Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
:polisi: udah muter 3 kali lom ada update yah
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bab 12: Dua Gadis Malang
Hafzah-Azizah-hafshahcoacoh-13.jpg

Hafzah Azizah

Pak Herman keluar dari kamarnya. Dengan wajah yang masih memasang tanda mengantuk, ia menuju dapur. Di dapur rumahnya yang berada di belakang kamar Pak Herman, seorang perempuan dengan jilbab lebar berwarna hitam lengkap dengan gamis berwarna biru sedang memasak di dapur. Pak Herman yang hanya mengenakan celana pendek saja berjalan mendekatinya. Dari belakang, Pak Herman menyergap tubuh perempuan itu.

“Eh!!”, Kak Hafzah terkejut menyadari Pak Herman sudah bangun.

“Kamu masak apa cantik?”, tanya Pak Herman.

“Masak nasi goreng tuan”, jawab Kak Hafzah.

Alih-alih berbasa-basi dengan Kak Hafzah yang masih fokus memasak. Pak Herman malah merangkul tubuh Kak Hafzah. Jemari kanannya berjalan perlahan menelusuri tiap inci tubuh Kak Hafzah. Lalu, dengan tiba-tiba, ia menyergap toket Kak Hafzah yang hanya ditutupi gamis biru Kak Hafzah.

“Hah!!”, Kak Hafzah sontak saja terkejut mendapat remasan di area sensitifnya tersebut. Ia mencoba tetap konsentrasi dengan wajan dan spatulanya.

Pak Herman tertawa kecil melihat respon terkejut Kak Hafzah. Tangan kanannya semakin liar menjamah toket Kak Hafzah. Sedangkan batang kenikmatannya sengaja ia gesek-gesekka ke pantat sekal kak Hafzah. Adukan Kak hafzah semakin tidak karuan karena terus diganggu Pak Herman yang sepertinya belum puas dengan permainan mereka semalam. Karena adukan spatula Kak Hafzah yang terdistraksi oleh ulah Pak Herman, nasi yang sedang dimasak oleh Kak Hafzah pun mulai berceceran berhamburan meninggalkan wajan.

Sementara Kak Hafzah berusaha mengatur napasnya dari serangan liarnya, Pak Herman yang cuek saja dengan masakan Kak Hafzah masih mengerjai payudara Kak Hafzah. Tangan kirinya memeluk erat pinggang Kak Hafzah hingga benar-benar rapat dengan tubuhnya, Hal tersebut menyebabkan ia leluasa menggesekkan kontolnya dengan pantat Kak Hafzah yang hanya tertutupi selembar kain saja. Sedangkan tangan kanannya, mulai memilin-milin puting gunung kembar Kak Hafzah yang mulai mengeras.

“Aoooohhhh”, Kak Hafzah melenguh setelah beberapa lama menahan suaranya karena mencoba untuk tetap konsentrasi memasak. Padahal, kompor sudah ia matikan beberapa saat sebelumnya.

“Hafzaaaaaaah. Kamu menggoda bangeet sayang”, ujar Pak Herman di telinga Kak Hafzah. Setelahnya, lidahnya menjilati telinga Kak Hafzah yang masih tertutupi jilbab lebar yang ia kenakan.

“Oaaaaah. Paaak. Tuaaaahhh. Aueeaahhh. Paaaak”, Kak Hafzah mencoba mencari kata yang pas.

“Kenapa sayaaaanghh?”, tanya Pak Herman lagi pada Kak Hafzah yang nampak hendak memberitahukannya sesuatu.

“Aaaaoooh. Paaakkhhh. Biar saya masak dulu. Oouuhh. Entaarrhh, kita main lagi pakk”, Ujar Kak Hafzah dengan dada yang kembang kempis dan napasnya yang tidak teratur.

“OOoohh. Hhohoho. Baiklah sayangghh”, Pak Herman melepas dekapannya. Tapi kontolnya masih terus ia gesekkan pada pantat Kak Hafzah.

“Oooohh”, Kak Hafzah merasakan sesuatu yang menegang di pantatnya. Alih-alih meladeni gesekan itu, ia menggigit bibir bawahnya agar suaranya bisa ia tahan.

Sembari tangannya mendorong sedikit tubuh Pak Herman menjauh dari tubuhnya, ia juga maju lebih mendekati kompor agar Pak Herman tidak lagi menggesekkan kontolnya pada pantat Kak Hafzah. Namun, bukannya makin menjah, Pak Herman malah tiba-tiba langsung menghentakkan pinggangnnya hingga menyebabkan Kak Hafzah terdorong ke depan dan tertahan oleh meja dapur. Kedua tangannya nampak menahan tubuhnya agar tidak menabrak meja terlalu keras. Pak Herman malah semakin liar menyerang pantatnya.

Pak Herman yang tenaganya seperti tiada habis setelah semalaman menggarap tubuh Kak Hafzah kembali menyerang tubuh Kak Hafzah. Diremasnya kembali kedua toket Kak Hafzah. Dengan pasrah, Kak Hafzah hanya mencoba menahan desahannya agar tidak membuat Pak Herman semakin menjadi-jadi. Meski demikian, ia tak dapat menahan wajahnya terus menerus menengadah melihat langit-langit sebagai tanda bahwa ia menikmati perlakuan liar Pak Herman tersebut.

Kini, giliran payudara kiri Kak hafzah yang menjadi korban remasan nakal tangan Pak Herman, sedangkan tangan kanan Pak Hafzah kini malah membelai pelan paha Kak Hafzah. Hal itu sebenarnya sudah cukup untuk membangkitkan birahi Kak Hafzah. Kak Hafzah yang sedari tadi beruaha menahan hasratnya nampak tidak bisa tenang karena terus menerus mendapat serbuan dari pak Herman.

Namun, ketika Kak Hafzah sudah mulai masuk ke dalam permainan Pak Herman, tiba-HPnya berbunyi pertanda ada telepon masuk untuknya. Kebetulan sebelum ia menjahili Kak Hafzah, ia nampak memainkan HPnya dan meletakkannya di meja makan. Pak Herman yang sedang asyik merangsang Kak Hafzah seketika langsung meninggalkan Kak Hafzah. Padahal, Kak Hafzah sendiri baru mulai terangsang dengan permainan Pak Herman tersebut.

Pak Herman nampak disibukkan dengan telepon masuk tersebut. Beberapa saat setelah menutup teleponnya, ia kembali masuk ke dalam kamar dan terdengar bunyi suara air. Nampaknya ia harus bergegas karena telepon tersebut. Kak Hafzah yang awalnya hanya mematung melihat aktifitas pagi Pak Herman pun kini kembali menyalakan kompor dan memasak lagi.

Tidak berapa lama, terlihat Pak Herman keluar dari kamarnya dalam kondisi berpakaian lengkap. Bahkan, ia juga nampak menenteng almamater merah kampus STISKA. Alih-alih ke meja makan untuk sarapan pagi, Pak Herman malah segera bergegas keluar rumahnya dan memanaskan mobil. Kak Hafzah yang melihat Pak Herman, sedikit keluar dan berusaha untuk menyusulnya. Dia hendak menyuruh Pak Herman untuk sarapan terlebih dahulu.

“Tuan ngga saapan dulu?”, tanya Kak Hafzah dari jendela mobil Pak Herman.

“Saya sebentar aja kok Ca. Ini ada permintaan pak dekan buat ngegantiin dekan di acara kampus karena ada undangan mendadak”, jelas Pak Herman.

“Ohh. Ya udah”, jawab Kak Hafzah singkat.

“Eh, cewek yang di atas jangan lupa kamu kasih makan ya. Jangan lupa dicampuin ama yang saya kasih semalam. Ada di meja kamar”, jelas Pak Herman lagi. Kak Hafzah hanya mengangguk.

Tidak berapa lama, Pak Herman pun benar-benar meninggalkan rumah dan menyisakan Kak Hafzah sendiri. Meski sebenarnya, kak Hafzah tidak sendirian di rumah tersebut. Kak Hafzah melihat jam yang tertempel di ruang tamu, sudah pukul 7 lewat 40 menit. Dia juga harus bergegas buat masuk ke kampus untuk sekadar mengabsen dan mengecek kembali kondisi mahasiswa KKN yang tidak lain adalah Arman dan teman-temannya.

Kak Hafzah masuk ke dalam kamar Pak Herman yang sudah masih berantakan. Tidak lupa ia mengganti sprei kasur tersebut dengan yang baru. Sebab semalam, seperti biasa, Kak Hafzah melayani nafsu bejat Pak Herman. Tidak lupa, Kak Hafzah mengambil sebuah mangkuk kaca yang berisi caian putih lengke sedikit transparan yang tidak lain adalah peju Pak Herman.

Dia kembali ke dapur sembari membawa mangkuk itu. Ia mengambil nasi goreng yang telah tadi ia buat dan mencampurkan peju Pak Herman dengan nasi goreng tersebut hingga ia rasa cukup. Kak Hafzah sempat mencicipinya, rasanya memang sedikit amis dan asin. Meski tidak begitu kentara, apalagi ditambah fakta bahwa mereka yang akan makan nasi goreng tersebut tidak tahu bahan apa yang dicampurkan Kak Hafzah.

Kak Hafzah lalu membagi makanan yang telah ia siapkan pada dua piring plastik. Tidak lupa, ia membawa segelas air mineral dan membawanya naik ke lantai dua rumah Pak Herman dengan menggunakan nampan. Ia memasukkan kunci pada lubangnya, dan memutar gagang pintu. Lalu nampaklah apa yang menjadi tugas Kak Hafzah pada pagi hari ini, memberi makan dua calon budak seks Pak Herman.

“Kak Caca…”,

“Nih. Makan ya kalian”, Kak Hafzah tidak mengguris suara dari Cecilia yang berusaha mencari tahu tentang apa yang menimpanya.

Telah dua hari Cecil berada di rumah tersebut. Ia nampak begitu frustasi setelah dua hari ia diikat dalam kondisi tak menggunakan dalaman. Bahkan pakaiannya pun diganti oleh Pak Herman ketika ia tidur. Selama dua hari pula, pertanyannya tak pernah digubris oleh Kak Hafzah dan Pak Herman. Sedangkan Nadila yang semalam baru datang masih tertidur dengan mata sembab. Nampaknya, semalaman ia sudah menangis. Kak Hafzah sendiri hanya melihat mereka berdua untuk membawakan mereka berdua makanan dan minuman. Selebihnya, ia tidak pernah sekadar mengajak dua calon budak seks Pak Herman tersebut untuk bercerita.

Setelah meletakkan makanan untuk dua perempuan malang tersebut, Kak Hafzah segera berdiri dan beranjak meninggalkan mereka berdua. Cecilia benar-benar sudah patah semangat untuk sakadar berusaha untuk membuka pintu juga. Maklum, selain tubuhnya yang lelah, mentalnya benar-benar hancur melihat Pak Herman yang ternyata bersekutu dengan kakak panutannya untuk melakukan sesuatu yang buruk padanya dan Nadila.

Di dalam ruangan tempat Cecilia dan Nadila disekap tidak ada apa-apa, bahkan lemari pun tidak ada. Yang ada di dalam ruangan tersebut hanyalah kasur tipis, tumpukan baju yang dialasi dengan koran di pojokan ruangan. Serta kamar mandi yang bahkan ember pun tak ada di dalam sana. Barangkali, Pak Herman hendak meminimalisir barang yang dapat digunakan mereka berdua untuk menyerangnya.

Setelah berberes, kak hafzah juga berangkat ke kampus untuk menyetor beberapa berkas dan sekadar absen saja. Tidak lupa, ia juga bersenda gurau dengan beberapa rekan kerjanya sesama dosen. Ketika terdengar suara adzan shalat dhuhur, Kak Hafzah bersiap menuju mushalla fakultas untuk mendirikan shalat. Meski statusnya sebagau budak seks Pak Herman, kak Hafzah tetap berusaha mendirikan shalat 5 waktu. Hal itu didasari kepercayaannya pada pak Herman yang selalu berjanji akan menikahinya.

Di mushalla, Kak Hafzah dikejutkan oleh seorang gadis berjilbab hitam dan mengenakan niqab yang ternyata adalah Nurmala yang kebetulan ada di belakang Kak Hafzah.

“Assalamu alaikum kak”, Nurmala lebih sering memanggil Kak hafzah menggunakan panggilan “kak” meskipun dia adalah mahasiswa dari Kak Hafzah.

“Eh. Ukh Nurmala toh. Kaget saya tadi. Hehe. Mau shalat?”, tanya Kak Hafzah pada Nurmala. Dijawab dengan sedikit anggukan oleh Nurmala.

“Ya udah. Kita shalat jama’ah aja yah. Biar ana yang jadi imam”, ujar Kak Hafzah. Mereka berdua pun melaksanakan shalat dengan kak Hafzah menjadi imamnya. Selama beberapa menit, mereka berdua hanyut di dalam ibadah harian mereka tersebut.

“Kak Hafzah tahu Dila ke mana?”, tanya Nurmala penasaran selepas mereka melaksanakan shalat.

“Eh, kenapa ukh?”, tanya Kak Hafzah pura-pura tidak tahu dengan kondisi Nadila yang semalam dibawa Pak Herman entah dari mana.

“Ngga kak. Soalnya dari tadi malam, dia ngga ngebalas chat dan ngga ngangkat teleponku. Takutnya, dia lagi marah sama ana kak”, jelas Nurmala.

“Ana ngga tahu sih ukh. Tapi, percaya aja deh, Nadila ngga marah sama antum kok”, ujar Kak Hafzah pada Nurmala sembari tersenyum, meski ditutupi oleh niqab hitam yang ia kenakan.

Setelah berbasa-basi dengan Nurmala, Kak Hafzah lalu pamit pada Nurmala kembali ke ruangannya. Sedangkan Nurmala masih mencoba untuk menghubungi Nadila, meski belum mendapat jawaban dari seberang. Jam di handphonenya menunjukkan pukul 12.47, ia pun memutuskan mencobanya nanti lagi. Ia ada kuliah jam satu siang ini.

(Kantor Jurusan Psikologi)
Putri-Kaneshia-reistaputrii-16.jpg

(Putri kaneshia)
Cad-Hafzah-Azizah-hafshahcoacoh-8.jpg

(Hafzah Azizah)

Di depan bagian administrasi jurusan seorang perempuan yang menggunakan jilbab sedada berwarna ungu pudar dan dipadankan dengan gamis berwarna hitam sedang duduk menunggu petugas bagian administrasi. Ia nampak menenteng map plastik yang berisi berkas-berkasnya. Melihatnya, Kak Hafzah yang awalnya hendak segera masuk ke ruangannya mendekatinya untuk sekadar menyapanya.

“Assalamu alaikum ukh”, ujar Kak Hafzah. Kak Putri yang tadi hanya menatap kosong, segera berpaling dan melihat ke arah Kak hafzah.

“Eh, wa alaikum salam kak”, Kak Putri berdiri dari tempat duduknya. Ia memasang senyum.

“Lagi ngapain ukh?”, sapa Kak Hafzah.

“Lagi ngurusin berkas buat ujian proposal kak”, jelasnya.

“Wahh. Udah mau sarjana nih ternyata”, puji Kak Hafzah.

“Ahh, Baru juga ujian proposal kak. Belum skripsian”, ujar Kak Putri.

“Tapi kan setidaknya selangkah lebih dekat. Udah dulu ya ukh. Ana ada kerjaan di dalam”, Kak Hafzah pamit pada Kak Putri dan berjalan menuju ruangannya. Kak Putri hanya bisa melihat punggungnya dan kembali duduk ke kursi besi di depan bagian administrasi jurusan. Ia menghela napas.

Di ruangannya, Kak Hafzah nampak memasukkan barang bawaannya ke dalam tasnya. Setelah mengecek semuanya kembali, ia memesan taksi online untuk pulang. (Bersambung ke Bab 13: Malam Pertama )
 
Terakhir diubah:
Mohon maaf semuanya baru bisa update lagi. Untuk yang bertanya kemana saya selama sebulanan ini, jawabannya adalah: Ane mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan tangan ane patah dan harus rehat. Sebenarnya mau nulis di saat seperti itu, tapi karena pertimbangan kenyamanan dan recovery ane, ane pun mengurungkan niat itu dan memilih untuk memikirkan pengembangan cerita ini. Makanya, ada beberapa karakter yang ganti mulustrasi di halaman pengenalan karakter karena ane memikirkan mengenai pengembangan karakternya ke depannya. Terima kasih semuanya dan mohon maaf karena baru update lagi. Semoga tidak pada kabur.
 
Mohon maaf semuanya baru bisa update lagi. Untuk yang bertanya kemana saya selama sebulanan ini, jawabannya adalah: Ane mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan tangan ane patah dan harus rehat. Sebenarnya mau nulis di saat seperti itu, tapi karena pertimbangan kenyamanan dan recovery ane, ane pun mengurungkan niat itu dan memilih untuk memikirkan pengembangan cerita ini. Makanya, ada beberapa karakter yang ganti mulustrasi di halaman pengenalan karakter karena ane memikirkan mengenai pengembangan karakternya ke depannya. Terima kasih semuanya dan mohon maaf karena baru update lagi. Semoga tidak pada kabur.
Wahh semoga lekass sembuh ya huuu huhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd