Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Bryan's New Life


HOT MOM NEXT DOOR

"Lain kali aja ya"
Gue pun segera pulang ke rumah. Kira kira 40 menit, sampailah gue di rumah. Setelah membuka pagar dan memasukkan motor ke garasi, gue melihat seseorang sedang berusaha memasang lampu yang ada di terasnya. Karena rumah kami saling berhadapan, gue bisa melihatnya bahwa orang ini kesulitan. Gue pun berinisiatif untuk membantunya.

"Permisi Pak, ada yang bisa saya bantu ?"

"Oh . . . saya mau ganti lampu tapi ternyata terlalu tinggi"

"Sebentar Pak"
Gue pun berlari kembali ke rumah mengambil sebuah tongkat, entah apa namanya, yang biasa gue pakai untuk mengganti lampu di area-area yang sulit dijangkau. Setelah menemukannya, gue pun kembali ke rumah tadi.

"Maaf Pak bohlamnya"
Laki laki ini pun memberikan lampunya dan langsung gue pasang. Untungnya saat dicoba, lampu berhasil menyala.

"Wah . . . makasih ya mas"

"Oh iya Pak. Kalo perlu bantuan lagi, panggil aja"

"Eh iya mas, masuk dulu mas. Sekalian kenalan"

"Iya boleh Pak"
Gue pun baru sadar, gue belom pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya. Padahal dari kecil gue sudah tinggal di komplek ini. Dan seinget gue, bukan orang ini yang tinggal di depan rumah gue.

"Mah . . . bikinin minum dong, ada tamu nih. Mas silahkan duduk dulu. Maaf berantakan ya"

"Oh iya Pak makasih"
Gue pun segera duduk di salah satu sofa. Gue perhatikan, ada banyak sekali kardus-kardus. Dari teras luar sampai di dalam rumah banyak sekali tumpukan kardus-kardus. Sofa di ruang tamu ini pun ada yang masih dibungkus plastik. Sepertinya orang ini baru saja pindah ke sini, pikir gue menerka-nerka. Setelah cukup lama menunggu akhirnya ada yang datang.


ec5e2f1211009304.jpg

Mulustrasi : Callista

"Maaf ya mas rada lama, lupa tehnya ada di mana"
Katanya sambil membawa nampan dengan tiga gelas teh manis dingin. Rupanya laki laki ini tidak datang sendiri melainkan bersama seorang wanita yang cantik sambil menggendong bayi.

"Nama saya Rudi. Ini istri saya namanya Callista"

"Halo"
Kata Bu Callista dengan suara lembut. Gue bersalaman sambil memperkenalkan diri.

"Nama saya Bryan. Kalian baru pindah ke sini ya ?"
Mereka pun menjelaskan bahwa mereka baru menikah 2 tahun lalu, walaupun usia mereka selisih 15 tahun, kemudian pindah ke rumah ini baru tadi pagi. Pantas saja masih banyak kardus-kardus yang tertumpuk. Pak Rudi juga menjelaskan bahwa nanti malam harus segera menuju bandara untuk keluar kota karena tuntutan pekerjaannya, yang berarti proses merapihkan perabotan maupun furniture akan menjadi lebih lama. Tapi Bu Callista tidak tinggal sendiri melainkan akan ditemani salah seorang dari keluargannya untuk membantu saat Pak Rudi sudah pergi, sayangnya saudaranya ini baru akan datang besok malam. Mendengar situasi keluarga ini, gue pun berinisiatif untuk membantu.

18:00

Selama membantu beberapa kali gue bisa melihat belahan dada Bu Callista. Membuat gue harus menelan ludah beberapa kali. Entah disengaja atau karena lengah, gue menjadi berhasrat untuk meremasnya. Sampai akhirnya, hari sudah semakin sore. Proses penataan perabotan dan furniture pun sudah hampir selesai. Pak Rudi pun menuju kamar mandi untuk menghilangkan bau keringatnya sebelum pergi ke bandara. Sekarang gue berada di ruang makan menata peralatan makan. Bu Callista keluar dari kamarnya setelah memeriksa anaknya, kemudian tiba tiba duduk di atas meja makan tepat di samping kanan gue. Daster selutut yang dia kenakan semakin terangkat menampilkan paha mulusnya.

"Kamu dari tadi ngeliatin belahan dadaku ya kan ?"
Bu Callista bertanya sambil menurunkan kedua lengan pendek dasternya memperlihatkan kedua pundaknya. Bahkan kali ini belahan toketnya semakin nampak jelas. Gue hanya diam tidak menjawab pertanyaannya. Dan gue pun tersadar, gue bisa melihat pundaknya tapi tidak terlihat tali behanya. Seingat gue tadi Bu Callista memakai beha berwarna merah.

"Tadi aku pakai beha warna apa ?"

"Ah . . . ehm . . . me-merah Bu"

"Bener. Kalo celana dalam aku warna apa ?"
Bu Callista perlahan melebarkan kedua kakinya, yang mana membuat paha mulusnya semakin terekspos.

"Ga-gak tau saya Bu"

"Liat dong"
Gue pun kaget apa sebenarnya tujuannya. Gue hanya menuruti kemauannya saja, jadi gue pun berlutut tepat di depannya.

"Warna merah Bu"

"Bener. Sekarang coba kamu lepas"
Perintahnya sambil menaikan dasternya hingga ke perutnya. Gue semakin bingung apa rencana sebenarnya Bu Callista. Pada titik ini, gue udah gak peduli lagi apa yang akan terjadi nanti. Gue akan ikuti permainan Bu Callista. Saat gue ingin meraih celana dalamnya, kedua tangan gue justru ditepisnya.

"Gak boleh pakai tangan !"
Bu Callista justru melarang. Gue langsung menelan ludah sambil deg-degan. Perlahan gue mendekatkan wajah gue menuju selangkangannya melewati sepasang paha yang mulus. Ketika sudah sangat dekat, gue bisa mencium aroma wangi yang cukup menggoda birahi. Misi melepas celana dalam merah dengan mulut, terpaksa gue kesampingkan untuk sementara. Langsung gue jilat memeknya yang masih terbungkus celana dalamnya.

"Ehm . . . nakal ya kamu . . . aahhh"
Bu Callista menikmati permainan gue, bahkan kedua tangannya semakin mendorong kepala gue untuk masuk lebih dalam. Karena kedua tangan gue dilarang menyentuh celana dalamnya, jadi gue coba untuk meraba paha mulusnya. Dan ternyata diizinkan.

"Aahhh . . . iyaahh . . . di situ . . . eehhmm"
Kali ini Bu Callista sampai menjambak rambut gue. Entah sudah berapa menit berlalu, tiba tiba kami mendengar suara Pak Rudi yang sudah selesai mandi. Seketika kami pun panik. Gue langsung bersembunyi di bawah kolong meja, sementara Bu Callista duduk di salah satu bangkunya. Beruntung taplak meja yang lebar itu sanggup menyembunyikan keberadaan gue.

"Loh Bryan dimana Mah ?"

"Oh . . . tadi dia izin pulang"

"Oh gitu. Coba besok Mamah bikinin dia makanan, kan udah bantuin kita"

"Emm . . . i-iyaah Paah"
Pak Rudi pun pergi meninggalkan area ruang makan entah kemana. Bu Callista sepertinya kesal, karena gue menjilati memeknya lagi dari kolong meja saat sedang berbicara dengan suaminya. Bahkan sampai gugup menjawab, untungnya tidak sampai ketahuan.

"Jangan kemana mana !"
Bu Callista pun berlalu pergi meninggalkan gue. Gue menunggu cukup lama, mungkin kira kira 20 menit gue bersembunyi di kolong meja. Sampai akhirnya gue melihat langkah kaki Bu Callista.

"Aman"
Ucapnya, gue pun langsung keluar dari persembunyian. Bu Callista menggandeng tangan gue menuju ruang keluarga yang terletak di antara ruang tamu dan ruang makan.

"Pegel banget Bu tadi ngumpet di kolong meja"

"Yaudah kamu tiduran aja di situ"
Bu Callista menunjuk salah satu sofa. Sofa yang gue duduki ternyata selain untuk duduk ternyata mempunyai fungsi lain, yaitu bisa berubah menjadi kasur untuk tiduran.

"Nah sekarang aku mau liat apa kamu layak atau enggak"

"Maksudnya ?"
Gue sama sekali tidak mengerti maksud Bu Callista. Tanpa menjelaskan, tiba tiba Bu Callista berdiri di depan gue, lalu melepas celana panjang yang gue kenakan beserta celana dalam gue, dan gue juga melepas kaos. Gue hanya pasrah, karena gue juga menunggu saat-saat seperti ini terjadi. Bu Callista memperhatikan kontol gue yang masih lemas tidak bertenaga. Dengan tangan kanannya, Bu Callista perlahan mengocok kontol gue sambil berjongkok, hingga akhirnya kembali berdiri penuh tenaga. Setelah mengamati bentuk kontol gue, Bu Callista memasukkan kontol gue ke mulutnya tanpa keraguan. Mungkin sampai lima menit Bu Callista terus melayani kontol gue dengan mulutnya, dan dia pun melepasnya.

"Oke, tinggal tes terakhir"
Bu Callista langsung naik ke atas gue, melebarkan kakinya, menggeser sedikit celana dalamnya, kemudian mengarahkan kontol gue masuk ke lubang kenikmatannya.

"Ehhmm . . . oohh"
Lenguhan Bu Callista terdengar seksi di telinga gue. Kedua lututnya tepat di samping pinggang gue, sementara kedua tangannya bertumpu tepat di samping kepala gue. Dengan perlahan, Bu Callista mulai menggerakkan pinggulnya naik turun.

"Aaahhh . . . aahh aahh . . . ouhh . . . aaaahhhh"
Desahannya semakin keras seiring kecepatan gerakan pinggulnya. Kedua tangannya kini berpindah di atas perut gue. Gerakan pinggulnya juga berubah sekarang. Tidak hanya naik turun, tapi juga maju mundur, bahkan memutar. Cukup lama gue berusaha bertahan dengan posisi Woman On Top ini.

"Oooohhhh !!"
Sampai akhirnya Bu Callista mendapatkan orgasme pertamanya, dia pun ambruk ke tubuh gue dengan bermandikan keringat. Tanpa menunggunya mengatur napasnya, gue angkat pinggul Bu Callista sedikit menciptakan sedikit ruang, kemudian menyodoknya ke atas.

"Aaaahhhh . . . aaahhh . . . tahaan . . . aaahhh"
Tanpa mempedulikannya, gue terus melancarkan serangan. Bu Callista semakin lama semakin kencang mendesah, untung saja tidak sampai membangunkan anaknya yang tengah tertidur. Setelah lima menit berlalu, gue berdiri dengan kontol yang masih tertancap. Kedua kaki Bu Callista berada di atas kedua lengan gue, sementara jari-jari gue dengan leluasa meremas pantatnya. Kedua tangan Bu Callista merangkul kepala gue. dan kita pun berciuman. Pinggul gue kembali bergerak menusuk lebih dalam, hingga membuat Bu Callista kehilangan konsentrasi memainkan lidahnya di mulut gue.

"Enaaak . . . aaahhh . . . terusin . . . iyaaah jangan berhenti"
Bu Callista tidak lagi mencium gue tapi hanya memeluk gue dengan erat, bahkan gue bisa merasakan cakarannya di bahu kanan gue. Walaupun tubuh Bu Callista tidak terlalu berat, tapi dengan posisi seperti ini tetap akan menguras banyak tenaga. Pandangan gue tertuju kepada sebuah meja kayu yang dipepetkan ke tembok. Gue terpaksa menghentikan serangan dengan posisi berdiri tadi dan berjalan menuju meja kayu tersebut, lagi lagi tanpa melepaskan kontol gue dari himpitan memeknya Bu Callista, untungnya tidak begitu jauh. Setelah mendudukan Bu Callista di atas meja kayu tersebut, gue berusaha untuk melepas dasternya dengan mengangkatnya ke atas. Namun ketika Bu Callista mengangkat kedua tangannya untuk memudahkan gue melepas dasternya, tepat saat dasternya mencapai sikutnya, gue menahannya di tembok dengan tangan kanan, sementara tangan kiri gue meremas toket kanannya, mulut gue menjilat dan menggigit kecil lehernya meninggalkan beberapa bekas merah, membuat Bu Callista menggelinjang keenakan.

"Geli . . . aahh . . . tapi enak . . . uuhhh"
Pinggul gue pun kembali beraksi. Remasan tangan kiri gue berganti menjadi memainkan puting kanan Bu Callista, memilinnya kadang menariknya.

"Tarik . . . aahh . . . terusin ouuhhh"

"Suka Bu ?"

"Sukaaa . . . aaaahhhh"
Jeritnya ketika gue menarik putingnya dengan kasar, yang ternyata malah membuat Bu Callista mendapatkan orgasme keduanya, kedua kaki Bu Callista sampai menjepit pinggang gue dengan erat. Kali ini gue biarkan Bu Callista beristirahat sejenak, gue lepas dasternya agar tangannya bisa bergerak bebas lagi. Kontol gue pun terlepas mencari udara segar. Terlihat jelas kontol gue terlumuri cairan kenikmatan Bu Callista. Setelah turun dari meja, Bu Callista berjalan sempoyongan menuju dapur dengan hanya menggunakan celana dalam merahnya, dan mengeluarkan sebotol air putih dingin dari lemari pendingin untuk menyegarkan tenggorokannya.

"Bu minta air juga dong"

"Nih"
Bu Callista menyodorkan minumannya dan gue pun meminumnya. Selagi gue minum, Bu Callista berjongkok tepat di depan gue dan meraih kontol gue yang mulai agak melunak, kemudian memasukannya ke mulutnya. Tangan kiri gue memegang kepala Bu Callista, sedangkan tangan kanan gue masih memegang botol minum. Perlahan kontol gue mulai kembali mengeras, Bu Callista mengajak gue ke sebuah ruangan. Gue letakan botol minum di atas meja makan dan mengikuti Bu Callista tepat di belakangnya menyaksikan kemolekan tubuhnya yang melenggang dengan sangat seksi. Ternyata Bu Callista membawa gue ke kamar tidur khusus tamu yang letaknya bersebelahan dengan kamar tidur utama. Kedua kamar tidur ini memang menghadap ke ruang keluarga tempat persetubuhan kami sebelumnya, hanya saja yang khusus untuk tamu lebih dekat dengan dapur, sedangkan kamar tidur utama lebih dekat dengan ruang tamu. Di dalam kamar. Bu Callista langsung melepas celana dalamnya, kemudian naik ke atas kasur bersiap dengan gaya Doggy Style. Gue pun naik juga ke atas kasur tepat di belakangnya, memegang pinggulnya, tangan kanan Bu Callista membantu mengarahkan kontol gue masuk ke memeknya. Dengan sekali dorongan, kontol gue langsung lenyap dilahap memeknya.

"Ooouuhhhhh"
Lenguhan seksinya kembali terdengar memenuhi ruangan. Gue pun langsung mempercepat gerakan pinggul gue.

"Aaahhh . . . aaahhh . . . enak kan . . . Bryan ?"

"Oohh . . . iya Bu . . . enak banget Bu"

"Kalo gituuh . . . terusin . . . yang cepet . . . aaaahhhh"
Sesuai permintaannya, gue hajar memeknya dengan tempo cepat. Tangan kiri gue meremas pantat kirinya, kadang menamparnya meninggalkan bekas merah di kulit putih mulusnya, sementara tangan kanan gue meremas toket kanannya yang bergelantung bebas dengan sedikit kasar.

"Aaauuhhh . . . enaak . . . aahh aahh aahh . . . enaak bangeeeet"

"Enak ya Bu kalo saya giniin"

"Iyaah . . . aku suka banget . . . ooouugghh"
Sepertinya Bu Callista mulai kehilangan tenaganya, yang tadinya bertumpu dengan kedua tangannya sekarang hanya tidur tengkurap dengan agak sedikit menunggingkan pantatnya ke atas, sayangnya gue jadi susah untuk meremas toketnya. Setelah beberapa menit, gue mencoba sedikit merubah posisi. Gue rapatkan kedua kaki Bu Callista di antara kedua kaki gue. Dan ternyata memeknya jadi terasa semakin sempit. Kedua tangan gue sangat aktif meremas kedua bongkahan pantat Bu Callista.

"Ooohhh . . . gini lebih enaak . . . aaahhh"
Bu Callista sambil menengok ke kanan, menyaksikan gue menyetubuhinya. Kedua tangan gue menelusup dari bawah ketiaknya bertumpu dengan sikut. Tangan Bu Callista menggenggam tangan gue dan sedikit mengangkat kepalanya, gue pun mendekat dan mencium bibirnya selama beberapa menit. Hingga akhirnya gue merasa tidak mampu lagi menahan sperma gue yang memberontak ingin segera keluar.

"Aaahhh . . . sayaahh . . . mau keluar Bu . . . aaahhh"

"Jangan dicabut yaah . . . aku juga mauuhh . . . aaahhh"

"Gak kuat lagi Bu . . . aaaaahhhhh !!!"

"Iyaaaahhhh !!!"
Keluarlah semua sperma gue memenuhi memek Bu Callista. Beberapa menit kemudian, kontol gue pun perlahan menyusut. Gue cabut kontol gue kemudian berguling ke sebelah kiri, tiduran terlentang, sementara Bu Callista masih tengkurap.

"Malem ini kamu tidur di sini aja, temenin aku"

"Iya Bu"

"Gak usah panggil Ibu lagi mulai sekarang"
Bu Callista mencium bibir gue, kemudian menyandarkan kepalanya di dada gue. Tangan kiri gue mengelus rambutnya dengan lembut hingga akhirnya gue pun terlelap.

09:00

Gue terbangun sendirian di kamar. Bu Callista terlihat di ruang keluarga sedang asik dengan smartphonenya, bersama anaknya di sampingnya. Gue pun pamit pulang untuk bersiap-siap pergi ke kampus. Karena hari ini hanya ada satu mata kuliah yang mulai jam 11 jadi gue bisa bangun siangan. Sesampainya di kelas, ternyata ada pengumuman bahwa dosen tidak hadir.

"Sekarang ngapain ya enaknya ?"


Pergi ke kantin​
 
Terakhir diubah:
Wah sekian lama akhirnya rilis juga... 2 tahun cuk gak baca nh treat
 
enak y pulang kerumah kali aja bisa ena-ena lagi.......

Enak balik ke rumah hu.. cari bu calissta..

Untuk lanjutan cerita petualangan ketiga jadwalnya masih lumayan lama Hu
Jadi mohon bersabar
:kpenuh:

mantap hu!

Makasih Hu
:kpenuh:

Wah sekian lama akhirnya rilis juga... 2 tahun cuk gak baca nh treat

Waduh, pembaca lama kah ?
Ceritanya sedikit berubah Hu dari yang dulu
:pandajahat:

Lanjut terus hu jangan kasih kendor

Lancrotken gan...

Ditunggu aja Hu
:kpenuh:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd