Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bitterness [No Quote]

aselole999

Suka Semprot
Daftar
9 Aug 2017
Post
4
Like diterima
24
Bimabet
Episode 1 . Perpisahan



Di pagi yang cerah, aku terbangun di apartemen dengan perasaan yang tak karuan marah, kecewa, sedih, tapi juga ada sedikit kepuasan. Aku menuju balkon sambil menikmati secangkir kopi hangat dan pemandangan kota S yang mulai ramai dengan hiruk pikuk kendaraan. Aku termenung mengingat kejadian semalam, tindakan yang aku lakukan dengan ibu kandungku setelah kurang lebih dua puluh tahun tak bertemu. Usiaku sebagai laki-laki yang sudah menginjak 28 tahun ini membuatku berpikir “apa ini benar hal yang ingin kulakukan?”. Trauma masa lalu yang ingin aku lupakan teringat kembali dengan jelas setelah kejadian semalam.

Secangkir kopi hangat tak dapat menghilangkan rasa penatku, di meja kerja menumpuk kerjaan yang harus aku selesaikan. Sebagai seorang software developer begadang adalah hal yang biasa, pagi hari adalah waktunya tidur tapi tidak untuk kali ini. Belum lagi harus mengurusi bisnis franchise F&B yang aku jalankan, rasanya waktu sehari 24 jam tidaklah cukup. Sambil duduk menatap layar komputer yang penuh dengan code program app yang perlu debugging aku mengingat kejadian yang terjadi dua puluh tahun yang lalu. Kejadian yang tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun.

Tahun 2002, tahun penuh keceriaan yang aku lalui sebagai anak sekolah. Tepatnya ini adalah hari libur akhir semester, seperti anak pada umumnya hari libur aku habiskan dengan bermain bersama teman-temanku. Rumahku berada jauh dari pusat kota, pedesaan yang masih asri dengan banyak pepohonan dan sawah yang terbentang luas, ada juga lapangan sepak bola yang biasa jadi tempatku bermain. Sehabis bermain sore itu kulihat sepeda motor yang sudah tidak asing lagi berada di depan rumahku, namun itu bukanlah milik bapakku, tepatnya itu milik pak Jupri teman bapak dan ibuku. Sudah beberapa kali pak Jupri ini datang kerumahku, jika aku ingat setidaknya dia sebulan sekali datang ke rumah sejak beberapa bulan yang lalu. Jika tidak salah dengar dia dan bapak sedang bicara masalah pekerjaan, pekerjaan apa itu ya mana kutahu, seperti anak kebanyakan kalau orang tua sedang ngobrol aku disuruh pergi.

Sore itu aku dimandikan ibuku karena tubuhku penuh lumpur sehabis bermain sepak bola, tentunya kena marah dulu.

Ibu : “Duh dek dek… kok sampai kotor semua! Apa ga kasihan sama ibu harus nyuci bajumu ini, ini warna putih bersihiinya lama!” Sambil dijewer lah aku

Putra :”Aduh bu sakit…. Kan habis hujan wajarlah kalau kotor”.

Ibu : “Oke… Besok habis main cuci sendiri bajumu!”

Setelah hampir selesai mandi aku ingat kejadian minggu lalu yang membuatku tidak suka dengan pak Jupri. Waktu itu bapakku belum pulang kerja, aku habis pulang main, tapi lewat pintu belakang langsung ke kamar mandi saat itulah aku lihat pak Jupri memangku ibu di dapur, tapi aku lanjut terus takut kena marah karena baju kotor.

Putra : “Bu minggu lalu itu pak Jupri kenapa? Kok mangku sama ngelus-ngelus punggung ibu?”

Ibuku seketika terdiam beberapa detik.

Ibu : “Oh itu.. Emm waktu itu punggung ibu digigit semut terus minta pak Jupri garukin”

Sebel juga waktu itu, jangankan dipangku pak Jupri aku lihat ibu dipeluk cium bapak aja sebel. Bukan karena berpikiran mesum tapi mikirnnya “loh itu kan ibuku, orang lain ga boleh”, maklum umur segitu aku masih sering dipeluk cium sama ibu apalagi ini didesa. Jangan bandingkan dengan anak jaman sekarang, udah banyak yang nonton bokep.



Catatan : Namaku Putra, lengkapnya Sang Putra Mapan. Nama pemberian ibuku, nama yang kelak tidak ingin aku ingat sama sekali.



Setelah selesai ganti baju ibu datang menghampiriku

Ibu :”Sini dek… duduk sini”.Aku duduk dipangkuan ibu, terus dicium pipi.

“Adek masih mau dibeliin bola sepak ga?”

Putra :”Mau dong, yang bola sepak beneran tapi, bukan yang bola plastik”.

Tahun 2002 aku lagi suka-sukanya main bola sambil teriak “tendangan jarak jauh, tendangan macan” apalagi ada world cup juga, serulah pokoknya main sepak bola rame-rame.

Ibu :”Tapi janji jangan bilang ke bapak kalau ibu dipangku pak jupri, ya..oke..ya”.

Putra :”Loh kenapa?”

Ibu :”Kalau adek bilang nanti bapak marah, takut ga adek kalau bapak marah?”

Iya juga pikirku, bapak memang serem kalau lagi marah, nangis kejer-kejer aku kalau dimarahi.

Polosnya diriku waktu itu, aku iya iya aja, yang penting dapet bola sepak.

Putra :”Oke janji”.

Ibu :”Ih..pinter anak ibu” Ibuku tersenyum sambil pipiku dicubit.



Catatan :

Minah, ibuku ini bisa dibilang manis wajahnya, usianya 25 tahun, rambut panjang lurus untuk ukuran orang jawa bisa terbilang putih, tingginya sekitar 160 cm, dengan ukuran payudara 32D dan tubuh yang memel (antara bb ideal dan gemuk). Kalau belum ada bayangan sebesar apa payudara 32D, pernah lihat y**tuber cewek yang sering pakai tank top main game mobile tembak-tembakan yang thumbnailnya provokatif pemersatu bangsa? Kurang lebih sebesar itu
.

Jupri, usia 32 tahun, kulit sawo matang, perut sedikit buncit, tinggi 165 cm, seorang kuli bangunan, rambut mulai mengalami kebotakan, wajahnya brewokan, mirip komedian t**on.

Ari, bapakku, usia 30 tahun, kulit sawo matang, tinggi 175 cm, mata sedikit sipit, makelar tanah sekaligus buruh pabrik, rambut pendek lurus, berat badan ideal, wajah biasa saja, seperti orang jawa pada umumnya.




Tiga minggu berlalu, tak terasa liburan sekolahku hampir berakhir, dengan senangnya kutenteng bola sepak baru ini, diantara teman-temanku cuma aku yang punya bola sepak, jadi aku yang buat aturan kalau main hehe jadi sebuah kebanggaan. Hari itu Juli 2002, entah kenapa tiba-tiba hujan deras dengan petir menggelegar siang harinya, kami yang saat itu di lapangan bola bergegas buru-buru pulang, seperti biasa karena cukup basah aku lewatlah pintu belakang namun anehnya ada sepeda motor pak jupri dibelakang rumah. Rumahku ini tidak berada di pinggir jalan raya masuk gang tepatnya dan sedikit jauh dari tetangga (rumah di desa biasanya ga dempet-dempetan), kamar mandi rumahku ga nyambung langsung dengan rumah, jarak beberapa meter dari pintu belakang dan menghadap langsung ke kebon. Muncul pikiran jangan-jangan ibu dipangku lagi sama pak Jupri, masuklah aku kedalam rumah, ternyata ga ada didapur mungkin di ruang tamu, aku menuju kesana. Tiba-tiba aku mendengar suara dari kamar orang tua ku, tidak begitu jelas karena hujan lebat. Setelah mendekat tepat didepan pintu jelaslah suara itu, suara kasur dipan yang berdecit seperti digoyang-goyang dan suara ibuku. Ya aku yakin itu suara ibuku, suara yang akan selalu aku ingat seumur hidup, suara yang kelak akan jadi mimpi burukku. “Ahh….ahh..ehmp plok plok plok plok…aduh mas…pelan–pelan” kuberanikan diri untuk mengintip dari sela pintu yang sedikit terbuka, kulihat ibuku telanjang dengan posisi nungging dan dibelakangnya ada seorang laki-laki yang juga telanjang bergerak maju mundur, dia pak Jupri. Perasaanku campur aduk saat itu, sebel, marah, takut, tapi juga ada rasa ingin tahu dan aku hanya bisa terpaku diam saat itu. Ibuku yang selama ini bersikap baik, ibu yang selama ini aku sayangi, ibu yang sering gendong, peluk, cium aku, ibu yang bertahun-tahun merawatku, saat itu telanjang bersama laki-laki lain didalam kamar, sulit dijelaskan dan dadaku terasa sesak dan akupun menangis tanpa mengeluarkan suara.

Sebagai saat itu aku belum memahami apa itu sex, belum diajarkan di sekolah dan masyarakat negara ini masih menganggap bahwa pendidikan sex adalah hal yang tabu. Apalagi tahun 2002 internet belum begitu maju, jangankan smartphone, hp berkamera pun masih jarang. Meskipun begitu aku tahu bahwa apa yang dilakukan ibuku saat itu adalah hal yang salah dan tidak boleh dilakukan karena laki-laki itu bukan bapakku.

Jika kuingat lagi dengan POV saat ini sebagai cowok 28 tahun kejadian itu adalah pertama kalinya aku melihat adegan porno. Terlintas di ingatanku adegan demi adegan, kalimat demi kalimat dan suara desahan mereka.

Jupri :” ah..ah.. ugh..enak ga Mi (nama ibuku)” sfx:plok..plok..plok

Ibuku :”iya mas…ah..ah..ehmp..ugh.”

Jupri :”keluar nih..aku keluarin dalem ya ahh..” sambil merem melek pandangannya menghadap ke atas dengan posisi nungging

Ibuku :”Jangan mas… aku belum kb..jangan didalem.. Ahh..ahh.”

Jupri :”Ahh…ah..ah…ugh..balik badannya” gerakannya semakin dipercepat, dicabutlah kontolnya lalu diarahkan ke muka ibuku.. Keluarlah cairan putih kental…membasahi muka ibu, lalu mengelapnya.

Ibu :“Udah ya mas ….takut nanti Putra pulang, hujan deras ini” sfx: terengah- engah

Tak mempedulikan ibuku, pak Jupri melanjutkan aksinya kali ini dia cium ibu, perlahan-lahan dari mulai leher lalu ke mulut, mulut mereka pun beradu, pak Jupri menjulurkan lidah lalu ibu menyambut dengan lidahnya demikian sebaliknya, mereka beradu seperti orang kehausan menikmati ludah masing-masing “muach…muach…ah..ah..” sfx: slurpt ..slurpt..slurpt. Tangannya bergerak memijat toket ibu ke atas bawah, jari-jarinya dengan terampil memainkan puting ibu, sesekali memelintir nya lalu menariknya. Mulutnya beralih ke toket ibuku, lidahnya perlahan menjilat puting berwarna kecoklatan itu, semakin cepat dijilatinya lalu disedot lah dua titik coklat itu secara bergantian sfx:slopt slopt slopt.. Kedua tangannya bergerak melingkari dua gundukan kenyal diiringi desahan dan keringat yang bercucuran. Seakan belum puas, pak Jupri beralih kebagian bawah, mulutnya bergerak menuju celah yang dikelilingi rambut hitam halus, dibukalah celah itu dengan kedua tangannya, lidahnya menjulur ke dalam bergerak keluar masuk cepat lalu perlahan, desahan ibu semakin keras, pinggulnya bergerak seakan seirama dengan gerakan lidahnya. Tak cukup hanya dengan lidah tangannya pun kini beraksi, tangan kirinya mencengkram leher ibu, dan tangan kanannya bergerak mengelus-elus celah yang kini terlihat sangat basah, cairan kental menetes membasahi sprei kasur. Jari-jarinya memainkan tonjolan kecil tepat di tengah tengah diiringi desahan dan gerakan pinggul yang mulai tak beraturan. Tangan kanannya pun lalu mengikuti dengan memasukan jari-jemari lihai itu perlahan lalu semakin cepat sfx:sprot..sprot..sprot dan semakin cepat.”ah..ah..ah..ughh.ughh ehmpt”. Tubuh ibu menggelinjang hebat lalu terlihat lemah tak berdaya, mata ibu yang sayu memandang pak Jupri lalu tersenyum manis, pak Jupri membalasnya dengan ciuman di bibir dan di dahi seolah-olah itu adalah closing ceremony yang indah. Itulah yang mereka lakukan jika dilihat dari POV ku saat ini, cukup erotis memang, tapi itu adalah pengalaman buruk bagiku dan sangat berdampak pada kesehatan mentalku hingga saat ini.

Setelah menyaksikan kejadian itu aku bingung harus ngapain, lalu aku teringat bapak, ya aku harus cari bapak, aku harus kasih tahu bapak kelakuan ibu, akupun berlari keluar rumah mengambil sepedaku untuk mencari bapak. Hujan sudah mulai reda, kukayuh sepedaku menyusuri jalanan yang penuh genangan air, aku bingung harus cari bapak kemana, aku ga tahu tempat kerjanya, kuputuskan untuk menuju ke arah jalan protokol, jaraknya cukup jauh, butuh satu jam mengayuh tanpa henti untuk sampai tujuan. Akupun menangis tak henti-hentinya, berkali-kali aku memberhentikan sepeda, tak kuat kaki ini rasanya mengayuh. Entah berapa lama aku akhirnya sampai dan lagi aku ga tahu tujuan mau kemana. Tak lama berselang kulihat sosok yang tak asing lagi mendekatiku dengan sepeda motor, ya itu bapakku. Bapakku bertanya kenapa aku main sepeda sampai ke sini, bahkan sedikit marah karena bahaya. Dengan terbata-bata aku ceritakan apa aku lihat barusan. Bapak terdiam menahan amarah, kami kemudian pulang, aku dibonceng bapak beserta sepedaku (sepeda kecil). Sebelum sampai ke rumah aku dititipkan ke rumah pakde Joko (kakak bapakku).

Bapak :”Mas titip Putra ya, biar tidur sini sekalian, pinjemi pakainnya Dhiki (anak pakde Joko yang seusia) dulu.

Pakde :’”Loh.. Lha ada apa?”

Bapak :”Ga apa-apa, ada urusan sama isteriku”.

Pakde :”Yowis hati-hati, kalau butuh bantuan tinggal kesini”.

Pakde :”Oke mas, terima kasih”.

Bapak melanjutkan perjalanannya ke rumah.

Aku ga tahu apa yang terjadi dirumah setelah dititipkan ke pakde. Hari-hari berikutnya aku sama sekali ga ketemu ibu, aku tanya ke bapak ga di jawab, dua hari berlalu dan aku mulai bersekolah. Seminggu kemudian waktu aku sendirian dirumah, siang hari ibu datang, tak sepatah katapun terucap darinya, berusaha melihatku pun tidak, seakan aku ini tidak ada, aku hanya diam dan melihat, dia datang mengambil barang-barangnya lalu pergi. Didepan rumah kulihat seseorang menunggu dengan sepeda motor, ya pak Jupri. Ibu naik keatas motor menggendong tasnya lalu merangkul pak Jupri kemudian tersenyum, mereka pergi, itulah terakhir kali aku melihat ibu. Senyuman itulah yang sampai saat ini aku ga habis pikir kok bisa-bisanya seorang ibu berlaku seperti itu.

Enam hampir setahun berlalu, bapak dan ibu akhirnya bercerai, aku ga tahu apa penyebab ibu selingkuh, bapak juga ga mau ngasih tahu. Karena ibu sudah tidak ada aku yang jadi tukang bersih-bersih rumah, saat itulah aku menemukan surat di bawah taplak lemari pakaianku. Surat itu bertuliskan “Untuk anakku Putra”. Entah kenapa tiba-tiba aku teringat lagi kejadian perselingkuhan ibuku, dadaku berdegup kencang, perlahan kubuka suratnya dan kubaca. Air mata ku perlahan mengalir, jadi ini yang ibu rahasiakan selama ini.



Bersambung……………
 
Dari tag nya ada revenge
Kira kira pembalasan nya ke siapa yaa
Ke ibunya kah, atau seseorang yg deket ama pa jupri? Entah itu anak, adik atau bahkan anak dari hubungan mereka ber2 ( saudara se ibu nya putra)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd