Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bimbingan Teknis Bersama Icha Manis

uncuperak

Semprot Lover
Daftar
1 Jan 2023
Post
202
Like diterima
1.576
Bimabet
Thread pertama, ingin berbagi cerita (nama dan tokoh di samarkan) selamat membaca, dan happy ending dengan crootttt nantinya...

“para penumpang Garuda Indonesia GA-107 tujuan Jakarta dipersilahkan menaiki pesawat melalui gate 2” mendengar pengumuman tersebut, segera ku seruput secangkir kopi yang telah dipesan dan ambil tas ransel yang ada disebelah kursi lounge tempat menunggu untuk bergegas menuju gate 1.

Oh ya, perkenalkan namaku Pratama, biasa dipanggil Tama, usia 27 tahun dan baru 2 tahun ini bekerja di salah satu instansi pemerintah daerah Provinsi SS. Hari ini aku ditugaskan dari kantor untuk mengikuti bimbingan teknis yang diselenggarakan oleh kementerian di Jakarta selama 4 hari. Seharusnya yang ditugaskan rekan kerja satu ruanganku, namun 2 hari lalu ia mengabarkan jika kondisi anaknya sedang sakit sehingga aku yang masih single ini dan tidak ada tanggungan apapun diminta untuk menggantikan tugas tersebut.

“selamat datang, tujuan Jakarta ya Pak” begitu kata pramugari yang menyambut kedatangan para penumpang di pintu pesawat yang akan ku naiki. Dengan penuh senyuman sesuai SOPnya, aku pun mengiyakan. Segera ku masukkan ransel di bagasi dan duduk sesuai dengan seat yang tertera di boarding pass, 21F. Dikarenakan semalaman bergadang mengerjakan bahan untuk bimbingan teknis ini, otomatis begitu menyandarkan badan ini di kursi mata ini langsung terpejam dan terlelap.

Tidak terasa hampir 1 jam ternyata pesawat akan segera mendarat “selamat datang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten” begitu ucapan pramugari senior melalui speaker di pesawat. Satu persatu penumpang segera turun dari pesawat dengan tertib, dan kembali pramugari yang menyambut di pintu saat keberangkatan tadi berucap “terima kasih dan sampai jumpa lagi” dan kembali aku pun menbalasnya dengan senyuman. Ternyata pesawat parkir di gate-22 ku pikir tak apalah sambil berjalan santai langkah kaki ini terus berayun menuju pintu keluar bandara.

Saat menjelang keluar, tiba-tiba... “Hai, Tama” langsung ku toleh ke arah sumber suara, dan melihat sesosok wanita cantik dan manis dengan paduan dress putih, cardigan hitam, levis hitam yang press serta jilbab putih membuat aku sedikit terpana, yaa.. dia Marissa Damayanti, atau yang biasa ku panggil Icha. Teman satu kelas saat kuliah (yang dulu selalu menjadi bahan fantasiku ketika masturbasi), saat ini juga bekerja di salah satu instansi pemerintah daerah Provinsi JT. Sedikit gambaran postur Icha, wajahnya perpaduan arab lokal sekilas mirip artis Cut Meyriska, usianya 26 tahun dengan TB 155 cm BB 50 kg dan yang menarik dari pandanganku yaitu lekuk tubuhnya yang proposional, ku taksir tonjolan yang tertutup cardigan itu berukuran 36C.

“Hai Cha.. tambah cantik aja nih” segera ku sapa balik, kok ada disini? dalam rangka apa nih? Iya nih, aku ditugaskan kantor untuk ikut bimbingan teknis, ujar Icha. Lhaa... kok sama, sambil senyum dan tertawa semakin mengeluarkan aura cantiknya. Untuk diketahui, jurusan kuliah kami spesifik untuk instansi tertentu sehingga jika kerja di pemerintah daerah kami akan ditempatkan di instansi yang sama walaupun beda daerah. Kalau begitu, barengan aja Cha sambil ku pesan blue bird untuk menuju Hotel lokasi kegiatan. Di dalam taksi kami bercerita banyak karena selepas tamat kuliah belum pernah berjumpa kembali. Icha sudah berkeluarga, dan memiliki seorang anak lelaki usia 2 tahun, suaminya berprofesi sebagai konsultan pembangunan.

Tanpa terasa kami tiba di Hotel tempat berlangsungnya kegiatan, di sekitaran Gunung Sahari. Aku pun segera membayar dan membantu Icha menurunkan kopernya dari taksi yang kami naiki. Kami berdua pun langsung menuju ruang registrasi untuk menyerahkan dokumen perjalanan dan bahan laporan kepada panitia. “bapak/ibu nanti pembukaan jam 20.00 wib di ballroom utama ya” begitu kata panitia sambil menyerahkan key-card kamar untuk kami berdua. Kami pun segera beranjak dari ruang registrasi tersebut, “Cha.. kamar berapa?” ujarku. Sambil melihat nomor di key-cardnya Icha menjawab “511 nih”. Wahh, sebelahan dong, aku di 512. Untuk kegiatan bimbingan teknis ini, kami diberikan kamar masing-masing oleh panitia. Ku lihat jam tangan, masih menunjukkan pukul 14.30 wib, masih ada banyak waktu sebelum pembukaan nanti malam.

Saat masuk lift aku pun berkata “Cha.. ngopi sore yuk, sambil menunggu pembukaan” oh, ya... “boleh, ngopi dimana nih Tama” Icha pun menjawab. Sepertinya di lounge hotel ini aja, biar gak buru-buru dan kena macet nantinya. Oke dehh, nanti ketok aja yaa kamarku. Kami pun berpisah masuk ke kamar masing-masing. Ku rebahkan badan ini di kasur, mencoba memejamkan mata ini sebentar namun enggan terpejam. Masih terbayang sosok Icha tadi yang dulu ku kenal tampilan yang biasa sekarang sudah bermetamorfosis luar biasa. Tambah cantik dan badan yang berisi tapi tetap proposional.

Segera ku beranjak untuk mandi, biar badan ini kembali segar. Jam menunjukkan pukul 16.00 wib, aku pun beranjak keluar dari kamar dan ku tekan bel kamar Icha yang persis sebelah kamarku. Ting.. tong.. tidak lama Icha pun membuka pintunya, di balik pintu itu kulihat kembali sosok cantik dan manis itu. “Yukk kita ke lounge” ujar Icha membuyarkan lamunanku. Kami pun duduk di pojokkan lounge, mau pesan apa nih? Aku mau orange jus aja deh.. sambil memanggil waiter mendekati meja kami, pesan 1 capucino panas dan 1 orange jus ya mbak, “baik, ada lagi? ditunggu pesanannya”.

Kami pun mengobrol menceritakan kehidupan pasca tamat dari kuliah. Tidak banyak yang ku ceritakan karena sampai saat ini pun aku masih dengan status single. Aku pun mendengarkan dengan baik setiap ceritanya. Satu poin yang ku tangkap dari cerita Icha, bahwa dia sering di tinggal kerja luar kota oleh suaminya, dikarenakan pekerjaannya banyak di luar. Apalagi saat ini suaminya memegang salah satu proyek besar dalam mendukung pembangunan tol trans sumatera, bahkan terkadang satu bulan sekali baru pulang ke rumah. “wahh... kesepian dong” ujarku sambil bercanda. “biasa aja kaleee” kata Icha sambil mencubit lenganku.

“Yuk, ke ruangan, sepertinya kegiatan akan dimulai ini” ujarku. Sambil membayar bill tagihan kami pun beranjak menuju ballroom yang berada satu lantai dengan lounge hotel ini. Waktu pun berjalan dengan cepat, tanpa terasa acara pembukaan kegiatan telah selesai. Kami pun beranjak untuk memasuki kamar kembali. “Sampai ketemu besok yaa, badan ini lelah setelah menempuh perjalanan tadi” ujar Icha. Oke deh, selamat istirahat ya manis.. semoga mimpi indah. “Kok mimpi indah? Mimpi Tama dong” sambil memeletkan lidahnya dan menutup pintu kamarnya.

Aku pun memasuki kamarku, dan kembali bayang-bayang wajah manis Icha muncul dipikiranku, bahkan ke pikiran negatif membayangkan wajah dan tubuh Icha yang proposional itu. Burung kecilku pun sekarang sudah keras, berdiri menunjukkan keperkasaannya, “ini harus dituntaskan, biar malam ini aku bisa tertidur lelap” ujarku. Sambil membuka aplikasi ijo, mulai ku scroll menggunakan menu people nearby. Terfokus aku pada satu akun Putri Relina dengan taglinenya “full service ST 500k”. Langsung ku chat dan negoisasi, akhirnya deal dengan akun tersebut.

Sekitar 30 menit kemudian, ting.. tong..bel kamarku berbunyi. Ku intip dulu melalui lubang pintu, takutnya yang datang berbeda dengan profil yang ku lihat di aplikasi itu. Setelah ku perhatikan, wajahnya mirip selaras dengan badannya hanya tidak seputih di fotonya, efek dari aplikasi pikirku. Ku buka pintu dan sambil tersenyum ku persilahkan. Sekedar obrolan basa-basi, Putri pun berkata, aku siap-siap dulu yaa sambil menuju ke kamar mandi. Tidak lama kemudian, Putri keluar dan telah berganti kostum lingerie merah transparan. Wouw.. aku pun terperanjat memandangnya. “ayo sini ku bersihkan dulu, biar enak” ujar Putri genit. Setelah itu kami pun naik ke ranjang peraduan.

Dimulai dengan french kiss dan memeluk tubuhnya lidah kami pun bersatu. Tangan ku pun tidak tinggal diam, ku arahkan ke payudaranya yang berukuran pas di genggaman tangan ini, ku taksir sekitar 34B ini. Sambil memilinkan putingnya yang mulai menonjol, Putri pun mendesah, ahh... diantara kecupan bibir ini. Aku pun mulai menjamah dan meraba hingga ke pusaran bawah tubuhnya, ku cari belahan itu, dengan bulu-bulu tipis disekitarnya semakin membuatku bergairah penuh nafsu. Kembali ku mainkan dengan jari, satu jari.. dua jari.. masuk menerobos vagina Putri, kembali desahan Putri keluar ahh.. ahh.. teruskan, ujarnya. Putri pun tidak kalah diam, handuk yang sedari tadi ku kenakan sudah lepas dari ikatannya. Tangannya pun meraih batang kejantananku yang telah berdiri kokoh sambil sesekali memainkan kedua biji zakar itu. Mungkin sekitar 10 menit kami foreplay sampai merasakan bahwa vagina Putri telah basah dan dan siap untuk di gagahi. “ayoo mas.. masukkan” ujar Putri sambil membalikkan posisi sehingga sekarang aku telentang berada di bawahnya. Dengan sigap ku arahkan batang ini ke lubang kenikmatannya, dan seketika bless... masuk memenuhi dinding rahimnya. Putri pun mengeluh panjang, ahh... ouuhh... sambil mulai menaik turunkan tubuhnya sesekali di uleknya. Aku pun tidak tinggal diam, ku angkat sedikit pinggulku untuk memompa mengiringi turun naik tubuh Putri. Ahh... Uhh... Ahh.. suara kecil Putri mengekspresikan kenikmatannya. Bibir kami sesekali berpagutan, sambil tangan ini memainkan kedua payudaranya.

Tidak lama kemudian, ku minta mengubah posisi agar Putri menungging, yaa favoritku untuk penetrasi dengan doggy style. Dari belakang, ku arahkan kembali penis ini menusuk vagina Putri. Ku pompa kembali sambil menepuk pantatnya yang bulat itu, Putri pun mengeluh panjang, “ahhh... aku dapat” ujarnya. Ku diamkan sejenak sambil merasakan cairan kenikmatan itu membasahi dan mengalir di batangku. Setelah itu, kulanjutkan kembali menghujam vaginanya, hanya keluhan ahh... ahh.. yang terucap dari bibirnya. Aku pun mulai merasakan akan segera mengeluarkan sperma ini. Ku minta Putri posisi duduk, dan ku arahkan penis ini ke mulutnya. Putri pun dengan sigap meyambut penis ini di mulut kecilnya. Plakk.. Plokk.. Plak.. keluar masuk batang penis ini memenuhi mulutnya. Kedua tangan Putri sambil memainkan payudaranya sendiri semakin membuat hawa panas ditubuh ini segera perlu dituntaskan. Tidak lama, Croott... croott... mungkin ada sekitar 7 tembakan ku muntahkan ke mulutnya sambil ku tahan wajahnya untuk deep throat. Ahhh... legaaa, ujarku kemudian. Sedikitpun tidak ada yang tersisa, semua ditelan Putri bahkan sisa-sisa di ujung penisku pun dijilatnya dengan lembut.

Langsung ku rebahkan tubuh di kasur serasa melepas beban dan penat seharian ini, Putri pun beranjak dari kasur menuju kamar mandi. Sekitar 5 menit kemudian, Putri keluar dengan berganti pakaian tampilan saat pertama memasuki kamar ini. Putri mengambil soft drink di meja, melepas dahaganya, aku pun duduk sambil menghisap rokok di pinggir ranjang. “Oke, sudah selesai aku pamit dulu” ujar Putri sambil memberikan ciuman di pipiku. Aku pun menyerahkan 5 lembar merah sesuai kesepakatan sebelumnya, sambil berucap terima kasih. Putri pun berlalu membuka pintu meninggalkan kamar, benar-benar profesional gumanku dan tidak lama setelah itu aku tertidur karena lelah dan lega telah mengeluarkan cairan kenikmatan ini.

Tiba-tiba aku tersentak bangun, ting.. tong.. bel kamarku berbunyi. Aduh, siapa nih yang iseng, rasa malas untuk beranjak dari tempat tidur ini. Ting.. tong.. berbunyi kembali, dan dengan langkah berat ku buka pintu kamar dengan kondisi setengah sadar bangun dari tidur “Heiii...!!! baru bangun, udah jam berapa ini” ujar Icha yang mengejutkan ku sehingga kali ini benar-benar tersadarkan. “ehh, Icha ngapain nih?” Ini sudah jam berapa, acara mau dimulai, kata Icha. Tanpa sadar, tatapan Icha beralih ke arah bawah tubuhku, Yappp... aku hanya menggunakan boxer, apalagi pagi saat normal bagi lelaki untuk ikut berdiri juga pusaranya. “weiii, lihat apa?” bengong aja, kataku. Seketika Icha memalingkan wajahnya, terlihat rona merah di pipinya dan sambil malu-malu berkata... sana mandi, aku tunggu di ballroom dan kemudian segera berlalu pergi. “iya, nanti aku susul” sambil sedikit teriak karena Icha sudah beranjak mengarah ke lift.

Karena terlambat, pagi ini aku tidak sarapan lagi... setelah mandi dan berberes dengan pakaian rapi sambil membawa laptop dan dokumen kerjaan segera menuju ballroom. Dari pintu ballroom ku lihat lambaian Icha untuk mendekati posisi duduknya, kebetulan kursi di sebelahnya masih kosong. Aku pun mendekati Icha, permisi... sambil menggeser kursi untuk duduk disebelahnya. Pagi itu, dengan seksama kami mendengarkan materi dan paparan dari pusat. Kemudian sesaat sebelum coffe break panitia mengumumkan bahwa setelah coffe break ini sampai dengan sore nanti kita akan kerja mandiri boleh di ruangan ini atau di kamar masing-masing untuk mensinkronkan program yang telah dibuat masing-masing instansi dengan paparan materi yang telah disampaikan narasumber nanti. Kemudian peserta dipersilahkan untuk coffe break di meja yang telah disiapkan.

Ku ambil secangkir kopi dan 3 potong kue, untuk mengganjal perutku yang belum sarapan pagi ini di tambah energi yang keluar tadi malam bersama Putri. “rakus amat, ambil sampe 3 potong kue” ujar Icha. “kan tadi gak sempat sarapan” celotehku. Kemudian kami pun duduk bersama sambil menikmati kudapan yang telah di ambil tadi. “Hayoo... malam tadi habis ngapain? Sampai bangun aja kesiangan” ujar Icha. “aku gak ngapa-ngapain kok, tidur pules terus mimpiin kamu” kataku sambil tertawa. “mimpi apa mimpi... masa mimpi ada suara aneh gitu” ucap Icha sambil tersenyum. Duughhh... aku langsung terdiam, apa iya Icha tau ya, dan aku tersadar bahwa kamar kami bersebelahan. Kok bisa tembus ya suaranya, ujarku dalam hati. Oh, iya jendela kamar ku buka sedikit dikarenakan aku sambil merokok malam tadi dan kemungkinan jendela Icha juga terbuka saat itu.

Kemudian ku alihkan topik pembicaraan terkait tugas kerjaan yang harus diselesaikan. “Cha.. mau kerja disini apa di kamar nanti?” ujarku sambil melihat kanan kiri ternyata hampir sebagian besar peserta meninggalkan ruangan hanya tersisa beberapa orang saja dan panitia termasuk kami berdua. “kayaknya di kamar aja deh, ini juga peserta pada keluar dari ruangan ini” ucap Icha. “Ehh iya, nanti bantuin aku yaa.. aku masih belum paham program yang dijelaskan tadi” Icha kembali berucap. “oke, nanti kita kerjasama saja biar cepat selesai” ujarku. Kami pun segera beranjak dan meninggalkan ruang pertemuan itu.

Tiba di lantai 5 “di kamarku aja ya kita kerjanya” kata Icha, aku pun menjawab “boleh, tapi aku ke kamar dulu ya mau ganti kaos biar lebih santai kerjanya”. “pake celana, jangan pake boxer” ujar Icha sambil sambil ketawa dan kemudian segera masuk ke kamarnya. Aku pun tersenyum, awas ya nanti, dalam hatiku. Tidak lama, aku segera ke kamar Icha ternyata kamarnya tidak di kunci hanya di ganjal dengan ganjalan pintu. Aku pun langsung masuk dan terpana melihat pemandangan di depanku. Icha sudah sudah berganti pakaian, hanya menggunakan tangtop warna biru muda berbahan satin dengan tali tipisnya serta celana piyama pendek. Sungguh seksi dan menawan Icha saat itu, apalagi setelah ku perhatikan tidak terlihat ada tali BH dan garisan cetak celana dalamnya. Wah, sepertinya Icha tidak menggunakan apa pun di balik pakaian saat ini, dalam hatiku berujar. “kenapa bengong?” aneh yaa... ujar Icha. “gak kok, aku hanya terpesona melihat ada bidadari yang disini” sambil ku kerlingkan mataku. “uhh, gombal.. ayo kita kerja, biar cepat selesai” kata Icha lagi.

Dengan segera, ku duduk di kursi dan membuka laptop. Icha pun membuka laptopnya sambil duduk di atas kasur. Setengah jam berlalu, ternyata tugasku telah selesai karena pada malam sebelum berangkat sudah ku persiapkan semua dengan baik, sesuai dengan arahan dan paparan materi dari narasumber. Segera ku tutup laptopku, dan kemudian berkata kepada Icha “sudah belum, sini aku bantu”. “Kok cepat selesai sih? Aku aja belum ada setengahnya ini” ujar Icha. “iya dong, kan punyaku sudah siap” ujarku. “cepat selesai tapi gak cepat keluar kan” ujar Icha sambil cekikikan. “enak aja, emang mau coba” gurau ku sambil tertawa.

Kemudian ku dekati Icha di tempat tidur, sambil melihat laptopnya. Akhirnya dengan diskusi kecil kita berdua mengerjakan tugas yang tidak terasa hampir selesai. Tiba-tiba refleks tangan kami berdua beradu memegang mouse, ingin mengarahkan kursor ke tabel terakhir yang akan dibuat. Sejenak kami terdiam dan saling memandang, tanganku berada di atas tangannya Icha. Entah dari mana dan siapa yang memulai tiba-tiba dari berpandangan, muka kami semakin mendekat. Disitu kurasakan nafas berat Icha yang berhembus mengenai leherku. Bibir kami pun bertemu, dan kecupan-kecupan kecil itu terjadi. Uhh... Icha mengeluh ketika bibir mungilnya ku sentuh dengan lidahku ini.

Ciuman terbaik yang kurasakan, seakan-akan bibir mungil Icha ingin di jamah lebih dalam lagi. Nafas diantara kami pun semakin berat, french kiss saling mengulum lidah dan menggigit tipis bibir bawanya semakin membuat Icha bernafas tidak beraturan. Ku coba rangkul lehernya, dan mulai turun ke pundak badannya kemudian kualihkan tanganku mencoba merengkuh payudara Icha. Uhhh... Icha kembali mengeluh setelah payudaranya ku sentuh. Benar saja sesuai dugaanku tadi, Icha tidak menggunakan apa-apa lagi di balik tangtopnya ini. Puting Icha menonjol menembus tangtop tersebut. Tidak ku sia-siakan, dari ciuman itu ku alihkan ke lehernya. Leher yang putih dan bau wangi badan Icha semakin membuat gelora hasratku meningkat sambil tangan ini masih berusap dan memainkan putingnya. Hanya eluhan dan erangan kecil yang keluar dari mulut Icha saat itu.

Kami berhenti sejenak, sambil berpandangan.. kemudian ku pindahkan dahulu laptop Icha dari kasur ke sebelah laptopku di atas meja. Aku pun berkata, “boleh?” tidak ada jawaban apapun dari Icha, hanya anggukkan kecil yang seolah-olah berkata dan menyetujui ucapanku tadi. Ku baringkan Icha di tempat tidur dan langsung aku berada disisi kirinya. Kembali kami berciuman dan berpagutan, dengan nafas yang semakin bergelora. Tanganku kembali menjamah tubuh Icha, perlahan ku masukkan tangan ini ke dalam celananya, dammm... polos tidak ada bulunya. Kumainkan jari ini masuk dalam liang senggama, Icha hanya mengeluh panjang, ahhh... ahhh... tanpa diminta tangan Icha pun bergerak membuka celanaku dalam dalam sekejap penisku yang sudah berdiri tegak ini berada dalam genggamannya. Di naik turunkan genggaman tangan itu, mengocok penisku dengan lembut sambil bibir kami masih saling berpagutan. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, mewujudkan fantasi ku dulu. Akan ku buat kenangan manis ini untuk Icha.

Lama kami bergumul, dengan sentuhan tangan kami berdua ternyata kami sudah polos tanpa ada lagi pakaian yang menutupi tubuh kami. Vagina Icha sudah terlihat basah dan becek, matanya pun sudah sayu seakan meminta, ayo masukan sekarang. Aku tidak ingin cepat-cepat penetrasi, akan ku buat Icha lebih dari bayangannya saat ini. Kemudian, aku beralih ke ujung kakinya, ku buka perlahan kedua pahanya. Sungguh indah apa yang kulihat saat ini, gundukan vagina itu mulus tanpa ada bulu disekitarnya. Langsung ku dekatkan wajahku, dan mencium aroma wangi khas dari gundukan bukit kecil itu. “mau ngapain” ujar Icha. Tanpa menjawab langsung ku mainkan lidahku disekitar bibir vaginanya. Icha hanya meracau dan mengeluh ahhh... uhhh... ahhh.. diapakan ini, enakkk ujar Icha. Terus ku mainkan di klitorisnya dan kedua paha Icha semakin kuat mengepit kepala ku, dan serrrr... orgasme Icha pertama melalui sentuhan lidahku, air kenikmatan itu sedikit membasahi wajahku dan langsung ku sapu semua dengan lidah.

Ku diamkan sesaat, kemudian Icha berkata “belum pernah kurasakan yang seperti ini, sungguh nikmat, biasanya suamiku langsung saja”. Kemudian aku berdiri, kuarahkan sekarang penisku yang sudah tegak sempurna ini ke muka Icha. Seakan mengerti maksudku Icha langsung sedikit menaikkan kepalanya dan di ganjal bantal. Ternyata, Icha tidak langsung melahap batang penisku. Dia bermain-main dulu dengan lidahnya diantara batang dan biji zakar. Ohh... sensasi yang luar biasa yang kurasakan. Icha tersenyum kecil melihat ekspresiku saat itu, dan kemudian perlahan mulai dilahapnya penisku masuk dalam rongga mulut mungilnya itu.

Plokkk.. Plokk.. Plokkk.. bunyi mulut Icha ketika mengulum, mulutnya terasa penuh sesak dengan batang penisku ini. Aku pun mulai merasakan kenikmatan, dan tangan ini kembali menjamah payudaranya yang menggoda itu. Tidak lama, ku minta Icha untuk berhenti, karena jika seperti ini terus bisa-bisa kebobolan, ujarku dalam hati. Aku pun beralih diantara kedua pahanya sambil menggosok-gosokan kepala penis di bibir vaginanya yang tipis itu. Eluhan Icha kembali meracau aduhhh... uhhh... ahhh... dan kemudian segera ku tancapkan dan benamkan penis ini, terasa sangat sempit dinding vaginanya menjepit penisku. Ahhh... Icha tersentak, begitu masuk penuh ke liang senggamanya. Perlahan ku pompa maju mundur dan secara pasti ku tingkatkan tempo goyangan itu, sambil memainkan putingnya. Ahhh... Ahhhh.. Ahhh.. hanya itu yang terucap dari mulut Icha.

Kemudian, segera ku cabut dan meminta Icha untuk bergantian berada diatas. Icha memahami maksudku, dia pun sekarang mengangkangi tubuhku. Mulai dimasukkan batang penisku dan ahhh... pelan-pelan Icha bergoyang menguleg batang ini. Aku pun semakin membara, ku minta Icha sedikit menunduk agar bisa ku lumat juga kedua payudaranya. Pokk... pokk.. pokk... bunyi penis itu menghujam vagina Icha. AC dingin di kamar sekarang sudah tidak terasa, peluh kecil keringat kami sudah membasahi seluruh tubuh ini. Hampir 20 menit berlalu, ku minta Icha berdiri di tepi kasur, langsung ku peluk dan ku dekap dari belakang sambil memainkan kembali putingnya. Icha pun segera sedikit menunduk, sekarang tangannya berada di tepi kasur. Yappp... doggy style sambil berdiri, kembali ku hujamkan batang penis ini maju mundur, erangan dan eluhan Icha semakin membuatku semangat memompa. Ahh.. Uhh... Ah.. lagi, tancapkan lagi... ujar Icha. Panas disekitar pangkal penisku sudah tidak tertahankan lagi, rasanya ingin segera ku muntahkan lahar kenikmatan ini. Tempo pun semakin ku percepat, eluhan Icha semakin mengeras Ahhh... Ahhh... ku berucap perlahan pada Icha, aku mau keluarrr. “keluarkan saja di dalam, aku KB” ujar Icha. Tidak lama setelah itu ku semprotkan cairan kenikmatan ini dan membenamkan penuh batang penisku, croottt... crottt... crottt... Ouwhhhh, nikmat sekali, ujarku.

Icha pun merobohkan badannya ke kasur, perlahan ku lihat sisa-sisa sperma itu mengalir keluar dari vaginanya. Nafasnya masih terengah, kemudian Icha berucap “nakal kamu ya...” aku pun tersenyum, sambil berucap “terima kasih, ya udah memberikan kenikmatan ini”. Aku pun berbaring disampingnya, sambil bercengkerama dan bergurau bersama Icha. Tak terasa, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 wib, hampir 1.5 jam kami bergumul dan bercinta dalam kenikmatan tadi.

“Yuk... kita bersih-bersih” sambil memegang tangan Icha untuk berdiri, Icha pun menyambut tanganku dan kami masuk ke kamar mandi. Di kamar mandi, kami saling membersihkan dengan memberikan sentuhan-sentuhan kecil di bawah shower yang sudah ku setel hangat. Belaian lembut tangan Icha menyabuni badanku, pun begitu sebaliknya kulit mulusnya ku sentuh dengan lembut juga. Karena sentuhan-sentuhan itu, batang keperkasaanku kembali bangun dan berdiri tegak kembali. “aduh, bangun lagi nih” ujar Icha tersenyum. Tidak ku sia-siakan, segera ku duduk di toilet dan ku pangku Icha sambil menghujamkan penis ke liang vaginanya. Naik turun Icha memainkan tempo, sambil ku raba dari belakang payudara indahnya itu. Plokk... plokkk.. plokk... penis ini kembali beradu, erangan dan eluhan Icha juga kembali terucap, ahhh...ahhh... ahhh.

Setelah itu, Icha beralih kali ini tetap dalam pangukan hanya saja wajah kami sudah berhadapan. Ku cium bibirnya sembari dengan tangannya Icha kembali memasukkan batang penis ini ke vaginanya. Kembali Icha memainkan tempo gerakan sambil tanganku merengkuh dan memainkan putingnya. Plokk.. plokk... plokk... aku kembali merasakan akan keluar. Diringi dengan ciuman yang dalam dan ku remas payudaranya dengan sedikit keras, kembali ku muntahkan sperma ke dalam rahim Icha. Ouwhhh... Ouhhh... secara bersamaan kami mengeluh nikmat. Beberapa saat terdiam, kemudian kembali ku ajak Icha untuk berada di bawah shower sambil berpelukan dan ku kecup keningnya sambil sekali lagi berkata “terima kasih ya”.

Aku pun kembali ke kamar, Icha pun juga begitu lagi berdandan dan mengganti pakaiannya. Karena setelah ini kami akan melanjutkan makan siang di lounge hotel. Dari siang ke sore kami habiskan waktu sambil bercerita masa lalu saat kuliah, tugas kami berdua juga telah selesai dan siap dikumpul ke panitia. Beranjak malam, kami kembali ke ballroom sambil membawa tugas yang akan dikumpul. Satu persatu kami di panggil ke meja panitia untuk menyesuaikan dan mensinkronkan program kegiatan. Jam 21.00 wib seluruh peserta telah memenuhi kewajibannya dalam menyelesaikan tugas, dan tidak ada revisi yang harus diperbaiki. Panitia pun memberikan pengumuman, bahwa kegiatan kita sudah selesai dan bapak/ibu masih diperbolehkan istirahat. Panitia tetap memfasilitasi hotel dan makan sampai esok lusa sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Aku dan Icha berpandangan setelah mendengar itu, seolah sudah saling mengerti masih ada satu hari lagi untuk melanjutkan kenikmatan tadi. Senyum kami pun terpancar diselingi tawa ringan diantara kami.
 
Terakhir diubah:
Mantab Suhu.... Bravo! Thank you atas karyanya. Ditunggu cerita lainnya yaa...!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd