Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Episode 8 - The Weakest Link


POV Brenda


Refleksi tentang Seks: Hiburan, kekerasan dan perbudakan


Sejak zaman dulu, hiburan dengan kekerasan adalah suatu tontonan yang menarik, sehingga Coloseum di Roma dibuat. Mungkin kedengaran gila, tapi orang membayar untuk menonton tindakan kekerasan, bukan hanya pertarungan yang ksatria, tetapi juga kekerasan terhadap kaum lemah. Budak-budak dicambuk, disiksa, diperkosa didepan umum, bahkan diberikan kepada binatang buas.


Salah satu gaya hidup imperal Roma adalah kekerasan, seks dan pesta yang semakin lama semakin ekstrem hanya memuaskan nafsu yang makin lama makin aneh-aneh kemauannya. Warga negara yang makin lama makin makmur karena penjajahan dan perbudakan, kini menuntut hiburan yang makin gila-gilaan. Mereka tidak lagi bisa menikmati seks dengan istri, tapi terus memperbanyak selir dengan gadis-gadis eksotik dari berbagai belahan dunia. Tak heran banyak budak perempuan dibeli hanya untuk kepuasan seksual semata.


Paling tidak, beberapa Emperor Roma terlibat dalam kasus pesta seks, pedofil, incest, homoseksual, ataupun transgender. Mungkin salah satu tokoh terkenal penyimpangan seksnya adalah Emperor Carigula yang terkenal homoseks, suka menggunakan pakaian wanita dan memiliki kekasih berumur 8 tahun. Dan sejarah mencatat bahwa kerajaan imperialisme Roma tidak dikalahkan oleh bangsa lain, tetapi terpecah menjadi negara-negara kecil karena kemerosotan moral dan pemanjaan nafsu.


Bagaimana dengan bangsa kita sekarang ini? Hiburan yang makin lama makin brutal, tayangan makin penuh intrik kriminalisme, pembunuhan dan kekerasan, sertai dibumbui oleh adegan seksual yang makin lama makin parah dan cenderung menyimpang. Untuk menyulut nafsu, berbagai studio film porno merekrut gadis-gadis dari segala penjuru dunia untuk mewujudkan fantasi BDSM, kekerasan, dan berujung pada perbudakan seksual.


Tahukah anda sekarang ini ada sebuah studio yang merekrut secara ‘legal’ gadis-gadis dari Indonesia dan dipekerjakan dalam industry film porno, club malam, serta pelacuran atau perdagangan wanita. Lima belas gadis cantik ini ditipu dengan iming-iming pekerjaan jadi model, hanya mendapati kehidupan pelacuran yang menanti mereka. Dan lebih parah lagi, walaupun legal mereka tidak digaji, dikurung, dan dipaksa kerja tanpa istirahat. Kalo ini bukan perbudakan, apa lagi?


Dari mana kita tahu moralitas bangsa ini telah merosot? Melalui keteladanan pemimpin-pemimpinnya. Tapi apa yang diharapkan bila orang-orang yang menjadi panutan justru menjadi yang terdepan dalam hiburan seks yang seperti itu. Bagaimana gadis-gadis ini dapat keluar dari perbudakan, ketika orang-orang yang seharusnya melindungi mereka, justru menjadi yang pertama yang memakai mereka?


“Brenda, kamu baca apa?” Aku terkejut, Ryno telah ada dibelakangku.


“Eh Romeo, bukankan ini kamu yang post llink-nya di twit**ter? Tuh udah hampir 7m yang like…!” Aku menggeleng-geleng kepala.


Ternyata artikel tersebut diselingi dengan beberapa video. Tampak gadis-gadis muda menolak ketika hendak diperkosa. Tapi apa daya mereka, terikat kuat di tempat tidur. Walaupun mereka meronta-ronta, tapi akhirnya dapat ditaklukkan oleh pria-pria paruh baya yang sudah penuh dengan nafsu lihat gadis bening.


Hebatnya lagi ketika aku perhatikan baik-baik, aku dapati mereka bukan pria-pria sembarangan. Ada beberapa councilor dan anggota kongres. Bahkan juga ada salah satu anggota senat ternama. Ada juga petinggi-petinggi pemerintahan dan kepolisian setempat.


Wah, berita pasti viral dalam 24 jam kedepan.


Walaupun nama mereka tidak dicatat, tapi hampir semua penduduk Los Angeles mengenal mereka. Sosok public figure yang dikenal umum…


Aku mengagumi ide untuk menggunakan sosial media membuat artikel dan video-video di blog itu menjadi viral. Apalagi ia meng-hack twit**ter milik salah seorang musikus terkenal sekelas Ryno Marcelo. Hanya dalam hitungan jam artikel itu jadi berita di mana-mana.


“Eh, tidak kok, aku gak post apa-apa…”


“Ajaib sekali… artikel ini muncul tepat ketika kita butuh dukungan masyarakat untuk menghancurkan mereka.” Aku sangat bersemangat.


Ini bagus sekali, apalagi video-videonya memojokkan kepala polisi dan badan congress dan senate di Los Angeles. Mereka pasti gak bisa berkutik ketika pasukanku bergerak.


Bukan cuma itu, ada satu video yang menampilkan suatu adegan kekerasan terhadap seorang gadis bule… dia diperkosa dan digangbang sambil disiksa.


“Romeo?” ia masih termenung.


“Huh?”


“Siapa yang post berita ini di account twit**ter kamu? Bagus sekali…” Aku memujinya.


“Aku gak tahu siapa yang melakukannya! Tapi ia tidak menghack-nya. Ia tahu password-ku. Account-ku masih aktif” Ryno mengecek akun di hape-nya.


“Tapi kok? Aneh… aku gak tahu siapa yang membantu kita!”


“Eh, tunggu… aku kenal blognya, juga aku tahu gaya menulis ini…” Ryno hanya tersenyum.


“Siapa?” Aku bingung melihat ia tersenyum lebar seakan telah mampu memecahkan teka-teki itu.


“Siapa lagi kalo bukan dia… hahaha..!” Senyumnya makin lebar.


“Siapa?”


“Satu-satunya orang yang tahu passwordku…. Titien!”


“Titien?” Aku baru ingat, istri Romeo itu sangat pinter dan dapat diandalkan.


“Pasti dia, siapa lagi kalo bukan dia!”


----


“Apa lagi yang kurang? Apa ini belum cukup membuktikan kalo si Logan terlibat?” Ryno bertanya lagi. Ini sih bukan lagi pertanyaan, tapi lebih cocok disebut permintaan.


“Ia sih, Logan bersalah. Tapi… bukti ini, belum cukup banyak. Ini belum mendesak” Brenda menjawabku.


“Titien pasti dalam keadaan bahaya, mereka pasti sudah bisa tebak kalo ia yang menulis artikel itu. Jangan sampai dia seperti cewek bule yang diperkosa dengan kejam seperti itu… “


Ryno marah sekali. Dalam emosinya ia membanting foto capture gadis bule itu dihadapanku. Aku menatapnya,


“Eh tunggu dulu!” Aku menyadari kalau aku mengenal orangnya. Ryno jadi bingung.


“Astaga? Ini kan Megan….”


Aku kini menyadari apa yang terjad. Mereka sudah tahu soal Megan! Kita harus menyerbu sekarang, kalo tidak nyawa Megan taruhannya.


“Aku akan siapkan pasukan, kamu tunggu di sini.” Aku langsung masuk ke dalam mean minta bertemu dengan Colonel. Tak lama kemudian aku kembali keluar dengan segwra


“Kolonel, kami siap menyelamatkan Megan!” Aku melapor.


“Jangan dulu Brenda, belum ada bukti” Colonel menahanku


“Tapi nyawa Megan berharga!”


“Megan adalah seorang prajurit, sudah siap mati waktu menyamar… beda dengan temanmu Civilian…” Kata-katanya masuk diakal juga.


“Kita harus tunggu sampe kapan?”


“Kalau tuntutan masyarakat makin kuat! Bagus sekali Titien post artikel itu, hahaha…”


“Kamu tahu itu Titien?”


“Siapa lagi, itu blog nya. Selama ini aku ragu dengan campur tangan kita, yang akan dianggap salah oleh public, tapi sekarang dengan artikel Titien… kita akan jadi pahlawan. Aku sudah suruh anak buakku untuk mereproduksi artikel itu dan menjadikannya trending topic… malah sudah tayang di breaking news tadi.”


“Kenapa kita belum maju kalo gitu?”


“Kalo bertindak terlalu cepat, kita dianggap gegabah, belum kumpul bukti sudah menyerang. Tapi kalo kita tunda besok maka dampaknya akan sangat baik!”


“Benar sekali!”


“Sudahlah, suruh pasukanmu istirahat dulu. Kamu juga, kita ketemu besok pagi. Soal Megan, kita tidak bisa buat apa-apa.”


Yes sir!”


-----



POV Janus


“Cepat jawab, di mana Deyara?”


“Apa kamu yang merekam video untuk Megan?”


“Apa yang sudah kamu perbuat selama ini?”


“Kenapa kamu membantu Titien?”


“Apa kamu tahu siapa yang sebarkan video dari group WA?”


Dari tadi tidak satupun pertanyaan yang ku jawab. Aku tahu benar apa akibatnya tapi aku gak perduli lagi.


Baru kali ini aku melihat Mr. Logan semarah ini. Ia benar-benar kesal. Pasti ada sesuatu yang buruk terjadi.


Sebuah pukulan kembali menghantam pelipisku dan membuat aku jatuh.


“Kamu dengar kata-kataku?” Mr. Logan masih marah.


Aku meraba pelipisku… Sakit, sakit sekali, malah sudah gak terasa lagi gimana sakitnya…. Awalnya seperti dihantam seribu palu, tubuhku kembali oleng. Dan ini sudah ke-20 kalinya aku dihajar dan jatuh. Anak buah Dinah memang kuat-kuat tapi Mr Logan sangat kuat.


‘Apa ini adalah penghujung hidupku? Apakah nasibku akan sama dengan Megan, gadis cantik yang sementara merenggang nyawa disiksa dari kemarin dulu? Atau lebih parah lagi, aku akan jadi sama dengan gadis yang dibunuh dua minggu lalu?’


-----


“Aahhhhhh” Aku berteriak sambil mencoba membersihkan luka-luka yang kuderita setelah disiksa hampir dua jam.


Ini benar-benar sakit, tapi yang lebih sakit lagi adalah mengetahui bahwa gak sempat membalas dendam kesumat, padahal orang yang ku tunggu selama ini sudah datang. Apa lagi aku mendapati Titien sudah tertawan, padahal aku mengharapkan dia membantuku.


Tapi biar gimana keadaanku masih jauh lebih baik dari Megan, yang masih terbaring setengah pingsan. Kasihan sekali, gadis secantik ini harus merasakan penderitaan seberat ini. Ia sudah diperkosa dengan brutal berulang-ulang selama dua hari, selain itu masih juga dipukul. Tapi hebatnya Megan tetap bungkam, gak mau cerita apa-apa tentang dirinya ataupun siapa yang jadi partnernya.


Megan, are you alright?” Pertanyaan yang gak harus dijawab.


Janus! Why you are here?” Megan bertanya.


Aku yakin sekali kalo Megan itu agen rahasia yang diutus Brenda, jadi aku gak takut membuka diri. Tapi sebelumnya aku harus mengecek ruangan ini, jangan-jangan ada yang sembunyi. Setelah menyelusuri sekitar, aku dapati ruangan yang remang-remang ini cukup kedap suara dan tidak kedengaran apa-apa. Pintu dan dindingnya dilapisi besi. Selain dari lubang udara kecil diatas, tidak ada lubang apa-apa. Mungkin saja ini dulunya lemari besi untuk menyimpan barang berharga.


I know that Brenda sent you here, I was the one who emailed her.” Aku berbisik dengan hati-hati membuka identitasku.


What?”


You can believe in me, Megan. Sadly, they get me because I want to help Titien escape!”


You know Titien?”


I know her as good as I know Brenda the Nerdho, and your partner, Shaun the Dickhead!” Aku terus berbisik. Megan terkejut mendengar aku mengenal semua mereka bahkan sampai nama panggilan mereka.


Megan mengangguk sambil menatapku… pandangannya kini berbeda. Ia mempercayaiku.


I had a memory card which record the killing of a girl by Mr. Logan. They took the original one, but fortunately I made a copy. I need to give it to Brenda…” Megan berbisik…


Astaga… pantesan ia bungkam terus meski disiksa. Ia tahu kalo ia harus menyelamatkan benda itu.


Where is it?” Aku berbisik pelan.


Sayang sekali belum sempat ia mengatakannya, terdengar pintu terbuka. Dan ketika kami berdua melihat kearah pintu, kami kaget melihat siapa yang datang.


“Mr. Logan…”


-----


I don’t want to play anymore. Tell me who give you the memory card, or else you die now, Bitch!” Dengan kasar Mr. Logan menendang tubuh gadis itu sambil memaksa ia mengaku siapa yang kasih memory cardnya. Businessman benar-benar stress, sudah disiksa seperti ini Megan masih tetap bungkam.


Ok, this is the end of your life, bitch!” Mr Logan mengeluarkan senjata, pistol kecil dari balik jas-nya. Ia menyerahkan pistol itu kepada Bren yang mengarahkan ke dada gadis itu.


Eh, don’t kill her!” Aku mencoba membelanya… tapi jelas niat Mr. Logan sudah bulat. Megan akan segera dieksekusi…


Megan sudah menyerah, ia kayak sudah siap mati… matanya masih memandang dengan sinar mencorong. “Kill me… kill me…”


Do you think I am afraid to kill you?” Mr. Logan udah marah sekali…


Aku makin tegang… seorang gadis akan dieksekusi didepanku.


Shoot it!” Mr. Logan berteriak…


“Bang…” Suara ledakan senjata terdengar nyaring…


Dihadapan Aku bersama beberapa pengawalnya Mr. Logan mengeksekusi gadis itu. Ia menembak dada kanan gadis itu, tubuh Megan terhempas kuat… ia sedang merengang nyawa. Ini kedua kalinya aku melihat seorang gadis yang hampir mati…


Tell me what is your last wish?” Mr. Logan tertawa sambil mengangkat senjata lagi. Kali ini mengarah ke kepalanya…


Dengan terbata-bata menahan sakit, Megan membuka mulut… hanya beberapa kata yang keluar. Semua mengantisipasi, apakah ia akan membuka rahasia?


Kiss me… sealed my death with a kiss..!” Megan memandang ke arah Bren, Dick dan seorang pengawal berkulit hitam dibelakang Logan. Namun keduanya gak bergeming… luka dan darah di wajah dan tubuh Megan membuatnya berubah dari gadis yang cantik menjadi seorang yang menjijikan untuk dilihat.


Megan kembali mengeluh… ia sudah sekarat… tapi kedua cowok itu gak bergerak. Aku langsung menawarkan diri…


Let me kiss her…!” Aku merasa kasihan… gadis ini ingin kematiannya diiringi dengan ciuman.


Ok, you can kiss her…” Mr Logas mengijinkanku.


Megan menatapku… pandangannya sayu, seakan pasrah kepada nasib dan siap mati muda. Aku mendekat dan tanpa ragu-ragu membuka mulut sambil melumat bibirnya… ia membalas ciumanku tak kalah panasnya… aku terus menciumnya… berusaha menyenangkan gadis yang sudah berada pada penghujung hidupnya.


Megan masih menatapku… pandangannya seakan tersenyum…


“Eh… apa ini…?” Aku merasa sesuatu dilidahku.


Sayangnya aku tak punya waktu untuk berpikir, dan aku hanya bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Tak lama kemudian tubuhku ditarik, dan terdengar pistol kembali meledak. Bren sudah melakukan tugasnya dengan baik.


Kepala gadis itu bolong, ditembusi dengan peluru dari dahi sampai tembus kebelakangnya. Kali ini tidak ada lagi tatapan mencorong keluar dari mata gadis manis itu. Yang ada hanya tatapan kosong…


Megan telah tiada.


Sementara itu terlihat Dick muntah dibelakang… mungkin baru sekarang ia melihat hal semacam ini. Tadi ia sempat ingin melawan… tapi ia gak bisa buat apa-apa.


-----


“Janus, dengar baik-baik… kalo sampai besok pagi kamu belum mau bicara, maka besok kamu akan dieksekusi.” Mr. Logan mengancamku.


Mr. Logan kelihatan sangat emosi… aku gak tahu apa yang terjadi tapi kayaknya ada sesuatu yang gawat.


Aku tahu betul kalo ucapan Mr. Logan tadi bukan sekedar isapan jempol belaka. Ia sudah membunuh dua orang gadis. Dan besok giliranku.


Aku memandang sekilas ke arah Dick, yang juga menatapku. Tatapannya kelihatan gelisah, tapi ia mengangguk seakan memastikan kalo ia akan buat yang terbaik untuk menyelamatkanku.

-----


POV Titien


“Wah, kalo gitu keadaannya sudah gawat sekali!” Aku terkejut mendengar laporan Devi.


Devi barusan menyampaikan hasil rembukannya dengan Sari beserta beberapa gadis lain. Sari memiliki tugas sebagai penyambung kabar dari Dick. Hal itu bisa terjadi karena Sari tidak tahu berbahasa Inggris, sedangkan komplotan Dinah tidak menyangka kalo Dick tahu bahasa Indonesia.


“Itu sebabnya aku datang lagi, Kak!” Kata Devi.


“Mungkin sekali ia marah setelah karena apa yang terjadi tadi pagi! Sayang sekali Megan menjadi pelampiasannya” Aku menggumam lirih.


“Kakak sudah publish artikelnya?”


Aku hanya mengangguk.


Pas tengah malam Devi mendapat ide untuk reset hotspot, dan menuliskan password perdana yang tertera dibelakang pemancar. Ia melempar kertas berisi catatan itu ke kamarku. Awalnya aku bingung, tapi kemudian menyadari apa yang ia lakukan.


This is it!” Hampir aja aku melonjak kegirangan.


Benar sekali, aku merasa sangat senang mendapat cara untuk publish ke blog ku. Sempat ku buatkan mirror-nya di server-server di luar Amerika supaya sukar untuk dibungkam. Selanjutnya tinggal menyebarkannya lewat fb dan tweeter. Mudah-mudahan banyak yang membacanya…


-----


“Eh, Kak Tien… terus makan dulu!” Devi mendekatkan makanan yang dibawahnya tadi.


“Makasih Devi, aku capek sekali… baru sempat publish semua video tadi subuh!” Wajahku pasti kelihatan mengantuk.


“Untung sempat yah, mereka sudah tahu soal hotspot, dan sudah mengubahnya kembali.” Devi merasa menang.


“Iya… makasih yah! Idemu bagus sekali…” Aku makan cepat-cepat, menyadari kalo tubuhku butuh energy.


“Tapi kali ini kita ada masalah, Kak! Ini soal Janus… Mr. Logan bersumpah akan membunuhnya besok!” Agaknya Devi membiarkan aku makan dulu sebelum menyampaikan kabar ini.


“Apa?”


“Tadi malah mereka sudah membunuh Megan, mayatnya udah diangkat pergi…!”


“Astaga!” Aku terkejut … beberapa butir air mata turun dari pipi tanpa terasa. Aku sedih sekali.


Devi menceritakan kalo tadi ia menerima laporan dari Sari bahwa Megan telah dieksekusi… tubuhnya tadi diangkut oleh beberapa orang untuk dibuang. Dan sebagaimana biasa, Mr. Logan sengaja mempertunjukkan kematian bedanya adalah kali ini mereka tidak melihat langsung eksekusinya.


“Kita harus menjalankan rencana secepatnya!” Devi tampak bersemangat.


“Iya, kamu sudah siapkan semua yang ku minta?” Aku menyeka air mata.


“Kalo ada alat make up – kebetulan ada. Elena dan Maya bawa lengkap. Terus tali dan selotip kain juga ada!”


“Ambil yang kain yah, cloth tape supaya kuat!”


“Iya kak! Terus saos tomat untuk apa sih?”


“Ada aja… juga kalo ada botol minuman, bawa barang 2 buah, biar kosong gak apa-apa” Aku memberi instruksi.


“Terus rencana berikutnya apa?”


“Biarkan Bren yang bawa makanannya malam ini, aku mau menjebaknya!”


“Kak Titien butuh bantuan…”


“Iya, kamu ikutan masuk, sini ku bilang…!” Aku meminta bantuannya, dan membisikkan strategiku kepadanya.


“Ok deh!”


“Udah ada kabar dari Boy dan Deni?” Aku bertanya sebelum Devi pergi, ia telah selesai mengemas sisa makanan yang diantarnya.


“Belum Kak…”


“Kalo Deyara?”


Devi menggeleng.


Aku sadar dengan tidak ada berita bisa jadi ini kabar baik. Apalagi karena keadaan aku tak bisa buat apa-apa, hanya bisa berharap.


“Gak apa-apa. Deya orangnya kuat, kok! Gak sembarang Kevin bisa … yah katakanlah memperkosanya!” Aku memikirkan yang terburuk.


“Kalo soal itu Kak Titin gak perlu takut.” Devi tersenyum.


“Eh kenapa?”


“Kevin itu impotent, anunya gak bisa berdiri.” Devi tertawa.


“Eh?”


“Waktu malam minggu cewek-cewek pada tertawa waktu cerita tentang dia yang beberapa kali batal shooting karena gagal ereksi, padahal sudah dirangsang habis-habisan!” Devi menerangkan sambil terkekeh.


“Sejak kapan kalian tahu?”


“Sejak datang sini... udah lama, Kak!”


“Astaga!” Aku memukul jidatku.


“Kenapa kak?” Devi kaget melihat perubahan air mukaku.


“Ini justru lebih berbahaya lagi. Pasti Kevin mau balas dendam atas perbuatan Deyara.” Aku berbisik.


“Emangnya Deya buat apa, Kak?”


“Menurut Deya, ia suntik kontolnya dengan minyak goreng, lalu di strika panas-panas sampai melepoh!”


“Huh?”


“Kontolnya digoreng dari dalam…!”


“Astaga… hahahaha…!” Devi tertawa kuat-kuat.


-----


POV Deyara



“Kevin, apa yang terjadi mengapa aku terikat!” Aku kaget sekali mendapati diriku terikat di tempat tidur.


Kevin hanya tersenyum menyeringai… justru makin kelihatan seram. Ia mulai membuka bajunya sampai telanjang.


“Kevin jangan perkosa aku…!” Aku terkejut ketika Kevin mendekatiku. Ia mulai membuka bajuku. Aku gak bisa menolaknya, walau sudah meronta kuat aku tidak dapat melepaskan diri.


“Kevin!” Aku berteriak kuat, tapi Kevin hanya tertawa…


“Astaga… jangan, aku gak mau!” Aku makin meronta ketika pakaian dalamku dilepas.


“Hei gadis liar… kamu cantik sekali…” Aku terkejut mendengar kata-kata Kevin. Dingin… penuh dendam yang dalam.


“Kevin? Kenapa?”


“Kenapa? Kamu bertanya kenapa setelah apa yang kau perbuat padaku? Kamu tahu apa yang aku rasakan sejak perbuatanmu itu?” Kevin marah-marah.


Aku hanya berdiam diri tak mengerti apa maksudnya. Aku hanya bisa menutup mata ketika ia menciumi tubuhku… mulai dari leher da turun ke dada seiring dengan tangannya yang bergerak liar menyapu gundukan kenyal… Kevin meramas payudaraku.


“Ahhh…..” Aku kaget, agak sakit sih. Kevin kasar sekali. Aku kembali meronta marah atas pelecehannya.


Baru kali ini aku merasa dikhianati. Aku hendak diperkosa orang yang aku percayai. Rasanya sakit sekali.


Tangan Kevin terus membelai, meraba, meramas pelan… sekujur tubuhku sudah dinodainya. Dan terakhir tangannya berlabuh di bagian terahasia milikku. Eh… kok bisa rasa seperti ini?


Awalnya aku merasa jijik, tubuhku berespon negatif tapi lama-lama harus aku mengakui kalo cowok itu tahu caranya membangkitkan nafsu. Aku yang tak bisa bergerak harus pasrah dengan belaiannya.


“Kevin… aku gak mau… ahhhhh!” Tangannya lincah bermain disitu. Aku mulai mendesah kecil… harus kuakui kalo Kevin benar-benar jago. Sementara itu mulut dan lidah cowok itu menari diatas perut dan pusarku… benar-benar geli. Ahhh…


“Kev… udah… ampun… jangan!” Aku menolak dengan sekuat tenaga untuk terakhir kalinya, tapi akhirnya kakiku dapat dibuka lebar-lebar. Ia lalu masuk diantara kaki yang terkangkang itu. Aku menutup mata… malu sekali kemaluanku dilihat cowok itu tanpa dapat ku cegah.


“Benar-benar memek kelas satu…!” Kevin memuji-muji sambil meraba-raba. Aku makin malu, tapi… entah kenapa aku tersanjung juga.


“Ehhh…?” Aku merasakan jilatan pertama dibagian vitalku mencoba menyelip diantara belahan nikmat. Lidah Kevin menyelurusi sela-sela yang terbuka dan menyedot kuat…


“Aahhhhhh…” Aku tak bisa menyangkal kalo ini benar-benar geli…. Tubuhku bereaksi, aku harus menggerakkan pinggul untuk menahan geli.


“Hahaha… kena juga kau gadis bajingan!” Kevin tertawa.


Seakan tak mampu lagi meronta, aku hanya bisa menutup mata. Nafasku sudah berat dari tadi, mulutku bahkan sempat merintih karena nikmat. Kali ini aku tak kuat menahan gempuran Kevin melalui mulut dan lidahnya. Satu jarinya menyelip diantara lobang nikmat dan bermain-main dengan klitorisku.


Aku gak mampu menahannya lagi… ini terlalu geli…


“Aduh… terus… terus…” Aku gak malu-malu lagi meminta.


Kevin terus menggelitik bagian tubuhku yang sangat geli. Tubuhku bergetar menahan nafsu yang sudah naik sampai ke ubun-ubun. Apa dayaku, seorang gadis normal yang gak bisa menghindari tangan dan jari yang sangat lihat itu. Aku terbius… terbawa arus gairah… pinggulku naik menyambut sentuhan dan permainan jarinya. Aku hanyut dalam gelombang kenikmatan yang membuatku melayang… terbang tinggi…tubuhku sampai kejang-kejang.


“Ahhhh… sudah… ahhhhh aaaaaaarrrrggghhhhhhh!” Akhirnya aku mendapatkan orgasme pertamaku.


Kali ini aku gak malu lagi. Waktu ia menciumku aku balas lumatannya dengan nafsu yang besar. Ia telah membangkitkan birahiku, dan kini aku menciumnya dengan ganas. Kali ini aku merasa bukan lagi diperkosa, tapi dua orang kekasih yang saling bercumbu dan memberi kenikmatan.


Kevin membuka ikatan tangan kananku… gantinya melawan, aku justru memeluknya kuat-kuat.


Kevin tersenyum dan lanjut membelai dan menciumi leherku.


Aku gak tahan lagi, Kevin masih terus mencumbu tubuhku. Aku harus membalasnya. Kali ini aku tak perduli lagi dengan rasa malu… tanganku bergerak mencari batang kemauan Kevin. Ia gak nyangka kalo tanganku sudah menyusup dalam dan mencari sasaran.


“Ehhh?” Aku terkejut ketika memegang kemaluan cowok itu.


“Ahhh! Deya.. jangan….!”


“Kevin kenapa?” Aku kaget menyadari apa yang terjadi.


Ahhhh…. Kevin kembali memukul kasur kuat-kuat…


Aku hanya misa terdiam. Kevin marah sekali. Ia melampiaskan emosinya dengan membuang semua benda yang berada di dekat kami.


“Gedebuk… brukkkk!” Kevin makin kalap, ia menghancurkan barang secara membabi-buta.


Aku masih diam sambil mencoba membuka ikatan tangan kiriku.


“Ini semua gara-gara kamu!” Kevin menunjuk dengan marah.


“Aku?”


“Kau yang membuat aku gak normal lagi!” Kevin masih marah.


“Aku minta maaf…” Aku tertunduk. Ternyata keisenganku selama ini menyebabkan kemauan cowok itu jadi rusak permanen.


“Maafmu sudah terlambat, rencanaku sudah jalan.”


“Kevin?”


“Rasakan balas dendamku…”


“Apa maksudmu!”


Meskipun ia gak bisa lagi memperkosa, agaknya Kevin akan membalas dengan cara lain. Tapi apa itu?


“Aku dapat untung cukong kasih uang lebih… uangku untuk bayar kamu. Kamu pasti kenal orangnya, hahaha…. Ini balas dendam yang sempurna.” Kevin tertawa terpatah-patah.


‘Astaga, Kevin hendak menjualku!’ Aku langsung stress.


“Kevin kenapa kamu berubah?”


“Aku benci kamu… gak berubah kok! Aku mau menjebakmu!” Kevin mengeraskan hatinya.


“Kau lupa aku temannya Melania?” Aku mencoba meredakan amarahnya.


“Tidak… aku memang mencintai Nia, tapi bukan berarti dendamku terhadapmu langsung habis begitu aja.”


“Kevin!”


Sayang sekali aku merasa aneh… lemah tak berdaya. Tak lama kemudian kesadaranku mulai hilang. Aku kembali tertidur…


-----


“Kevin di mana aku?” Aku terbangun dan menyadari kalo tempat ini sudah berubah. Ini bukan kali apartment Red Dragon, aku bisa melihat pantai dari jendela. Cukup lama aku tidur, tubuhku terasa segar kembali.


“Hotel Casa del Mar, dengar ulasannya, Hotel Casa del Mar adalah hotel bergaya reinasance di pantai barat Los Angeles, hanya sekitar tujuh menit jalan kaki dari Santa Monica Pier dan pusat Belanja Montana Ave.” Kevin mengejek aku. Keving kadang sangat menjengkelkan.


“Eh maksudmu?”


“Orang yang membelimu punya selera yang bagus. Ini hotel berkelas tahu…?”


Kata-kata cowok itu membuat aku makin down. Ternyata ia benar-benar melaksanakan balas-dendamnya.


Ketika selimut dilepas baru aku sadar aku telanjang bulat. Tubuhku baru dimandikan dan tangan serta kakiku kembali terikat.


Kevin membawa makanan untukku dan ia menyuapiku dengan telaten. Aku sengaja menurutinya, berharap perlakuanku yang manis dapat membuat ia tergugah dan berubah. Entah kenapa aku melihat ada pergumulan dalam batinnya, antara dendam dan ingin menolongku.


Aku tahu ia menyukaiku sejak lama. Bahkan sebelum Rivo mengatakan kalo ia mengejarku, ia sudah berulang kali mendekatiku ataupun mencari perhatianku. Waktu itu aku tidak menghiraukannya karena reputasi playboy yang disandangnya.


Kali ini pun ia menatapku dalam-dalam. Masih ada sisa-sisa rasa suka dalam dirinya. Pasti ada sesuatu yang dikatakan Dinah yang membuat ia berubah 180 derajat. Entah apa itu…


“Kevin, kenapa kita jadi begini? Kamu menyukaiku kan?” Aku mencoba menyentuh perasaannya.


Tapi Kevin mengeraskan rahangnya…


“Sudah terlambat, Deya!”


“Tapi kamu tahu kan kalo Nia menunggumu. Ia sahabat ku dari kecil…” Aku mencoba lagi.


“Sayang, aku sudah buat keputusan. Aku menyukaimu… tapi dendam ini terlalu besar.” Kevin berpaling dan mengambil minum.


“Apa gak ada cara lain? Kalo memang kamu ingin uang, kamu tahukan kalo keluargaku bisa memberimu uang” Aku bertanya lagi.


“Ini bukan lagi uang, Deya…. Ini dendam. Kamu akan terkejut siapa orangnya…” Kata Kevin sambil tersenyum.


“Siapapun orangnya, paling tidak kontolnya masih bisa berdiri!” Aku jengkel sekali dan menyindirnya. Kevin diam aja tapi aku tahu ia marah sekali.


Kevin mengambil sehelai kain dan dilingkarkan di kepala untuk menutup mataku sehingga aku tidak melihat apa-apa.


“Eh, kenapa lagi?” Aku bertanya.


“Saya hanya menjalankan orderan… perawan cantik terikat dengan mata tertutup! Damn… cukong itu punya kelas!” Suara Kevin terdengar makin menyeramkan.


Terdengar bunyi klik kamera dari hapenya. Suara Kevin terdengar sayup-sayup… “Semuanya sudah diatur seperti orderan, kamar 513. Aku menitip kuncinya di resepsionis!”


-----


Tak lama kemudian aku mendengar pintu terbuka dan tertutup lagi, di kunci. Terdengar suara langkah kaki mendekat, suatu suara yang agak berat


“Deyara…. Kamu lebih cantik dari pada waktu di foto!”


Aku memalingkan wajahku, gak mau perduli… tapi setelah merasakan belaian tangan ini, mau-gak-mau aku mulai menyukainya. Cowok ini hebat, ia bahkan tahu di mana tempat-tempat yang mudah mengstimulasiku.


Suatu rekor juga, kurang dari lima menit ia sudah membuatku terangsang. Kini aku harus bertarung kembali menahan desahan…





POV Titien


“Titien… ini Bren sudah ada, kamu minta aja sendiri!” Devi mengantarkan makanan kepadaku sore itu, Bren mengikutinya.


“Bren… aku sudah gerah, aku butuh mandi! Udah empat hari…” Aku menatap Bren dengan tatapan yang lembut mengoda.


“Tapi… gimana?” Bren terkesiap…


Ia kelihatan bingung, mungkin karena tindak-tanduk ku yang entah gimana kelihatan seksi menggoda. ‘Hehehe… pasti kamu terjerat’


“Aku minja ijin mandi di kamar Devi! Ia akan pinjami aku baju ganti…!”


“Eh, gak boleh… kalo mau mandi di kamarku aja!” Bren gak sadar ini yang diinginkan gadis itu.


“Terus, aku pake baju apa?”


“Oh, kalo gitu nanti Devi ambil baju ganti!”


“Tapi…” Aku tampak ragu.


“Gak ada alasan… kamu ikut dengan ku, sekarang.” Bren memegang borgol yang mengikat tangan dan kaki ku. Sedangkan Devi pergi mengambil pakaian ganti.


Skip-skip…


“Bren… pinjam handuk dong!” Aku memanggilnya dari dalam kamar mandi.


Bren mendekat dan membawa handuk. Aku membuka pintu kecil dan mengeluarkan tanganku. Benar aja, Bren sempat mengintipku… aku hanya tersenyum.


“Beraninya ngintip doang!” Aku keluar hanya mengenakan handuk. Pasti seksi, karena Bren menatapku sambil menahan nafas.


Bren mendekat… tapi ia tertahan sejenak.


“Tuh kan, apa kataku… aku bingung, kamu ini cowok ato cewek? Kalo Boy atau Deni pasti udah membawa aku ke tempat tidur!” Aku memancingnya, Bren terlihat kaku.


“Tapi, Devi akan segera datang!”


“Tuh kan takut!” Aku mengejeknya lagi sambil sengaja menggoyang pinggulku.


“Tapi kita gak punya waktu…” Bren ragu-ragu, aku mulai melepas handuk pelan-pelan membuat ia terpesona.


“Ala… palingan tiga menit doang kamu udah nyampe!” Aku mengejeknya lagi, kembali mengingatkan dia kemenanganku waktu itu.


Bren langsung berubah, wajahnya kelihatan merah. Ia langsung aja mengangkat tubuhku dan dibaringkan di tempat tidur… handukku terlepas sehingga tubuh telanjangku langsung terekspos bebas. Bahaya juga…


Aku jadi kaget, gak menyangka akan mendapat serangan seperti ini. Bren sudah kalap… ia menindihku dan mulai meramas dan mengrepe toketku.


“Oh… Titien. Kamu seksi sekali… tubuhmu bagus sekali…!” Bren memuji sambil terus mempermainkan toketku…


“Ehhhh…!” Aku merasa kesetrum waktu merasa sesuatu yang dingin. Ia mulai menjilat tubuhku… pentilku kembali dikulum, dan jilatannya terus kebawah, menyapu perut dan pusarku. Aku hanya bisa mendesah.


‘Astaga… ini tidak sperti yang ku bayangkan. Aku memang berencana membuat ia horni sampai lengah… tapi ini lain lagi. Bren membuat aku jadi horni, sedangkan ia mulai membuka bajunya dan mengeluarkan senjatanya…’


Kali ini aku yang bingung menghadapi serangan Bren yang sangat tiba-tiba. Aku menutup kakiku kuat-kuat untuk melindungi memekku… tanpa disangka Bren membalikkan tubuhku.


“Ehhhh… aduhhhhh!” Bren meremas pantatku dan terus mencari jalan ke memekku dari belakang. Aku jadi kalap, kaget mendapat serangan seperti ini… dengan cepat lidahnya bisa membuka jalan.


‘Astaga…’ Aku gak percaya kalo aku lagi diperkosa. Kenapa senikmat ini? Serangan lidah dan tangan Bren sangat terlatih, aku yang kini kelabakan. Aku hanya bisa diam dan menutup mata merasakan kalo lidahnya sudah bermain-main di belahan vital itu. Aku sudah terangsang hebat… tubuhku tidak mampu lagi melawan. Aku menyerah…


Bren membalikkan tubuhku lagi, kali ini aku terlentang dan ia menidihku dari atas. Bren membuka kakiku lebar-lebar dan kini bermain-main dengan klitorisku… lidahnya mengisap dengan kuat sementara dua jarinya mulai keluar masuk.


Aku hanya bisa pasrah… ini indah sekali. Tubuhku bergoyang menyambut kenikmatan yang ditawarkannya. Tubuhku mulai bergetar… Aku malah memegang kontol Bren dan mengocoknya pelan… udah keras sekali.


“Bren… astaga… ampun…!” Colokan dua jari Bren makin cepat mengocok memekku, tubuhku mulai kelojotan…


“Aaaarrrgggghhhhhhh!” Aku kembali mendapatkan orgasmeku. Kali ini dari musuhku… aku malu, tapi ini nikmat sekali. Cairan vaginaku sampai menyembur kencang keluar… aku squirt!


Bren menatapku tertawa, seakan ia membalas perlakuanku.


“Enak kan? Wah, jepitanmu mantap sekali….!” Bren memuji.


Sementara aku hanya bisa terengah-engah mencari nafas. Bren mulai naik ke atas badanku. Kontolnya sudah tepat berada didepan memekku… ia mulai mencari jalan masuk. Aku gak bisa menahannya… aku telah kalah…


“Kring… kringg… kring!” Hape milik Bren berbunyi kuat.


Bren turun lalu mengambil hape.


“Siapa itu!” Aku bertanya.


“Dinah!” Bren menjawab pelan, ia ragu-ragu mau mengangkat hape atau tidak.


“Bilang aja kamu ada keluar sebentar, ada urusan keluarga. Nanti balik besok…!”


Bren menurutiku. Ia bilang ke Dinah kalo lagi menjenguk sodara.


-----


Selesai telpon, Bren kembali mendekat. Tapi aku sudah bangun…


“Tidur aja, Tien…” Ia bersiap untuk menyetubuhiku, tapi aku menggeleng kepala.


“Kali ini giliranku…!” Aku memegang kontolnya.


“Eh…”


“Sudah, kamu duduk dulu!” Aku menuntunnya duduk di kursi computer. Bren menurutiku.


Aku mulai mengocok kontolnya dan mendekat. Kali ini gak boleh salah lagi, aku harus bisa membuat ia lengah.


Aku memasukkan kontolnya dalam mulutku… dan mulai mengulumnya. Bren mendesah… aku mulai menunjukkan kemahiranku dalam memanjakan cowok. Bren sampai merem keenakan…


“Aku tes ini yah!” Aku mengambil tali dan mengikat tangan dan tubuh Bren di kursi kuat-kuat. Bren hanya tersenyum dan menanggap ini bagian dari permainan. Aku terus membuainya dengan senyuman dan kocokanku… sampai aku merasa ini cukup. Mungkin ada satu atau dua kali aku hampir saja membuatnya keluar, tapi kemudian menahannya penasaran. Bren mengeluh…


“Tok… tok…!” Pintu dengan cepat terbuka.


Devi dan Maya datang nongol. Mereka melihat kalo Bren udah terikat, sementara aku masih mengocoknya.


“Wah, hebat juga Kak Tien udah bisa menaklukannya secepat ini. Udah diikat lagi!” Kata Devi. Untung ia pake bahasa Indonesia sehingga Bren tidak mengerti.


“Cepat ambil hapenya dan cek data-data, tapi pura-pura lagi merekam kami!” Aku ngomong ke Devi. Sementara Bren kembali menuju orgasme ketika kocokanku dipercepat.


“Ahhhhhhhh!” Bren keluar… semprotannya cukup jauh. Untung aku sempat menghindar… tetapi Maya yang dibelakangku terkena pejuh cowok itu.


“Hahaha…” kami tertawa mengejek Maya, yang hanya senyum malu. Bren masih merem-melek.


“Maya, kamu gantiin aku. Aku bantu cari paspor-paspor kalian!”


“Bantuin apa, kan sudah keluar?” Tanya Maya bingung…


Aku berbisik kepadanya dan Maya tersenyum!


“Oke deh… Bren… kali ini kamu akan kena batunya! Hahaha…” Maya tertawa.


“Kak Tien… wah, tubuh kakak bagus deh. Pantas Ryno tergila-gila…” Devi mengejekku. Aku baru sadar kalo aku telanjang bulat…


“Eh, aku hanya menggodanya tadi!”


“Terus ini apa Kak?” Tanya Devi lagi. Ia menunjuk ke genangan air bening bekas squirt ku tadi.


“Ihhhhh…. Nakal!”


-----


“Ampun… iya… sudah!” Maya mengocok batang milik Bren sampai ia mulai kesakitan. Tadi ia udah 2 kali keluar, tapi gadis itu masih aja belum berhenti.


“Oh… help me… stop it… ahhh…” Bren terus teriak kesakitan. Kali ini ia sadar kalo udah terjebak.


“Tahu gak Bren kalo dipaksa orgasme gini kamu bisa impotent?” Titien menyerigai sambil terus mengancamnya. Akhirnya Bren mengaku juga, ia memberikan nomor kombinasi yang menjadi kode lemari besi.


“You set me up, Titien… believe me. I guarantee you will get a full payback!” Bren balas mengancam, tapi langsung dibalas Maya dengan suatu pukulan di kontol dan bijinya. Pukulan dengan botol bekas minuman itu cukup keras…


“Aaauuuuuuu!” Bren kembali melolong kesakitan.


“Sekali lagi kamu bicara seperti itu, kamu akan rasa akibatnya biji pelirmu akan ku hancurkan!” Maya marah sekali. Gimana tidak, ia dan kawan-kawan ditipu mentah-mentah… dan gawatnya, ia malah salah satu orang promosi dan merekrut sahabat-sahabatnya untuk datang.


Setelah lemari terbuka, aku menemukan paspor-paspor milik para gadis, beserta dengan kontrak mereka. Aku memberikan semuanya kepada Devi untuk dibagikan.


Selain itu, Bren dipaksa memberikan no kode pintu besi Red Dragon, supaya mereka bisa lolos. Titien juga turut memeriksa hape Bren untuk membuka akun bank cowok itu. Benar saja, semua keuangan sementara ditaruh di akun Bren sebelum ditransfer ke Mr. Logan, karena Dinah tidak punya akun Bank di Amerika. Titien segera mentransfer uang-uang tersebut, sambil meng-screen shot semua transaksi. Semua data itu dikirim ke email miliknya dan milik Ryno untuk jaga-jaga. Aku sengaja tidak mengatakannya kepada Devi untuk sekarang ini.


Ada yang menarik sih, ternyata sudah ada orang yang baru transfer uang dalam jumlah besar. Dinah benar-benar hendak menjual aku dan Deyara.


“Dev, ngapain?”


“Aku gak percaya kita akan segera bebas!” Devi masih terharu menatap paspor-paspor mereka yang ditahan selama ini.


Aku memegang pundaknya, ikut terharu. Sedangkan Maya datang memeluknya.


“Kak Titien… makasih yah! Kamu hebat sekali, gak salah kalo Ryno tergila-gila padamu!” Devi menatapku.


“Eh, Ryno juga kan sempat menyukaimu…” Aku balas menyanjungnya.


“Siapa bilang? Ryno gak pernah menyukaiku! Semua hanya Kak Titien dimatanya!”


“Tapi waktu itu aku kaget, waktu ia pulang malam-malam bilang udah jadian sama cewek baru!” Aku mengingat kembali bagaimana Ryno memutuskan ku karena Devi.


“Eh gak kok, waktu itu ia membelaku karena aku minta dijaga. Ia menjaga supaya aku tidak dipake cowok-cowok lain… terus kami berdua gak sadar udah minum inex, dan nanti sadar kalo aku sudah tidur dengannya!” Devi menceritakan peristiwa itu. Aku yang baru mengetahuinya jadi kaget. Ternyata benar, Romeo dijebak.


“Aku gak pernah bermaksud mengodanya. Kalo pun aku mau, pasti gk bisa. Kak Titien gak pernah lepas di hatinya.” Devi memegang tanganku.


-----


Malam makin larut.


Dengan cepat kami kembali mengatur ruangan itu yang sudah porak poranda. Ikatan Bren makin diperketat, pake tali dan juga selotip. Terus mulutnya ditutup pake selotip, dan kepalanya diikat pake sarung bantal.


Masih diatas kursi computer kami mendorong Bren menuju ke tempat mereka menyekap Edo. Dengan kunci yang disaku Bren, kami membuka pintu dan memasukkan cowok itu disana.


“Titien…!” Edo berseru melihat aku masuk bersama Devi dan Maya.


“Edo… kasihan sekali kamu..” Aku memeluk sahabatku itu, dan membuka ikatannya. Ia hanya diam dan terharu aku datang membebaskannya.


Setelah membantu Edo duduk di kursi computer kini giliran Bren diatur di tempat Edo dibaring. Edo membuka bajunya yang sudah kumal dan bernoda darah itu dan dipakaikan ke Bren. Sementara itu Edo ikutan memukul Bren sehingga ia pingsan.


Saus tomat dioleskan berulang-ulang disekujur tubuh, sehingga kondisi Bren kelihatannya persis kayak Edo. Yah, bila dipandang sekilas tak ada yang bisa membedakan keduanya. Bren ditinggalkan terikat kuat, tak bisa bicara dan kepala masih tertutup sarung.


Pas sebelum keluar, Titen menaruh sebuah benda kecil disudut ruangan itu. Ia sempat menyetelnya dulu. Akhirnya mereka kembali ke kamar Bren untuk dan Edo pun istirahat sendiri, sementara Maya dan Devi kembali ke kamar mereka membawa paspor teman-temannya. Kita sudah berjanji Edo akan membuka pintu dari dalam besok pagi.


Sayang sekali malam ini diskotik lagi rame pintu depan dijaga ketat. Mungkin mereka nanti selesai sekitaran jam 3 subuh. Harusnya kita sudah bisa keluar, tapi mereka akan tahu. Tambah lagi beberapa teman kami masih bertugas di diskotik dan di kasino diatasnya.


Kita akan tunggu semua selesai dulu, baru kita bergerak. Mungkin nanti besok pagi baru bisa lolos, tapi seperti biasa tempat ini sepi waktu pagi.


Malam itu aku kembali tidur di ruangan tahanan. Tapi kali ini tidak lagi terikat, dan aku punya kunci ruangan itu, sehingga bisa keluar kapan saja aku mau. Besok pasti hari yang besar… kami semua akan lolos.


Tepat jam 5 pagi pintu ruanganku diketuk pelan, ternyata Devi.


“Gimana Dev, semua sudah siap?”


“Udah… kita semua siap. Hanya satu yang belum kutemukan…”


“Siapa?”


“Dick… ia bersama Dinah tadi malam, kayaknya tidur di kamar Dinah!”


“Kalo gitu kalian pergi aja, nanti aku tunggu dia!”


“Kak Titien yakin?”


“Iya, gak apa-apa! Suruh Janus tunjuk jalan dan cari Brenda. Aku baik-baik aja disini, dan aku bisa lolos kapan saja aku mau!”


Tak lama kemudian terdengar bunyi langkah kaki, kayaknya mereka semua sudah pergi.


Aku menunggu sejenak sampai mereka sudah lolos baru mulai bergerak. Ada sms dari Edo mengatakan mereka sudah aman diluar, kebetulan penjaganya masih tidur. Ia menyuruhku untuk segera menyusul.


Sementara itu aku masih mencari cara bagaimana mengatakan kepada Dick. Aku pergi aja ke kamar Dinah, siapa tahu Dick sudah bangun. Aku langsung keluar dan berjalan perlahan pelan tanpa suara. Untung manusia-manusia malam itu belum ada yang sadar dari tidurnya…


Aku mengendap-endap dan mengintip dari jendela, ternyata Dinah sudah bangun. Dan bukan Dinah aja, tapi ada beberapa anak buahnya lagi bercakap-cakap. Ada apa rame-rame begini? Kayaknya sesuatu yang penting terjadi. Dick sementara duduk dipojok, tangannya terikat. Mukanya bengkak tanda ia barusan dipukul.


Aku menempelkan telingaku mencari dengar kata-kata mereka. Terdengar Dinah sementara berbicara dengan Mr. Logan.


“Selama ini kita tidak mencurigainya karena kita gak nyangka kalo ia berbahasa Indonesia. Ternyata ia fasih, tadi malau ia mengigau dan bicara dalam bahasa Indonesia… Untung kami sudah menangkapnya dan waktu diinterogasi ia juga ternyata mengenal Titien secara dekat. Aku curiga dia yang membocorkan rahasia kita!” Kata-kata Dinah terdengar lirih.


“Ia, sebaiknya Janus dieksekusi saja, udah ngak berguna lagi. Tapi Dick jangan dulu, kita belum korek keterangan apa-apa. Tapi Bren gak ada, masih urusan keluarga dan gak bisa dikontak, jadi kami menunggu anda!”


“Ok, tiga jam lagi kami siap. Aku harus mempersiapkan Titien dulu, pembelinya udah dekat, ia harus disiapkan dulu.”


Astaga, Dick sudah ketangkap dan juga akan dieksekusi.

Aku mencoba sms ke Janus, tapi gak bisa. Hape nomor Indo ini sudah habis pulsa, soalnya nomor Indonesia roamingnya makan pulsa banyak.


Aku cepat masuk kembali ke ruanganku, bingung dengan banyaknya hal yang terjadi. dan masih belum dapat berpikir mereka sudah datang menjemputku.


----


“Titien, kamu cantik sekali…” Susan memujiku kali. Kali ini ia dan Dinah memandikan aku di sebuah kamar di Red Dragon Studio. Tentu saja ada pengawal mereka berjaga-jaga supaya ak jangan lolos. Setelah itu aku dipakaikan baju terusan tipis tanpa dalaman. Dalam posisi berdiri, kedua tanganku diikat keatas. Kemudian semua pergi meninggalkan aku sendiri.


Bodoh sekali, harusnya aku tadi keluar aja bersama dengan Devi, Edo dan semua gadis. Kini aku terjebak di tempat ini. Mana aku gak bisa ngomong ke Dick lagi… malah aku yang akan diperkosa.


Tadi Dinah dan Susan memuji-muji katanya aku beruntung, katanya harga jualku masih sangat tinggi. Selain itu cukong yang membeliku masih muda, cukup ganteng lagi. Pasti aku akan menikmatinya…


“Hellloooo… mana mungkin aku bisa menikmati seks dengan orang yang tak dikenal! Bodoh sekali..”


Aku hanya bisa menyumpah-nyumpah sampai pintu terbuka.


Sosok pria tampan dan tinggi masuk. Ada yang salah…


“Dehhh!”

-----
 
Terakhir diubah:
ya sich cerbung tapi kok yang ini agak kurang panjang suhu...kayak sebelumnya mudah mudahan di update lagi secepatnya ...buat suhu cerita kamu mantap ...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd