Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Budhe sayekti

penyuka abg

Semprot Lover
Daftar
5 Nov 2011
Post
279
Like diterima
274
Lokasi
jakarta
Bimabet
Panggil saja namanya Budhe Sayekti, umurnya
kira kira 53 an, seorang wanita paruh baya
yang berasal dari sebuah desa di Jawa Tengah.
Meski sudah mempunyai cucu, wanita baya ini
memang benar-benar masih membangkitkan
gairah birahiku.
Budhe Sayekti berprofesi sebagai seorang
pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga
orang asing di Jakarta, sedangkan aku seorang
pekerja swasta di Jakarta yang tinggal di
tempat kos. Aku menyukai wanita baya memang
sejak lama. Jika dorongan nafsuku sudah tak
terbendung aku pergi ke kafe-kafe sekedar
mencari wanita yang sesuai dengan seleraku
untuk kujadikan pelampiasan. Selain itu, aku
lebih suka menyendiri cari tempat kos, karena
aku punya kebiasaan “aneh”. Aku tidak bisa
tidur kalau belum onani. Itulah sebabnya di
laptopku ada koleksi ratusan gambar bugil
wanita wanita baya yang kujadikan sebagai
obyek fantasiku saat beronani.
Kadang aku suka nginap di Hotel L di kawasan
Taman Sari. Kalau nafsuku sudah di ubun-ubun
aku ke sana dan minta tolong pegawai hotel
untuk mencarikan perempuan. Aku pernah
ditawari temen tidur oleh pegawai hotel itu.
Pertama aku dikasih foto wanita bugil yang
muda-muda dan cantik, tapi langsung kutolak.
“Mas, seleraku bukan ini. Aku suka yang STW-
STW gitu. Fotonya ada nggak?!” tanyaku.
“Ada, Bang. Tapi saya telepon temen saya dulu
ya”, kata si pegawai.
Memang benar. Tak lama setelah itu aku dikasih
koleksi foto-foto PSK yang termasuk kategori
STW. Tapi malam itu aku tak berselera sama
foto-foto yang ditunjukkan karena kurus-
kurus.
Bang, mau nggak sama ibu ibu tukang pijat?
Orangnya agak gemuk, bang”, si pegawai hotel
menawarkan solusi.
“Mana?”
“Ada, Bang. Tunggu ya”.
Sekitar setengah jam pintu kamarku diketuk.
Begitu kubuka, gairahku langsung naik begitu
kulihat body emak tukang pijat yang agak
gembrot, pas dengan seleraku. Namanya Bu
Romlah. Ia memakai kebaya khas Madura.
Akhirnya malam itu aku menyetubuhi Bu Romlah,
nenek-nenek tukang pijat, sampai 2 kali.
Badanku terasa segar kembali karena habis
dipijat plus plus sama Bu Romlah. Paginya aku
check out untuk pulang ke tempat aku kos.
Inilah adalah awal mula aku kenal Budhe
Sayekti. Waktu itu masih pagi-pagi sekali aku
sudah berada di halte busway dekat Olimo. Di
situ ada seorang wanita paruh baya yang sama-
sama menunggu busway. Rupanya dia mau
menelepon majikannya, tapi pulsanya habis.
Dengan sopan kutawari dia HP-ku untuk
dipakainya. Tampaknya majikannya minta agar
dia cepat-cepat pulang. Untungnya dia punya
tujuan yang sama denganku, yaitu ke daerah
Blok S. Akhirnya aku ambil inisiatif naik taksi
agar cepat sampai. Di dalam taksi sekilas kulirik
dia. Hmm, ibu-ibu ini montok juga, pikirku. Dia
sebutkan namanya, Sayekti. Aku juga di beri no
HP-nya.
Budhe Sayekti turun di sekitar jalan Senopati
yang aku tahu sebagai pemukiman orang-orang
kaya, sementara aku melanjutkan ke tempat
kosku. Karena semalaman “bertarung habis-
habisan” dengan Bu Romlah, sampai kos aku
langsung tidur lagi.
Malamnya kutelepon Budhe Sayekti. Aku janjian
sama dia untuk ketemuan hari Minggu karena
sama majikannya dia dikasih libur bebas setiap
hari Minggu.
Hari Minggu kemudian aku ketemuan sama Budhe
Sayekti di Blok M. Mula-mula kutraktir dia
makan-makan. Saat itu sebenarnya otakku udah
mulai kotor. Aku berpikir keras bagaimana
caranya bisa meniduri wanita baya yang montok
ini. Kutawari dia main ke tempat kosku yang
suasananya individual banget. Bebas karena
yang punya kos tidak tinggal di situ.
“Bu, bagaimana kalau istirahat di kosan saya?”,
aku mulai melancarkan aksiku.
“Ahh, mas ini ada ada saja. Apa kata tetangga
mas nanti? Masa bawa nenek-nenek kayak
saya?”.
Dalam hati aku bersorak, “Ah, kayaknya bisa
niihh”.
Setelah membujuknya beberapa kali, akhirnya
mau juga Budhe Sayekti kuajak ke kosku.
Sampai di kos otakku makin ngeres. Tapi aku
masih berusaha menahan diri dengan
mengajaknya ngobrol-ngobrol ringan. Dari
ceritanya, rupanya Budhe Sayekti ditinggal
suaminya. “Wahhh … jadi niih”, aku bersorak
dalam hatiku. Kemudian sambil ngobrol aku
sengaja nyalain laptop dan ku-setting screen
savernya dengan foto STW-STW bugil.
Otakku makin ngeres saja. Untuk memancing
nafsu Budhe Sayekti kubuka akun facebookku
yang isinya full dengan foto-foto bugil wanita
wanita baya seleraku.
“Ah, mas ini aneh,,kok gambarnya orang-orang
tuwek (tua) semua?!”, kata Budhe Sayekti
dengan logat Jawanya. Dia yang saat itu
memakai baju setelan blus terusan dengan rok
selutut dipadu dengan celana sejenis stocking
ketat warna hitam, membuat bokongnya tampak
benar-benar semok dan besar. Aku makin
terangsang jadinya.
Kemudian aku teringat kalau aku masih
menyimpan sebungkus jamu stamina
pendongkrak birahi. Aku pura pura ke belakang,
lalu cepat-cepat kuminum jamu itu. Sambil
menunggu jamunya bereaksi aku meminimize
facebookku.
“Mas nggak punya kaset film apa?”, tanya
Budhe Sayekti.
“Nggak ada, Budhe. Adanya film aneh. Emang
budhe mau liat?”.
“Aneh gimana, mas?”
Aku memang cuma punya DVD porno STW-STW.
“Oh ya, Budhe anggap aja rumah sendiri. Mau
kubikinkan minum, Budhe?”.
“Nggak usah, mas. Nanti tak bikin sendiri aja”.
Beberapa menit kemudian jamu yang kuminum
mulai bereaksi. “Senjataku” perlahan-lahan
mulai ereksi, apalagi melihat pantat Budhe
Sayekti yang begitu menggairahkan saat ia
nungging hendak mengambil gelas. Dalam
balutan birahi otak ngeresku berkata, “Awas
kamu, Budhe. Bokongmu pasti kujilati nanti”.
“Kok sepi, mas? Nanti kita dikira macam macam
lagi”, kata Budhe dengan nada khawatir.
“Ah, emang kenapa, Budhe? Kalau macam-
macamnya sama ibu-ibu bahenol kayak Budhe
gini siapa yang nggak suka?”, aku mulai
melancarkan rayuan maut.
“Mas ini ada ada aja”, kata Budhe Sayekti
sambil duduk di sebelah TV dengan kaki
bersimpuh menyamping. Di mataku nammpak
makin sexy aja Budhe ini.
Akhirnya aku mulai memasang perangkap untuk
bisa membuat Budhe Sayekti terangsang. Aku
sengaja memutar film porno dengan adegan
eorang nenek-nenek Thailand yang agak
gembrot bersetubuh dengan laki laki yang
pantasnya jadi anaknya…
“Aah, mas ini nakal yaa … Awas kalau macem-
macemin Budhe”.
Dengan Budhe berkata begitu justru membuat
aku makin gelap mata. Kudekati Budhe, lalu
kupegang pundaknya.
“Jangan, mas. Nanti di liat orang”, Budhe
Sayekti sedikit beringsut menghindariku.
“Di sini nggak ada orang, Budhe”, aku makin
nekat menempel tubuh Budhe Sayekti dengan
nafas memburu karena dilanda nafsu.
“Aku nggak kuat, Budhe …”.
“Jangan, mas. Budhe udah nenek-nenek
lho ...”. Saat itu adegan di film porno sedang
mempertontonkan si nenek mengangkang lebar,
sementara si laki-laki dengan rakusnya menjilati
“milik” si nenek.
Pas Budhe mau kucium tiba-tiba terdengar
suara pagar dibuka. Budhe kaget dan lari ke
arah kamar mandi. “Ssssttt …”, kukasih isyarat
pada Budhe untuk diam. Pelan-pelan kuintip dari
korden. Rupanya tetangga kamar kosku sedang
membawa masuk seorang tante-tante gembrot
yang juga sudah agak tua. “Ooh, ternyata yang
suka wanita tua bukan aku aja”, pikirku. Aku
yakin temanku pasti mau “begituan” juga sama
tante-tante itu. Budhe Sayekti kukasih kode
untuk mendekat ke jendela.
“Tuuh liat, Budhe. Temanku aja suka sama
tante-tante”.
“Tapi, mas …”, belum lagi Budhe Sayekti selesai
bicara kudorong tubuhnya ke tempat tidur lalu
kugumuli dia. Jamu yang kuminum benar-benar
sudah bereaksi. “Senjataku” sudah sangat
tegak berdiri. Sambil melepas baju kuciumi
Budhe Sayekti dengan penuh nafsu. Begitu aku
sudah bugil, ganti baju Budhe Sayekti
kutanggalkan satu persatu. Dia hanya pasrah
ketika tubuhnya benar-benar bugil. Semok
banget nenek-nenek ini, kataku dalam hati.
Payudaranya sudah melorot dan melebar, tapi
berisi. Perutnya berlipat lemak agak buncit khas
wanita baya.
Budhe Sayekti rupanya sudah mulai terangsang.
Ia memberiku isyarat agar aku segera
menyetubuhinya. Tak kugubris permintaanya.
Kuangkat paha Budhe Sayekti, lalu kuterkam
“miliknya” dengan lidahku. Aromanya khas
banget.
“Mass, jangan, … jijik masss …”, desah Budhe
Sayekti
Aku malah makin rakus menjilati “miliknya” yang
telah basah berlendir dan licin. Rasanya agak
asin. Kupuas-puasi mulut dan lidahku
menjelajahi rongga kemaluannya. Sesekali
kugigit-gigit dengan gemas “kacangnya” hitam
kemerahan, sesekali kutarik dengan bibirku.
“Ennnaaak, masss … Oohhh”, Budhe Sayekti
menggelinjang dan mengerang. Pinggulnya
bergoyang-goyang mengimbangi pagutanku di
“miliknya”.
“Massssssss, … akkkhhhhhhhhh
ennnnnnnnnaggggggggghhhh,
mmmmmmmaassssshhhhhh ... Budhe mau kencing,
masssshhhh … okkkhhh …”, erangan Budhe
Sayekti makin menjadi-jadi seperti orang
kesurupan. Aku tahu dia mau orgasme.
“Masssss, nggak kuat, masss, …
syyyyyyuhhhhhh,,,,ppyyyyyhhhhhh rrrrrrhhhhh
syyyyyrrrr …”, terasa makin basah “milik”
nenek-nenek ini.
“Okkkhhhhhhhhhkkkhhhhhhhhhhhh, …
okkkkhhhhhhhhhhhh, enak banget, masss …”,
“Budhe curang. Aku ‘kan belum keluar, Budhe”,
aku merajuk. “Senjataku” sedikit mengendur
setengah tegang.
“Ntar ah, Budhe mau pipis. Mas ini nakal, masa
nenek-nenek digituin”, kata Budhe Sayekti
sambil ngeloyor ke kamar mandi. Ketika dia mau
memakai selimut untuk menutupi tubuh
semoknya.
“Eitss, nggak boleh. Budhe nggak boleh pakai
ini. budhe harus bugil”, kataku sambil menarik
selimutnya.
Begitu keluar dari kamar mandi kuminta budhe
nungging, lalu kujilati bokong semoknya
“Mas nakal banget siiihhh … Sekarang kok malah
bokong budhe dijilatii”.
“Aku udah nggak tahan, Budhe”.
Kusuruh dia telentang dan langsung kubenamkan
“milikku” ke dalam “milik” nenek-nenek semok
itu.
Kemudian kugoyang Budhe Sayekti dengan penuh
nafsu yang meledak-ledak. Meskipun dia sudah
tak muda lagi, tapi rasanya nikmat sekali
sampai aku tak mampu menahan orgasme.
Cairanku tumpah ruah di dalam “milik” Budhe
Sayekti.
Dengan nafas memburu aku berbaring di samping
Budhe Sayekti. Setelah nafas kami tenang, kami
sama-sama ke toilet. Dari toilet aku dan Budhe
Sayekti kembali tiduran di tempat tidur sambil
ngobrol-ngobrol.
“Udah berapa banyak wanita-wanita baya yang
mas nikmati?”, tanya Budhe Sayekti.
“Ah, budhe ini …”, jawabku tersipu.
“Abis mas ini aneh siihh, sukanya sama nenek-
nenek”.
Aku berterus terang padanya kalau aku sering
onani untuk melampiaskan nafsuku. Lalu Budhe
Sayekti cerita kalau dia pernah sekali diperkosa
oleh majikan laki-lakinya waktu istri
majikannya pulang ke Singapura.
Akhirnya dapat juga aku bercinta sama nenek-
nenek yang baru ku kenal itu. Aku tidak perlu
lagi cari PSK STW karena setiap hari Minggu aku
dan Budhe Sayekti kencan di Hotel L untuk
melampiaskan nafsu birahi kami.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
tulis cerita lagi dong gan mantep pengalamanya.. menginspirasi.... hehee
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd