sakadaek
Semprot Lover
- Daftar
- 6 Jan 2014
- Post
- 256
- Like diterima
- 1.639
Entah untuk berapa lama aku pingsan, aku baru sadar kalo aku sudah berada di ruang rawat inap dengan posisi tidur. Setelah pulih lalu aku beranjak ke ruang dokter dan untungnya dokter langgananku itu masih ada di sana lalu aku menanyakan tentang jasad bu apong yang telah meninggal itu.Dokter itu menjawab bahwa jasad bu apong ada di kamar mayat menunggu instruksi dariku.
Lalu aku menanyakan kabar bayiku, dokter menjawab bayiku selamat dan sehat, sekarang ada di ruang perawatan bayi. Karena aku tidak mengetahui alamat pasti dari bu apong meskipun KTP bu apong ada di dokumenku, juga karena terlalu jauh maka jasad bu apong dikuburkan di kotaku saja. Singkat cerita, setelah prosesi penguburan jasad bu apong selesai, aku langsung konsultasi ke dokter anak untuk solusi bagaimana mengurus bayi yang baru lahir ini yang di tinggal oleh ibunya.
Dokter menyarankan untuk di rawat di RSIA ini aja supaya kesehatan nya terkontrol. Aku mengiyakan saja saran dari dokter itu karena jujur aku tidak tahu menahu tentang mengurus bayi. Aku pun pulang ke rumah sambil memikirkan nasib bayiku ini, apa yang harus aku lakukan, bingung aku dibuatnya. Apakah aku serahkan ke panti asuhan tp masa aku setega itu pada anakku sendiri. Saat itu jujur aku bingung sekali
Apakah harus aku rawat sendiri, nanti apa kata tetanggaku dan saudara2ku terutama sama orang tuaku, mereka pasti menanyakan asal usul bayi ini, apa yang harus aku jawab. Bingung sudah pikiranku.
Sampai akhirnya terbesit untuk merawat bayiku sendiri dengan bantuan seorang babysitter, kalo pun ada yang menanyakan tentang asal usul bayi itu, akan aku jawab dengan berbohong. Setelah memikirkan dengan matang2 akhirnya aku memutuskan untuk menjalankan ide tersebut. Segera aku bereskan rumahku untuk kedatangan bayiku ini, rencananya kamar untuk bayi, aku tempatkan di bekas kamarnya bu apong yang di lantai bawah supaya bila terjadi apa2 tidak ribet dengan menuruni tangga, lalu aku bereskan kamar bu apong, semua barang2 bekas bu apong aku pindahkan ke dalam dus besar, baik itu baju, celana, dokumen2 milik bu apong dan semua peralatannya aku pindah kan ke gudang yang berada di lantai atas. Setelah semua nya selesai baru aku mencari yayasan yang menyediakan jasa babysitter melalu internet.
Ada beberapa yayasan yang menyediakan jasa babysitter namun harga nya terlampau mahal. Sampai akhirnya aku temukan 1 yayasan yang menurutku cocok. Tidak menunggu lama, akupun segera pergi ke yayasan itu dan setelah sampai aku disambut dengan hangat oleh pemilik yayasan tsb. Aku mengutarakan keinginanku untuk menyewa jasa babysitter dengan berbagai syarat kepada pemilik yayasan tersebut karena aku tidak mau bayiku di rawat oleh babysitter yang asal2 an. Pemilik yayasan itu menyanggupi semua syaratku dan memperlihatkan beberapa profil babysitter yang berada di yayasan tsb.
Aku pun memilih2 dengan seksama tentang latarbelakang, keahlian, jenjang pendidikan terakhir, alamat asal, pengalaman serta wajahnya. Akhirnya aku terpaku pada 1 babysitter yang menurutku cocok untuk merawat bayiku.
"Maaf, bu, kalo teteh yang ini masih ada ?", tanyaku kepada pemilik yayasan itu
"ohh, iyaa pak, ada koq, kebetulan teteh ini baru kemarin melamar menjadi babysitter ke yayasan ini", jawab ibu pemilik yayasan
"Wahh, bapak ini, matanya cekatan sekali kalo melihat yang cantik", sambungnya
"Aahh, ibu bisa aja", jawabku
Calon babysitter yang aku pilih bernama Ami, asal cianjur, lulusan D3 Keperawatan, pengalamannya 2 tahun merawat bayi prematur, usia 27th, berwajah imut namun menggairahkan seperti Mikha Tambayong, berkulit putih dan masih single.
Lalu ibu pemilik yayasan itu pamit untuk memanggil Ami, tak berselang lama mereka berdua muncul di hadapanku, aku pun terkejut karena tampilan di foto itu seperti kamuflase, yang aku lihat di depanku sekarang bak bidadari. Putih bersih wajahnya, bodynya berisi, tinggi nya sekitar 160cm. Kebetulan Ami saat itu memakai kaos pendek dengan bercelana jeans agak ketat, secara umum tubuh Ami sungguh sangat proporsional antara tinggi dengan beratnya sehingga bongkahan pantat nya lumayan terbentuk sedangkan toketnya aku perkirakan berukuran 34 D karena agak membusung dadanya, aku pun menyukainya.
"Teh Ami, ini pak Heri, beliau meminta kamu untuk merawat bayinya", kata ibu pemilik yayasan itu
Aku pun menjulurkan tanganku untuk berkenalan dengan Ami
"Heri", kataku
"Ami", jawabnya
Setelah proses negosiasi selesai akhirnya aku menyetujui Ami untuk merawat bayiku. Lalu aku pamit pulang dan mengajak ami untuk mengambil bayiku di RSIA
"Kita langsung ke rumah, pa", katanya
"Ohh, enggak. kita ke rumah sakit dulu untuk menjemput bayi, sebeb bayinya masih di rumah sakit", jawabku
"oh, gitu, baik pa", balasnya
Setelah proses penjemputan bayi selesai maka kami langsung pulang ke rumah ku. Sesampainya di rumah, Ami yang sedari tadi menggendong bayiku menidurkannya di kasur yang sudah aku siapkan sebelumnya.
"Maaf, pak kalo baju sama peralatan bayinya di mana ?", tanyanya
"oh, iyaa, ini di dalam lemari ini", jawabku sambil membuka lemari pakaian
Lalu Ami mengecek semua perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan oleh seorang bayi, Aku hanya memperhatikan saja.
"Gimana sudah lengkap semua ?", tanyaku
"mmmm, sepertinya sudah pak, tinggal diapers yang belum", balasnya
"oh gitu yaa, merk yang bagus apa ?", tanyaku
"Tergantung, bapak maunya yang mana", jawabnya sambil tersenyum
Lalu Ami menyebutkan berbagai macam merk diapers tapi dia merekomendasikan merk Pam***s aja. Aku pun menyetujuinya, lalu aku pergi berbelanja ke depan supermaket yang kebetulan ada di depan rumahku. Setelah sampai, aku sempat berbincang dengan ami
"Ami, anggap aja rumah sendiri yaa, jangan sungkan2, yaa", kataku
"Baik pa", jawabnya sambil tersenyum manis
"Oh iyaa, nanti kamu tidur di sini aja yaa, bareng bayi, kalo saya tidur di kamar atas", terangku
"Ami, kamu bisa masak ga ?", tanyaku
"Bisa tapi ga terlalu mahir", jawabnya singkat
"Kalo kamu ga keberatan dan enggak sibuk, bisa tolong masakin buat kita yaa", pintaku
"nanti saya lebihkan gaji kamu, gimana ?", tanyaku
"oh gitu yaa, boleh lah, nanti ami coba", balasnya
"Maaf pa, biasanya kalo siang hari selama tugas, ami selalu memakai baju seragam babysitter. kalo di sini gimana, pa ?", tanyanya
"Yaa, terserah ami aja, mau pakai silahkan, mau enggak juga saya ga jadi masalah", jawabku
"yang penting tolong jaga dan rawat bayiku dengan benar dan kalo bisa berikan kasih sayang padanya", sambungku
"Kasih sayang gimana pa, maksudnya", tanyanya
Aku terkejut dengan pertanyaannya dan entah kenapa pertanyaan itu spontan keluar dari mulutku.
"eehhh, maaff, enggak koq. Gini, sepertinya kamu dapet banget dech sama bayiku, maksudnya kalo kamu sepertinya cocok banget sebagai ibunya", kataku keceplosan
"maaf, paa, gimana tadi", tanyanya menyakinkanku
"Enggak, enggak apa2, lupain aja", kataku kikuk
Lalu aku menanyakan kabar bayiku, dokter menjawab bayiku selamat dan sehat, sekarang ada di ruang perawatan bayi. Karena aku tidak mengetahui alamat pasti dari bu apong meskipun KTP bu apong ada di dokumenku, juga karena terlalu jauh maka jasad bu apong dikuburkan di kotaku saja. Singkat cerita, setelah prosesi penguburan jasad bu apong selesai, aku langsung konsultasi ke dokter anak untuk solusi bagaimana mengurus bayi yang baru lahir ini yang di tinggal oleh ibunya.
Dokter menyarankan untuk di rawat di RSIA ini aja supaya kesehatan nya terkontrol. Aku mengiyakan saja saran dari dokter itu karena jujur aku tidak tahu menahu tentang mengurus bayi. Aku pun pulang ke rumah sambil memikirkan nasib bayiku ini, apa yang harus aku lakukan, bingung aku dibuatnya. Apakah aku serahkan ke panti asuhan tp masa aku setega itu pada anakku sendiri. Saat itu jujur aku bingung sekali
Apakah harus aku rawat sendiri, nanti apa kata tetanggaku dan saudara2ku terutama sama orang tuaku, mereka pasti menanyakan asal usul bayi ini, apa yang harus aku jawab. Bingung sudah pikiranku.
Sampai akhirnya terbesit untuk merawat bayiku sendiri dengan bantuan seorang babysitter, kalo pun ada yang menanyakan tentang asal usul bayi itu, akan aku jawab dengan berbohong. Setelah memikirkan dengan matang2 akhirnya aku memutuskan untuk menjalankan ide tersebut. Segera aku bereskan rumahku untuk kedatangan bayiku ini, rencananya kamar untuk bayi, aku tempatkan di bekas kamarnya bu apong yang di lantai bawah supaya bila terjadi apa2 tidak ribet dengan menuruni tangga, lalu aku bereskan kamar bu apong, semua barang2 bekas bu apong aku pindahkan ke dalam dus besar, baik itu baju, celana, dokumen2 milik bu apong dan semua peralatannya aku pindah kan ke gudang yang berada di lantai atas. Setelah semua nya selesai baru aku mencari yayasan yang menyediakan jasa babysitter melalu internet.
Ada beberapa yayasan yang menyediakan jasa babysitter namun harga nya terlampau mahal. Sampai akhirnya aku temukan 1 yayasan yang menurutku cocok. Tidak menunggu lama, akupun segera pergi ke yayasan itu dan setelah sampai aku disambut dengan hangat oleh pemilik yayasan tsb. Aku mengutarakan keinginanku untuk menyewa jasa babysitter dengan berbagai syarat kepada pemilik yayasan tersebut karena aku tidak mau bayiku di rawat oleh babysitter yang asal2 an. Pemilik yayasan itu menyanggupi semua syaratku dan memperlihatkan beberapa profil babysitter yang berada di yayasan tsb.
Aku pun memilih2 dengan seksama tentang latarbelakang, keahlian, jenjang pendidikan terakhir, alamat asal, pengalaman serta wajahnya. Akhirnya aku terpaku pada 1 babysitter yang menurutku cocok untuk merawat bayiku.
"Maaf, bu, kalo teteh yang ini masih ada ?", tanyaku kepada pemilik yayasan itu
"ohh, iyaa pak, ada koq, kebetulan teteh ini baru kemarin melamar menjadi babysitter ke yayasan ini", jawab ibu pemilik yayasan
"Wahh, bapak ini, matanya cekatan sekali kalo melihat yang cantik", sambungnya
"Aahh, ibu bisa aja", jawabku
Calon babysitter yang aku pilih bernama Ami, asal cianjur, lulusan D3 Keperawatan, pengalamannya 2 tahun merawat bayi prematur, usia 27th, berwajah imut namun menggairahkan seperti Mikha Tambayong, berkulit putih dan masih single.
Lalu ibu pemilik yayasan itu pamit untuk memanggil Ami, tak berselang lama mereka berdua muncul di hadapanku, aku pun terkejut karena tampilan di foto itu seperti kamuflase, yang aku lihat di depanku sekarang bak bidadari. Putih bersih wajahnya, bodynya berisi, tinggi nya sekitar 160cm. Kebetulan Ami saat itu memakai kaos pendek dengan bercelana jeans agak ketat, secara umum tubuh Ami sungguh sangat proporsional antara tinggi dengan beratnya sehingga bongkahan pantat nya lumayan terbentuk sedangkan toketnya aku perkirakan berukuran 34 D karena agak membusung dadanya, aku pun menyukainya.
"Teh Ami, ini pak Heri, beliau meminta kamu untuk merawat bayinya", kata ibu pemilik yayasan itu
Aku pun menjulurkan tanganku untuk berkenalan dengan Ami
"Heri", kataku
"Ami", jawabnya
Setelah proses negosiasi selesai akhirnya aku menyetujui Ami untuk merawat bayiku. Lalu aku pamit pulang dan mengajak ami untuk mengambil bayiku di RSIA
"Kita langsung ke rumah, pa", katanya
"Ohh, enggak. kita ke rumah sakit dulu untuk menjemput bayi, sebeb bayinya masih di rumah sakit", jawabku
"oh, gitu, baik pa", balasnya
Setelah proses penjemputan bayi selesai maka kami langsung pulang ke rumah ku. Sesampainya di rumah, Ami yang sedari tadi menggendong bayiku menidurkannya di kasur yang sudah aku siapkan sebelumnya.
"Maaf, pak kalo baju sama peralatan bayinya di mana ?", tanyanya
"oh, iyaa, ini di dalam lemari ini", jawabku sambil membuka lemari pakaian
Lalu Ami mengecek semua perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan oleh seorang bayi, Aku hanya memperhatikan saja.
"Gimana sudah lengkap semua ?", tanyaku
"mmmm, sepertinya sudah pak, tinggal diapers yang belum", balasnya
"oh gitu yaa, merk yang bagus apa ?", tanyaku
"Tergantung, bapak maunya yang mana", jawabnya sambil tersenyum
Lalu Ami menyebutkan berbagai macam merk diapers tapi dia merekomendasikan merk Pam***s aja. Aku pun menyetujuinya, lalu aku pergi berbelanja ke depan supermaket yang kebetulan ada di depan rumahku. Setelah sampai, aku sempat berbincang dengan ami
"Ami, anggap aja rumah sendiri yaa, jangan sungkan2, yaa", kataku
"Baik pa", jawabnya sambil tersenyum manis
"Oh iyaa, nanti kamu tidur di sini aja yaa, bareng bayi, kalo saya tidur di kamar atas", terangku
"Ami, kamu bisa masak ga ?", tanyaku
"Bisa tapi ga terlalu mahir", jawabnya singkat
"Kalo kamu ga keberatan dan enggak sibuk, bisa tolong masakin buat kita yaa", pintaku
"nanti saya lebihkan gaji kamu, gimana ?", tanyaku
"oh gitu yaa, boleh lah, nanti ami coba", balasnya
"Maaf pa, biasanya kalo siang hari selama tugas, ami selalu memakai baju seragam babysitter. kalo di sini gimana, pa ?", tanyanya
"Yaa, terserah ami aja, mau pakai silahkan, mau enggak juga saya ga jadi masalah", jawabku
"yang penting tolong jaga dan rawat bayiku dengan benar dan kalo bisa berikan kasih sayang padanya", sambungku
"Kasih sayang gimana pa, maksudnya", tanyanya
Aku terkejut dengan pertanyaannya dan entah kenapa pertanyaan itu spontan keluar dari mulutku.
"eehhh, maaff, enggak koq. Gini, sepertinya kamu dapet banget dech sama bayiku, maksudnya kalo kamu sepertinya cocok banget sebagai ibunya", kataku keceplosan
"maaf, paa, gimana tadi", tanyanya menyakinkanku
"Enggak, enggak apa2, lupain aja", kataku kikuk