Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
Bab 19: Maaf

Yasmin-fathia-New-3.jpg

Yasmin Fathia

Di gelapnya malam, nampak orang yang dipanggil Wawan nampak begitu semangat melucuti celana pendek yang dipakai oleh Yasmin. Sedangkan Burjo, orang yang tadi memukul Yasmin yang sudah kepalang tanggung menahan libidonya hanya bisa menahan ludah melihat Wawan kini mencoba melepas celana dalam putih berenda yang dikenakan oleh Yasmin. Dengan kasar, ditariknya celana tersebut hingga Yasmin yang berusaha mengumpulkan kesadarannya tersentak.

“Hummm. Aromanya itu lho boss”, ujar Wawan sembari menghirup aroma dari celana dalam yang baru saja ia lucuti tersebut.

“Wahh. Sini dong Wan”, Burjo tidak tinggal diam dan berusaha merebut celana dalam tersebut dari tangan Wawan. Namun, Wawan menepis tangan Burjo.

“Ehh. Gw bosnya di sini ya. Jangan ngelawan kalian berdua”, tolak Wawan.

BUGG!

Tanpa ba bi bu, Burjo yang sudah sangat kesal dengan tingkah sok bos Wawan meninju wajah Wawan hingga tersungkur. Sedangkan Ismail, orang ketiga yang kerjaannya menahan Yasmin, hanya bisa menonton dua orang temannya malah beradu pendapat. Wawan sempat terhuyung, namun berhasil bangkit kembali. Ia berdiri, mencoba menantang Burjo.

“Lo berani ngelawan gw ya?”, tantang Wawan yang nampaknya sedikit teler karena ia juga baru datang dari acara pesta miras para anak muda desa.

“Ini jatah gw ya. Lo yang main embat aja sialan”, Burjo tidak kalah galak.

“Hoo. Berani ngelawan lo ya sekarang”, Wawan mengambil ancang-ancang memukul.

SEEEP!

Burjo menghindari pukulan tangan Wawan dengan lincah. Ia melompat ke kiri untuk memberi jarak dirinya dengan Wawan. Ia mengambil ancang-ancang dan BUUG!, pukulannya mendarat telak di rahang kanan Wawan. Ia kembali terhuyung ke kiri, menabrak tembok. Namun ia berhasil mempertahankan keseimbangannya. Meski terlihat lebih besar dari Burjo, Wawan sudah dua kali kena pukulan telak dari Burjo.

“Waahhh. Udah jadi jagoan ya lu Jo”, Wawan berlari ke arah Wawan. Tanpa disangka-sangka Burjo, Wawan malah menubrukkan tubuhnya ke badan Burjo. Burjo terlempat jatuh dari teras kelas dan mendarat di tanah.

Ketika Wawan berusaha bangkit, sebuah pukulan mendarat di pelipis kirinya. Wawan berhasil memukul telak temannya itu. Dari teras kelas, Ismail bingung membela siapa. Ia masih berjongkok memegangi tangan kanan Yasmin. Kedua orang temannya masih melanjutkan pertarungan mereka berdua.

“BAJINGAN LO WAN! GW YANG DAPETIN DIA!”, hardik Burjo kesal pada kelakuan Wawan.

“Bodo amat. Gw bosnya di sini sialan!”, Wawan kembali berlari ke arah Burjo. Burjo tidak mau tinggal diam, ia mengambil batu seukuran genggaman tangannya.

SEEEEP!

Ketika Burjo mengayunkan tangan kanannya untuk menghantam kepala Wawan dengan batu, lelaki besar itu menundukkan kepalanya sehingga pukulan Burjo meleset. Lalu, dalam posisi seperti itu, Wawan menyiapkan tangan kanannya. BUUG!! Pukulan tangan kanan Wawan mendarat ke ulu hati Burjo. Burjo mengerang. Ia memegangi perutnya. Wawan belum puas, ia kembali menarik tangannya dan BUGG!

Sekali lagi, ia berhasil memukul wajah Burjo dengan pukulan tangan kanan yang keras. Burjo benar-benar tersungkur kali ini. Ia sempat berusaha menyerang Wawan lagi, namun sebelum berhasil mendaratkan pukulan ke wajah Wawan, ia terjatuh dan malah segera dibanting lagi oleh Burjo. Dengan satu kali tendangan ke arah punggung Burjo, lelaki itu benar-benar terkapar dengan darah di pelipisnya. Hasil ia jatuh berkali-kali tadi.

Di tengah perkelahian dua orang temannya itu, Ismail malah menyobek pakaian terusan yang dikenakan oleh Yasmin dengan menggunakan pisau kecil yang ada pada pemotong kuku yang sering ia bawa. Dari area kerah baju Yasmin, ia menyobeknya turun hingga bagian perut Yasmin terekspos. Ia segera meremas kasar toket Yasmin yang masih tertutup oleh bra berwarna hitam.

Ismail yang sebenarnya baru tamat SMA, nafsunya segera meledak melewati ubun-ubunnya. Ini merupakan pengalaman pertamanya memegang payudara wanita, meski sebenarnya masih berbalut BH. Ia semakin semangat dan menyingkap rok dari baju terusan yang dikenakan oleh Yasmin. Kini, dua area sensitif Yasmin sudah nampak dengan nyata. Memeknya yang berwarna merah muda indah dan rutin ia cukur bulunya, nampak tanpa ada pertahanan berarti setelah dilucuti celana dalamnya. Sedangkan payudaranya, kini menyisakan BHnya saja yang berdiri lemah untuk menutup kedua gunung kembarnya. Ismail kembali teralihkan perhatiannya dengan teriakan kemenangan Wawan.

Wawan yang masih sedikit oleh nampak berjalan perlahan ke arah Yasmin dan Ismail. Ismail yang kaget, sedikit takut membayangkan kalau orang yang dihajar oleh Wawan tadi adalah dirinya. Ia menelan ludah. Wawan kini berdiri di depannya, namun ia malah membaringkan tubuhnya menghadap langit-langit kelas.

“Wan?”, panggil Ismail pada Wawan, tak ada jawaban.

Ismail yang penasaran dengan tingkah Wawan itu bangkit dan mendekati tubuh Wawan. Ia nampak kehilangan kesadaran diri dengan mulut terbuka dan mata tertutup, Wawan tertidur. Barangkali karena efek mabuk dan kelelahan setelah berkelahi dengan Burjo, membuat Wawan tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur. Ismail lalu memeriksa Wawan dengan seksama untuk memastikan Wawan benar-benar sudah tidak sadarkan diri.

“Aduuuuh”, Yasmin sudah sadar sedikit demi sedikit.

Meski begitu, ia masih merasakan nyeri yang luar biasa pada daerah perutnya. Ia mencoba duduk, namun tidak bisa. Ia menyapu pandangannya ke sekitar, namun tidak ada yang jelas, sebab semuanya sangat gelap. Ia mencoba meraba tubuhnya, astaga, pakaian yang ia kenakan telah sobek bagian atasnya dan mempertontonkan BH warna hitam yang ia kenakan. Mental Yasmin masih terguncang dengan peristiwa yang menimpanya barusan. Ia lalu merasakan bagian bawah tubuhnya dingin. Ia tahu kalau dalaman bawahnya telah raib entah ke mana.

Ismail yang mendengar suara tipis Yasmin, berbalik melihat perempuan malang itu. Ia berjalan mendekat. Sekelebat, ia dapat melihat seberkas cahaya yang berasal dari senter yang nampak seperti mencari-cari. Namun, Ismail tidak begitu peduli. Mumpung kini Wawan sudah terkapar dan Burjo pun sudah tidak sadarkan diri di tengah sekolah, ia bergegas berusaha meraih Yasmin.

“Ssiiiaaaapppaaahhhh”, perkataan Yasmin segera dipotong oleh cengkeraman kuat Ismail pada daerah sensitif Yasmin. Ia meringis kesakitan.

“Sekarang, giliran gw buat dapet yang bening-bening ini”, Ismail menatap yasmin dengan syahwat yang meluap-luap.

Ismail mengambil posisi menindih Yasmin. Tangan kanannya menahan tangan kiri Yasmin. Pahanya persis duduk di kedua paha putih Yasmin yang tidak tertutupi apa-apa. Tangan kiri Ismail meremas kasar gunung kembar Yasmin.

“Oouhhh. Ini yang namanya toket ya. Hahaha”, Ismail tertawa puas kembali merasakan toket Yasmin.

“Hen..”, ucapan yasmin tercekat karena ia masih merasakan sakit yang luar biasa. Namun ia bisa melihat seorang lelaki sedang menindihnya.

Ismail masih mempermainkan payudara Yasmin. Ia merasa benar-benar bisa memerawani yasmin kali ini. Sebab, dua orang menyebalkan yang mendominasinya sejak tadi, telah terkapar setelah perkelahian bodoh mereka. Ismail masih meremas kasar payudara Yasmin yang masih berbalut BH berwarna hitam

“WOOOYYY!”, terdengar suara teriakan dari arah gerbang sekolah.

Ismail berbalik, betapa terkejutnya ia ketika melihat Salman dan dua orang lain yang tidak ia kenal membawa senter. Ia ketakutan, ia berusaha lari, namun segera ia tersandung sesuatu. Ia pun terjerambab jatuh ke bagian tanah. Ketika ia mencoba melihat orang di gerbang tadi, ia baru sadar kalau tiga orang itu adalah Salman beserta dua mahasiswa KKN, Toni dan Rian. Mereka bertiga berhamburan.

Ismail mencoba kabur, namun mudah bagi Rian untuk segera melumpuhkannya. Dengan sekali jegal saja, Ismail jatuh tersungkur. Salman mengecek orang yang terbaring di tengah sekolahan. Sedangkan Toni tentu saja segera ke arah yasmin. Ia sempat terkejut melhat keindahan tubuh Yasmin. Namun, ia mencoba menjaga pemikirannya dan segera menutup daerah sensitif Yasmin tersebut dengan memperbaiki roknya yang tersingkap. Tidak lupa ia juga memberikan Yasmin jaket yang ia bawa untuk menutup bagian atas tubuh Yasmin, utamanya bagian payudaranya yang menyembul karena Ismail menyobek kerah pakaiannya.

Rian segera mengikat tangan Ismail. Remaja itu hanya pasrah saja. Ia tidak bisa apa-apa. Apalagi kedua mahasiswa itu datang membawa Salman, ketua karang taruna desa ini. Salman mengecek Wawan yang juga sudah terkapar. Rian dan Salman pun membereskan ketiga orang pelaku percobaan pemerkosaan tersebut. Toni berjalan ke arah Salman yang masih mengamati Wawan yang sudah diikatnya.

“Aku duluan balik ya man Soalnya ini si Yasmin kayaknya ketakutan banget”, ujar Toni.

“Eh? Mana dia?”, tanya Salman. Toni hanya menunjuk ke arah Yasmin yang kini sudah duduk bersandar pada tembok sekolah.

“Hmm. Ya udah deh. Kamu bawa dia aja cepat”,

Toni dengan sigap menggendong Yasmin, meski awalnya ia menolak karena masih ketakutan, Toni berhasil meyakinkan Yasmin untuk pulang dengan digendong. Toni dan Yasmin pun pergi meninggalkan sekolah. Sedangkan Rian dan Salman, berusaha menelepon kepala desa untuk kasus tiga orang ini.

Akhirnya, Yasmin tiba di posko KKNnya. Para perempuan di posko KKN tersebut histeris menyambut temannya yang baru saja menjadi korban percobaan pemerkosaan. Dari kejauhan, Arman yang baru saja beres bercinta dengan Chintia merasa ada yang aneh dengan keriuhan di posko KKNnya. Ia mempercepat langkahnya untuk memastikan apa yang terjadi di sana.

“Yasmin diperkosa man”, ujar Fathia ketika Arman bertanya.

Beberapa warga mulai mendatngi posko KKN mereka karena keributan yang terjadi. Para anak muda yang tadinya mabuk-mabukan pun segera bubar dan beberapa di antaranya memilih merapat ke posko KKN. Peristiwa itu segera tersebar dan menyebabkan para warga desa berbondong-bondong ke posko KKN tersebut.

Malam itu, Ismail, Wawan, dan Burjo diserahkan ke polisi. Setelah meminta keterangan pada yasmin, polisi segera meninggalkan lokasi dengan membawa ketiga orang pelaku itu. Keesokan harinya, Pak Heru datang ke posko KKN Arman. Ia mau meminjamkan mobilnya pada Toni yang rencananya akan membawa pulang Yasmin dan melaporkan kejadian itu pada kampus.

“Udah nak. Jangan dilaporin ya. Entar kampung kami ngga ada mahasiswa KKN lagi yang datang”, jelas Pak Heru, takut nama desanya akan tercoreng atas peristiwa ini.

“Ngga pak. Kan yang dilapor itu kejadiannya, bukan kampung bapak. Lagian juga peristiwa ini kan kebetulan terjadi sekarang”, jelas Arman yang mencoba menenangkan situasi.

Sedari tadi malam, Arman jelas tidak bisa tenang karena ia merasa sangat bersalah pada Yasmin. Ia lupa memberitahukan soal acara kumpul-kumpul para pemuda desa itu. Pada akhirnya, dia lah yang menawarkan diri pada Yasmin untuk mengantarkannya pulang. Yasmin pun menyetujui hal tersebut. Pukul 8 pagi nanti, mobil jemputan Yasmin akan datang menjemput Yasmin, Toni, dan Arman. Untuk sementara waktu, Arman menyerahkan urusan posko pada Rian. Sebab, Arman merasa bertanggung jawab pada Yasmin. Apalagi dia adalah teman jurusan Yasmin.

Mereka bertiga pun berangkat. Dengan perasaan yang bercampur, Arman sebenarnya hendak mengucapakan permintaan maafnya pada Yasmin karena membiarkan peristiwa semalam terjadi begitu saja. Dia begitu terlena dengan Chintia dan bercinta dengannya di gubuk belakang balai desa sampai lupa kalau ia belum memberitahu teman poskonya kalau para pemuda desa sedang berkumpul buat pesta miras.

Dalam perjalanan, mereka bertiga memutuskan untuk saling diam. Yasmin duduk di tengah, diapit oleh dua teman lelakinya. Rencananya, Toni yang bakal menemani yasmin pulang ke rumahnya, sedangkan Arman yang bakal mengurus kasus tersebut di kampus. Setelah dihempas debu jalanan selama kurang lebih 4 jam, mereka tiba bertepatan dengan adzan shalat dhuhur di kost-kostan Toni dan Arman.

“Jadi lo mau langsung pergi ke rumahnya Yasmin, Ton?”, tanya Arman pada Toni. Toni mengangguk.

Arman masuk ke dalam kamarnya, Yasmin disuruh menunggu di kamar Arman. Sejak di mobil tadi, ia masih saja terdiam dan terkesan kaku. Sepertinya perasaannya masih terguncang karena peristiwa semalam. Bahkan, ketika Arman meminta maaf padanya, ia tidak merespon apa-apa. Hal itu menyebabkan Arman benar-benar terpukul. Setelah Arman dan Toni bersiap, mereka bergegas menuju tempat masing-masing.

Sebelum mereka berpisah lagi, Arman menahan Toni. Ia meminta waktu sebentar untuk bisa bicara 4 mata dengan Yasmin. Toni mempersilakan.

“Min. Gw ngga tahu mau bilang apa agar lo bisa maafin gw. Semalam, gw ngga bisa ngelindungin elo. Tapi tolong, cepet pulih ya. Kamu kuat. Kamu bisa ngelewatin semua ini. Aku tahu kamu kuat kok”, Arman menutupnya dengan menangkupkan tangannya dengan tangan Yasmin.

Setelah sepatah kata tersebut, Arman nampak menitikkan air mata karena Yasmin masih tidak merespon dirinya. Namun, ia tahu kalau ia pun harus bangkit sehabis peristiwa memilukan tersebut. Dengan menggunakan Taksi online, Toni mengantar Yasmin ke rumahnya, di pinggiran kota Alpa ini. Sedangkan Arman, dengan mengendarai motor yang sudah nganggur selama hampir sebulan, menuju kampus.

Cad-Hafzah-Azizah-hafshahcoacoh-7.jpg

Hafzah Azizah

“Jadi gimana peristiwa semalam sih man?”, tanya Kak Caca pada Arman ketika mereka bertemu di ruangan Kak Hafzah.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 2 siang, Arman sendiri belum makan. Setibanya di kampus, ia segera bertemu dengan bagian KKN dan sekarang, ia ada di kantor supervisornya, Kak Hafzah. Sebelum masuk ruangan Kak hafzah untuk melapor, Arman terlebih dahulu mengambil SK pembimbingnya yang sudah keluar. Meski terkesan angin-anginan kuliah, Arman termasuk mahasiswa yang mau cepat lulus. Maklum, semenjak ibunya dinyatakan positif kanker payudara setahun lalu, ia benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Sebisa mungkin, ia harus bisa cepat-cepat sarjana, mengambil alih usaha yang sedang dikelola oleh ibunya, menikah, dan merawat ibunya.

20 menit Arman duduk di dalam ruangan Kak Hafzah menjelaskan semua yang terjadi selama masa KKNnya, ia keluar dengan perasaan campur aduk. Kak hafzah memang sedikit galak, sebab tadi ia sempat menyindir-nyindir tindakan Arman selama di posko. Berhubung, Arman adalah ketua posko, ia pun merasa bahwa apa yang disampaikan oleh Kak Hafzah merupakan masukan untuk dirinya.

Setelah beres dengan urusannya, Arman menuruni tangga jurusan dan menuju kantin fakultas. Mahasiswa kala itu memang cukup sepi. Maklum, sekarang kan memang waktu libur semester. Ketika Arman sedang menikmati nasi telur pesanannya, seorang perempuan dengan gamis duduk tidak jauh darinya. Ia tidak memedulikannya dan tetap fokus makan.

“Arman!”, sapa perempuan berjilbab hitam itu. Arman kini melihat perempuan itu.

“Ehh. Kak Putri”,

Putri-Kaneshia-reistaputrii-32.jpg

Putri Kaneshia

Kak Putri lalu mengambil duduk persis depan Arman. Ia juga memesan nasi telur. Mereka berbincang cukup banyak hal. Meski begitu, Arman tetap menghindari untuk membicarakan mengenai peristiwa yang menimpa Yasmin. Kak Putri sendiri hari ini ke kampus untuk mengurus bekas ujian proposalnya.

“Hahaha. Eh. SK pembimbing kamu udah keluar?”, tanya Kak Putri di tengah pembicaraan.

“Iya kak. Bentar ya kucek. Aku juga belum lihat sih”, Arman yang telah beres makan mengambil SK pembimbing yang tadi ia ambil di akademik jurusan. Ia membukanya dan tercetak dua orang nama pembimbingnya. Arman sedikit kaget ketika melihat nama yang tertulis sebagai pembimbing 1-nya: Hafzah Azizah.

“Waahhh. Pembimbing kamu kak Caca ya”, ujar Kak Putri.

“I. I. Iya kak. Dapet Kak Caca”, Arman tidak bisa berkata-kata karena ia sendiri malah berharap agar ia tidak dapat Kak Hafzah.

“emangnya judul kamu apaan sih man?”, tanya kak Putri penasaran.

“Rencanya sih bahas tentang kondisi mental mahasiswa ketika melihat centang biru tanpa balasan dari dosen”, jelas Arman. Ia menarik HPnya dan mengetik beberapa kata. Ia hendak men-chat seseorang.

“Wahh. Judul kamu keren ya Man”, puji kak Putri. Arman hanya mengangguk dan ia kembali melihat HPnya.

Message to Nurmala Aindina – Sent

Message from Puspita Aresti – Received (Bersambung ke Bab 20: Yang Tidak Kita Ketahui)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd