Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bab 18: Yasmin dan Chintia

Yasmin-fathia-New-3.jpg

Yasmin Fathia
Tanpa perasaan apa-apa, Yasmin berjalan menuju kios pulsa langanannya di desa ini. Sempat terlihat di pikirannya sedikit rasa takut karena sekarang sudah pukul 9 malam. Apalagi, ketika beberapa meter melewati poskonya, nampak para pemuda desa sedang bermabuk-mabukan. Hal itu sedikit membut Yasmin parno. Namun, karena merasa semua orang di desa ini baik-baik dan ramah terhadapnya, yasmin pun menghilangkan pikiran negatifnya dan melanjutkan jalannya menuju kios pulsa. Tanpa ia ketahui, dari kejauhan lapangan, nampak sepasang mata yang sedikit kemerahan mengikutinya dalam gelap.

Suasana desa ini sangat sepi, apalagi ketika sudah menginjak pukul 9, rasanya sudah seperti kuburan saja. Saking gelapnya, Yasmin pun harus menjalankan senter HPnya agar bisa melihat dalam kegelapan. Di ujung jalan, ia bisa melihat kios pulsa langanannya masih menyala. Ia bergegas membeli pulsa. Alih-alih segera pulang sehabis membeli pulsa, Yasmin malah asyik teleponan dengan orang tuanya.

Di sisi lain desa, Arman dan Chintia sedang dalam perjalan pulang kembali ke posko mereka. Ketika melewati balai desa, Chinta menahan tangan Arman. Ia memegangnya, sangat erat. Arman berbalik demi melihat wajah Chintia.

“Kenapa Chin?”, tanya Arman pada Chintia.

“Maaannn. Anuu”, Chinta nampak ragu.

“Kenapa sih? Ini udah jam 9 tahu”,

“Man. Makasih ya buat yang tadi”, ungkap Chintia. Arman sedikit kaget dengan perkataan Chintia.

“Iya. Iya. Lagian lu juga udah bilang berapa kali sih”,

“Anu man”, Chintia masih nampak malu-malu.

“Apa lagi sih?”, Arman nampak kesal dengan tingkat Chintia

“Gw mau berterima kasih man”, ujar Chintia.

Belum sempat Arman menjawab, Chintia segera memeluk Arman. Sangat erat sampai Arman yang berusaha melepas pelukan tersebut tidak bisa. Ia hendak berteriak, namun tidak enak. Cahaya lampu balai desa menerangi mereka berdua.

“Lu kenapa sih Chin? Berterima kasih kayak gimana?”, tanya Arman penasaran.

“Gw malu bilangnya man”,

“Hah? Apaan sih?”, Arman makin bingung dengan kelakuan Chintia.

“Soalnya lu udah nyelametin gw man. Makasih banget. Tapi gw ngga punya apa-apa selain badan gw”, Chintia masih erat memeluk tubuh Arman. Dalam hari, ia sebenarnya sangat ingin mencium Arman, tapi karena mulutnya tidak bisa menjangkau mulut Arman, ia malah memutuskan untuk memeluknya dengan erat.

“Maksud lo Cuma punya badan gimana sih Chin?”, Arman pun merasakan tegang di dalam celananya. Namun, ia masih mencoba menjaga wibawanya sebagai ketua posko.

“Lo mau ngewe ama gw ngga man?”, tanya Chintia frontal pada Arman.

“Hah? Lo kenapa Chin”, Arman memegang dahi Chintia untuk memastikan temannya tersebut tidak sakit.

“Gw ngga sakit man. Gw Cuma sange”, Chintia makin liar menyatakan apa yang ia pendam sekarang.

“Waduh. Lo pasti kesurupan kan? Udah. Duduk dulu”, Arman berhasil melepas pelukan Chintia dan mendudukkan Chintia pada sebuah kursi panjang. Arman duduk di sebelahnya.

Wajah Chintia memerah, napasnya tidak beraturan. Arman memeriksa dahinya dan wajahnya, namun tidak kenapa-napa. Ia lalu menyarankan agar Chintia duduk dulu. Ia merasa kalau Chintia sedikit berhalusinasi karena sakit. Namun, ketika ia baru saja mengambil duduk persis di sebelah kiri Chintia, secepat kilat, Chintia melahap mulut Arman dengan mulutnya, mereka berciuman.

Mata Arman dapat melihat dengan sangat dekat mata Chintia yang tertutup. Dari ciuman tersebut, Arman dapat merasakan kesyahduan luar biasa yang sedang dirasakan juga oleh Chintia. Belum sempat Arman memperbaik napasnya, tangan kiri Chintia meraih tangan kanan Arman. Ditariknya tangan Arman dan diarahkan ke gunung kembar Chintia yang ada di sebelah kiri. Chintia membimbing tangan Arman untuk melakukan tugasnya, mereka gunung kembarnya yang sudah meraung meminta remasan lelaki.

Perlahan, libido Arman pun mulai naik. Dengan posisi Arman duduk dan Chintia yang berdiri, Arman memposisikan tubuh Chintia agar duduk di paha kirinya. Kini, Arman benar-benar leluasa mencium Chintia dan memainkan gunung kembarnya. Suasana malam yang sepi dan lampu temaran balai desa, membuat adegan ciuman mereka semakin mesra saja. Arman terus meremas payudara Chintia dengan pelan dan lembut. Ia tak ingin segera main gas full saja. Sebab, jarang-jarang ia bisa mendapat kesempatan gratisan seperti ini. Meski begitu, Arman masih menyisakan tanya dalam pikirannya tentang kelakuan Chintia ini. Namun, untuk sekarang I lebih memilih untuk berfokus menyenangkan Chintia.

“Chin. Gw udah pengen”, Arman melepas ciumannya dan merasa sudah waktunya. Chintia yang paham, segera menarik tangan Arman.

Mereka berjalan menuju bagian belakang dari balai desa. Di situ terdapat sebuah gubuk kecil yang cukup terawat. Bahkan, Chintia bisa menyalakan lampunya. Meski memang cukup kotor. Gubuk itu adalah tempat Arie dan Hemi tempo hari bercinta. Hemi memberitahukannya pada Chintia ketika mereka sedang jalan-jalan. Tempat itu konon merupakan tempat favorit Salman dan teman-temannya untuk minum-minuman keras atau sekadar mengajak pacar mereka bercinta. Maka wajar, kondisinya cukup terawat dan masih teraliri listrik yang diambil dari balai desa.

chindyaa-BXkdn-TYlc-Se.jpg

Chintia Karisma

“Gw buka ya man?”, tanya Chintia pada Arman untuk membuka jilbab pinknya. Arman hanya mengangguk, ia telah bertelanjang dada.

Chintia juga turut membuka seluruh pakaiannya hingga benar-benar telanjang di depan Arman. Melihat perempuan tertelanjang bulat di depannya, Arman pun segera melepas celana jeans yang ia kenakan hingga menyisakan celana dalam berwarna hitam yang nampak tak dapat menahan kerasnya batang kejantanan Arman yang sudah sangat tegang. Arman sekalian membuka celana dalamnya dan memperlihatkan keperkasaannya. Chintia sedikit terbelalak melihat batang kejantanan Arman yang sangat besar menurutnya.

Arman menarik tubuh Chintia dan menelantangkannya. Dengan wajah pasrah dan sayu, Chintia mengikuti tuntunan dari Arman tersebut. Ia berbaring melihat wajah Arman yang tampan dan sangat berwibawa. Arman berdiri dengan batang kejantanan yang tegak perkasa. Ia melihat tubuh polos Chintia dari ujung ke ujung. Setelah puas menatap lawan mainnya hari ini. Ia segera menunduk dan mencium bibir Chintia dengan lembut. Hal tersebut membuat Chinta terbuai dengan perlakuan Arman yang hangat. Setelah berciuman sebentar, Arman turun ke leher jenjang Chintia. Segera Ia menjilatinya dengan semgangat 45. Chintia menggelinjang menahan geli yang menjalar ke sekujur tubuhnya.

Tangan kiri Arman segera bergerak bergerilya di daerah memek Chintia. Setelah mendapatkan buruannya, dengan pelan dan lembut, ia mengorek memek Chintia. Sesekali, Chintia pun menggelinjangkan tubuhnya tiap kali Arman menusukkan satu jarinya pada memek Chintia.

“Aooohhh. Armaaannhh. Ooohh”, terdengar suara lirih Chintia.

Cup. Cup. Cup.

Arman masih menciumi daerah leher Chintia dengan mesra.Tangan kirinya secara bertahap dan konsisten menusuk-nusuk memek Chintia dengan satu atau dua jari. Bless. Bless. Terengar napas berat Chintia berembus dekat telinga Arman yang masih asyik menjilati leher Chintia, sesekali diiringi gigitan lembut yang membuat Chintia mengerang. Arman tidak ingin segera membantai Chintia dengan permainan yang kasar.

“Armaaaan”, Chintia kembali bersuara lirih.

Arman tidak begitu peduli dengan suara Chintia tersebut, ia beralih ke dada Chintia. Ia meninggalkan bekas cupangan kemerahan pada dada Chintia. Lalu tanpa basa basi, ia juga sekalian menggarap gunung kembar Chintia yang membentang dan menantang siapapun yang melihatnya. Terkadang Arman menggigitnya dengan sangat lembut, atau menghisap putingnya hingga seakan hendak menghabiskan isinya. Ia tak ingin membiarkan satu jengkal bagian gunung kembar Chintia yang lolos dari serangan gerilyanya.

Tangan kiri Arman tidak tinggal diam. Jika tadi ia hanya bermain lembut dengan memasuk keluarkan satu atau dua jarinya ke dalam memek Chintia, kini giliran tiga jarinya ia gunakan untuk mencolek memek CHintia yang nampaknya mulai memberi respon. Hal tersebut membuat permainan jari Arman semaki menggila. Dengan sedikit kasar, Arman memainkan ketiga jarinya itu di daerah memek Chintia. Wanita itu hanya bisa menggelinjang sembari mengeluarkan desahan manja yang sangat menggairahkan lelaki.

Mata sayu Chintia bergerak menyapu langit-langit gubuk yang nampak lapuk termakan air hujan. Takkan ada orang yang tahu tentang mereka berdua di tempat ini sedang apa, mereka bermain tanpa rasa takut. Bahkan, Chintia tak segan mengeluarkan desahan nakalnya untuk menyemangati Arman.

“Ma-aan, gw udah pengen man. Masukin gih”, pinta Chintia setelah beberapa lama Arman hanya terus-teruskan memainkan payudaranya yang sudah mengkilap.

Mendengar hal itu, Arman mengambil duduk dan memperbaiki posisinya. Ditatapnya sekali lagi tubuh polos Chintia yang siap untuk ia nikmati malam hari ini. Dari wajahnya, terlihat jelas kalau Chintia sudah pasrah akan diberlakukan seperti apa oleh Arman. Leher, dada, dan gunung kembari Chintia memantulkan cahaya lampu mengkilat oleh ulah air ludah Arman. Setelah puas menatap tubuh sintal Chintia, Arman mengambil ancang-ancang. Ia menahan tubuhnya dengan kedua tangannya. Tangan kanannya, ia gunakan untuk mengarahkan batang kenikmatanya pada memek Chintia.

Setelah kepala batang kejantanan Arman menempel dengan baik di memek CHintia, Arman pun melepaskan tanganya dan kini malah memegangi kedua kaki Chintia. Ia meregangkan kedua kaki Chintia hingga menekuk ke atas. Hal tersebut menyebakan memek Chintia menyeruak memperlihatkan itilnya. Arman tersenyum sumringah pada Chintia. Chintia pun membalas senyuman rman itu dengan senyuman penuh arti pada Arman. Berhadap Arman dapat memberikannya permainan yang berkesan malam hari ini.

“Gw masukin ya Chin?”, tanya Arman meminta izin pada Chintia ketika posisinya dirasa sudah benar-benar baik untuk mengeksekusi Chintia.

Chintia mengangguk.

Tanpa perlu menunggu jawaban susulan, Arman segera mendorong batang kejantanannya masuk menyeruak memek Chintia. Dengan posisi tertindih Arman, Chintia merasa bahwa memeknya akan terbelah dua oleh ukuran jumbo kontol Arman. Ia sempat mengeluarkan napas panjang dan melenguh panjang ketika merasakan tusukan maut dari Arman tersebut.

Dengan perlahan namun pasti, kontol Arman mulai berpenetrasi ke dalam liang memek Chintia. Arman tidak ingin membuat Chintia kesakitan dengan permainan kasarnya. Ia mencium Chintia sembari dengan pelan ia mendorong masuk kontolnya ke dalam liang kenikmatan Chintia.

Bless

Seluruh batang kejantanan Arman sudah tenggelam ke dalam liang kenikmatan Chintia. Dengan dua tarikan napas, Arman segera menarik batang kejantanannya, lalu memasukkannya kembali. Ia lalu mengulanginya dengan memainkan kecepatannya. Badan Chintia, bergerak mengikuti irama sodokan batang kenikmatan Arman. Mulutnya menganga dan kadang kala mengeluarkan desahan dan lenguhan yang membangkitkan gelora semangat Arman untuk membawa Chintia menuju puncak kenikmatannya.

“Oooaaaah. Memek lo enak juga Chiin”, Puji Arman

“Oaahh. Aaa. Aahh. Gw udah lamaaaaah. Aahh. Ngga ngewe Man. Ahh. Kontol loo”, Balas Chintia

“Ahh. Gw puasin lu Chin. Gw hamilin lo”,

“Ahhh. Hamilin gw bebhh”,

Arman memeprcepat irama sodokannya hingga membuat tubuh Chintia bergetar dan bergoyang hebat di tiap kali Arman menyodok hingga titik maksimal yang dapat ia capai. Setelah beberapa lama menahan paha dan kaki Chintia pada posisinya, kini Arman melepaskannya dan kembali ke gaya konvesional. Mereka bertungar lenguhan dan desahan. Karena kondisi tempat tersebut yang sangat sepi dan sulit dijangkau, tak ada warga desa yang sadar bahwa ada dua orang mahasiswa KKN yang sedang memadu kasih di kampung mereka.

Di Sisi Yasmin

Yasmin-fathia-New-3.jpg

Yasmin Fathia
Setelah merasa cukup teleponan dengan ibu ayahnya, Yasmin lalu bersiap pulang. Kios pulsa tempatnya membeli pulsa juga sedang beres-beres dan siap-siap untuk menutup kiosnya. Yasmin menyalakan senter HPnya untuk menerangi jalan setapak yang belum diaspal. Ia melewati beberapa rumah warga yang lampunya sudah dipadamkan. Selain itu, ia juga melewati bangunan sekolah yang tidak memiliki gerbang. Hanya gapura yang berdiri. Tanpa Yasmin ketahui, dari balik pagar sekolah dasar tersebut, sepasang mata tengah mengawasinya. Ketika Yasmin sedang melihat ke sekeliling, tiba-tiba, dari belakangnya sepasang tangan kasar menangkapnya dan menutup mulutnya. Yasmin terkejut dan berusaha meronta, namun tidak berhasil. Ia mencium bau khas yang tipis, bau miras.

“Siapa lo?. Hhheeey. Lepasin gw”, pinta yasmin pada orang yang sedang mencoba menangkapnya.

Yasmin berusaha memberontak, namun tiba-tiba sebuah bogem mentah mendarat di perutnya. Yasmin terhuyung, namun badannya ditahan oleh tangan yang menyergapnya dari belakang tadi. Belum cukup, dengan kasar si lelaki yang meninju perut Yasmin kembali menampar pipi kiri yasmin dengan sangat keras. Telinga Yasmin berdenging, ia terhuyung ke samping dengan pandangan yang berkunag-kunang. Ia benar-benar tidak berdaya dihajar oleh dua orang tersebut. Ia dalam kondisi setengah sadar.

“Jangan buat dia pingsan Jo!”, teriak seorang lagi dari jarak yang agak jauh. Nampak orang baru itu memegang senter dan berlari menuju ke arah yasmin dan dua orang pria tersebut.

“Si. Si. Siapa kall”,

BUGG!

Belum sempat Yasmin menuntaskan kalimatnya, ulu hatinya kembali ditinju oleh pria yang tadi sudah memukulnya. Kesadarannya sudah hampir hilang, yang dapat ia rasakan hanya pertengkaran kecil ketiga orang lelaki itu. Lelaki yang menahan tubuhnya mengangkatnya. Membopong tubuh Yasmin ke area sekolahan, ia lalu dibaringkan ke depan kelas yang berlantai ubin.

Awalnya, ketiga orang itu hendak memasukkan yasmin ke dalam kelas agar mereka benar-benar tidak mudah diketahui oleh warga. Hanya saja, karena semua kelas terkunci, mereka bertiga memutuskan membaringkan tubuh Yasmin di depan kelas begitu saja. Sebab, mereka berdua yakin bahwa di lingkungan sekolah yang mayoritas dikelilingi kebun tersebut, warga desa takkan sadar telah terjadi pemerkosaan terhadap mahasiswi KKN di desa itu.

“Waaahhh. Ini cewek bening banget Nal. Mantep banget lah. Hahaah”, ujar lelaki yang tadi membawa senter. Nampaknya, dia lah pemimpin dari kedua orang tersebut.

“Iya nih. Cantik dan badannya juga bagus banget. Ckckck. Andai aja si Ninda bodinya kayak begini”, ujar lelaki yang tadi memukul perut Yasmin.

“Hahaha. Kapan-kapan kita hajar juga si Ninda itu. Toketnya mantep banget keliatannya”, ujar si pemimpin geng tersebut.

“Gw yang ngerasain cewek ini pertama yo. Kalian lihatin aja gw ena-ena ama nih cewek”, sambungnya.

“Lahh. Gw yang nangkap dia”, protes orang yang menangkap Yasmin tadi.

“Ehh. Lo berdua berani ngelawan gw ya?”, tantang si pemimpin geng.

“Ehh. Ya udah kalau gitu. Lo duluan aja deh kalau gitu Wan, habis Wawan, kamu Jo. Terus aku”, ujar si lelaki yang tadi menangkap Yasmin.

“nahh. Gitu dong. Ini masih lama cuy bisa ngentotin nih cewek”,

Dengan kasadaran yang sangat tipis, Yasmin dapat merasakan tangan yang mulai menggerayangi payudara kirinya. Ia mencoba meronta, namun tubuhnya masih merasakan sakit karena pukulan tadi masih terasa di sekujur tubuhnya. Rok yang ia kenakan disingkap dan memperlihatkan celana pendek abu-abu yang ia kenakan. Dengan leluasa, mereka melepas celana pendek itu dan menyisakan celana dalam putih berenda Yasmin dan mengekspos paha putih Yasmin yang belum pernah dijamah lelaki. Ketiga orang itu tertawa mendapatkan mangsa yahud malam ini (Bersambung Ke bab 19: Maaf)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd