crot crot crot* kontol Mas Andre menyemburkan spermanya



Seketika bibirku belepotan penuh spermanya. Sebagian ada yang masuk ke rongga mulut, sebagian lain ada yang mengenai hidung dan wajahku. Aroma pekat dan khas dari spermanya langsung tercium oleh hidungku. Kuteguk cepat-cepat sperma Mas Andre agar tidak tumpah lebih banyak lagi.



Belum selesai aku membersihkan wajahku, Mas Andre sudah menampar bibirku dengan kontolnya. Ia memintaku membersihkan kelaminnya yang belepotan lendir haramku dan spermanya. Dengan patih kubersihkan gagang kontol Mas Andre dengan lidahku, kujilat dan kucium serta kuhisap tipis-tipis alat kemaluannya. Seperti yang kulakukan siang tadi dengan Endrix.



“Belum selesai, buka mulut lu Cha sambil julurin lidah lu”, kata Mas Andre dan aku pun langsung melakukan apa yang dimintanya



Kubuka mulutku lebar-lebar. Lalu Mas Andre kemudian meraih kedua kondom bekas milik Mas Wawan dan Mas Anto dan ia tumpahkan sperma mereka dari kondom bekas itu hingga kembali mulutku harus menelan air mani teman pacarku.



Mas Andre terus menumpahkan dan mengurut kondom bekas tadi sampai memastikan tidak ada sperma yang tertinggal di kondom lecek itu. Mulutku kembali belepotan sperma dan pelan-pelan tenggorokanku mencoba menelan kembali sperma kental yang ditumpahkan ke mulutku



“Good girl.. Saran gue lu kudu biasa minum peju biar jiwa lonte lu semakin terasah.. Hehehe”, ujar Mas Andre sambil terkekeh dan aku hanya mengangguk lemah



Mulutku rasanya kaku setelah tenggorokanku menerima sperma kental begitu banyak. Mungkin bagian dalam tenggorokanku sudah lengket dengan cairan asin gurih itu sehingga kali ini aku malas menjawabnya



Setelah ketiga teman pacarku tuntas menyemburkan spermanya setelah menikmati tubuhku, mereka kemudian memintaku berpose duduk diatas sofa tempatku barusan digilir. Kedua kakiku dilebarkan hingga vaginaku menganga. Kedua tanganku diminta berpose dua jari (peace), payudaraku dibiarkan terbuka begitu saja memamerkan puting susuku yang masih mancung. Lalu Mas Wawan duduk di sebelah kananku, Mas Anto duduk di sebelah kiriku dan Mas Andre berdiri dibelakangku sambil kedua tangannya melingkar di pundakku.



“Bro, foto kita dong buat kenang-kenangan. Heheheh..”, ujar Mas Andre kepada Mas Rio sambik terkekeh



Mas Rio tidak menjawab ucapan Mas Andre. Tetapi tangannya kemudian mengarahkan kameranya ke arah kami berempat. Aku dikelilingi oleh ketiga temannya dalam posisi begitu memalukan karena menampakkan seluruh aurat pribadiku. Hanya rambutku saja yang masih terbungkus kerudung seragam sekolah yang warnanya putih



*Cekrik*



#



Sepeninggal ketiga teman pacarku, aku akhirnya bisa berduaan dengan Mas Rio. Mas Rio terlihat wajahnya begitu suntuk setelah melihatku digilir habis-habisan oleh ketiga temannya. Aku tidak berani mengajaknya berbicara terlebih dahulu. Kuakui aku memang salah karena terbawa suasana dan tubuhku begitu jujur menikmati perzinahan tadi.



“Puas ya?”, tanya Mas Rio sepertinya masih emosi



“Mas.. maaf.. tapi…”, aku berkata sambil terbata-bata



“Ngga ada tapi-tapian.. Kamu suka kan digilir kayak tadi? Jawab jujur!”, tanya Mas Rio sambil membentak



Aku mengangguk lemah



“Jawab!”



“Iya aku suka. Puas?”, akhirnya aku memberanikan diri menjawab pertanyaannya



“Enak mana ngentot sama aku atau ngentot sama mereka???”, selidik Mas Rio



Kali ini aku terdiam, aku ragu menjawab pertanyaan pacarku. Karena sudah jelas aku menikmati digilir seperti tadi. Rasanya sungguh luar biasa dan membuatku ketagihan.



“Jawab!!!”



“Ini semua kan keinginanmu mas? Kamu yang menginginkan ini semua kan? Aku melakukannya karena aku sayang kamu!!!”, jawabku



Mas Rio terdiam…



“Mas tau enggak? Aku jadi gini awalnya karena sapa? Karena kamu mas! Kamu yang bikin aku gini. Dan kamu tahu? Aku mulai menikmatinya mas! Aku ketagihan! Kamu juga tau? Tiap malam aku masturbasi mas karena nafsuku semakin ga bisa kutahan! Memek aku tersiksa mas!”, akhirnya aku mencoba menjelaskan perasaanku



Mas Rio masih terdiam…



“Aku sayang kamu mas. Kamu mau bukti apa lagi?? Kamu suruh aku jawab enak mana ngentot sama kamu atau ngentot bertiga sama teman-temanmu? Oke aku jawab. Aku suka dientot ketiga temanmu! Memekku lebih terpuaskan! Puas?”, akhirnya air mataku tak terbendung dan keluar juga





“Yank.. aku…”, Mas Rio terlihat kebingungan



“Ok, kamu mau bukti aku sayang kamu? Sekarang juga hamili aku. Aku bersedia kok mas! Tinggal kamu berani ngga?”, tantangku kali ini



Aku tahu Mas Rio masih takut menghamiliku. Ia tidak akan berani menghamiliku karena ia juga belum punya penghasilan untuk menghidupiku jika aku menikah dengannya.



“Dari dulu aku yang nuruti permintaanmu. Sekarang buat bukti kamu sayang aku apa enggak. Aku juga mau minta sesuatu sama kamu mas….”, ujarku



“Apa??”, tanya Mas Rio



“Kamu gak akan batasin aku lagi. Aku mau mengeksplore kebinalanku dengan caraku sendiri! Cukup sudah aku merasa tersiksa menahan rasa ini…”, jawabku



“kamu mau jadi lonte?”, tanya Mas Rio terkejut



“Iya, mungkin itu salah satunya. Kamu ngga keberatan kan pacaran sama lonte?”, tantangku



Mas Rio terdiam…



“Kalau kamu ga bisa, berarti berbagi itu indahmu itu cuma omong kosong. Kamu cuma egois mentingin fantasymu sendiri. Kamu ga peduliin fantasyku!”



Mas Rio masih terdiam…



“Kamu tahu fantasyku sekarang?”, tanyaku



Mas Rio menggeleng. Karena memang daridulu ia hanya memikirkan fantasynya sendiri



“Kamu tau? Aku akhir-akhir ini membayangkan memek aku dipakai lebih dari 100 kontol. Aku ingin sedekah memekku ke para lelaki Sebanyak-banyaknya. Ini semua berawal dari fantasy gilamu! Akhirnya aku sadar, mencintai saja tidak cukup bagiku. Ada hal yang harus kugapai yaitu kepuasan!”, kataku



Mas Rio tercengang, tidak percaya dengan apa yang baru saja kuucapkan. Seorang siswi terpelajar dan berprestasi sepertiku, ternyata memiliki cita-cita yang begitu merendahkan harga diri. Ingin dipuaskan selangkangannya.



“Terus maumu gimana?”, tanya Mas Rio pasrah



“Aku mau kita break dulu mas..”, jawabku mantab sambil menghela nafas panjang



“Tapi yank?”, ujar Mas Rio sepertinya keberatan dengan keputusanku



“Keputusan ini aku ambil bukan berarti aku gak cinta kamu mas. Aku cinta sama kamu. Cinta banget! Tapi tolong mengertilah… Ada hal yang harus kucapai. Sekarang tinggal kamu. Masih mau enggak sama aku kalau aku sudah begitu kotor? Kamu tidak perlu jawab sekarang. Aku ingin tahu seperti apa perasaanmu ke aku kelak. Apakah masih sama?”, ujarku lugas



“Aku cinta sama kamu Echa…”, jawab Mas Rio



Kali ini aku yang terdiam. Mungkin keputusan berpisah untuk sementara adalah jalan terbaik bagi kami berdua. Biarlah aku mencari jalan hidupku sendiri. Biarlah semua yang kuperbuat aku yang menanggung. Jika Mas Rio masih menerimaku, aku bersyukur telah memilih dirinya. Jika dia memilih meninggalkanku setelah semua yang kulakukan, hal itu memang wajar karena mungkin saat ini aku sudah terlalu kotor baginya.



“Yasudah aku pulang dulu ya mas. Sementara kamu jangan hubungin aku dulu…”, ujarku dan aku pun memutuskan meninggalkan rumah pacarku itu dengan memesan sebuah taxi online sambil meneteskan sedikit air mata.



Pada akhirnya aku memutuskan keputusan ini. Semoga ini menjadi jalan terbaik bagi kami berdua



#bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd