Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bittersweet

si_dinooo

Adik Semprot
Daftar
22 Dec 2020
Post
125
Like diterima
158
Bimabet
Selamat malam buat para suhu yang ada disini.

Izinkan ane buat ngeshare coretan-coretan nubi. Kisah ini dibuat berdasarkan kejadian yang pernah terjadi sama orang lain, tapi bukan berarti ini kisah nyata ya. Semua nama orang, profesi, tempat kejadian ini fiktif. Jadi mohon maaf kalau ada kesamaan ya.

Sebenernya cerita ini ane buat pas mau ikutan lomba cerita taun lalu. Tapi karena satu dan lain hal, jadi nggak kekejar. Ditambah akun ane yang lama lupa password :bata: jadi ane buat di akun yang ini. Cuma daripada cuma jadi oneshot, ane milh ngembangin untuk jadi cerbung. Kayaknya sih nggak bakal banyak, paling banyak belasan episode. Itu juga kalau ane rutin update terus :getok:

Anyway, biar ga ngebacot kebanyakan, ane persembahkan BITTERSWEET.
 
CHAPTER 00​



Cahaya matahari sudah masuk lewat sela-sela jendela, menerangi kamar dimana seorang pria yang berumur 30 tahun itu baru terbangun diatas ranjang king sizenya. Pria yang bernama Rino Sebastian ini kebingungan mencari istrinya yang sudah tidak ada di ranjang bersamanya. Setelah memakaikan kaos menutupi badannya, Rino keluar dari kamar dan menemukan Kania si istri yang sudah berdiri di dapur.

Hormon testosteron Rino yang tinggi di pagi hari membuat dia lebih terbangun melihat istrinya yang sudah dibalut pakaian kerja. Blouse biru mudanya tampak kesulitan menutupi asetnya yang besar juga celana bahan hitamnya tampak mengetat di bagian pinggul. Seringkali Kania tidak pede dengan pinggulnya yang besar, namun bagi Rino hal itu malah menambah kelebihan wanita cantik itu.

Rino mendekati Kania dari belakang lalu memeluknya, Kania agak kaget dengan kehadiran suaminya namun melanjutkan memasak.

"Eh sayang, baru mau aku bangunin sehabis masak."

"Ini udah bangun kok sayang, nggak usah dibangunin lagi." kata Rino sambil memeluk lebih erat hingga tidak mungkin Kania tidak merasakan yang keras di bawah sana. Rino bicara sambil menciumi tengkuk Kania yang terasa aroma parfum vanilla kesukaannya.

"Kamu udah siap pergi lagi nih?" tanya Rino.

"Rasanya aku udah bilang semalem kalau aku ada rapat sama direksi rumah sakit pagi ini." ujar Kania.

"Hehe iya aku ingat kok."

"Kamu ngopi dulu gih, aku udah bikin kopi buat kamu." kata Kania sambil menunjuk coffee maker di ujung dapur. Kopi hitam itu sudah siap dinikmati.

"Kopi aja nih sayang?" tanya Rino.

"Kan biasa kamu minum kopi hitam."

"Nggak dikasih bonus susu gitu?" tanya Rino sambil menggoda istrinya dengan menggerayangi dada Kania dari luar blouse.

"Hee, dasar mesum."

Kania tidak menghentikan gerayangan tangan Rino karena tangannya masih sibuk memasak. Rambut Kania yang dicepol membuat Rino lebih mudah menciumi tengkuknya yang sedikit demi sedikit membuat geli. Tapi tidak puas hanya menciumi tengkuk dan menggerayangi dadanya, satu tangannya yang masih terbebas bergerak turun ke bawah dan bergerilya di selangkangannya.

Merasa masakannya sudah matang, Kania mematikan kompor dan berbalik badan menghadapi Rino.

"Kamu tuh ya, baru semalem dapet jatah sekarang udah kepengen lagi." kata Kania sambil meremas pelan gundukan besar nan keras dari luar boxer. "Masih perih tau gara-gara semalam. Lagipula sebentar lagi aku harus pergi."

"Yah nggak sempet gitu, 15 menit ajah."

"Nggak, nanti malem aja ya. Gih ngopi dulu sono, keburu dingin tuh kopinya."

Rino sempat mencium bibir Kania dan merasakan lipstik yang belum lama dipakai. Tidak ingin memaksa istrinya untuk berhubungan, dia mengalah dan mengambil kopi dari coffee maker dan duduk di meja makan. Sementara itu Kania tengah menyajikan masakannya untuk sarapan.

"Kamu nanti jadi ketemu temen-temen SMA kamu?" tanya Kania tiba-tiba.

"Iya, jadi kok."

"Kalau gitu aku nggak siapin buat makan malam kamu ya. Kan kamu makan diluar."

Rino mengiyakan sambil menyesapi kopi hitam buatan istrinya itu. Tambah nikmat ketika Rino memandangi istrinya sedang membagi-bagi makanan di hadapannya. Tapi dia terpaku dengan bokong Kania yang tampak membulat di celana kerjanya. Seperti terhipnotis, si Rino memegang dan meremas dengan cukup kencang. Akibatnya Kania tersentak kaget.

"Rino! Pernah ngerasain wajan panas kelempar ke titit kamu ngga?" hardik Kania yang kaget karena masih memegangi wajan panas. Rino baru sadar kalau tindakannya cukup membuat Kania agak marah.

"Hehe. Abis gemesin."

"Untung ga tumpah makanannya. Kalau sampe tumpah puasa dua minggu loh ya."

Sebagai suami, Rino tahu benar kalau puasa yang dimaksud bukan puasa makan melainkan puasa 'dimakan'. Membayangkannya saja Rino hanya bisa meringis kalau tidak dapat jatah dua minggu. Terpaksa dia hanya bisa mengandalkan lotion dan forum semprot seperti yang biasa dia lakukan saat bujangan dulu.

Beres membagi makanannya, Kania duduk di sebelah Rino dan menikmati sarapannya. Sementara itu Rino masih memandangi istrinya. Setelah lima tahun bersama, entah ratusan kali melihat istrinya telanjang bulat, namun Rino masih tetap menikmati pemandangan indah setiap jengkal badannya, meskipun masih tertutup baju seperti sekarang.

"Kenapa?" tanya Kania merasa dirinya diperhatikan.

"Nggak, cuma menikmati kopi buatan kamu doang kok."

"Oh."

"Tapi walaupun kopinya pahit, sambil lihatin kamu kok rasanya manis yah."

"Huu dasar gombal."

Meskipun itu gombalan basi, tapi tetap bisa memulihkan rasa kesal Kania tadi. Buktinya saja sekarang dia tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Meskipun kadang jutek, sedikit menggoda seperti tadi tetap ampuh dirinya luluh. Inilah yang disukai Rino, senyum-senyum tersipu malu membuat istrinya manis sekali.

Tak lama Kania beres sarapan dan lanjut mencuci piring. "Sayang, kalau aku besok ke rumah ibu boleh? Tadi subuh ibu nelepon katanya kepengen jalan-jalan."

"Boleh aja kok, mau bareng aku?"

"Kalau kamu nggak sibuk di hotel sih boleh aja."

"Hari minggu sih aku shiftnya malam. Siangnya bisa kok."

"Okey deh, nanti aku kabarin ibu." kata Kania. “Aku pamit kerja dulu sayang.”

Kania pamit sambil mencium tangan suaminya dan seperti biasa ciuman singkat di bibir. Saat mengambil tas dan jas dokternya, Rino memukul gemas pantat istrinya.

“Hmm.. Iyaa, sabar ya nanti malam.” Kata Kania sambil meremas juniornya. “Bobokin gih dedenya.”

“Ada kamu sih, gimana ga gemes nih dedeknya.”

“Huu, dasar. Dah sayang aku pergi dulu.”

Rino masih mengamati istrinya saat keluar dari rumah hingga masuk ke mobil lalu pergi. Rino merasa amat beruntung memiliki istri seperti Kania. Dia yakin sekali dulu banyak yang mengincar Kania saat muda dulu, namun Rino sangat beruntung ketika Kania memilih dirinya.

Rino yang masih termenung selepas Kania pergi akhirnya tesadar ketika ada bunyi ringtone yang dia kenal. Sambil setengah berlari menuju ke kamarnya, namun terlambat panggilan itu sudah terhenti. Rino mengambil handphone yang masih tersambung ke kabel charger lalu melihat siapa yang menelepon sepagi ini. Lebih bingung lagi ketika dia melihat nama yang muncul.

Reza, ngapain dia telepon?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd