Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bermula dari Musibah, Akhirnya Keterusan dan Berkembang

Status
Please reply by conversation.
Oke, yuk kita lanjutkan ceritanya yang semakin berkembang, pertama-tama dengan Kakak Sepupu duluan ya

Beberapa minggu kemudian kondisi ibu tiriku belum juga membaik dan selama beberapa minggu ini kedepan mungkin aku masih bisa menikmatinya, lalu muncullah sebuah ide kotor dipikiranku dikarenakan kedatangan orang pintar itu, bagaimana kalau aku belajar hipnotis, mungkin suatu saat nanti dapat kugunakan bukan hanya kepada Ibu Tiriku, tapi juga ke cewek-cewek yang tidak ku kenal.

Aku lalu belajar dari Kakek temen sekolahku yang tinggal di Desa Sebelah, katanya Kakeknya pernah belajar Ilmu Hitam, salah satunya Hipnotis. Ternyata Dia memang ahli hipnotis, dah malah kayaknya ini Gendam jangan-jangan, jadi kurang lebih sebulan setelah belajar, aku dirasa mampu untuk mempraktekkan ilmuku.

Aku awalnya praktekin ke Hansip di desa Guru Hipnotisku ini, jadi tanpa rekayasa. Dari ajarannya aku tau kalo intinya hipnotis itu adalah dengan menggunakan objek, yang mana korban harus paling tidak konsentrasi ke objek tersebut.

Sebenarnya amat susah kalau menghipnotis seseorang apalagi orang itu bukan yang kita kenal. Kurang lebih setelah dua bulan lamanya aku pun sudah bisa menggunakan ilmu hipnotis.
Hipnotisku adalah dengan objek perkataan dan gambar spiral dan tak ada satupun yang mengetahui tentang kemampuanku menghipnotis orang selain Guruku.

Nah cerita ini dimulai saat Ayahku ingin membawa Ibu ke Psikiater, Dia sudah menyerah dengan pengobatan tradisional dan mencoba pengobatan modern.
Siang itu Ayahku dan Pamanku berencana membawa Ibu Tiriku ke Psikiater yang ada di Ibukota.

Siang itu Paman dan Ayahku langsung berangkat untuk membawa Ibu Tiriku ke Psikiater, sedangkan aku diminta untuk tinggal dirumah pamanku dikarenakan perjalan dari Desa ini ke Pusat Kota yang ada Psikiater Terkenal yang dipercaya mampu menyembuhkan ibuku memakan waktu 2 jam perjalanan kalo dari rumah pamanku dan memang lebih cepat dibandingkan kalo dari desaku yang butuh waktu seharian untuk perjalan pergi dan pulang, itupun infonya Ibuku harus dirawat selama beberapa hari untuk melihat perilakunya sebelum diterapi, disisilain Adikku tidak ikut, karena ikut nenek ke rumah saudaranya dan tentu saja aku tidak ikut karena yang sedarah dengan nenekku cuma Adikku.

Setelah Ayah dan Pamanku berangkat, tinggalah Aku bersama Bibi serta Sepupuku dirumah ini
Kakak Sepupuku bernama Shinta, umurnya baru 18 tahun, Dia baru masuk kuliah, Mbak Shinta ini orangnya sangat tertutup dengan orang lain dan karena pakaiannya sopan dan sikapnya yang baik, orang-orang enggan kepadanya. Sedangkan Bibiku bernama Santi, umurnya masih 33, karena Dia menikah dengan Pamanku diumur 15 tahun dan melahirkan Mbak Shinta diumur 16 tahun, di desa ini menikah diumur 15 tahun memang tidak ada masalah.

Setelah menyalami Pamanku, Mbak Shinta langsung masuk ke kamar, ganti baju, dan mandi. Setelah makan malam, kami berdua nonton TV, sedangkan Bi Santi sudah tidur, seperti kecapean. Mbak Shinta tampak kecapean juga, aku bisa melihat raut wajahnya yang kusut.

“Gimana kampusnya Mbak?”, tanyaku.
“Capek dik”, katanya.
“Banyak sekali kegiatan.”
“Sudah semester 2 kan, harusnya lebih bersemangat lagi”, kataku.
“Ntar juga kamu bakal ngerasain koq yang namanya kuliah gimana”, katanya.

Aku manggut-manggut, sedangkan TV menampilkan film action, kami berdua menontonnya tanpa bicara, sampai kemudian ketika iklan aku nyeletuk.

“Kak, aku akhir-akhir ini belajar hipnotis nih, mau aku hipnotis?”, tanyaku sambil nyengir.

Dia menatapku dengan tatapan aneh. “Belajar dari mana?”

“Dari internet, belom dicoba sih tapi boleh dong kalau kakak jadi orang yang dicoba”, kataku.
“Hahahah, aku ndak percaya ama yang begituan”, katanya.

Aku lalu mengeluarkan papan yang bergambar spiral, lalu menyerahkannya ke Mbak Shinta.

“Apa nih?”, tanyanya.
“Objeknya, coba aja lihat, kalo bisa dan berhasil ya berarti aku nggak bohong”, kataku.
“Kayaknya seru nih, paling juga nggak bisa”, katanya sambil tertawa.
“Sudah lihat saja itu gambarnya, mulai ya?”, kataku.
“OK”, Dia masih ketawa kecil.

Dia sebenarnya tak tahu, inti dari hipnotis adalah mendapatkan ijin dari korban, kalau korban sudah menyetujui, selanjutnya tinggal dari ucapan dan perintah kita saja, sampai Dia benar-benar dalam kekuasaan kita.
Korban bisa menyetujui dengan cara mengiyakan dihipnotis, ataupun dengan cara menyetujui ketentuan yang kita berikan atau perintah yang kita berikan dan Mbak Shinta sudah masuk ke situ.

“Bayangin saja itu spiral adalah sebuah jalan, kakak ada di pinggir ujung spiral, lalu tujuan kakak adalah ke tengah spiral itu.”, kataku.

Mbak Shinta melihat gambar spiral yang Dia pangku tersebut. Dia mengurutkan garis spiral dari pinggir, lalu ke tengah secara perlahan.

“Jangan hiraukan suara lain selain suaraku”, kataku.
Ini adalah lapis perintah kedua, artinya, apabila seseorang sadar dari hipnotis, maka Dia harus melewati kesadaran berlapis dulu baru sadar sepenuhnya.

Aku lalu mencobanya konsentrasinya dan aku keraskan volume TV sejenak, tetapi Mbak Shinta tak beranjak dari papan spiral itu.
Aku paling tidak harus melakukan lima lapis kesadaran.

“Kemudian, satu-satunya yang Mbak patuhi adalah suaraku, setelah aku panggil nama Mbak diulang tiga kali. Shinta, Shinta Shinta!”, kataku. “Kalau mengerti mengangguklah!”

Mbak Shinta mengangguk.

“Kemudian, Mbak akan sampai kepada titik tengah spiral. Apabila sudah sampai, Mbak akan terasa lelah, matanya sangat berat dan mengantuk. Maka tidurlah!”, kataku.

Tak berapa lama kemudian Mbak Shinta tertidur di sofa, Dia tampak benar-benar menantuk.
Aku mengecilkan volume TV. Dia sudah dalam lapis keempat.

Lapis kelima sekarang.
“Mbak akan mematuhi apapun yang saya inginkan dan katakan, apabila aku bertepuk tiga kali lalu memanggil namamu tiga kali, Shinta, Shinta, Shinta, segera sadar dari pengaruh hipnotisku. Kalau mengerti mengangguklah!”, kataku.

Dia mengangguk.
Bagus deh, artinya kalau ingin sadar Dia harus melewati lima kali kesadaran dan itu tidak mudah.

Aku pun mencoba iseng, dan sebenarnya aku udah lama ingin melihat Payudaranya Mbak Shinta yang terlihat menonjol dari Kaosnya itu.

“Shinta, Shinta, Shinta”, panggilku.

Mbak Shinta menjawab, “Iya”.

“Buka BHmu dan tunjukin Payudaramu”, kataku.

Mbak Shinta pun dengan mata terpejam meraih tali Bra-nya di punggung, lalu Dia menaikkan kaosnya.
Tampaklah olehku pemandangan yang sudah sangat lama ingin aku lihat.
Mulusnya bongkahan putih itu, Payudaranya putih, Putingya pink, dan sempurna. Mba Shinta ini menggunakan BH ukuran 34F dan cukup gede menurutku.

myOr9Q1.png

Aku lalu menyentuhnya, kuremas dan kutekan putingnya itu.
Ohh…rasanya luar biasa, aku lalu mendekatkan diriku ke Payudaranya, kuciumi Payudara itu.

Kukecup lembut, kuhisapi putingnya dan Mbak Shinta hanya mendesah, dalam pengaruh hipnotis Dia bisa merasakan sensasi ini.
Aku lalu menghentikan aktivitasku karena kalau ketahuan Bi Santi berabe nih.
Aku lalu mematikan TV dan membopong Mbak Shinta.
Aku masuk ke kamarnya dan kuletakkan Dia di atas ranjang.
Aku kunci pintu kamarnya lalu melakukan apa yang aku lakukan tadi di sofa.

“Oh…Mbak…hmmm”, aku mengenyot putingnya bergantian, kiri dan kanan.
Mbak Shinta hanya naik turun nafasnya, mendesah.
“Kalau memang enak, Mbak boleh menggerakkan badan sesuka Mbak, tapi mata tetap tertutup ya!”, kataku.

Benarlah, Mbak Shinta mulai meremas kepalaku.
Dia seakan-akan tak mau melepaskan kenikmatan ini.
Payudaranya aku ciumi dengan rasa sayang dan ketika aku jilati bagian pinggir payudaranya, dia menggelinjang hebat, sepertinya itu G-spotnya, aku teruskan dan Dia makin mencengkram kepalaku, Dia peluk erat kepalaku.
Aku lalu bergelirnya ke perutnya, kuciumi pusarnya, lalu aku tatap wajahnya.
Cantik sekali Mbak Shintaku ini.

Aku ingin sekali mencium Mbak Shinta dari dulu, aku lalu menempelkan bibirku ke bibirnya.
Mulutnya yang sedikit terbuka aku jelajahi dengan lidahku.
Kuhisap salivanya dan kutelan.
Kuciumi apapun yang ada di wajahnya.
Mba Shinta ini memiliki rambut yang dipotong pendek, namun bau rambutnya sangat harum.

Penisku sudah on dari tadi sebenarnya.
Aku lalu melepas celanaku hingga tubuh bagian bawahku telanjang.

“Mbak Shinta sekarang duduk”, kataku.

Mbak Shinta lalu duduk, masih memejamkan matanya dan lemas.
Aku tuntun tangannya memegang penisku, oh nikmat sekali.

“Mbak anggap yang Mbak pegang ini lolipop, kulumlah tapi jangan digigit, jilati dan hisap!”, kataku.

Mbak Shinta lalu membungkuk, Aku yang duduk di atas ranjang itu hanya melihat aksinya.
Mula-mula Dia jilati penisku persis seperti lolipop, Lalu Dia kulum…..aawwww…itu lidahnya menari-nari di dalam mulutnya.
Dia jilati punyaku seluruhnya hingga basah.

“Mbak boleh mengocok pake mulut kalau mau”, kataku.

Dan Mbak Shinta nurut saja, kini kocokan mulut, hisapan dan jilatan menyatu membuat sensasi penisku serasa ngilu.
Ohh…nikmat banget, lalu aku meremas Payudaranya dengan gemas.
Mbak Shinta pelan sebenarnya oralnya, cuman enak banget, bener-bener penisku dijadiin lolipop.
Oouuuwwww,….mau keluar nih……

“Kalau sesuatu keluar, telan ya”, kataku.

Ooowww…ndak kuat lagi…aaaaaa…aaa…AAAAHHHHH…Croott..croott.. ..crooot…croott…
Muncratlah pejuhku di dalam mulutnya, lalu Dia menghentikan aktivitas ngocok dan menjilati spermaku, Lalu Dia telan semuanya.
Aku bisa mendengar suara tenggorokannya menelan sesuatu. Glup.

Aku lemas.

“Sudah Mbak. Sekarang Mbak tidur saja!”, kataku.
Mbak Shinta berbaring, lalu Aku membetulkan BHnya, lalu aku memakai celanaku lagi.
“Mulai sekarang Mbak kalau aku panggil patuh pada perintahku, mengerti?”

Mbak Shinta mengangguk.

“Baguslah, sekarang hitung sampai seratus lalu sadar”,kataku.
“Satu….dua…tiga…”, Mbak Shinta mulai menghitung.
Aku lalu keluar kamarnya dan masuk ke kamarku.

Lemes deh….nikmat banget Mbak Shinta sepongannya.

Lanjutannya dengan Bi Santi langsung ada kok, tapi di Post Selanjutnya ya: Bi Santi, Lets Go...
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd